Anda di halaman 1dari 20

BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Persalinan

2.2.1 Pengertian

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Bentuk persalinan berdasarkan degfinisi adalah sebagai berikut :

1. Persalinan spontan.

Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri

2. Persalinan buatan.

Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar

3. Persalinan anjuran

Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar

dengan jalan rangsangan19

Persalinan adalah suatu proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37

minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu)

sejak uterus berkontraksi mengakibatkan perubahan serviks22

Persalinan normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian

secara alami dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan

pembukaan untuk mengeluarkan bayi. Dari pengertian diatas

persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik,

lahirnya bayi dan plasenta dari Rahim ibu. Persalinan normal disebut
juga alami karena terjadi secara alami. Jadi secara umum persalinan

normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami

dengan adanya kontraksi Rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan

untuk mengeluarkan bayi.18

2.2.2 Perubahan fisiologis pada persalinan

a. Perubahan Fisiologis kala I

1) Perubahan pada uterus

Uterus terdiri dari dua komponen fungsional utama myometrium

dan serviks. Berikut ini akan dibahas tentang kedua komponen

fungsional dengan perubahan yang terjadi pada kedua komponen

tersebut.

Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan

pembukaan servik dan pengeluaran bayi dalam persalinan.

Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini

merupakan kontraksi otot yang sangat sakit. Kontraksi ini bersifat

involunter yang beketrja dibawah control saraf dan bersifat

intermitten yang memberikan keuntungan berupa adanya periode

istirahat/reaksi diantara dua kontraksi.

Terdapat 4 perubahan fisiologi pada kontraksi uterus yaitu :

a) Fundal dominan atau dominasi

Kontraksi berawal dari fundus pada salah kornu. Kemudian

menyebar ke samping dan kebawah. Kontraksi tersebar dan

terlama adalah dibagian fundus. Namun pada puncak kontraksi

dapat mencapai seluruh bagian uterus.

b) Kontraksi dan retraksi


Pada awal persalinan kontraksi uterus berlangsung setiap 15 –

20 menit selama 30 detik dan diakhir kala 1 setiap 2 – 3 menit

selama 50 – 60 detik dengan intensitas yang sangat kuat. Pada

segmen atas Rahim tidak berelaksasi sampai kembali ke

panjang aslinya setelah kontraksi namun relative menetap pada

panjang yang lebih pendek. Hal ini disebut dengan retraksi.

c) Polaritas

Polaritas adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan

keselarasan saraf – saraf otot yang berada pada dua kutub atau

segmen uterus ketika berkontraksi. Ketika segmen atas uterus

berkontraksi dengan kuat dan berertraksi maka segmen bawah

uterus hanya berkontraksi sedikit dan membuka.

d) Differensisiasi atau perbedaan kontraksi uterus

Selama persalinan aktif uterus berubah menjadi dua bagian

yang berbeda segmen atas uterus yang berkontraksi secara aktif

menjadi lebih tebal ketika persalinan maju. Segmen bawah

uterus dan servik relative pasif dibanding dengan dengan

segmen atas dan bagian ini berkembang menjadi jalan yang

berdinding jauh lebih tipis untuk janin. Cincin retraksi terbentuk

pada persambungan segmen bawah dan atas uterus. Segmen

bawah Rahim terbentuk secara bertahap ketika kehamilan

bertambah tua dan kemudian menipis sekali pada saat

persalinan.

2) Perubahan serviks

Kala I persalinan dimulai dari munculnya kontraksi persalinan


yang ditandai dengan perubahan serviks secara progesif dan

diakhiri dengan pembukaan servik lengkap,

Kala ini dibagi menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif

a) Fase laten : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan

berakhir sampai pembukaan servik mencapai 3 cm. pada fase

ini kontraksi uterus meningkat frekuensi, durasi, dan

intensitasnya dari setiap 10 – 20 menit, lama 15 – 20 detik

dengan intensitas cukup menjadi 5 – 7 menit, lama 30 – 40 detik

dan dengan intensitas yang kuat.

b) Fase aktif : fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 dan

berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm. pada fase

ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai dengan

meningkatanya frekuensi, durasi dan kekuatan kontraksi.

Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40 – 50

mmHg. Diakhir fase aktif kontraksi berlangsung 2 – 3 menit

sekali, selama 60 detik dengan intensitas lebih dari 40 mmHg.

Fase aktif dibedakan menjadi fase akselerasi, fase lereng

maksimal dan fase deselarasi.

- Fase akselerasi : dari pembukaan servik 3 menjadi 4 cm. fase

ini merupakan fase persiapan menuju fase berikutnya.

- Fase lereng maksimal : fase ini merupakan waktu ketika

dilatasi servik meningkat dengan cepat. Dari pembukaan 4

cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Normalnya pembukaan

servik pada fase ini konstan yaitu 3 cm perjam untuk

multipara dan 1.2 cm untuk primipara.


- Fase deselerasi : merupakan akhir fase aktif dimana dilatasi

servik dari 9 cm menuju pembukaan lengkap 10 cm. dilatasi

servik pada fase ini lambat rata – rata 1 cm perjam namun

pada multipara lebih cepat.

Ada 2 proses fisiologi utama yang terjadi pada servik :

a) Pendataran servik disebut juga penipisan servik pemendekan

saluran servik dari 2 cm menjadi hanya berupa muara

melingkar dengan tepi hampir setiis kertas. Proses ini terjadi

dari atas kebawah sebagai hasil dari aktivitas myometrium.

Serabut – serabut otot setinggi os servik internum ditarik

keatas dan dipendekkan menuju segmen bawah uterus,

sementara os eksternum tidak berubah

b) Pembukaan servik

Pembukaan terjadi sebagai akibat dari kontraksi uterus serta

tekanan yang berlawanan dari kantong membrane dan bagian

bawah janin. Kepala janin saat fleksi akan membantu

pembukaan yang efisien. Pada primigravida pembukaan

didahului oleh pendatara servik.

Sedangkan multi gravida pembukaan servik dapat terjadi

bersamaan dengan pendataran

c) Kardiovaskuler

Pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus

dan masuk kedalam system vaskuler ibu. Hal ini akan

meningkatjan curah jantung meningkat 10% – 15%

d) Perubahan tekanan darah


Tekanan darah meningkat selama terjadi kontraksi (sistolik

rata – rata naik 15 mmHg, diastolic 5 – 10 mmHg), antara

kontraksi tekanan darah kembali normal pada level sebelum

persalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan

meningkatkan tekanan darah.

e) Perubahan metabolisme

Selama persalinan metabolisme aerob maupun anaerob terus

menerus meningkat seiring dengan kecemasan dan aktivitas

otot. Peningkatan metabolisme ini ditandai dengan

meningkatnya suhu tubuh, nadi, pernafasan, cardiac output

dan kehilangan cairan.

f) Perubahan ginjal

Poliuri akan terjadi selama persalinan selama persalinan. Ini

mungkin disebabkan karena meningkatnya curah jantung

selama persalinan dan meningkatnya filtrasi glomelurus dan

aliran plasma ginjal.

g) Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat sampai 1.2 gram/100ml selama

persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum

persalinan sehari setelah pasca salin kecuali ada perdarahan

pot partum.6

b. Perubahan Fisiologi kala II

1) Tekanan darah

Tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg selama

kontraksi pada kala dua. Upaya mengedan pada ibu juga dapat
memengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah

meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada

sedikit diatas normal. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi tekanan

darah dengan cermat diantara kontraksi. Rata – rata peningkatan

tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah

mengedan adalah hal yang normal.

2) Metabolisme

Peningkatan metabolisme yang terus menerus berlanjut sampai

kala dua disertai upaya mengedan pada ibu yang akan menambah

aktivitas otot – otot rangka untuk memperbesar peningkatan

metabolisme.

3) Denyut nadi

Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada setiap kali mengedan.

Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala dua

persalinan disertai takikardi yang mencapai puncaknya pada saat

persalinan.

4) Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat persalinan dan segera

setelahnya. Peningkatan normal adalah 0.5 sampai 1oC

5) Perubahan system pernafasan

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih normal

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama

persalinan dan mencerminkan peningkatan metabolisme yang

terjadi

6) Perubahan ginjal
Polyuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat

diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama

persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus

dan aliran plasma ginjal. Polyuria menjadi kurang jelas pada posisi

terlentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama

kehamilan.

7) Perubahan gastrointestinal

Penurunan motilitas lambung berlanjut saampai kala dua. Muntah

normalnya hanya terjadi sesekali. Muntah yang konstan dan

menetap merupakan hal yang abnormal dan kemungkinan

merupakan indikasi komplikasi obstetric, seperti rupture uterus20

8) Dorongan mengejan

Perubahan fisiologis terjadi akibat montinuasi kekuatan serupa

yang telah bekerja sejak jam – jam awal persalinan , tetapi aktivitas

ini mengalami akselerasi setelah serviks berdilatasi lengkap

namun, akselerasi ini tidak terjadi secara tiba – tiba. Beberapa

wanita merasakan dorongan mengejan sebelum serviks berdilatasi

lengkap dan sebagian lagi tidak merasakan aktivitas ini sebelum

sifat ekspulsif penuh6

Kontraksi menjadi ekspulsif pada saat janin turun lebih jauh

kedalam vagina. Tekanan dan bagian janin yang berpresentasi

menstimulasi reseptor saraf di dasar pelvik (hal ini disebut reflek

ferguson) dan ibu mengalami dorongan untuk mengejan. Reflex ini

pada awalnya dapat dikendalikan hingga batas tertentu, tetapi

menjadi semakin kompulsif, kuat, dan involunter pada setiap


kontraksi. Respon ibu adalah menggunakan kekuatan ekspulsi

sekundernya dengan mengontraksikan otot abdomen dan

diafragma23

9) Pergeseran jaringan lunak

Saat kepala janin yang keras menurun, jaringan lunak pelvis

mengalami pergeseran. Dari anterior, kandung kemih terdorong

keatas kedalam abdomen tempat risiko cedera terhadap kandung

kemih lebih sedikit selama penurunan janin. Akibatnya, terjadi

peregangan dan penipisan uretra sehingga lumen uretra mengecil.

Dari posterior rectum menjadi rata dengan kurva sacrum, dan

tekanan kepala menyebabkan keluarnya materi fekal residual. Otot

levator anus berdilatasi, menipis, dan bergeser kearah lateral, dan

badan perineal menjadi datar, meregang dan tipis. Kepala janin

menjadi terlihat pada vulva, maju pada setiap kontraksi dan

mundur diantara kontraksi sampai terjadinya crowning23

10) Perubahan hematologi

Hemoglobin meningkat rata – rata 1.2 gm/ 100 ml selama

persalinan dan kembali ke kadar sebelum persalinan pada hari

pertama paska partum jika tidak ada kehilangan darah yang

abnormal.6

c. Perubahan fisiologis kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang

berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba

keras dengan fundus uteri diatas pusat beberapa menit kemudian

uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta plasenta dari


dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit – 15 menit setelah

bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta, disertai dengan pengeluaran darah. Komplikasi

yang dapat timbul pada kala II adalah perdarahan akibat atonia uteri,

retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda gejala tali pusat.

Tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat

pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta

dilepaskan dari perlekatannya dan pengumpulan darah pada ruang

utero – plasenter akan mendorong plasenta keluar.

Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume

rongga uterus setelah lahirnya bayinya. Penyusutan ukuran ini

menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta.

Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran

plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan

kemudian lepas dari dinding Rahim, setelah lepas, plasenta akan turun

ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina7

d. Perubahan Fisiologis kala IV

Persalinan kala IV dimulai dengan kelahiran plasenta dan berakhir 2

jam kemudian. Periode ini merupakan saat paling kritis untuk

mencegah kematian ibu, terutama kematian disebabkan perdarahan.

Selama kala IV, bidan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam

pertama dan 30 menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi

ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering. Setelah

pengeluaran plasenta , uterus biasanya berada pada tengah dari

abdomen kira – kira 2/3 antara symphysis pubis dan umbilicus atau
berada tepat diatas umbilicus.

DASAR TEORI

Pada saat permulaan persalinan terjadi perubahan

adaptasi anatomi, fisiologi sistem tubuh dan fetus.

Munculnya kontraksi uterus yang dimulai dari fundus

uteri, menyebar ke depan dan ke bawah abdomen.

Jaringan miometrium berkontraksi dan berelaksasi.

Proses kontraksi, relaksasi dan retraksi menjadikan

cavum uteri semakin mengecil menyebabkan janin turun

ke pelviks.

Selama memasuki fase aktif, uterus berubah

menjadi dua bagian yang berbeda. yaitu Segmen Atas

Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR). Segmen

atas yang berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal

ketika persalinan maju, dibentuk oleh corpus uteri.

Segmen bawah analog dengan istmus uterus yang melebar

dan menipis panjangnya kira-kira 8-10 cm. Karena

segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis,

maka batas antara segmen atas dan segmen bawah

menjadi jelas. Batas ini disebut : “Lingkaran/Cincin

Retraksi yang Fisiologis”.

Ligamentum yang mengalami perubahan didalam

proses persalinan adalah ligamentum rotundum.

Ligamentum rotundum mengandung otot –otot polos dan


kalau uterus berkontraksi , otot –otot ligamen rotundum

ikut berkontraksi hingga ligamen rotundum menjadi

pendek. Pada saat kontraksi, fundus yang tadinya

bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan

Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir | 13

mendesak dinding perut depan ke depan. Perubahan letak

uterus pada waktu kontraksi ini penting karena

menyebabkan sumbu uterus menjadi searah dengan

sumbu jalan lahir. Dengan adanya kontraksi pada

ligamentum rotundum, fundus uteri tertambat , sehingga

waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.

Selama proses persalinan serviks mengalami 2

perubahan yaitu penipisan Serviks (effacement) dan

dilatasi serviks. Penipisan serviks berhubungan dengan

kemajuan pemendekan dan penipisan serviks. Seiring

dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks

mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis. hal ini

disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal

dominan sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas dan

lama kelamaan menjadi tipis. Serviks terangkat ke atas

karena terjadi pemendekan gabungan otot uterus selama

penipisan segmen bawah rahim pada tahap akhir

persalinan. Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks

yang tipis saja yang dapat diraba setelah effacement

lengkap. Setelah penipisan, serviks akan berdilatasi.


Dilatasi serviks ialah pembesaran dari ostium externum

yang tadinya berupa suatu lubang dengan diameter

beberapa milliliter menjadi lubang yang dapat dilalui bayi,

kira-kira 10 cm. Dilatasi dan diameter serviks dapat

diketahui melalui pemeriksaan dalam (vaginal

toucher/VT).

Selama proses persalinan terjadi perubahan pada

sistem kardiovaskular, curah jantung meningkat 40 %

sampai 50 % dibandingkan dengan kadar sebelum

persalinan dan sekitar 80% sampai 100 % dibandingkan

dengan kadar sebelumnya. Peningkatan curah jantung ini

terjadi karena pelepasan katekolamin akibat nyeri dan

14 | Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

karena kontraksi otot abdomen dan uterus. Seiring

dengan kontraksi uterus sekitar 300 sampai 500 ml darah

dipindahkan ke volume darah sentral. Tekanan vena

istemik meningkat saat darah kembali dari vena uterus

yang membengkak. Pada kala I, sistolik rata-rata

meningkat 10 mmhg dan tekanan diastolik rata- rata

meningkat sebesar 5-19 mmhg selama kontraksi, tetapi

tekanan tidak banyak berubah. Diantara waktu kontraksi

kala II terdapat peningkatan 30/25 mmhg selama

kontraksi dari 10/5 sampai 10 mmhg. Jika wanita

mengejan dengan kuat, terjadi kompensasi tekanan darah,

seringkali terjadi penurunan tekanan darah secara


dramatis saat wanita berhenti mengejan di akhir kontaksi.

Perubahan lain dalam persalinan mencakup peningkatan

denyut nadi secara perlahan tapi pasti sampai sekitar 100

kali per menit pada persalinan kala II. Frekuensi denyut

nadi dapat ditingkatkan lebih jauh oleh dehidrasi,

perdarahan, ansietas, nyeri dan obat-obatan tertentu,

seperti terbutalin.

Pada saat mulai persalinan terjadi penurunan

hormon progesteron yang mengakibatkan perubahan

pada sistem pencernaan yaitu : motilitas dan absorbsi

lambung terhadap makanan padat jauh berkurang.

Perubahan ini menyebabkan makanan lebih lama tinggal

di lambung. Apabila kondisi ini diperburuk oleh

penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama

persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat

sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih

lama. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi

yang menandai akhir fase pertama persalinan. Pemberian

obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan.

Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir | 15

Pada kala I, adanya kontraksi uterus/his

menyebabkan kandung kencing semakin tertekan. Poliuri

sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan

karena output kardiak yang naik selama persalinan dan

kemungkinan besar kenaikan dalam angka filtrasi


glomerular serta aliran plasma renal. Polyuria tidak begitu

kentara dalam posisi terlentang, Sedikit proteinuria

(trace, 1+) biasanya sepertiga sampai separuh jumlah

wanita dalam persalinan Proteinuria 2+ dan diatasnya

menunjukkan kondisi yang tidak normal. Kandung kemih

yang penuh dapat menahan penurunan kepala janin dan

dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama

proses persalinan.

Perubahan hormonal pada persalinan antara lain

hormon progesteron yang dihasilkan oleh plasenta

mengalami penurunan. Di akhir kehamilan kadar

progesteron menurun sehingga oksitosin bertambah dan

meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu

terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda

persalinan. Oksitosin yang dikeluarkan oleh kelenjar

pituitari posterior dari ibu, juga oleh janin, estrogen,

kortisol dihasilkan oleh bagian korteks adrenal janin,

prostaglandin yang dihasilkan dari desidua uteri dan

selaput janin. Mulainya persalinan adalah meningkatnya

produksi glukokortikoid dan androgen dari kelenjar

adrenal janin sehingga menurunkan sekresi progesteron

dan meningkatnya produksi prostaglandin yang

menstimulasi kontraksi uterus. Hormon prostaglandin

adalah hormon pencetus kontraksi atau meningkatkan

intensitas kontraksi dan bertugas untuk merangsang


persalinan. Wanita memproduksi hormon ini ketika janin

siap untuk melahirkan

16 | Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

Haemoglobin akan meningkat selama persalinan

sebesar 1,2 gr % dan akan kembali pada tingkat seperti

sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan

kecuali terjadi perdarahan. Peningkatan leukosit secara

progresif pada awal kala I (5.000) hingga mencapai

ukuran jumlah maksimal pada pembukaan lengkap

(15.000). Haemoglobin akan meningkat selama persalinan

sebesar 1,2 gr % dan akan kembali pada tingkat seperti

sebelum persalinan pada hari pertama pasca persalinan

kecuali terjadi perdarahan. Peningkatan leukosit terjadi

secara progresif pada awal kala I (5.000) hingga mencapai

ukuran jumlah maksimal pada pembukaan lengkap

(15.000). Selama persalinan waktu pembekuan darah

sedikit menurun, tetapi kadar fibrinogen plasma

meningkat. Gula darah akan turun selama persalinan dan

semakin menurun pada persalinan lama, hal ini

disebabkan karena aktifitas uterus dan muskulus skeletal.

Suhu tubuh meningkat selama persalinan,

tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.

Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5-10C dianggap

normal, nilai tersebut mencerminkan peningkatan

metabolisme persalinan. Suhu tubuh akan sedikit


meningkat (0,5-10 0C) selama proses persalinan dan akan

segera turun setelah proses persalinan selesai.

Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10 0C),

peningkatan suhu tubuh dalam persalinan yang

berlangsung lama dapat mengindikasikan dehidrasi,

sehingga parameter lain harus di cek. Begitu pula pada

kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu dapat

mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal

dalam keadaan ini.

Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir | 17

Pada saat mulai persalinan Basal Metabolisme

Rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga

mengejan yang membutuhkan energi yang besar, maka

pembuangan juga akan lebih tinggi dan suhu tubuh

meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-10C)

selama proses persalinandan akan segera turun setelah

proses persalinan selesai. Hal ini disebabkan karena

adanya peningkatan metabolisme tubuh. Peningkatan

suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10C.

Proses persalinan secara sectio sesarea perlu

diperhatikan, karena memiliki risiko yang dapat

membahayakan keadaan ibu dan janin. Salah satu risiko

yang dapat terjadi adalah perubahan hemodinamik dalam

tubuh ibu yang mengandung sebagai efek samping

penggunaan anestesi sectio caesaria (Saifudin, 2005).


Hipotensi merupakan salah satu komplikasi akut anestesi

spinal yang paling sering terjadi. Pada anestesi spinal

terjadi penurunan hemodinamik secara signifikan

terutama pada tensi dan nadi. Bradikardi dapat terjadi,

karena aliran darah balik berkurang atau karena blok

simpatis T1-4.

Secara umum, tanda awal bahwa ibu hamil untuk

melahirkan adalah mengejangnya uterus atau dikenal

dengan kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, teratur,

dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk

menyiapkan serviks untuk membesar dan meningkatkan

aliran darah di dalam plasenta. Kontraksi yang

sesungguhnya akan muncul dan hilang secara teratur

dengan intensitas makin lama makin meningkat. Mulainya

kontraksi terasa seperti sakit pada punggung bawah

berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut mirip

dengan mules saat haid. Kontraksi terjadi simetris di

18 | Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir

kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur

ke seluruh rahim, kontraksi rahim terus berlangsung

sampai bayi lahir . Pada awal persalinan kontraksi uterus

terjadi setiap 15‐20 menit dan bisa berlangsung kira‐kira

30 detik. Kontraksi‐kontraksi ini sedikit lemah dan

bahkan bisa tidak terasa oleh ibu yang bersangkutan.

Kontraksi‐kontraksi ini biasanya terjadi dengan


keteraturan yang berirama dan interval (selang antar

waktu) diantara kontraksi secara berlangsung menjadi

lebih pendek, sementara lamanya kontraksi semakin

panjang. Pada akhir kala I kontraksi bisa terjadi 2‐3 menit

selang waktunya dan berlangsung selama 50‐60 detik dan

sangat kuat.

Persalinan menimbulkan dampak besar pada janin

dan penting untuk membantu janin beradaptasi ke

kehidupan ekstrauterus . Efek persalinan pada janin perlu

dipahami untuk membedakan antara respons normal

sehat dan distres janin. Stres persalinan secara refleks

menyebabkan peningkatan kadar katekolamin ibu jauh di

atas kadar yang ditemukan pada wanita tidak hamil atau

wanita hamil sebelum persalinan. Sirkulasi darah janin

dapat dipengaruhi oleh banyak faktor,diantaranya adalah

posisi ibu, kontraksi uterus, tekanan darah aliran darah

tali pusat kebanyakan apabila janin yang sehat mampu

mengompensasi stres ini,biasanya aliran darah tali pusat

tidak terganggu oleh kontraksi uterus atau posisi janin.

Persalinan mendorong permbersihan cairan paru janin.

Takipnea transien, yang disebabkan oleh sisa cairan paru,

lebih sering pada bayi yang lahir dengan seksio sesarea

elektif daripada mereka yang dilahirkan pervaginam.

Penekanan dada secara mekanis akan menyebabkan

keluarnya sejumlah kecil cairan. Keadaan janin tidur


Buku petunjuk praktium fisiologi kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir | 19

tenang dan janin tidur aktif mendominasi sebelum

persalinan. Pada kala II persalinan, lama siklus perilaku

menurun, hal ini berkaitan dengan keseluruhan

rangsangan sensorik dan penekanan kepala yang terjadi

selama tahap persalinan.

Anda mungkin juga menyukai