Anda di halaman 1dari 26

DIABETES MELLITUS

A. Konsep Dasar Medik

1. Pengertian diabetes mellitus

a. Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks

yang mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein,

lemak dan berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler,

mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long, 1995 hal : 4)

b. Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang

menimbulkan gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik

hyperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin

yang tidak adekuat. (Brunner dan Suddarth, 1999 : 1220, hal : 1220)

c. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang

secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi

berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Sylvia A. Price, 1995, hal :

1111).

2. Anatomi Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah kelenjar majemuk bertanda dan strukturnya sangat

mirip dengan kelenjar ludah, panjang kira-kira 15 cm berat 60 – 100 gram.

Letak pada daerah umbilical, dimana kepalanya dalam lekukan duodenum

dan ekornya menyentuh kelenjar lympe, menyekresikan insulin dan

glikogen ke darah.

Pankreas terdiri dari tiga bagian yaitu :

1
a. Kepala pankreas merupakan bagian paling besar terletak

di sebelah kanan umbilical dalam lekukan duodenum.

b. Badan pankreas merupakan bagian utama organ itu

letaknya sebelah lambung dan depan vertebra lumbalis pertama.

c. Ekor pankreas adalah bagian runcing sebelah kiri, dan

yang sebenarnya menyentuh lympa.

Pankreas terdiri dari dua jaringan utama yaitu :

a. Acini yang menyekresi getah pencernaan ke duodenum.

b. Pulau langerhans yang tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi

menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.

Pulau langerhans manusia mengandung tiga jenis sel utama yaitu

sel alfa, beta dan delta yang satu sama lain dibedakan dari struktur dan

sifat pewarnaannya. Sel beta menyekresi insulin, sel alfa menyekresi

glukagon, dan sel-sel delta mengekresi somatostatin.

Fungsi pankreas ada dua, maka disebut organ rangka, yaitu :

a. Fungsi eksokrin, dilaksanakan oleh sel sekretori lobula yang

membentuk getah pankreas berisi enzim dan elektrolit. Jenis-jenis

enzim dari pankreas adalah :

1.) Amylase ; menguraikan tepung menjadi maltosa atau

maltosa dijadikan polisakarida dan polisakarida dijadikan sakarida

kemudian dijadikan monosakarida.

2.) Tripsin ; menganalisa pepton menjadi polipeptida

kemudian menjadi asam amino.

2
3.) Lipase ; menguraikan lemak yang sudah diemulsi

menjadi asam lemak dan gliserol gliserin.

b. Fungsi endokrin atau kelenjar tertutup berfungsi membentuk

hormon dalam pulau langerhans yaitu kelompok pulau-pulau kecil

yang tersebar antara alveoli-alveoli pankreas terpisah dan tidak

mempunyai saluran.

Oleh karena itu hormon insulin yang dihasilkan pulau langerhans

langsung diserap ke dalam kapiler darah untuk dibawa ke tempat yang

membutuhkan hormon tersebut. Dua hormon penting yang dihasilkan

oleh pankreas adalah insulin dan glukagon

1). Insulin

Insulin adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel beta di

kelenjar pankreas. Fungsi insulin dalam tubuh sangat bermacam-

macam. Salah satunya adalah membantu menurunkan kadar

glukosa (gula) dalam darah. Cara kerja insulin yang terdapat pada

membran sel, sehingga permeabilitas sel berubah dan zat makanan

tadi bisa masuk ke dalam sel. Dengan kata lain, insulin dapat

dianggap sebagai suatu anak kunci yang bertugas membuka pintu

sel agar glukosa dapat masuk ke dalam sel. Perlu diketahui juga

bahwa walaupun tidak semua sel tubuh kita membutuhkan insulin

untuk memasukkan glukosa ke dalam selnya (seperti sel darah

merah, sel hati dan sel ke otak), tetapi sebagian besar sel tubuh kita

3
sangat tergantung dengan insulin untuk memasukkan glukosa ke

dalam selnya.

Mekanisme untuk mencapai derajat pengontrolan yang tinggi

yaitu:

a.) Fungsi hati sebagai sistem buffer glukosa darah

yaitu meningkatkan konsentrasinya setelah makan, sekresi

insulin juga meningkat sebanyak 2/3 glukosa yang diabsorbsi

dari usus dan kemudian disimpan dalam hati dengan bentuk

glikogen.

b.) Sebagai sistem umpan balik maka

mempertahankan glukosa darah normal.

c.) Pada hypoglikemia efek langsung glukosa

darah yang rendah terhadap hypothalamus adalah merangsang

simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar

adrenalin masih menyebabkan pelepasan glukosa yang lebih

lanjut dari hati. Juga membantu melindungi terhadap

hypoglikemia berat.

Adapun efek utama insulin terhadap metabolisme karbohidrat,

yaitu :

a.) Menambah kecepatan metabolisme glukosa

b.) Mengurangi konsentrasi gula darah

c.) Menambah penyimpanan glukosa ke jaringan.

2). Glukagon

4
Glukagon adalah suatu hormon yang disekresikan oleh sel-

sel alfa pulau langerhans mempunyai beberapa fungsi yang

berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah :

meningkatkan konsentrasi glukosa dalam darah. Glukagon

merupakan protein kecil mempunyai berat molekul 3842 dan

terdiri dari 29 rantai asam amino.

Dua efek glukagon pada metabolisme glukosa darah :

a.) Pemecahan glikogen (glikogenolisis)

b.) Peningkatan glukosa (glukogenesis)

Pengatur sekresi glukosa darah perubahan konsentrasi

glukosa darah mempunyai efek yang jelas berlawanan pada sekresi

glukagon dibandingkan pada sekresi insulin, yaitu penurunan

glukosa darah dapat menghasilkan sekresi glukagon, bila glukagon

darah turun 70 mg/100 ml darah pankreas menyekresi glukosa

dalam jumlah yang sangat banyak yang cepat memobilisasi

glukosa dari hati. Jadi glukagon membantu melindungi terhadap

hypoglikemia.

3. Etiologi

Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum

diketahui dengan pasti dari studi-studi eksperimental dan klinis kita

mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah merupakan suatu sindrom

yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu

penyebab yang mendasarinya.

5
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap

penyebab yaitu :

a. Faktor genetik

Riwayat keluarga dengan diabetes :

Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita

diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka

kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 %

dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang

memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.

b. Faktor non genetik

1.) Infeksi

Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah

mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.

2.) Nutrisi

a.) Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.

b.) Malnutrisi protein

c.) Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.

3.) Stres

Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi

biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.

4.) Hormonal

Sindrom cushing karena konsentrasi hidrokortison dalam darah

tinggi, akromegali karena jumlah somatotropin meninggi,

6
feokromositoma karena konsentrasi glukagon dalam darah tinggi,

feokromositoma karena kadar katekolamin meningkat

4. Klasifikasi

Beberapa klasifikasi dari diabetes mellitus telah diperkenalkan,

berdasarkan presentasi klinis, umur awitan, dan riwayat penyakit.

Berdasarkan pengetahuan mutakhr mengenai sindrom diabetes mellitus

dari gangguan toleransi glukosa. Tiga klasifikasi klinis dari gangguan

tolerasi glukosa yaitu : diabetes melitus, gangguan toleransi glukosa,

diabetes kehamilan. Kemudian dibedakan tiga jenis penderita diabetes

melitus yaitu :

a. Diabetes mellitus tergantung insulin (DMTI), klien

tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah terjadinya

ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anak-anak

atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.

b. Diabetes mellitus type I atau tipe yang rentan terhadap

ketosis dimana dapat timbul pada sembarang usia

c. Diabetes mellitus type II tidak rentan terhadap ketosis,

obesitas seringkali dikaitkan dengan jenis ini. Diabetes sekunder,

timbul sehubungan dengan keadaan dan sindrom lain seperti penyakit

pankreas, sindrom Cushing dan akromegali.

d. Diabetes mellitus type lain

7
1.) Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan

hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,

kelainan genetik dan lain-lain.

2.) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :

Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam

hidotinik

3.) Diabetes kehamilan intoleransi glukosa selama kehamilan, tidak

dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan

meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik

somatomamotropin. Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam

amino dan glukosa ke fetus. (Sylvia A. Price, 1995, hal : 112)

5. Patofisiologi

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan

satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut : (1)

Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat

peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200

mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah

penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak maupun

pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan

aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada

diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam

urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk tubulus

8
ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225 mg.menit

glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika

jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan

glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180 mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme karbohidrat ke

metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh menggantungkan hampir semua

energinya pada lemak, kadar asam aseto – asetat dan asam

Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat meningkat dari 1 Meq/Liter

sampai setinggi 10 Meq/Liter.

6. Gambaran Klinik

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :

Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai

melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic

diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga

klien mengeluh banyak kencing.

b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan

banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih

banyak minum.

c. Polipagi (banyak makan)

9
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami

starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.

Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut

hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga

kurang. Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi

glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian

tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan

lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang

ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga

klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol

fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat

penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan

katarak.

7. Diagnosis

Diagnosis diabetes mellitus umumnya dipikirkan dengan adanya

gejala khas diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsi, poliphagia, lemas

dan berat badan menurun. Jika keluhan dan gejala khas ditemukan dan

pemeriksaan glukosa darah sewaktu yang lebih 216 mg/dl sudah cukup

untuk menegakkan diagnosa diabetes mellitus.

8. Penatalaksanaan

10
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus

adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan dan olahraga

untuk mendapatkan kontrol metabolik yang lebih baik dengan cara :

a. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal

dengan menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin dengan obat

penurun glukosa oral dan aktivitas fisik.

b. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.

c. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat

badan normal.

d. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang g

menggunakan insulin seperti hipoglikemia, komplikasi jangka pendek

dan jangka lama serta masalah yang berhubungan dengan latihan

jasmani.

e. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang

optimal.

Contoh menu sehari untuk diet diabetes melitus 1900 kkal

Waktu Bahan URT Berat Menu


Makanan
Pagi Nasi 1 gls 150 gr Nasi
Telur ayam 1 btr 50 gr Telur dadar
Tempe 2 ptg sdg (sebe- Oseng-oseng
sar korek api 50 gr tempe
Sayuran 1 gelas 100 gr Sop oyong +
tomat
Minyak 1 sdm 20 gr

Pukul Buah 1 potong sedang 100 gr Pepaya


10.00 Nasi 1 ½ gelas 225 gr Nasi
Siang Ikan 1 potong sedang 50 gr Pepes ikan
Tempe 2 potong sedang 50 gr Tempe goreng

11
Waktu Bahan URT Berat Menu
Makanan
(sebesar kor. api)
Sayuran 1 gelas 50 gr Lalapan kc.
panjang + kol
Buah ¼ buah sedang 100 gr Nenas

Mnyak 1 sdm 20
Pukul Buah 1 buah 100 gr Pisang
16.00 Nasi 1 ½ gelas 225 gr Nasi
malam Ayam tanpa kulit 1 ptg sedang (se- 50 gr Ayam bakar
besar korek api bebas kecap
Tahu 1 buah biasa 50 gr Tahu bacem
Sayuran 1 gelas 100 gr Stup buncis +
wortel
Buah 1 ptg sedang 100 gr Pepaya
Minyak 1 sdm 20 gr

Bahan makanan yang dianjurkan :

Bahan makanan yang dianjurkan untuk diet diabetes melitus adalah

sebagai berikut :

a. Sumber karbohidrat kompleks, seperti nasi, roti, mi, kentang,

singkong, ubi dan sagu.

b. Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulit, susu

skim, tempe, tahu dan kacang-kacangan.

c. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang

mudah dicerna. Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang,

dikukus, disetup, direbus dan dibakar.

Bahan makanan yang tidak dianjurkan :

Bahan makanan yang tidak dianjurkan, atau dihindari untuk deit diabetes

melitus adalah yang :

a. Mengandung banyak gula sederhana, seperti :

12
1) Gula pasir, gula jawa.

2) Sirop, jam, jeli, buah-buahan yang diawetkan dengan gula, susu

kental manis, minuman botol ringan dan es krim.

3) Kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.

b. Mengandung banyak lemak seperti cake, makan siap saji, goreng-

gorengan.

c. Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin, makanan

yang diawetkan

(Almatsier Sunita, 2004, hal : 137 – 143)

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang

melibatkan hubungan kerja sama antara perawat dengan klien dan keluarga,

untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal dalam melakukan proses

terapeutik maka perawat melakukan metode ilmiah yaitu proses keperawatan.

Proses keperawatan merupakan tindakan yang berurutan yang dilakukan

secara sistematis dengan latar belakang pengetahuan komprehensif untuk

mengkaji status kesehatan klien, mengidentifikasi masalah dan diagnosa,

merencanakan intervensi mengimplementasikan rencana dan mengevaluasi

rencana sehubungan dengan proses keperawatan pada klien dengan gangguan

sistem endokrin.

1. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus

dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat

13
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,

pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :

a. Aktivitas dan istirahat :

Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan

tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

b. Sirkulasi

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan

pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah,

dan bola mata cekung.

c. Eliminasi

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

d. Nutrisi

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,

mual/muntah.

e. Neurosensori

Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,

disorientasi, letargi, koma dan bingung.

f. Nyeri

Pembengkakan perut, meringis.

g. Respirasi

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

h. Keamanan

14
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

i. Seksualitas

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan

terjadi impoten pada pria.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan

teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien

diabetes mellitus yaitu :

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis

osmotik.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan

dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka

panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang

lain.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan

pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,

kesalahan interpretasi informasi.

15
3. Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh

berhubungan dengan diuresis osmotik.

Tujuan :

Menunjukkan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi

perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran

urine tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda

vital.

Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi

dan takikardia.

2.) Kaji nadi perifer,

pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.

Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau

volume sirkulasi yang adekuat.

3.) Pantau masukan dan

keluaran, catat berat jenis urine.

Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan

pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari terapi

yang diberikan.

16
4.) Timbang berat badan

setiap hari.

Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari

status cairan yang sedang berlangsung dan

selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.

5.) Berikan terapi cairan

sesuai indikasi.

Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat

kekurangan cairan dan respons pasien secara

individual.

b. Perubahan status nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin,

penurunan masukan oral.

Tujuan :

- Mencerna jumlah kalori/nutrien

yang tepat

- Menunjukkan tingkat energi

biasanya

- Berat badan stabil atau

bertambah.

Intervensi :

17
1.) Tentukan program diet

dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang

dapat dihabiskan oleh pasien.

Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan

dari kebutuhan terapeutik.

2.) Timbang berat badan

setiap hari atau sesuai indikasi.

Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat

(termasuk absorbsi dan utilisasinya).

3.) Identifikasi makanan

yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/kultural.

Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat

dimasukkan dalam perencanaan makan, kerjasama

ini dapat diupayakan setelah pulang.

4.) Libatkan keluarga

pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.

Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan

informasi pada keluarga untuk memahami nutrisi

pasien.

5.) Berikan pengobatan

insulin secara teratur sesuai indikasi.

18
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya

dengan cepat pula dapat membantu memindahkan

glukosa ke dalam sel.

c. Resiko infeksi berhubungan dengan

hyperglikemia.

Tujuan :

- Mengidentifikasi intervensi untuk

mencegah/menurunkan resiko infeksi.

- Mendemonstrasikan teknik,

perubahan gaya hidup untuk mencegah terjadinya infeksi.

Intervensi :

1). Observasi

tanda-tanda infeksi dan peradangan.

Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang

biasanya telah mencetuskan keadaan ketoasidosis

atau dapat mengalami infeksi nosokomial.

2). Tingkatka

n upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan yang

baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk

pasiennya sendiri.

Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.

3). Pertahanka

n teknik aseptik pada prosedur invasif.

19
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan

menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman.

4). Berikan

perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.

Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan

pasien pada peningkatan resiko terjadinya

kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.

5). Lakukan

perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.

Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru

dan memobilisasi sekret.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan

persepsi sensori berhubungan dengan ketidakseimbangan

glukosa/insulin dan atau elektrolit.

Tujuan :

- Mempertahankan tingkat

kesadaran/orientasi.

- Mengenali dan mengkompensasi

adanya kerusakan sensori.

Intervensi :

1.) Pantau tanda-tanda vital

dan status mental.

20
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan

abnormal

2.) Panggil pasien dengan

nama, orientasikan kembali sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk

mempertahankan kontak dengan realitas.

3.) Pelihara aktivitas rutin

pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk melakukan kegiatan

sehari-hari sesuai kemampuannya.

Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan

dengan realitas dan mempertahankan orientasi pada

lingkungannya.

4.) Selidiki adanya keluhan

parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada paha/kaki.

Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak

nyaman yang berat, kehilangan sensasi

sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi

terhadap kerusakan kulit dan gangguan

keseimbangan.

e. Kelelahan berhubungan dengan

penurunan produksi energi metabolik.

Tujuan :

21
- Mengungkapkan peningkatan

tingkat energi.

- Menunjukkan perbaikan

kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan.

Intervensi :

1.) Diskusikan dengan

pasien kebutuhan akan aktivitas.

Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk

meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien

mungkin sangat lemah.

2.) Berikan aktivitas

alternatif dengan periode istirahat yang cukup.

Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.

3.) Pantau nadi, frekuensi

pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah melakukan

aktivitas.

Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi secara fisiologis.

4.) Tingkatkan partisipasi

pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari sesuai toleransi.

22
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang

positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat

ditoleransi.

f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan

penyakit jangka panjang/progresif yang tidak dapat diobati,

ketergantungan pada orang lain.

Tujuan :

- Mengakui perasaan putus asa

- Mengidentifikasi cara-cara sehat

untuk menghadapi perasaan.

- Membantu dalam merencanakan

perawatannya sendiri dan secara mandiri mengambil tanggung

jawab untuk aktivitas perawatan diri.

Intervensi :

1.) Anjurkan

pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang

perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.

Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan

memudahkan cara pemecahan masalah.

2.) Tentukan

tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.

Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan

dari orang lain atau diri sendiri dapat

23
mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol

diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.

3.) Berikan dukungan pada

pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri dan

berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha yang

dilakukannya.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

4.) Berikan dukungan pada

pasien untuk ikut berperan serta dalam perawatan diri sendiri.

Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.

g. Kurang pengetahuan tentang penyakit,

prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

pemajanan/mengingat, keselahan interpretasi informasi.

Tujuan :

- Mengungkapkan pemahaman

tentang penyakit.

- Mengidentifikasi hubungan

tanda/gejala dengan proses penyakit dan menghubungkan gejala

dengan faktor penyebab.

- Dengan benar melakukan

prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional tindakan.

Intervensi :

24
1.) Ciptakan lingkungan

saling percaya

Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan

sebelum pasien bersedia mengambil bagian dalam

proses belajar.

2.) Diskusikan dengan

klien tentang penyakitnya.

Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien

dapat membuat pertimbangan dalam memilih gaya

hidup.

3.) Diskusikan tentang

rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.

Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan

membantu pasien dalam merencanakan

makan/mentaati program.

4.) Diskusikan pentingnya

untuk melakukan evaluasi secara teratur dan jawab pertanyaan

pasien/orang terdekat.

Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit

dengan lebih ketat.

25
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, 2004, Penutuntun Diet, edisi baru, Penerbit : PT Gramedia


Pustaka, Jakarta

Corwin, Elizabeth J, 2000, Buku Saku Patofisiologi; Alih bahasa, Braham U.


Pendit; editor, Endah P, EGC, Jakarta.

Doenges, Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien; Alih bahasa, I
Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, EGC, Jakarta.

Lanywati, Endang, 2001, Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis, Kanisius,


Yogyakarta.

Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 1, Yayasan Ikatan


Alumni Pendidikan Keperawatan, Bandung.

Noer, H. M. Sjaifoellah, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 3,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson, 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit; alih bahasa, Peter Anugrah; editor, Caroline Wijaya, Edisi 4,
EGC; Jakarta.

Priharjo, Robert, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan; editor Ni Luh Gede


Yasmin Asih, SKp, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth; Alih bahasa, Agung Waluyo; editor, Monica Ester, Edisi 8,
EGC, Jakarta.

Tjokroprawiro A., 2003, Diabetes Mellitus : Klasifikasi, Diagnosis dan Terapi,


Edisi 3, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

26

Anda mungkin juga menyukai