A. Adaptasi Fisiologis
Perubahan Fisiologis Kala I
a. Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari myometrium berkontraksi dan berelaksasi
seperti otot pada umumnya. Pada saat otot retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran
semula tapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara progresif. Dengan perubahan
bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi, dan retraksi maka cavum uteri lama
kelamaan akan menjadi semakin mengecil. Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelvic.
Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah abdomen
dengan dominasi tarikan ke arah fundus (fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir
dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada fundus.
b. Serviks
Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah
menjadi lembut. Saat persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.
1) Penipisan Serviks (effacement)
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Seiring
dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi
lebih tipis. Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan
sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan lama kelamaan menjadi tipis. Batas
antara segmen atas dan bawah rahim (retraction ring) mengikuti arah tarikan ke atas
sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser ke atas. Panjangnya serviks pada akhir
kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm menjadi 3 cm). dengan dimulainya
persalinan, panjang serviks berkurang secara teratur sampai menjadi pendek (hanya
beberapa mm). Serviks yang sampai tipis ini disebut dengan “menipis penuh”.
2) Dilatasi
Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam kondisi
menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka
disebabkan daya tarikan otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus
berkontraksi. Dilatasi dan diameter serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan
intravaginal. Berdasarkan diameter pembukaan serviks, proses ini terbagi menjadi 2
fase, yaitu :
a) Fase laten
Berlangsung selama kurang lebih 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai diameter 3 cm.
b) Fase aktif
Dibagi dalam 3 fase.
1. Fase akselarasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm kini menjadi 4 cm
2. Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari 4 cm menjadi 9 cm
3. Fase deselarasi. Pembukaan melambat kembali, dalam 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi lengkap (10cm). Pembukaan lengkap berarti bibir serviks dalam
keadaan tak teraba dan diameter lubang seviks adalah 10cm.
Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada multigravida tahapannya sama
namun waktunya lebih cepat untuk setiap fasenya. Kala I selesai apabila pembukaan
serviks telah lengkap. Pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan
pada multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara primigravida dan
multigravida. Pada primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu
sehingga serviks akan mendatar dan menipis, kemudia ostium uteri eksternum
membuka. Namun pada multigravida, ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama
Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan memberan dari daerah ostium
uteri interna dengan sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari
sumbatan atau operculum. Pengeluaran lendir dan darah ini disebut sebagai “bloody
show” yang mengindikasikan telah dimulainya proses persalinan.
c. Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah
lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila
ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5cm, disebut Ketuban Pecah Dini (KPD).
d. Tekanan Darah
1) Tekanan darah akan meningkat selama kontrkasi, disertai peningkatan sistol rata-rata
15-20 mmHg dan diastole rata-rata 5-10 mmHg.
2) Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat
sebelum persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan untuk
melakukan cek tekanan darah selama interval kontraksi.
3) Dengan mengubah posisi pasien dari telenteang ke posisi miring, perubahan tekanan
darah selama persalinan dapat dihindari.
4) Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.
5) Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa
rasa takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-eklampsia). Cek
parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan pre-eklamsi. Berikan perawatan dan
obat-obat penunjang yang dapat merelaksasikan pasien sebelum menegakkan diagnosis
akhir, jika preeklampsi tidak terbukti.
e. Metabolisme
1) Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat
dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan
aktivitas otot rangka.
2) Peningkatan aktivitas metabolic dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan,
curah jantung, dan cairan yang hilang.
f. Suhu Tubuh
1) Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah
melahirkan.
2) Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-1°C dianggap normal, nilai tersebut
mencerminkan peningkatan metabolisme persalinan.
3) Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun bila persalinan
berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasikan dehidrasi,
sehingga parameter lain harus dicek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini,
peningkatan suhu dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal
dalam keadaan ini.
g. Detak jantung
1) Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase
peningkatan, penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah
daripada frekuensi diantara kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan hingga
mencapai frekuensi lazim diantara kontraksi.
2) Penurunan yang mencolok selama puncak kontraksi uterus tidak terjadi jika wanita
berada pada posisi miring bukan telentang.
3) Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi di banding selama periode
menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi
selama persalinan.
4) Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan pengecekan
parameter lain untuk menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
h. Pernapasan
1) Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama persalinan, hal
tersebut mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh
temuan yang akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena snagat dipengaruhi oleh
rasa senang, nyeri, rasa takut, dan pengggunan teknik pernapasan.
2) Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan
alkalosis. Amati pernapasan pasien dan bantu ia mengendalikannya untuk menghindari
hiperventilasi berkelanjutan, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan
perasaan pusing.
i. Perubahan Renal (berkaitan dengan ginjal)
1) Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena
peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan
peningkatan laju filtrasi glomerulus dan aliran plasma ginjal. Poliuri menjadi kurang
jelas pada kondisi telentang karena posisi ini membuat aliran urin berkurang selama
kehamilan.
2) Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap 2 jam) untuk mengetahui adanya
distensi, juga harus dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung
kemih yang penuh. Yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin, dan
trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan
hipotonia kandung kemih dan retensi urin selama periode pascapersalinan.
3) Sedikit proteinuria (+1) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah ibu
bersalin. Lebih sering terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia, atau yang
persalinannya lama.
4) Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini
mengindikasikan pre-eklampsi.
j. Gastrointestinal
1) Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila
kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama
persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan
lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan
untuk pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan selama
periode menjelang persalinan atau fase prodromal atau fase laten persalinan cenderung
akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan.
2) Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi. Oleh
karena itu, pasien dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum
berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan
energi dan hidrasi.
3) Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama
persalinan. Pemebrian obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan
saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu kombinsi antara
faktor-faktor seperti kontraksi uuerus, nyeri, rasa takut, khawatir, obat atau komplikasi.
k. Hematologi
1) Haemoglobin meningkat rata-rata 1,2 mg% selama persalinan dan kembali ke kadar
sebelum persalinan pada hari pertama pascapersalinan jika tidak ada kehilangan darah
yang abnormal.
2) Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang
menunjukkan kadar darah berada dalam batas normal membuat kita terkecoh sehingga
mengabaikan peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa persalinan.
3) Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan
fibrinogen plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan
pascapersalinan pada pasien normal.
4) Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar kurang lebih 5
ribu/ul hinggaa jumlah rata-rata 15ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada
peningkatan lebih lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu
mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh di
atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.
5) Gula darah menurun selama proses persalinan, dan menurun drastic pada persalinan
yang alami dan sulit. Hal tersebut kemungknan besar terjadi akibat peningkatan
aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium untuk menapis seorang
pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa persalinan akan menghasilkan data
yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya. ( Sulistiyowati).
B. Adaptasi Psikologis
1. Perubahan Psikologis kala I
Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami perubahan psikologis dan
perilaku yang cukup spesifik sebagai respon dari apa yang ia rasakan dari proses
persalinannya. Berbagai perubahan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi kemajuan
persalinan pada pasien dan bagaiaman ia mengatasi tuntutan terhadap dirinya yang muncul
dari persalinan dan lingungan tempat ia bersalin.
a. Kala I fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup yakin bahwa ia akan benar-
benar melahirkan meskipun tanda persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap ini penting
bagi orang terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan memberikan support mental
terhadap kemajuan perkembangan persalinan. Seiring denga kemajuan proses
persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his yang menngkat, pasien akan mulai
merasakan putus asa dan lelah. Ia akan selalu menanyakan apakah ini sudah hampir
berakhir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal
toucher) dan berharap bahwa hasil pemeriksaan mengindikasikan bahwa proses
persalinan akan segera berakhir. Beberapa pasien akhirnya dapat mencapai suatu coping
mechanism terhadap rasa sakit yang timbul aktibat his, mislanya dengan pengetauran
nafas atau dengan posisi yang dirasa paling nyaman dan pasien dapat menerima
keadaan bahwa ia harus menghadapi tahap persalinan dari awal sampai selesai.
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang
tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Anamnesa Obstetri
a. Kehamilan yang ke berapa?
b. Hari Pertama Haid Terakhir?
3. Riwayat Obstetri
a. Usia Kehamilan : ( abortus, preterm, aterm, postterm )
b. Proses persalinan : ( spontan, tindakan, penolong persalinan ). Riwayat kesehatan
keluarga
c. Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
d. Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini).
4. Pada primigravida :
a. Lama kawin, pernikahan yang ke?
b. Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. Tahun.
c. Anamnesa tambahan:
Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan hal-hal
yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil / buang air besar,
kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat tertentu sebelum dan selama
kehamilan).
5. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya ibu yang belum memiliki pengalaman dalam persalinan akan merasa
cemas karena ini pertama kalinya menghadapi kehamilan dan persalinan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Ibu memiliki nafsu makan yang baik.
3) Pola aktifitas dan latihan
Biasanya ibu berjalan – jalan untuk mempercepat proses persalinannya.
4) Pola tidur dan istirahat
Ibu biasanya mengalami kurang tidur karena kontraksi dan nyeri yang
dirasakannya
5) Pola eliminasi
Ibu biasanya merasakan sakit perut saat adanya kontraksi dan merasa seperti
ingin mengedan.
6) Pola reproduksi dan seksual
Ibu membutuhkan waktu kembali untuk memperbaiki organ reproduksinya
7) Pola kognitif dan perseptual
Ibu biasanya merasa takut dan cemas menghadapi persalinannya
8) Pola persepsi dan konsep diri
Ibu
9) Pola koping dan toleransi
10) Pola Hubungan dan Peran
Ibu berusaha tenang untuk menghadapi persalinannnya
11) Pola nilai dan kepercayaan
Ibu selalu berdoa untuk kelancaran persalinannya.
1. Pengkajian kala I
a. Fase laten
4) Seksualitas :
c) Rabas vagina sedikit, mungkin lender merah muda (“ show”), kecoklatan, atau
terdiri dari plak lendir.
b. Fase aktif
1) Aktivitas/istirahat : dapat menunjukan bukti kelelahan
2) Integritas ego :
a) dapat lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan.
b) ketakutan tentang kemampuan pengendalian pernafasan dan atau melakukan
teknik relaksasi.
3) Nyeri/kenyamanan: kontraksi sedang tiap 3,5 -5 menit berakhir 30-40 menit
4) Keamanan :
a) irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada posisi vertex.
b) Denyut jantung janin ( DJJ ) bervariasi dan perubahan periodik umumnya tramati
pada respons terhadap kontraksi, palpasi abdominal, dan gerakan janin.
5) Seksualitas :
a) dilatasi serviks dari kira-kira 4 sampai 8 cm ( 1,5 cm/jam miltipara, 1,2 cm/jam
nulipara ).
b) perdarahan dalam jumlah sedang.
c) janin turun ±1-2 cm dibawah tulang iskial .
c. Fase transisi
1) Sirkulasi : TD meningkat 5-10 mmHg diatas nilai normal kien, nadi meningkat.
2) Integritas ego :
a) perilaku peka.
b) munkin mengalami kesulitan mempertahankan control.
c) memerlukan pengingat tentang pernafasan.
d) mungkin amnestik, dapat menyatakan “ saya tidak tahan lagi “
3) Eliminasi : dorong untuk menghindari atau defekasi melalui fekal ( janin pada posisi
posterior).
4) Makanan/ cairan : terjadi mual muntah.
5) Nyeri / ketidaknyamanan :
a) Kontraksi uterus kuat setiap 2-3 menit dan berakhir 45- 60 detik.
b) Ketidaknyamanan hebat pada area abdomen / sakral.
c) Dapat menjadi sangat gelisah.
d) Menggeliat-geliat karena nyeri / ketakutan
e) Tremor kaki dapat terjadi.
6) Keamanan :
a) DJJ terdengar tepat diatas simphisis pubis.
b) DJJ dapat menimbulkan deselerasi lambat ( sirkulasi uterus terganggu ) atau
deselerasi awal.
7) Seksualitas :
a) Dilatasi serviks dari 8-10 cm.
b) Penurunan janin + 2 - +4 cm.
c) Tampilan darah dalam jumlah berlebihan.
2. Pengkajian kala II
1) Aktivitas / istirahat :
a) Laporan kelelahan.
c) Letargi.
b) Dapat merasa kehilangan control atau sebaliknya seperti saat ini klien terlibat
mengejan secara aktif.
4) Eliminasi :
a) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi disertai dengan
tekanan intra abdomen dan tekanan uterus.
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c) Distensi kandung kemih mungkin ada, urin harus dikeluarkan selama upaya
mendorong.
5) Nyeri / ketidaknyamanan :
a) Dapat merintih atau meringis selama kontraksi.
b) Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat.
c) Melaporkan rasa terbakar / meregang dari perineum.
d) Kaki gemetar selama upaya mendorong.
e) Kontraksi uterus kuat, terjadi 1,5-2 menit masing-masing dan berakhir 60-90 detik.
f) Dapat melawan kontraksi, khusunya bila ia tidak berpartisipasi dalam kelas
kelahiran anak.
6) Pernafasan : frekuensi pernafasan meningkat.
7) Keamanan :
a) Diaphoresis sering terjadi .
b) Bradikardia janin ( tampak saat deselerasi awal pada pemantau elektrik ) dapat
terjadi selama kontraksi ( kompresi kepala ).
8) Seksualitas :
a) Serviks dilatasi penuh ( 10 cm ) dan penonjolan 100 %.
b) Peningkatan perdarahan pervaginam.
c) Penonjolan rektum atau perineal dengan turunnya janin.
d) Membran dapat ruptur bila masih utuh.
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kotraksi.
4. Pengkajian kala IV
1) Aktivitas/istirahat : dapat tampak berenergi atau kelelahan/keletihan, mengantuk.
2) Sirkulasi :
a) Nadi biasanya lambat ( 50-70 dpm), karena hipersensitivitas vagal
b) Tekanan darah bervariasi mungkin lebih rendah pada respon terhadap
analgesia/anestesi, atau meningkat pada respons terhadap pemberian oksitosin atau
hipertensi karena kehamilan ( HKK)
c) Edema bila ada, mungkin dependen ( mis, ditemukan pada ekstermitas bawah ), atau
dapat meliputi ekstermitas atas dan wajah, mungkin umum (tanda-tanda HKK ) .
d) Kehilangan darah selama persalinan dan kelahiran sempai 400-500 ml untuk
kelahiran vaginal atau 600-800 ml untuk kelahiran sesaria.
3) Integritas ego :
a) Reaksi emosional bervariasi dan dapat berubah-ubah; mis, eksitasi atau perilaku
menunjukan kurang kedekatan, tidak berminat ( kelelahan), atau kecewa.
b) Dapat mengekspresikan masalah atau meminta maaf untuk perilaku intrapartum atau
kehilangan kontrol; dapat mengekspresikan rasa takut mengenai kondisi bayi baru
lahir dan perawatan segera pada neonatal.
4) Eliminasi :
a) Hemoroid sering ada dan menonjol.
b) Kandung kemih mungkin teraba diatas simfisis pubis atau kateter urinarius
terpasang.
c) Dieresis dapat terjadi bila tekanan bagian presentasi menghambat aliaran urinarius,
dan/atau cairan I.V. diberikan selama persalinan dan kelahiran.
5) Makanan/cairan : dapat mengeluh haus, lapar, atau mual.
6) Neurosensori :
a) Sensasi dan gerakkan ekstermitas bawah menurun pada adanya anesthesia spinal
atau analgesia kaudal/epidural.
b) Hiperrefleksia mungkin ada ( menunjukan terjadinya atau menetapnya hipertensi,
khususnya pada diabetika, remaja, atau klien primipara)
7) Nyeri/ketidaknyamanan : dapat melaporkan ketidaknyamanan dari berbagai sumber;
mis, setelah nyeri, trauma jaringan/perbaikan episiotomi, kandung kemih penuh, atau
perasaan dingin/otot tremor dengan “ menggigil “.
8) Keamanan :
a) Pada awalnya suhu tubuh meningkat sedikit ( pengerahan tenaga, rehidrasi).
b) Perbaikan episiotomi utuh, dengan tepi jaringan merapat.
9) Seksual :
a) Fundus keras terkontraksi, pada garis tengah dan terletak setinggi umbilicus.
b) Drainase vagina atau lokhia jumlahnya sedang, merah gelap, dengan hanya beberapa
bekuan kecil ( sampai ukuran plam kecil ).
c) Perineum bebas dari kemerahan, edema, ekimosis, atau rabas.
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha, dan payudara.
e) Payudara lunak, dengan putting tegang.
f) Penyuluhan/pembelajaran : catat obat-obatan yang diberikan, termasuk waktu dan
jumlah.
10) Pemeriksaan diagnostik : hemoglobin/hematokrit ( HB/HT ), jumlah darah lengkap,
urinalisis, pemeriksaan lain mungkin dilakukan sesuai indikasi dari temuan fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen cidera fisik (proses persalinan)
2. Keletihan berhubungan dengan fisiologis (kehamilan : proses persalinan)
3. Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi terkait kehamilan
4. Risiko infeksi berhubungan dengan pemajanan terhadap pathogen
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, and H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction.
Asrinah. Et al. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Bararah, T & Jauhar, M. 2013. Asuhan Keperawatan : Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional, Jilid 1. Jakarta : Prestasi Pustaka
Estiwidani Dwana, DKK. 2018. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
NANDA Internasional. (2018). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2018-2020.
Jakarta: EGC.
Retno, dkk. 2011. Buku Panduan Praktek Laboraturium: Keperawatan Maternitas. Program
Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Jenderal Achmad Yani. Yogyakarta.
Hafifah. (2011). Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal.
https://id.scribd.com/doc/313529659/Laporan-Pendahuluan-Persalinan-Normal-Inpartus
(diakses, 8 November 2021).