PUSKESMAS AMBUNTEN
No. Dokumen :
Revisi :
Tangal Berlaku :
PUSKESMAS AMBUNTEN
Jalan Raya Ambunten No. 45 Telpon. 085231444455
E-mail : pusk.ambunten@gmail.com
Kecamatan Ambunten-Kabupaten Sumenep
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahNya pedoman diagnosa
dan terapi ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga pedoman ini dapat dipergunakan untuk menjaga kualitas kamar bersalin puskesmas Ambunten,
sehingga dapat menjamin terciptanya tujuan peningkatan pengetahuan bidan sewbagai tenaga pelayanan
di puskesmas dan meningkatkan kualitas kesehatan seluruh lapisan masyarakat.
DAFTAR ISI
PERSALINAN NORMAL
A. Defenisi
Persalinan menurut Sarwono Prawirohardjo, 2005 adalah proses membuka dan
menipisnya serviks, dan dimana janin dan ketuban turun ke dalam jalan lahir dan didorong
keluar melalui jalan lahir.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Menurut tuanya kehamilan :
1. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 500 gr.
2. Partus immaturus
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan
antara 500 gr dan 999 gr.
3. Partus trematurus
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan
antara 1000 gr dan 2499 gr
4. Partus maturus atau partus aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan
2500 gram atau lebih
5. Partus postmaturus atau partus serotinus
Pengeluaran buah kehamilan adalah kehamila 42 minggu
Dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks menjadi lengkap (10 cm)
Dimulai setelah placenta lahir dean berakhir 2 jam setelah selesai kala III persalinan
Kala I (kala pembukaan)
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show), karena serviks mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement) kala I dibagi dalam 2 fase yaitu :
a. fase laten
berlangsung dalam 7-8 jam pembukaan berlangsung lambat pembukaan 3 cm.
b. Fase aktif
Berlangsung dalam 6 jam dan dibagi menjadi 3 fase :
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm
2) Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm
3) Fase deselerasi
Dalam waktu 2 jam, pembukaan berlangsung lambat menjadi 10 cm atau lengkap
( Sarwono Prawirohardjp, 2005).
a. Turunnya kepala masuk pintu atas panggul pada primigravida minggu ke- 36.
b. Timbul perasaan sesak dibagian bawah, di atas simpisis pubis dan sering-sering ingin kencing
atau susah kencing (oliguria) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
c. Parut kelihatan lebih melebar karena fundus uteri turun.
d. Terjadinya perasaan sakit di daerah perut dan pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan
tertekannya fleksus yang terletak disekitar serviks (tanda persalinan palsu fase labour).
e. Terjadinya perlukaan serviks yang mulai mendatar dan sekresinya bila bertambah bercampur
darah (bloody show).
2. Tanda-tanda inpartu
a. Rasa sakit karena adanya his yang menjadi lebih kuat, sering teratur.
b. Pengeluaran lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak karena robekan-robekan
kecil pada serviks.
c. Dapat disertai pecahnya ketuban dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam serviks mengalami perubahan dengan terjadi perlukaan serviks,
pendataran serviks, pembukaan serviks.
b. Kekuatan sekunder
Apabila serviks berdilatasi, maka dimulai untuk mendorong yang memperbesar kekuatan
kontraksi involunter (tenaga mengejan). Tenaga mengejan merupakan tenaga yang mendorong
anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang
mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal. Tenaga mengejan ini hanya efektif jika
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu kontraksi rahim.
2. Kala II
Selama kala II, petugas kesehatan harus terus memantau :
a. Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
b. Janin yang penurunan presentasinya dan kembali normal detak jantung bayi setelah kontraksi
c. Kondisi ibu
3. Kala III
Pengkajian awal menurut Sarwono Prawirohardjo 2005
a. Palpasi uterus menentukan apakah ada bayi yang kedua, jika ada, tunggu sampai bayi kedua
lahir
b. Menilai apakah BBL dalam keadaan stabil, jika tidak bayi segera dirawat
4. Kala IV
Penanganan kala IV menurut Sarwono Prawirohardjo 2005
a. Ikat tali pusat
Jika petugas sendirian dan sedang melakukan management aktif kala III, tali pusat diklem, lalu
digunting dan memberkan oksitosin segera setelah plasenta dan selaputnya lahir, lakukan
massase fundus agar berkontraksi, baru tali pusat diikat dan klem dilepas.
b. Pemeriksaan fundus dan massase
Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua
c. Nutrisi dan hidrasi
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi, tawarkan ibu makan-makanan dan
minuman yang disukai
d. Bersihkan ibu
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e. Istirahat
Biarkan ibu beristirahat karena telah bekerja keras melahirkan bayinya. Bantu ibu pada posisi
yang nyaman
f. Peningkatan hubungan ibu dan bayi
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu bayi, sebagai permulaan dengan
menyusui bayinya
g. Memulai menyusui
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI,
menyusui juga membantu uterus berkontraksi
h. Menolong ibu ke kamar mandi
Ibu boleh bangun ke kamar mandi, pastikan ibu dibantu dan selamat karena ibu masih dalam
keadaan lemah atau pusing setelah persalinan. Pastikan ibu sudah BAK dalam 3 jam post partum
i. Mengajari ibu dan anggota keluarga
Ajari ibu atau anggota keluarga tentang :
1) Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
2) Tanda tanda bahaya bagi ibu dan bayi
KETUBAN PECAH DINI / PROM (Premature Rupture Of The Membrane)
2.1 Pengertian
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm. (Prawirohardjo, 2006)
2.2 Etiologi
Penyebab PROM tidak atau masih belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali
dalam usaha menekan infeksi.
2.5 Prognosis
Ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan komplikasi-komplikasi yang mungkin timbul serta
umur dari kehamilan.
2.7 Komplikasi
1. Pada anak : IUFD dan IPFD, asfiksia dan prematuritas
2. Pada Ibu : Partus pandang dan infeksi, atonia uteri, perdarahan post partum atau
infeksi.
Sarwono Prawiro Hardjo. 2006. Buku panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Dan
Neonatal, Jakarta : YBP SP
PARTUS LAMA
Partus lama masih merupakan suatu masalah di Indonesia karena seperti kita ketahui
bahwa 80 % dari persalinan masih ditolong oleh dukun. Kasus partus lama masih banyak
dijumpai dan keadaan ini memaksa kita untuk berusaha menurunkan angka kematian ibu
maupun anak yang yang paling ideal tentunya bagaimana mencegah terjadinya partus lama
dimana bila suatu persalinan berlangsung lama maka dapat menimbulkan komplikasi-
komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak dan dapat meningkatkan kematian ibu
dan anak.
Oleh karena itu diharapkan dengan adanya pembahasan tentang partus lama ini angka
kematian ibu dan janin dapat berkurang.
A. Definisi
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan lebih
dari 18 jam pada multi
B. Masalah
Fase laten lebih dari 8 jam
Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir
Dilatasi serviks dikanan ganas waspada pada perslinan fase aktif
C. Etiologi
Sebab- sebab terjadinya partus lama ini adalah multi komplek dan tentunya saja tergantung
pada pengawasan selama hamil pertolongan yang baik dan pelaksanaannya.
Faktor-faktor penyebab antara lain :
Kelainan letak janin
Kelainan-kelainan panggul
Kelainan his
Pimpinan his yang salah
Janin besar atau adanya kelainan kongenital
Primitua
Perut gantung grade multi
Ketuban pecah dini
D. Gejala Klinik
1. Pada Ibu
Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat di daerah
lokalsering dijumpai oedem vulva, oedem serviks , cairan ketuban berbau, terdapat
mekonium
2. Pada Janin
Denyut jantung janin cepat / hebat / tidak teratur bahkan negatif , air ketuban terdapat
mekonium kental kehijau- kehijauan berbau
Caput succedenum yang besar
Moulage kepala yang hebat
Kematian janin dukun kandungan
Kematian janin intrapartal
E. Penanganan Umum
Nilai secara cepat keadaan umum wanita hamil tersebut termasuk tanda vital dan tingkat
hidrasinya
Apakah ada masalah medik lain/ hal yang mengancam jiwanya
Apakah ia kesulitan ? gelisah jika ya pertimbangan pemberian analgetik, \
Tentukan apakah pasien berada dalam persalinan
Tentukan Keadaan Janin
Periksa denyut jantung janin selama atau segera sesudah his hitung frekuensinya
sekurang-kuramgnya sekali dalam 30 menit selama fase aktif dan tiap 5 menit selama
kala II
Jika terdapat gawat janin, lakukan seksio sesarea, kecuali jika syarafnya dipenuhi
lakukan ekstraksi vacum atau forseps
Jika tidak ada ketuban yang mengalir setelah selaput ketuban pecah, pertimbangkan
adnya indikasi penurunan jumlah air yang mungkin menyebabkan gawat janin
Perbaiki keadaan umum
Memberikan dukungan emosi bila keadaan masih nmemungkinkan anjurkan bebas
bergerak duduk dengan posisi yang berubah(sesuaikan dengan penanganan persalinan
normal)
Berikan cairan baik secara oral atau parenteral dan upayakan buang air kecil (hanya
perlu katerisasi biala memang diperlukan)
Bila penderita merasakan nyeri yang sangat berikan analgetik tramadol/phetidin 25 mg
dinaikkan sampai maksimum 1 mg / cc atau morfin 1o mg IM lakukan pemeriksaan
vaginal untuk menentukan kala persalinan (lihat persalinan normal) lakukan penilaian
frekuensi dan lamanya kontraksi berdasarkan partograf
F. Penilaian Klinik
Pada prinsipnya persalinan lama dapat disebabkan oleh
His tidak efisien (adekuat)
Faktor janin (mal presentasi, mal posisi, janin besar)
Faktor jalan lahir (panggul sempit, kelainan serviks, vagina tumor)
G. Diagnosis Kelainan Partus Lama
Tanda dan Gejala Klinis Diagnosis
Pembukaan serviks tidak Belum inpartu fase labor
membuka (kurang dari 3 cm tidak
didapatkan kontraksi uterus)
Pembukaan serviks tidak Prolonged lathen fase
melewati 3 cm setelah 8 jam
inpartu
Pembukaan serviks melewati
garis waspada partograf Insersi uteri
Frekuensi + lamanya
kontraksi kurang dari 3
kontraksi per 10 menit + Disproporsi sefalopelviks
kurang dari 40 detik
Secondery arrest of dilatation Obstruksi
atau arrest of descent
Secondery arrest of dilatation
+ bagian terendah dengan
caput + , terdapat molase
hipal, edema servik tanda
rupture uteri imminiens, fetal
dan maternal distress Mal presentasi
Cara Penanganan
Fase Labor
Bila his belum teratur dan portio masih tertutup pasien boleh pulang periksa adanya
infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapati adanya infeksi saluran
kencing obati secara adekuat bila tidak pasien boleh rawat jalan.
2.3 Etiologi
Penyebab belum diketahui secara jelas, namun dapat dijelaskan :
2.3.1 Mungkin disebabkan vaskularisasi yang berkurang, atau perubahan atrofi pada
desidua akibat persalinan yang lampau sehingga dapat menyebabkan plasenta
previa.
2.3.2 Plasenta yang besar sehingga membentang dan meliputi daerah uterus yang luas,
biasanya terjadi pada janin yang lebih dari satu (kembar).
2.3.3 Zigot tertanam sangat rendah dalam kavum uteri mungkin akan membentuk
plasenta yang pada mulanya sangat berdekatan dengan Ostium Internum Servisis,
yang mana kadang bisa menyebabkan aborsi namun jika kuat tertanam dapat
berakhir dengan plasenta previa.
2.4 Patofisiologi
Umur Penderita Paritas bekas persalinan Mioma malnutrisi
Berulang, SC,
Curratage,
Pasenta manual
Plasenta Previa
2.5 Tanda dan gejala Klinis
2.5.1 Kehamilan 28 minggu / lebih
2.5.2 Perdarahan pervaginan
Sifat : tidak nyeri, darah segar, berulang.
2.5.3 Keadaan umum penderita sesuai dengan banyaknya perdarahan yang terjadi
(anemia dan Syok).
2.5.4 Sering disertai kelainan letak janin
2.5.5 Bagian terendah janin masih tinggi
2.8 Penyulit
2.8.1 Ibu
2.8.1.1 Anemia dan Syok
2.8.1.2 Retensio Plasenta / Plasenta akreta
2.8.1.3 Infeksi
2.8.1.4 Ruptura Uteri
2.8.2 Janin
2.8.2.1 Asfiksia
2.8.2.2 IUFD
2.8.2.3 Premature
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obstetri Sosial, Edisi 2 Jilid 2,
Jakarta : EGC
Saifudin, Abdul BariB, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal, Edisi ke I, Jakarta : YBPSP
RSU Soetomo, 1994, Pedoman dan Terapi, Cab / UPF Ikatan Kebidanan dan Pelayanan
Kandungan, Surabaya.
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2001, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB, Jakarta : EGC
PRE EKLAMSIA (KERACUNAN KEHAMILAN)
Dr. Suparyanto, M.Kes
Konsep Pre-Eklamsi
1 Pengertian Pre-eklamsia
Preeklamsia dan eklamsia merupakan kumpulan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : proteinuri, hipertensi,dan edema,
yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda
Preeklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria, dan edema yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke tiga pada kehamilan,
tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa Prawirohardjo 2005 yang dikutip
2 Etiologi
Menurut Mochtar (2007), Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan
pasti. Banyak teori-teori dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan
penyebabnya.oleh karena itu disebut Penyakit teori, namun belum ada yang memberikan
jawaban yang memuaskan. Teori yang sekarang dipakai sebagai penyebab preeklamsia adalah
teori iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang bertalian
Teori yang dapat diterima haruslah dapat menerangkan : (a) Mengapa frekuensi
Mengapa frekuensi bertambah seiring dengan tuanya kehamilan ,umumnya pada triwulan ke III;
(c)Mengapa terjadi perbaikan keadaan penyakit, bila terjadi kematian janin dalam kandungan;
(d) mengapa frekuensi menjadi lebih rendah pada kehamilan berikutnya; dan (e) Penyebab
timbulnya hipertensi,proteinuria,edema dan konvulsi sampai koma. Dari hal-hal tersebut diatas,
jelaslah bahwa bukan hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan pre-
terjadi penurunan produksi prostsiklin (PGI 2) yang pada kehamilan normal meningkat, aktifasi
pengumpulan dan fibrinolisis, yang kemudian akan digant trombin dan plasmin,trombin akan
mengkonsumsi anti trombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktifasi trombosit menyebabkan
pelepasan tromboksan (TXA2) dan serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan
endotel.
Menurut Rukiyah (2010), Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak
timbu lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat ditererangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang
semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Beberapa data yang mendukung adanya sistem
imun pada penderita PE-E, beberapa wanita dengan PE-E mempunyai komplek imun dalam
serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktifasi sistem komplemen pada PE-E diikuti
proteinuria.
c) Faktor genetik
Beberapa bukti menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian PE-E antara lain : (1)
preeklamsia hanya terjadi pada manusia; (2) terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
PE-E pada anak-anak dari ibu yang menderita PE-E; (3) kescenderungan meningkatnya
frekuensi PE-E pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat PE-E dan bukan pada ipar mereka;
Yang jelas preeklamsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil,
disamping infeksi dan perdarahan, Oleh sebab itu, bila ibu hamil ketahuan beresiko, terutama
sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi
kehamilan tersebut.
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya
preeklamsia dan eklamsia. Faktor-faktor tersebut antara lain,gizi buruk, kegemukan, dan
gangguan aliran darah kerahim. Faktor resiko terjadinya preeklamsia, preeklamsia umumnya
terjadi pada kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja dan kehamilan pada wanita
diatas usia 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah riwayat tekanan darah tinggi yang kronis
sebelum kehamilan, riwayat mengalami preeklamsia sebelumnya, riwayat preeklamsia pada ibu
atau saudara perempuan, kegemukan,mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing
3 Patofisiologi
Menurut Mochtar (2007) Pada preeklamsia terjadi spasme pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerolus.
Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh
satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan
darah akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan intertisial belum diketahui penyebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
glomerolus.
4 Klasifikasi
a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang: atau
kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak 1 jam,sebaiknya 6 jam.
b) Edema umum, kaki jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg per minggu.
c) Proteinuria kwantitatif 0,3 gr per liter,kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau
midstream.
Menurut Mochtar (2007) pada penderita preeklamasi dapat terjadi perubahan pada
1) Otak
Pada pre-eklamsia aliran darah dan pemakaian oksigen tetap dalam batas-batas normal.
Pada eklamsia, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak.
Edema yang terjadi pada otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan
Aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-
eklamsia dan eklamsiasering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaanya terhadap rangsang,
3) Ginjal
Filtrasi glomerolus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan
filtrasi natrium melalui glomerolus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air.
Filtrasi glomerolus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat
4) Paru-paru
Kematian ibu pada pre-eklamsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh edema paru
yang menimbulkan decompensasi cordis. Bisa pula karena terjadinja aspirasi pnemonia,atau
abses paru.
5) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal-hal
tersebut, maka harus di curigai terjadinya pre eklamsia berat. Pada eklamsia dapat terjadi ablasio
retina yang disebabkan odema intra-okuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan
terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukkan tanda pre-eklamsia berat adalah
adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan adanya perubahan peredaran darah
Pada pre-eklamsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada
metabolisme air, elektrolit, kristaloit, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan
keseimbangan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat dan pH darah berada berada pada
batas normal. Pada pre-eklamsia berat dan eklamsia, kadar gula darah naik sementara, asam
laktat dan asam organik lainya naik,sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya
disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi, dan
dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat.
Oleh beberapa penulis/ahli kadar asam urat dalam darah dipakai untuk menentukan arah
6 Frekuensi
Ada yang melaporkan angka kejadian sebanyak 6% dari seluruh kehamilan, dan 12%
pada kehamilan primigravida. Menurut beberapa penulis lain frekuensi dilaporkan sekitar 3-
10%.
usia muda.
melitus, kehamilan ganda, hidrops fetalis, obesitas, dan umur yang lebih dari 35 tahun (Mochtar,
2007).
7 Diagnosis
1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, dan timbul
proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala didaerah frontal,nyeri epigastrium; gangguan visus; penglihatan
kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah. Gangguan serebral lainya : Oyong, reflek
laboratorium.
.8 Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan untuk setiap kehamilan dengan penyulit preeklamsia
adalah :
1) Terminasi kehamilan dengan trauma sekecil mungkin bagi ibu dan janinya.
Pada kasus preeklasmia tertentu, terutama pada wanita menjelang atau sudah aterm, tiga
tujuan tersebut dapat terpenuhi oleh induksi persalinan. Dengan demikian, informasi terpenting
yang perlu dimiliki oleh ahli obstetri agar penanganan kehamilan berhasil dan terutama
kehamilan dengan penyulit hipertensi, adalah kepastian usia janin (Cuningham dkk,2005).
1) Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan, dengan cara : ibu dianjurkan banyak
pemberian sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 mg/oral selama 7
hari (atas instruksi dokter); roborantia; kunjungan ulang selama 1 minggu; pemeriksaan
laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati,
fungsi ginjal.
2) Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklamsi ringan berdasarkan kriteria : setelah duan
minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala
preeklamsia; kenaikan berat badan ibu 1kg atau lebih/minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsia berat.
Bila setelah satu minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklamsia ringan
dianggap sebagai preeklamsia berat. Jika dalam perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan
sebelum 1 minggu dan kehamilan masih preterm maka penderita tetap dirawat selama 2 hari lagi
perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm; bila desakan darah turun tetapi belum mencapai
normotensi selama perawtan maka kehamilanya dapat diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu
atau lebih.
2) Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih) : persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan
3) Cara persalinan : persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu memperpendek kala II.
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklamsia berat selama
1) Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau diterminasi ditambah pengobatan
medicinal.
Menurut Cuningham dkk. (2005), Berbagai strategi telah digunakan sebagai upaya
untuk mencegah preeklamsia. Biasanya strategi-strategi ini mencakup manipulasi diet dan usaha
terjadinya preeklamsia. Usaha farmakologis mencakup pemakaian aspirin dosis rendah dan
antioksidan.
1 Manipulasi diet
Salah satu usaha paling awal yang ditujukan untuk mencegah preeklamsia adalah
pembatasan asupan garam selama hamil, Knuist dkk. (1998) yang dikutip oleh Cuningham
(2005).
Berdasarkan sebagian besar studi di luar amerika serikat, ditemukan bahwa wanita
dengan diet rendah kalsium secara bermakna beresiko lebih tinggi mengalami hipertensi akibat
kehamilan. Hal ini mendorong dilakukanya paling sedikit 14 uji klinis acak yang menghasilkan
penurunan bermakna tekanan darah serta mencegah preeklamsia. Namun studi yang tampaknya
definitif dilakukan oleh Lavine dkk.,(1997) yang dikutip oleh Cuningham (2005). Studi ini
adalah suatu uji klinis acak yang disponsori oleh the National Institute of Child Health and
Human development. Dalam uji yang menggunakan penyamar-ganda ini,4589 wanita nulipara
sehat dibagi secara acak untuk mendapat 2g suplemen kalsium atau plasebo.
Manipulasi diet lainya untuk mencegah preeklamsia yang telah diteliti adalah
pemberian empat sampai sembilan kapsul yang mengandung minyak ikan setiap hari. Suplemen
harian ini dipilih sebagai upaya untuk memodifikasi keseimbangan prostaglandin yang
Dengan aspirin 60 mg atau plasebo yang diberikan kepada wanita primigravida peka-
angiotensin pada usia kehamilan 28 minggu. Menurunya insiden preeklamsi pada kelompok
terapi diperkirakan disebabkan oleh supresi selektif sintesis tromboksan oleh trombosit serta
tidak terganggunya produksi prostasiklin. Berdasarkan laporan ini dan laporan lain dengan hasil
serupa, dilakukan uji klinis acak multisentra pada wanita beresiko rendah dan tinggi di amerika
serikat dan negara lain. Uji-uji klinis ini secara konsisten menperlihatkan aspirin dosis rendah
efektif untuk mencegah preeklamsia. Dalam suatu analisis sekunder terhadap uji klinis intervensi
3 Antioksidan
mengendalikan peroksidasi lemak yang diperkirakan berperan dalam disfungsi sel endotel pada
antioksidan. Schirif dkk.,(1996) yang dikutip oleh Cuningham (2005), menguji hipotesis bahwa
penurunan aktifitas antioksidan berperan dalam preeklamsia dengan mempelajari konsumsi diet
serta konsentrasi vitamin E dalam plasma pada 42 kehamilan dengan 90 kontrol. Mereka
menemukan kadar vitamin E plasma yang tinggi pada wanita dengan preeklamsia, tetapi
konsumsi vitamin E dalam diet tersebut tidak berkaitan dengan preeklamsia. Mereka
berspekulasi bahwa tingginya kadar vitamin E yang diamati disebabkan oleh respons terhadap
antioksidan untuk wanita hamil akan mengubah cedera sel endotel yang dikaitkan dengan
preeklamsia. Sebanyak 283 wanita hamil 18 sampai 22 minggu yang beresiko preeklamsia dibagi
secara acak untuk mendapat terapi antioksidan atau plasebo. Terapi antioksidan secara bermakna
menurunkan aktivasi sel endotel dan mengisyaratkan bahwa terapi semacam ini mungkin
bermanfaat untuk mencegah preeklamsia. Juga terjadi penurunan bermakna insiden preeklamsia
pada mereka yang mendapat vitamin C dan E dibandingkan dengan kelompok kontrol (17 versus
11 persen,p <0,02).
4 Pemeriksaan antenatal
Pemeriksaan antenatal care yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda
sedini mungkin (preeklamsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit
tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklamsia
kalau ada faktor-faktor predisposisi, memberikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur,
ketenangan, serta pentingnya mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi
wanita hamil yang beresiko tinggi, pengenalan, dan laporan gejala-gejala peringatan fisik
merupakan komponen inti untuk mengoptimalkan hasil pada maternal dan perinatal.
Kemampuan perawat dalam memeriksa faktor-faktor dan gejala-gejala preeklamsia pada klien
tidak dapat terlalu dihrapkan. Perawat dapat melakukan banyak hal dalam tugas pendukung.
Tindakan harus diambil untuk menambah pengetahuan dan akses publik pada perawatan
konseling nutrisi dan informasi tentang adaptasi normal pada kehamilan merupakan komponen
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Bobak, Margaret Duncan. 2000. Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : YIA-PKP
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika
Machfoedz, Eko Suryani. 2009. Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi Kesehatan. Yogyakarta:
Firamaya
Manuaba, I.A Candradinata.Dkk. 2008 . Gawat Darurat Obstetri Ginekologi Dan Obstetri Ginekologi
Social Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
Manuaba, I.B Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta :
EGC
Nursalam, Siti Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika
Nursalam.2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Perry, Potter. 2005. Buku Saku Keterampilan Dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC
Sastrawinata, Sulaiman.Dkk. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Syarifudin, Yudhia Fratidhina. 2009. Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan.Jakarta : TIM
Yulianti, Devi.2005. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: EGC
Ensiklopedia bebas berbahasa 2011, Pengetahuan .www. Wikipedia. Co.Id. download:3 November
2011
A. Kehamilan
Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa persyaratan mutlak, antara
lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan rongga rahim yang normal, saluran telur (tubafallopi)
yang intak (bebas dan tidak buntu), indung telur (ovarium) normal, serta pertemuan sel sperma dan sel
telur (ovum) pada saat yang tepat (masa subur) (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 19).
Fertilisasi merupakan proses terjadinya pembuahan yaitu saat sel sperma dan sel telur bertemu.
Proses ini adalah salah satu proses biologis yang sangat penting, diawali dengan pelepasan sel telur
(ovulasi) oleh indung telur pada puncak masa subur. Pembuahan dapat terjadi dalam waktu beberapa jam
setelah ovulasi, proses ini terjadi di saluran telur (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 20).
Tiga pembagian waktu kehamilan yaitu trimester pertama apabila kehamilan masih berumur 0-12
minggu. Trimester kedua, apabila umur kehamilan lebih dari 12-28 minggu, serta trimester ketiga apabila
umur kehamilan lebih dari 28-40 minggu (Siswosuharjo, Suwignyo, dkk, 2010 : 43).
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih rendah dari
batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai normal.
Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah dibawah nilai
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau massa
hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan
Ibu hamil dikatakan anemia jika hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada
ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang dikandungnya
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini penting
dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami
anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya
adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3
kategori yaitu:
b. Ringan 8-11gr%
c. Berat <8gr%
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah pingsan
walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).
d. Sesak napas
e. Konsentrasi terganggu
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah
salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut Anemia Gizi
Besi.
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan sirkulasi yang
semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65%
pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-9, menurun sedikit menjelang
aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 115).
Klasifikasi Anemia Dalam kehamilan menurut Tarwoto,dkk, (2007 : 42-56) adalah sebagai
berikut:
Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia, yang disebabkan oleh suplai besi
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena defesiensi vitamin B12 dan asam folat.
c. Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut
d. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga usianya lebih
pendek.
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran limpa akibat molekul Hb.
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat Sahli, yaitu membandingkan secara
1. Lancet/jarum penusuk
3. Bengkok
4. Kapas kering
5. Hb meter
6. Alat pengaduk
7. Aquadest
8. HCl 0,1 n
b. Prosedur kerja
2) Cuci tangan
4) Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan penusukan pada kapiler di jari tangan
atau tungkai
5) Lakukan penusukan dengan lancet atau jarum pada daerah perifer seperti jari tangan.
7) Kemudian ambil darah dengan pengisap pipet sampai garis yang ditentukan
8) Masukkan ke dalam tabung Hb meter dan encerkan dengan aquadest hingga warna sesuai dengan
pembanding Hb meter
b. Ringan : Hb 8g/dl-<11g/dl
c. Sedang : Hb 5g/dl-<8g/dl
7. Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Hb Anemia Kurang
Jenis Kelamin Hb Normal
Dari (gr/dl)
13.5-18.5
Lahir (aterm) 13.5
Perempuan dewasa tidak
12.0-15.0 12.0
hamil
Perempuan dewasa
hamil:
Trimester Pertama : 0-12
11.0-14.0 11.0
minggu
Trimester Kedua : 13-28
10.5-14.5 10.5
minggu
Trimester ketiga : 29
11.0-14.0 11.0
aterm
(Tarwoto, 2007:64)
Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika:
Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung terkena
anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya
sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita
hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Resiko kematian
maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat.
Pengaruh anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus
lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan
gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal) (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 :
114-115).
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil. Makan
makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah dan kacang
tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi
dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat.
Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami anemia selama kehamilan,
biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada
kunjungan pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Proverawati, Atikah, 2011 : 137).
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro sulfat dan
0,25 mg asam folat. Wanita yang sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi
sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu) tablet tambah darah
seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah
1 (satu) tablet tambah darah paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk setiap
anemia jika gejala yang dialami cukup parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136).
1. Pengertian Janin
Masa Embrional, meliputi masa pertumbuhan intrauterin sampai usia kehamilan 8 minggu, ketika
ovum yang dibuahi mengadakan pembelahan menjadi organ-organ yang hampir lengkap sampai terbentuk
struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia. Misalnya sistem sirkulasi, berlanjut terus
sampai minggu ke-12. Masa fetal meliputi masa pertumbuhan intrauterin antara usia kehamilan minggu
ke 8-12 sampai dengan minggu ke-40 (pada kehamilan normal/aterm), ketika organisme yang telah
memiliki struktur lengkap tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada
keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (Prasetyadi, Frans.O.H, 2012 : 38).
Pengertian janin yaitu hasil dari konsepsi yang terjadi antara sel sperma dan sel telur yang
tumbuh dan berkembang dalam rahim seorang wanita yang dimulai dari usia 0 s/d 36-40 minggu
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibu. Jika
ibu mengalami anemia selama kehamilan maka berisiko untuk memiliki bayi lahir prematur atau berat
Pada bayi baru lahir, yang dikatakan berat badan normal yaitu sekitar 2500-3500 gram apabila
ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram maka dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah
Salah satu penyebab dari BBLR adalah anemia pada ibu hamil karena kekurangan zat besi.
Kebutuhan zat besi sekitar sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300%. Perkiraan besarnya
zat besi yang perlu ditimbun selama hamil 1.040 mg. Dari jumlah itu, 200 mg zat besi tertahan oleh tubuh
ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian
50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg
hilang ketika melahirkan. Kebutuhan zat besi pada trimester pertama relatif lebih sedikit yaitu sekitar 0.8
mg per hari, tetapi pada trimester dua dan trimester tiga meningkat menjadi 6.3 mg perhari (Tarwoto, dkk,
2007 : 65).
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan janin adalah:
a. Gizi Ibu
Gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan
berpengaruh positif, sedangkan bila kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini
tampak jelas pada bayi yang baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang dan besarnya
bayi dalam keadaan normal bila gizi juga baik. Gizi yang berlebihan mengakibatkan bayi terlalu
panjang dan terlalu besar. Bayi yang terlalu panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses
kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi, bayinya pendek, kecil, dan kondisi
b. Aktifitas Fisik
Pada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktifitas fisik, Tetapi terbatas pada aktifitas
ringan. Aktifitas fisik yang berat bisa menyebabkan keguguran kandungan, apalagi bila
dilakukan pada bulan-bulan awal kehamilan. Aktifitas fisik yang berat bisa mengakibatkan
kelelahan, misalnya Ibu hamil yang bekerja terlalu berat disebabkan karena terlalu banyak
aktifitas yang cukup menyita energi dan konsentrasi, besarnya janin akan menyusut atau
berkembangnnya tidak baik. kelelahan dapat menurunkan nafsu makan. Jika nafsu makan
menurun, maka pasokan nutrisi bagi janin dapat terganggu. Perkembangan dan pertumbuhan
bayi yang ada dalam kandugan bisa terganggu dan tidak bisa berkembang sempurna.
Penyakit yang diderita ibu pada saat hamil bisa berakibat negatif kepada janin yang
dikandung. Akibat negatif yang bisa ditimbulkan adalah kematian pada saat di dalam
kandungan atau terbentuknya organ-organ tubuh jari yang tidak sempurna atau cacat.
Penyakit ibu yang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin di dalam
(http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/11/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-
janin-dan-individu/)
3. Penentuan Taksiran Berat Badan Janin Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pada setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Apabila hasil wawancara atau
temuan fisik mencurigakan, dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. Salah satu pemantauan kehamilan
yang dilakukan adalah pengukuran tinggi fundus uteri. Pengukuran TFU dapat membantu
mengidentifikasi faktor-faktor risiko tinggi misalnya pada ibu hamil dengan anemia. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan penting dalam pemeriksaan kehamilan
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya
dengan beberapa patokan antara lain simpisis pubis, umbilikus dan prosesus xipoideus. Cara tersebut
dilakukan dengan atau tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Sebaik-baiknya pemeriksaan tersebut
hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi (Kusmiyati,Yuni, dkk, 2008 : 51).
Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus uteri, lebih disarankan menggunakan pita ukur
untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas simpisis pubis karena memberikan hasil yang lebih akurat
dan dapat diandalkan. Diketahui bahwa pengukuran dengan menggunakan pita ukur memberikan hasil
yang lebih konsisten antar-individu. Juga telah dibuktikan bahwa teknik ini sangat berguna dinegara
berkembang sebagai alat tapis awal dan dapat dilakukan oleh para dokter dan bidan dengan efisiensi yang
Penting untuk diketahui bahwa pita ukur yang digunakan hendaknya terbuat dari bahan yang bisa
mengendur (seperti yang digunakan para penjahit). Kandung kemih hendaknya kosong. Pengukuran
dilakukan dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada tepi atas simfisis pubis dan dengan tetap
menjaga pita ukur menempel pada dinding abdomen diukur jaraknya kebagian atas fundus uteri. Ukuran
ini biasanya sesuai dengan umur kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan 28 minggu
Berdasarkan Rumus Johnson Toshack, untuk menghitung Taksiran berat badan janin melalui pengukuran tinggi fundus
TBBJ (Taksiran Berat Badan Janin) = (Tinggi Fundus Uteri (cm) N ) x 155 gram.
Keterangan :
Misalnya tinggi fundus uteri ibu 28 cm, sementara kepala janin masih belum memasuki PAP. Maka
perhitungannya adalah (28-13)x155=2325 gram. Jadi taksiran berat badan janin yang didapat adalah 2325
gram (http://www.scribd.com/doc/55725594/Rumus-Johnson)
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri pada ibu hamil dengan anemia sangat diperlukan untuk mengetahui
berat badan janin sebelum bayi lahir. Menurut Kristiyanasari kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin . Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas dan
kematian perinatal. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas
maupu mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan Prematur lebih besar.
a. Metode I
Menentukan TFU dengan mengkombinasikan hasil pengukuran dari memperkirakan dimana TFU berada
pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simpisis pubis wanita, umbilikus dan ujung jari dari
prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat ukur.
2) Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.
Keuntungan :
b) Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan
tanggal dan dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih
b. Metode II
Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada
tepi atas simpisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis
tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm yang terletak ketika 2 ujung caliper bertemu.
Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu. Keuntungan
mengukur dengan cara ini adalah lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur
TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom,Mc.Farlin dan
Sitler). Kerugiannya adalah jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih
c. Metode III
Menggunakan pita pengukur dimulai dari titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis
pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dengan
skala cm.
Keuntungan:
2) Cukup akurat
d. Metoda IV
Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur
diletakkan pada tepi atas simfisis pubis digaris abdominal, tangan yang lain diletakkan didasar fundus,
pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana
jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya
dan kemudian secara relatif lurus ketitik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope
anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara
1) Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahan 4 cm pada jumlah cm
yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
2) Sesudah fundus mencapai tinggi yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang
terukur. Jumlah total centimeternya yang diukur diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan.
(http://www.bascommetro.com/2010/04/pengukuran-tinggi-fundus-uteri.html)
5. Kurva Berat Badan Lahir dan Berat Badan Janin Menurut David Hull Derek I. Johnston.
Setelah dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu hamil trimester III, diperoleh hasil Berat
Badan Janin yang dapat dikonversikan kedalam kurva menurut Hull Derek I. Johnston seperti dibawah
ini:
Hypotermia
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui
jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi
lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat menimbulkan serangan
dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal dari hypotermi.
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hypotermi sedang suhu 32C 36C. Disebut hypotermi berat bila suhu tubuh <
32C. Untuk mengukur suhu hypotermi diperlukan termometer ukuran rendah
yang dapat mengukur sampai 25C. Disamping sebagai suatu gejala, hypotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Hypotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi yang sangat kecil atau
bayi yang diresusitasi (dipisahkan dari ibu), dalam kasus ini suhu dapat cepat
turun < 35C. Hypotermi menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah,
yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh, yang mengakibatkan hypoksemia dan berlanjut dengan
kematian.
6. Lemah.
7. Menggigil.
8. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan tubuh bayi
mengeras (sklerema).
9. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.
10. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32C < 36C).
3. Tangisan lemah.
4. Pernafasan lambat.
5. Pernafasan tidak teratur.
5. Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap
berada dalamkeadaan hangat.
6. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh.
1. Hypotermia sedang
Anjurkan ibu untuk menyusui bayi lebih sering. Bila bayi tidak
dapat menyusu, berikan susu peras.
Periksa suhu bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/jam,
berarti usaha menghangatkan bayi berhasil. Lanjutkan periksa suhu
tiap 2 jam.
Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari
tanda sepsis.
2. Hypotermia berat
Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas > 60 atau <
30 x/mnt, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi).
Beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap
terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
2.2 Hypertermia
Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri
temperatur inti > 40Cdisertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem
saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan
panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat
(Prawirohardjo, sarwono. 2002). Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya
bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas,
dalam ruangan yang udaranya panas atau terlalu banyak pakaian dan selimut.
1. Suhu lingkungan.
2. Dehidrasi.
3. Perdarahan intrakranial.
4. Infeksi.
2.2.3 Tanda dan Gejala Hypertermia
4. Kulit hangat telihat kemerahan atau merah muda pada awalnya dan
kemudian terlihat pucat.
4. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal
(jangan menggunakan air es).
Sel otak tidak mampu hidup jika kekurangan glukose. Hypoglikemi dapat
terjadi berkaitan dengan banyak penyakit, misalnya pada neonatus dengan ibu
diabetes dan mengalami Hyperglikemi in utero, atau sebagai komplikasi cidera
dingin. Selama masa menggigil simpanan glikogen tubuh tidak mencukupi,
tetapi jika dihangatkan terjadi peningkatan kebutuhan glikogen. Simpanan
glikogen menurun dan cadangan tidak dapat memenuhi kebutuhan pada
pemanasan.
2.3.2 Patofisiologi
4. Kejadian hypoglikemia lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes.
5. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan hidup
selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
6. Neonatus puasa.
4. Lain lain :
d. Lain lain :
Insufisiensi adrenal
Sepsis
Transfusi tukar
2. Sianosis.
5. Apnea.
7. Hipotermia.
8. RDS
2.3.7 Diagnosis Hypoglikemia Pada Neonatus
Pada timbul dibetes mellitus ada rasa haus, penurunan berat badan,
banyak kencing, lesu dan mengompol waktu malam. Gejala gejala ini
tampak selama beberapa minggu. Ketoasidosis yang nampak pada anak harus
diperlakukan sebagai keadaan gawat dan anak harus dirawat dirumah sakit.
A. Kehamilan
Kehamilan secara alami dapat terjadi dengan terpenuhinya beberapa persyaratan mutlak,
antara lain : sperma suami yang normal, mulut rahim dan rongga rahim yang normal, saluran
telur (tubafallopi) yang intak (bebas dan tidak buntu), indung telur (ovarium) normal, serta
pertemuan sel sperma dan sel telur (ovum) pada saat yang tepat (masa subur) (Prasetyadi,
Fertilisasi merupakan proses terjadinya pembuahan yaitu saat sel sperma dan sel telur
bertemu. Proses ini adalah salah satu proses biologis yang sangat penting, diawali dengan
pelepasan sel telur (ovulasi) oleh indung telur pada puncak masa subur. Pembuahan dapat terjadi
dalam waktu beberapa jam setelah ovulasi, proses ini terjadi di saluran telur (Prasetyadi,
Tiga pembagian waktu kehamilan yaitu trimester pertama apabila kehamilan masih
berumur 0-12 minggu. Trimester kedua, apabila umur kehamilan lebih dari 12-28 minggu, serta
trimester ketiga apabila umur kehamilan lebih dari 28-40 minggu (Siswosuharjo, Suwignyo, dkk,
2010 : 43).
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin lebih
rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin dibawah nilai
normal. Pada penderita anemia lebih sering disebut dengan kurang darah, kadar sel darah merah
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen
anemia pada ibu hamil tidak saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan zat besi. Hal ini
penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan pertama kehamilan. Bahkan, jika
tidak mengalami anemia pada saat kunjungan pertama, masih mungkin terjadi anemia pada
Anemia juga disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi
atau adanya gangguan penyerapan zat besi dalam tubuh (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
Bila kadar Hb < 7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai ambang batas yang
digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil berdasarkan kriteria WHO tahun 1972
b. Ringan 8-11gr%
c. Berat <8gr%
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemah, pucat dan mudah
pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal (Feryanto, Achmad, 2011 : 37).
d. Sesak napas
e. Konsentrasi terganggu
a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor kemiskinan.
b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.
c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang banyak, perdarahan akibat
luka.
Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi
adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut
a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan.
yang semakin meningkat terhadap plasenta dan pertumbuhan payudara. Volume plasma
meningkat 45-65% pada trimester II kehamilan dan maksimum terjadi pada pada bulan ke-9,
menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah partus (Rukiyah, Ai
sebagai berikut:
Anemia defesiensi besi merupakan jenis anemia terbanyak didunia, yang disebabkan oleh suplai
b. Anemia Megaloblastik
Anemia yang disebabkan karena defesiensi vitamin B12 dan asam folat.
c. Anemia Aplastik
Terjadi akibat ketidaksanggupan sumsum tulang membentuk sel-sel darah. Kegagalan tersebut
d. Anemia Hemolitik
Anemia Hemolitik disebabkan karena terjadi peningkatan hemolisis dari eritrosit, sehingga
Anemia sel sabit adalah anemia hemolitika berat dan pembesaran limpa akibat molekul Hb.
1. Lancet/jarum penusuk
3. Bengkok
4. Kapas kering
5. Hb meter
6. Alat pengaduk
7. Aquadest
8. HCl 0,1 n
b. Prosedur kerja
2) Cuci tangan
4) Desinfeksi dengan kapas alkohol pada daerah yang akan dilakukan penusukan pada kapiler di
5) Lakukan penusukan dengan lancet atau jarum pada daerah perifer seperti jari tangan.
7) Kemudian ambil darah dengan pengisap pipet sampai garis yang ditentukan
8) Masukkan ke dalam tabung Hb meter dan encerkan dengan aquadest hingga warna sesuai
b. Ringan : Hb 8g/dl-<11g/dl
c. Sedang : Hb 5g/dl-<8g/dl
7. Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Adapun kadar Hb menurut WHO pada perempuan dewasa dan ibu hamil adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.1
Kadar Hemoglobin Pada Perempuan Dewasa dan Ibu Hamil Menurut WHO
Hb Anemia Kurang
Jenis Kelamin Hb Normal
Dari (gr/dl)
13.5-18.5
Lahir (aterm) 13.5
Perempuan dewasa
12.0-15.0 12.0
tidak hamil
Perempuan dewasa
hamil:
Trimester Pertama : 0- 11.0-14.0 11.0
12 minggu
Trimester Kedua : 13-
10.5-14.5 10.5
28 minggu
Trimester ketiga : 29
11.0-14.0 11.0
aterm
(Tarwoto, 2007:64)
Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan jika:
Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil cenderung
terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi
untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen.
Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.
Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan angka
kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang
sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (Abortus, partus prematurus),
gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan
terhadap infeksi dan stress, produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus,
Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil.
Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah
dan kacang tanah) dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh
memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari.
Jika mengalami anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil suplemen
zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada kunjungan pertama kehamilan untuk
Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet mengandung 200 mg ferro
sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya
sangat tinggi sehingga perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu)
tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet setiap hari selama
haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah darah paling sedikit selama 90 hari masa
Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi darah biasanya dilakukan untuk
setiap anemia jika gejala yang dialami cukup parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136).
1. Pengertian Janin
minggu, ketika ovum yang dibuahi mengadakan pembelahan menjadi organ-organ yang hampir
lengkap sampai terbentuk struktur yang akan berkembang menjadi bentuk manusia. Misalnya
sistem sirkulasi, berlanjut terus sampai minggu ke-12. Masa fetal meliputi masa pertumbuhan
intrauterin antara usia kehamilan minggu ke 8-12 sampai dengan minggu ke-40 (pada kehamilan
normal/aterm), ketika organisme yang telah memiliki struktur lengkap tersebut mengalami
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang memungkinkan untuk
Pengertian janin yaitu hasil dari konsepsi yang terjadi antara sel sperma dan sel telur
yang tumbuh dan berkembang dalam rahim seorang wanita yang dimulai dari usia 0 s/d 36-40
Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sangat dipengaruhi oleh kesehatan
ibu. Jika ibu mengalami anemia selama kehamilan maka berisiko untuk memiliki bayi lahir
prematur atau berat badan bayi lahir rendah (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 38).
Pada bayi baru lahir, yang dikatakan berat badan normal yaitu sekitar 2500-3500 gram
apabila ditemukan berat badan kurang dari 2500 gram maka dikatakan bayi memiliki berat badan
Salah satu penyebab dari BBLR adalah anemia pada ibu hamil karena kekurangan zat
besi. Kebutuhan zat besi sekitar sekitar 1000 mg selama hamil atau naik sekitar 200-300%.
Perkiraan besarnya zat besi yang perlu ditimbun selama hamil 1.040 mg. Dari jumlah itu, 200
mg zat besi tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang. Sebanyak 300 mg
besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk pembentukan plasenta, 450 mg untuk
menambah jumlah sel darah merah dan 200 mg hilang ketika melahirkan. Kebutuhan zat besi
pada trimester pertama relatif lebih sedikit yaitu sekitar 0.8 mg per hari, tetapi pada trimester dua
dan trimester tiga meningkat menjadi 6.3 mg perhari (Tarwoto, dkk, 2007 : 65).
Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan janin adalah:
a. Gizi Ibu
Gizi makanan ibu berpengaruh pada pertumbuhan janin. Pengaturan gizi yang baik akan
berpengaruh positif, sedangkan bila kurang baik maka pengaruhnya negatif. Pengaruh ini tampak
jelas pada bayi yang baru lahir dalam hal panjang dan besarnya. Panjang dan besarnya bayi
dalam keadaan normal bila gizi juga baik. Gizi yang berlebihan mengakibatkan bayi terlalu
panjang dan terlalu besar. Bayi yang terlalu panjang dan terlalu besar bisa menyulitkan proses
kelahiran. Sedangkan ibu yang kekurangan gizi, bayinya pendek, kecil, dan kondisi
Pada saat hamil ibu tetap perlu melakukan aktifitas fisik, Tetapi terbatas pada aktifitas ringan.
Aktifitas fisik yang berat bisa menyebabkan keguguran kandungan, apalagi bila dilakukan pada
bulan-bulan awal kehamilan. Aktifitas fisik yang berat bisa mengakibatkan kelelahan, misalnya
Ibu hamil yang bekerja terlalu berat disebabkan karena terlalu banyak aktifitas yang cukup
menyita energi dan konsentrasi, besarnya janin akan menyusut atau berkembangnnya tidak baik.
kelelahan dapat menurunkan nafsu makan. Jika nafsu makan menurun, maka pasokan nutrisi
bagi janin dapat terganggu. Perkembangan dan pertumbuhan bayi yang ada dalam kandugan bisa
Penyakit yang diderita ibu pada saat hamil bisa berakibat negatif kepada janin yang
dikandung. Akibat negatif yang bisa ditimbulkan adalah kematian pada saat di dalam kandungan
atau terbentuknya organ-organ tubuh jari yang tidak sempurna atau cacat.
Penyakit ibu yang bisa menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin di dalam
(http://rosy46nelli.wordpress.com/2009/11/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perkembangan-
janin-dan-individu/)
3. Penentuan Taksiran Berat Badan Janin Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Pada setiap kunjungan ibu hamil dilakukan pemeriksaan menyeluruh. Apabila hasil
wawancara atau temuan fisik mencurigakan, dilakukan pemeriksaan lebih mendalam. Salah satu
pemantauan kehamilan yang dilakukan adalah pengukuran tinggi fundus uteri. Pengukuran TFU
dapat membantu mengidentifikasi faktor-faktor risiko tinggi misalnya pada ibu hamil dengan
anemia. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran TFU memegang peranan
Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simpisis pubis, umbilikus dan prosesus
xipoideus. Cara tersebut dilakukan dengan atau tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu.
Sebaik-baiknya pemeriksaan tersebut hasilnya masih kasar dan dilaporkan hasilnya bervariasi
Dalam upaya standarisasi perkiraan tinggi fundus uteri, lebih disarankan menggunakan pita
ukur untuk mengukur tinggi fundus dari tepi atas simpisis pubis karena memberikan hasil yang
lebih akurat dan dapat diandalkan. Diketahui bahwa pengukuran dengan menggunakan pita ukur
memberikan hasil yang lebih konsisten antar-individu. Juga telah dibuktikan bahwa teknik ini
sangat berguna dinegara berkembang sebagai alat tapis awal dan dapat dilakukan oleh para
dokter dan bidan dengan efisiensi yang setara (Kusmiyati, Yuni, dkk, 2008 : 51).
Penting untuk diketahui bahwa pita ukur yang digunakan hendaknya terbuat dari bahan yang
bisa mengendur (seperti yang digunakan para penjahit). Kandung kemih hendaknya kosong.
Pengukuran dilakukan dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada tepi atas simfisis pubis
dan dengan tetap menjaga pita ukur menempel pada dinding abdomen diukur jaraknya kebagian
atas fundus uteri. Ukuran ini biasanya sesuai dengan umur kehamilan dalam minggu setelah
Berdasarkan Rumus Johnson Toshack, untuk menghitung Taksiran berat badan janin melalui pengukuran
TBBJ (Taksiran Berat Badan Janin) = (Tinggi Fundus Uteri (cm) N ) x 155 gram.
Keterangan :
Misalnya tinggi fundus uteri ibu 28 cm, sementara kepala janin masih belum memasuki
PAP. Maka perhitungannya adalah (28-13)x155=2325 gram. Jadi taksiran berat badan janin yang
Pengukuran Tinggi Fundus Uteri pada ibu hamil dengan anemia sangat diperlukan untuk
mengetahui berat badan janin sebelum bayi lahir. Menurut Kristiyanasari kekurangan zat besi
dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin . Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas dan kematian perinatal. Pada ibu hamil yang menderita
anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupu mortalitas ibu dan bayi,
a. Metode I
TFU berada pada setiap minggu kehamilan dihubungkan dengan simpisis pubis wanita,
umbilikus dan ujung jari dari prosesus xifoid dan menggunakan lebar jari pemeriksa sebagai alat
ukur.
1) Wanita bervariasi pada jarak simpisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik.
2) Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.
Keuntungan :
b) Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan
dengan tanggal dan dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya
pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidaksesuaian dan sebab kelainan tersebut.
b. Metode II
Metode ini menggunakan alat ukur Caliper. Caliper digunakan dengan meletakkan satu
ujung pada tepi atas simpisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung
diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm yang terletak
ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah
sekitar 22-24 minggu. Keuntungan mengukur dengan cara ini adalah lebih akurat dibandingkan
pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh
studi yang dilakukan Engstrom,Mc.Farlin dan Sitler). Kerugiannya adalah jarang digunakan
karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan
c. Metode III
Menggunakan pita pengukur dimulai dari titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas
simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil
Keuntungan:
2) Cukup akurat
d. Metoda IV
Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur
diletakkan pada tepi atas simfisis pubis digaris abdominal, tangan yang lain diletakkan didasar
fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan
sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk
abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ketitik yang ditahan oleh
jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus. Caranya tidak diukur karena
tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut:
1) Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahan 4 cm pada jumlah
cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu
kehamilan
2) Sesudah fundus mencapai tinggi yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm
yang terukur. Jumlah total centimeternya yang diukur diperkirakan sama dengan jumlah minggu
kehamilan. (http://www.bascommetro.com/2010/04/pengukuran-tinggi-fundus-uteri.html)
5. Kurva Berat Badan Lahir dan Berat Badan Janin Menurut David Hull Derek I. Johnston.
Setelah dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri pada ibu hamil trimester III, diperoleh hasil
Berat Badan Janin yang dapat dikonversikan kedalam kurva menurut Hull Derek I. Johnston
Hypotermia
2.1.1 Pengertian Hypotermia
Bayi lahir dengan tubuh basah oleh air ketuban. Aliran udara melalui
jendela/pintu yang terbuka akan mempercepat terjadinya penguapan dan bayi
lebih cepat kehilangan panas tubuh. Akibatnya dapat menimbulkan serangan
dingin (cold stress) yang merupakan gejala awal dari hypotermi.
Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hypotermi sedang suhu 32C 36C. Disebut hypotermi berat bila suhu tubuh <
32C. Untuk mengukur suhu hypotermi diperlukan termometer ukuran rendah
yang dapat mengukur sampai 25C. Disamping sebagai suatu gejala, hypotermia
dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian.
Hypotermia dapat terjadi secara cepat pada bayi yang sangat kecil atau
bayi yang diresusitasi (dipisahkan dari ibu), dalam kasus ini suhu dapat cepat
turun < 35C. Hypotermi menyebabkan penyempitan pada pembuluh darah,
yang mengakibatkan terjadinya metabolik anerobik, meningkatkan kebutuhan
oksigen dalam tubuh, yang mengakibatkan hypoksemia dan berlanjut dengan
kematian.
d. Konveksi: kehilangan panas dari molekul tubuh atau kulit ke udara yang
disebabkan perpindahan udara.
6. Lemah.
7. Menggigil.
8. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan tubuh bayi
mengeras (sklerema).
9. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 36C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.
10. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami
hipotermia sedang (suhu 32C < 36C).
3. Tangisan lemah.
4. Pernafasan lambat.
5. Pernafasan tidak teratur.
5. Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap
berada dalamkeadaan hangat.
6. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari
hilangnya panas tubuh.
1. Hypotermia sedang
Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat,
memakai topi dan selimuti dengan selimut hangat.
Anjurkan ibu untuk menyusui bayi lebih sering. Bila bayi tidak
dapat menyusu, berikan susu peras.
Periksa suhu bayi setiap jam, bila suhu naik minimal 0,5C/jam,
berarti usaha menghangatkan bayi berhasil. Lanjutkan periksa suhu
tiap 2 jam.
Bila suhu tidak naik atau terlalu pelan, kurang 0,5C/jam, cari
tanda sepsis.
2. Hypotermia berat
Bila bayi dengan gangguan nafas (frekuensi nafas > 60 atau < 30
x/mnt, tarikan dinding dada, merintih saat ekspirasi).
Beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap
terpasang dibawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan.
2.2 Hypertermia
Sengatan panas (heat stroke) per definisi adalah penyakit berat dengan ciri
temperatur inti > 40Cdisertai kulit panas dan kering serta abnormalitas sistem
saraf pusat seperti delirium, kejang, atau koma yang disebabkan oleh pajanan
panas lingkungan (sengatan panas klasik) atau kegiatan fisik yang berat
(Prawirohardjo, sarwono. 2002). Lingkungan yang terlalu panas juga berbahaya
bagi bayi. Keadaan ini terjadi bila bayi diletakkan dekat dengan sumber panas,
dalam ruangan yang udaranya panas atau terlalu banyak pakaian dan selimut.
1. Suhu lingkungan.
2. Dehidrasi.
3. Perdarahan intrakranial.
4. Infeksi.
2.2.3 Tanda dan Gejala Hypertermia
4. Kulit hangat telihat kemerahan atau merah muda pada awalnya dan
kemudian terlihat pucat.
4. Tubuh bayi diseka dengan kain basah sampai suhu tubuh bayi normal
(jangan menggunakan air es).
5. Bila suhu sangat tinggi (>39C), bayi dikompres atau dimandikan selama
10-15 menit dalam air suhu 4C lebih rendah dari suhu tubuh
bayi.jangan menggunakan air dingin atau air yang suhunya lebih rendah
dari 4C dibawah suhu bayi.
Cari tanda sepsis, sekarang dan ulangi lagi bila suhu telah
mencapai batas normal.
Bila suhu tetap dalam batas normal, dan bayi dapat minum
dengan baik serta tidak ada masalah lain yang memerlukan
perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan. Nasihati
ibu cara menghangatkan bayi di rumah dan melindungi dari
pancaran panas yang berlebihan.
2.3.2 Patofisiologi
4. Kejadian hypoglikemia lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes.
6. Neonatus puasa.
4. Lain lain :
d. Lain lain :
Insufisiensi adrenal
Sepsis
Transfusi tukar
2. Sianosis.
5. Apnea.
7. Hipotermia.
8. RDS
Jika bayi sudah tidak lagi mendapat infus cairan IV, periksa
kadar glukose darah setiap 12 jam sebanyak 2 kali
pemeriksaan:
Pada timbul dibetes mellitus ada rasa haus, penurunan berat badan,
banyak kencing, lesu dan mengompol waktu malam. Gejala gejala ini
tampak selama beberapa minggu. Ketoasidosis yang nampak pada anak harus
diperlakukan sebagai keadaan gawat dan anak harus dirawat dirumah sakit.
A. Latar Belakang
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari tingginya
angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia sendiri, angka pembunuhan
janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang tidak sedikit mengingat besarnya tingkat
kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang
melarang atas nama agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup
sehingga harus dipertahankan, dan lain-lain. Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat
karena memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Namun
sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja muncul dalam bentuk
komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian ibu yang disebabkan komplikasi aborsi
sering tidak muncul dalam laporan kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis.
Hal itu terjadi karena hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di
masyarakat. Di satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat
cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di masyarakat. Ini
terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya aborsi di masyarakat, selain
dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan peluntur serta dukun pijat untuk mereka
yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan ibu, WHO
memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi (tergantung kondisi masing-masing
negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000
wanita meninggal akibat aborsi tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi
tidak aman. Di Asia tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya,
di antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak
aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Angka
tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi di Indonesia masih cukup besar.
B. Tujuan
1. Melaksanakan pengkajian pada klien dengan abortus imminens
2. Menentukan identifikasi masalah klien
3. Menentukan antisipasi masalah pada klien dengan abortus imminens
4. Menentukan identifikasi kebutuhan segera pada klien dengan abortus imminens
5. Menentukan rencana asuhan kebidanan disertai rasionalisasi dan mengintervensi pada klien
dengan abortus imminens
6. Mengevaluasi klien hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan abortus imminens
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Abortus
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram (Mansjoer, Arief dkk, 2001). Kelaianan
dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu, abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik.
Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus
buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28
minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medic disebut abortus terapeutik.
Berdasarkan jenisnya abortus dibagi menjadi abortus imminens, insipiens, inkomplet dan
abortus komplet, missed abortion, dan abortus habbitualis.
1. Abortus imminens
Suatu abortus imminens dicurigai bila terdapat pengeluaran darah pervaginam pada
trimester pertama kehamilan. Suatu abortus imminens dapat atau tanpa disertai rasa mulas
ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang bawah. Dan perdarahan sering
kali hanya sedikit dan berlangsung beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan vagina pada
kelainan ini memperlihatkan tidak ada pembukaan pada serviks. Sementara pemeriksaan dengan
menggunakan real team ultrasound pada panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal,
jantung janin berdenyut, dan kantong amnion kosong, serviks tertutup dan masih terdapat janin
utuh.
2. Abortus insipiens
Merupakan abortus yang tidak dapat dipertahankan lagi ditandai dengan pecahnya
selaput janin dan adanya pembukaan serviks. Terdapat nyeri perut bagian bawah atau nyeri
kholik uterus yang hebat. Pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi ostium serviks
dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil pemeriksaan USG mungkin didapatkan denyut
jantung janin masih berdenyut, kantong gestasi kosong, uterus kosong atau perdarahan
subkorionik banyak dibagian bawah.
3. Abortus inkomplet
Merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
masih ada sisa yang masih tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis
terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari
ostium uteri ekstrenum. Didapatkan endometrium yang tipis dan irregular.
4. Abortus komplet
Pada abortus ini semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan, ditemukan perdarahan sedikit,
ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah mengecil. Tidak ada lagi gejala kehamilan dan
PPtest negative. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus kosong.
5. Missed abortion
Kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama
8 minggu atau lebih.
6. Abortus habbitualis
Abortus ini adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut 3x atau lebih. Pada
umumnya tidak sulit untuk hamil, namun kehamilannya berakhir sebelum 28 minggu.
B. Etiologi
1. Penyebab secara umum:
a. Infeksi akut virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis - Infeksi bakteri, misalnya streptokokus -
Parasit, misalnya malaria
b. Infeksi kronis sifilis,
- biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
- Tuberkulosis paru aktif.
- Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll
2. Penyakit kronis, misalnya
a. Hipertensi
b. Nephritis
c. Diabetes
d. Anemia ringan
e. Penyakit jantung
f. Toxemia gravidarum
g. Gangguan fisiologis, misalnya syok, ketakutan
h. Trauma fisik
3. Penyebab yang bersifat local
a. Fibroid, inkompetensia serviks
b. Radang pelvis kronis, endometrtis
c. Retroversi kronis
d. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil sehingga menyebabkan hyperemia dan
abortus
e. Kelaianan alat kandungan
f. Gangguan kelenjar gondok
g. Penyebab dari segi janin/plasenta
h. Kematian janin akibat kelainan bawaan
i. Kelainan kromosom
j. Lingkungan yang kurang sempurna
D. Patofisiologi
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan didalam desidua basalis dan perubahan
nekrotik didalam jaringan-jaringan yang berdekatan dengan tempat perdarahan. Ovum yang
terlepas sebagian atau seluruhnya dan mungkin akan menjadi benda asing didalam uterus
sehingga merangsang kontraksi uterus dan mengakibatkan pengeluaran janin.
E. Diagnosis
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang
perdarahan pervaginam setelah mengalami haid terlambat, sering pula terdapat rasa mulas.
Kecurigaan tersebut dapat diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan
bimanual dan test kehamilan secara biologis ( Galli Mainini) atau imunologi ( Pregnosticon,
Gravindex ) bila mana hala itu dikerjakan. Harus diperhatikan macam dan banyaknya
perdarahan, pembukaan serviks dan adanya jaringan dalam kavum uteri atau vagina.
F. Komplikasi
Komplikasi yang serius kebanyakan terjadi pada fase abortus yang tidak aman walaupun
kadang-kadang di jumpai juga pada abortus spontan. Komplikasi dapat berupa perdarahan,
kegagalan ginjal, infeksi, syok, akibat perdarahan dan infeksi sepsis.
G. Penatalaksanaan
Untuk penatalaksanaan abortus berulang dibutuhkan anamnesis untuk arah mengenai
riwayat suami istri dan pemeriksaan fisik ibu baik secara anatomi maupun laboratorik. Apakah
abortus terjadi pada trimester pertama atau kedua baik untuk diperhatikan. Bila terjadi pada
trimester pertama maka banyak factor yang harus dicari sesuai kemungkinan etiologi atau
mekanisme terjadinya abortus berulang. Bila terjadi pada trimester kedua maka factor-faktor
penyebab lain cenderung pada factor anatomis terjadinya inkompetensia serviks dan adanya
tumor mioma uteri serta infeksi yang berat pada uterus atau serviks.
H. Pengobatan
Setelah didapatkan anamnesa yang maksimum bila sudah terjadi konsepsi baru pada ibu
dengan riwayat abortus berulang maka support psikologis untuk pertumbuhan embrio
intrauterine yang baik perlu diberikan pada ibu. Kenali kemungkinan terjadinya anti fosfolipid
syndrome atau mencegah terjadinya infeksi intauterin.
Pemeriksaan kadar HCG secara periodic pada awal kehamilan dapat membantu
pemantauan kelangsungan kehamilan sampai pemeriksaan USG dapat dikerjakan. Gold standar
untuk monitoring kehamilan dini adalah pemeriksaan USG, dikerjakan setiap 2 minggu sampai
kehamilan ini tidak mengalami abortus. Pada keadaan embrio tidak terdapat keadaan janin maka
perlu segera dilakukan evakuasi serta pemeriksaan kariotik jaringan hasil konsepsi tersebut.
Bila kehamilan kemudian berakhir dengan kegagalan lagi maka pengobatan secara
intensif harus dikerjakan secara bertahap baik perbaikan kromosom, anomaly anatomi, kelaianan
endokrin, enfeksi, factor imunologi, anti fosfolipid syndrome, terapi immunoglobulin atau
imunomodulator perlu diberikan secara berurutan. Hal ini merupakan satu pekerjaan yang besar
dan memerlukan pangamatan yang memadai untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus
Kasus : Pada tanggal 2 desember 2012 Ny. Prita datang ke RSU Kebumen untuk
memeriksakan kehamilannya. Ibu mengeluh keluar flek-flek kecoklatan dari kemaluannya sejak
3 hari yang lalu.Ibu merasa cemas dengan keadaan janinnya. Ibu mengatakan HPHT tanggal 11
juni 2012.
3. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak ke 2 dan mengatakan nyeri pada bagian perut terasa sesak dan kadang
kadang perut terasa tegang
4. Riwayat menstruasi
Menarche : 13 tahun siklus : 28 hari
Lama : 7 hari Teratur : Ya
Sifat darah : Cair Keluhan : Tidak ada
5. Riwayat perkawinan
Status pernikahan : Sah Menikah ke : 1 ( satu )
Lama : 9 tahun Usia menikah pertama kali : 21 Tahun
9. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,menurun dan menahun)
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti, PMS, TBC, Hepatitis,
Penyakit menurun seperti Hipertensi dan Diabetes Militus, Penyakit menahun seperti, Asma,
Jantung, dan ginjal.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular,menurun dan menahun)
Ibu mengatakan keluarga ibu dan suami tidak pernah menderita penyakit menular seperti, PMS,
TBC, Hepatitis, Penyakit menurun seperti Hipertensi dan Diabetes Militus, Penyakit menahun
seperti, Asma, Jantung, dan ginjal.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan keluarga ibu dan suami tidak memiliki riwayat keturunan kembar.
d. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat operasi.
e. Riwayat alergi obat
Ibu mengatakan tidak memiliki alergi terhadap obat apapun
11. Kebiasaan yang mengganggu kesehatan (merokok, minum jamu ,minuman beralkohol )
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu dan minum minuman beralkohol.
2. Pemeriksaan fisik
la : Mesochepalus, tidak oedema, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
but : Lurus, bersih, tidak ada ketombe, tidak ada kutu, rambut tidak berminyak.
: Oval, tidak ada oedema, tidak ada cloasma gravidarum.
: Simetris, tidak strabismus, sklera putih, konjungtiva merah muda.
Hidung : Tidak ada sekret, tidak ada polip.
Mulut : Tidak stomatitis, tidak ada karies gigi, lidah bersih.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran baik.
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, parotis, limfe dan vena jugularis.
Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada bunyi whezing
Payudara :Simetris, puting menonjol, tidak ada massa, terdapat hiperpigmentasi
puting dan aerola mamae.
en : tidak ada bekas operasi, perut membesar, ada linea nigra, ada striae
Palpasi Leopold
Leopold I : TFU pertengahan px
Bagian fundus teraba bulat, lunak, dan tidak melenting yaitu bokong
eopold II : bagian kanan perut ibu teraba kecil-kecil tidak beraturan yaitu ekstremitas
Bagian kiri perut ibu teraba memanjang seperti papan yaitu punggung
eopold III : bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, dan melenting yaitu kepala
Leopold IV : bagian terendah janin belum masuk panggul
Osborn test : Tidak dilakukan
Mc. Donald : TFU 35 cm
TBJ :(35-11)x155= 3720 gr
Auskultasi DJJ : 140 X/ menit, teratur
Ekstremitas atas : Simetris, tidak polidaktili, tidak oedem, gerakan aktif.
bawah : Simetris, tidak polidaktili, tidak oedem, tidak varises, gerakan aktif.
Reflek patella kanan dan kiri : (+)/(+)
ar : tidak ada keputihan dan tidak gatal
: Tidak hemoroid
panggul (bila perlu) : Tidak dilakukan
O : - KU : Baik
- Kesadaran : compos mentis
- Status emosional : Stabil
-VS : TD : 110/70 mmHg R : 21 x /menit
N : 80 x /menit S : 37,3 0C
- PP Test +
- USG : janin tunggal hidup intrauteri, UK 36+3 minggu, DJJ + kadang-kadang tidak terdengar
- DJJ : 125x/ menit, teratur
B. Masalah
Ketidaknyamanan pada TM III
Data dasar
DS : Ibu mengatakan merasa nyeri dan kadang-kadang perutnya tertekan dan tegang
DO : ibu hamil 36+3 minggu
VI. PELAKSANAAN Tanggal : 21 januari 2011, Jam : 14.35 WIB, Oleh : Bidan
1. Menjelaskan pada Ibu hasil pemeriksaannya yaitu :
- KU : Baik
- Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi :80 x/menit
- Pernapasan : 21 x/menit Suhu :37,3 oC
- Berat badan : 64 Kg
- USG : janin tunggal hidup intrauteri, UK 36+3 minggu, DJJ + kadang-kadang tidak terdengar
- DJJ : 125x/menit
2. Menjelaskan tentang keluhan yang dialami Ibu yaitu nyeri pada bagian perut terasa sesak dan
kadang kadang perut terasa tegang di sebabkan karena letak plasenta tidak pada tempatnya.
Cara mengatasinya ibu dapat miring kekiri apabila ibu sedang tidur agar peredaran darah lancar.
3. Menganjurkan Ibu untuk melahirkan di tenaga kesehatan atau rumah sakit supaya apabila terjadi
kegawatdaruratan dapat ditangani dengan cepat.
4. Menganjurkan Ibu untuk tetap makan-makanan yang bergizi menu seimbang misalnya nasi,
ikan, daging, sayur-sayuran hijau, mineral, buah dan susu.
5. Menjelaskan tanda-tanda-tanda persalinan seperti sakit dari punggung menjalar ke perut, keluar
lendir bercampur darah, kenceng-kenceng teratur durasinya semakin lama.
6. Melakukan pendokumentasian.
VII. EVALUASI Tanggal : 21 januari 2011, Jam : 14.50 WIB, Oleh : Bidan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram Penyebab secara umum : Infeksi akut
virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis - Infeksi bakteri, misalnya streptokokus - Parasit,
misalnya malaria.
Abortus biasanya disertai dengan perdarahan , tergantung jenis abortus yang dialami dan
penyebabnya. Mulai dari bercak bercak,perdarahan ringan, sedang, berat (hasil konsepsi
keluar). Penanganan sementara biasanya dirujuk dan di USG kemudian dilanjutkan dengan
Pemberian terapi oleh dokter.
]
B. Saran
1. Bagi para Tenaga kesehatan atau Bidan, bila menemukan khasus seperti diatas, segera
melakukan penanganan segera, atau merujuk BUMIL, ke instasi kesehatan yang lebih tinggi atau
berkualitas
2. Bagi para Bumil, dianjurkan untuk lebih berhati-hati dalam menjaga kehamilan,apalagi pada
kehamilan usia mudah, dan juga unutk lebih sering melakukan ANC.
DAFTAR PUSTAKA
Posting Komentar
2.1 Definisi Perdarahan Post Partum
Yang dimaksud dengan perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24
jam setelah persalinan berlangsung.
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang berlangsung lebih dari 500-600 ml
selama 24 jam setelah anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. (Prof. Dr.
Rustam Mochtar, MPH, 1998)
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500-600 ml dalam 24
jam pertama setelah lahirnya bayi (Williams, 1998).
2.2 Klasifikasi
Penyebabnya : Antonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir, terbanyak
dalam 2 jam pertama.
2.3 Epidemiologi
Perdarahan karena kontraksi rahim yang lemah setelah anak lahir meningkat insidennya
pada kehamilan dengan pembesaran rahim yang berlebihan seperti pada kehamilan dengan
pembesaran rahim, hidramnion, anak terlalu besar ataupun pada rahim yang melemah daya
kontraksinya seperti pada grande multipara, interval kehamilan yang pendek atau pada
kehamilan usia lanjut, induksi partus dengan oksitosin, his yang terlalu kuat sehingga anak
dilahirkan terlalu cepat dan sebagainya.
Perdarahan post partum dini jarang disebabkan oleh retensi potongan plasenta yang kecil,
tetapi plasenta tersisa sering menyebabkan perdarahan pada akhir masa nifas. Kadang-
kadang plasenta tidak segera terlepas bidang obstetric membuat batas-batas durasi kala 3
secara agak ketat sebagai upaya untuk medefinisikan retensio plasenta sehingga perdarahan
akibat terlalu lambatnya pemindahan plasenta dapat dikurangi.Combs dan Laros meneliti
12.275 persalina pervaginam tunggal dan melaporkan median durasi kala 3 adalah 6 menit
dan 3,3 % berlangsung lebih dari 30 menit. Beberapa tindakan untuk mengatasi perdarahan,
termasuk kuretase atau tranfusi, meningkat pada kala 3 yang mendekati 30 menit atau lebih.
(yayanakhyar.com,2008).
Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah pada sebelum hamil dan derajat
anemia saat kehamilan. Gambaran perdarahan postpartum dapat mengecohkan adalah nadi
dan tekanan darah yang masih dalam batas normal sampai terjadi kehilangan darah yang
sangat banyak.
2.1 Diagnosa
Menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada
umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak
nafas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100/menit), maka penanganan harus segera
dilakukan .
Perdarahan yang terjadi dapat deras atau merembes. perdarahan yang deras biasanya akan
segera menarik perhatian, sehingga cepat ditangani sedangkan perdarahan yang merembes
karena kurang nampak sering kali tidak mendapat perhatian. Perdarahan yang bersifat
merembes bila berlangsung lama akan mengakibatkan kehilangan darah yang banyak. Untuk
menentukan jumlah perdarahan, maka darah yang keluar setelah uri lahir ditampung dan
dicatat.
Kadang-kadang perdarahan terjadi tidak keluar dari vagina, tetapi menumpuk di vagina
dan di dalam uterus. Keadaan ini biasanya diketahui karena adanya kenaikan fundus uteri
setelahn uri keluar. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan
pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen
dan pemeriksaan dalam.
Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen
uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan lahir uterus
berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan
pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan
cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-
sisa plasenta.
1. Grandemultipara
1. Atonia uteri
a. Konsep dasar
Atonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak nerkontraksi dalam 15 detik
setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes Jakarta : 2002).
Overdistensi uterus, baik absolute maupun relative, merupakan faktor resiko mayor
terjadinya atonia uteri. Overdistensi uterus dapat disebabkan oleh kehamilan ganda,
janin makrosomia, polihidramnion atau abnormalitas janin (misal hidrosefalus berat),
kelainan struktur uterus atau kegagalan untuk melahirkan plasenta atau distensi akibat
akumulasi darah diuterus baik sebelum maupun sesudah plasenta lahir.
b. Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain,
Dapat juga karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebelumnya belum terlepas dari uterus.
Grandemultipara ; uterus yang terlau regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar
(BB>4000 gr), kelainan uterus (uterus bikornis, mioma uteri, bekas oprasi), partus lama
(exhausted mother), partus presipitatus, hipertensi dalam kehamilan (gestosis), infeksi
uterus, anemia berat, penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi
partus), riwayat perdarahan pascapersalinan sebelumnya atau riwayat plasenta manual,
pimpinan kala 3 yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-dorong uterus
sebelum plasenta terlepas, IUFD yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban
(koagulopati), tindakan operatif dengan anastesi umum yang terlalu dalam.
c. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang khas pada atonia uteri jika kita menemukan: uterus tidak
berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir (postpartum primer).
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan
pospartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai
terapi. Menejemen aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam
persalinan,anemia,dan kebutuhan transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang
cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti
egometrin. Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri. Pada
menejemen kala III harus dilakukan pemberian oksitosin setelah bayi lahir. Aktif
protokol yaitu pemberian 10 unit IM, 5 unit IV bolus atau 10-20 unit per liter IV drip
100-150 cc/jam.
Analog sintenik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai
uterotonika untuk mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum dini. Karbetosin
merupakan obat long-acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit
dibandingkan oksitosin 4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara
pemberian karbetosin bolus IV dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi
sesar. Karbetosin ternyata lebih efektif dibandingkan oksitosin.
2. Retensio Plasenta
a. Konsep dasar
Plasenta tertahan jika tidak dilahirkan dalam 30 menit setelah janin lahir. Plasenta
mungkin terlepas tetapi terperangkap oleh serviks, terlepas sebagian, secara patologis
melekat (plasenta akreta, inkreta, perkreta) (David, 2007).
Retensio plasenta adalah plasenta yang tidak terpisah dan menimbulkan hemorrhage
yang tidak tampak, dan juga didasari pada lamanya waktu yang terlalu antara kelahiran
bayi dan keluarnya plasenta yang diharapkan. Beberapa ahli klinik menangani setelah 5
menit. Kebanyakan bidan akan menunggu satu setengah jam bagi plasenta untuk keluar
sebelum menyebutnya tertahan. (Varneys, 2007)
1. Plasenta Adhesiva
adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga menyebabkan
kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
2. Plasenta Akreta
3. Plasenta Inkreta
4. Plasenta Perlireta
adalah implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot hingga
mencapai lapisan serosa dinding uterus.
5. Plaserita Inkarserata
Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi
banyaknya. Perdarahan yang berasal dari jalan lahir selalu harus dievaluasi yaitu sumber dan
jumlah perdarahan sehingga dapat diatasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum,
vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma
dan robekan jalan lahir dengan perdarahan bersifat arterill atau pecahnya pembuluh darah vena.
Untuk dapat menetapkan sumber perdarahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan dalam dan
pemeriksaan spekulum setelah sumber perdarahan diketahui dengan pasti, perdarahan dihentikan
dengan melakukan ligasi.
Perdarahan pada robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun
karena tanpa dijahit. Bidan diharapkan melaksanakan pertolongan persalinan secara legeartis
ditengah masyarakat melalui polindes, sehingga berangsur-angsur peranan dukun makin
berkurang. Bidan dengan pengetahuan medisnya dapat memilah-milah hamil dengan resiko
tinggi, resiko rawan atau resiko tinggi, dan mengarahkan pertolongan pada kehamilan dengan
resiko rendah. Pertolongan persalinan dengan resiko rendah mempunyai komplikasi ringan
sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu maupun perinatal. Dengan demikian komplikasi
robekan jalan lahir yang dapat menimbulkan perdarahan akan semakin berkurang.
Robekan jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya vagina, perineum, porsio,
servik dan uterus. Ciri yang khas dari robekan jalan lahir yaitu kontraksi uterus kuat, keras dan
mengecil, perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus setelah
dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak
berkurang. Dalam keadaan apapun, robekan jlan lahir harus dapat diminimalkan karena tak
jarang perdarahan terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti
terjadinya syok.
Penanganan rupture perineum dan robekan dinding vagina (dilakukan oleh yang sudah
berpengalaman terutama dokter Kandungan).
a. Robekan Perineum
1. Konsep dasar
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang
juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat dihindarkan atau dukurangi
dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan
cepat. dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi: robekan perineum derajat 1,
robekan perineum derajat 2, 3 dan 4.
Derajat III : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani eksterna.
Derajat IV : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot perineum, otot
spingter ani eksterna, dinding rectum anterior.
Robekan perineum yang melebihi derajat satu harus dijahit. Hal ini dapat dilakukan sebelum
plasenta lahir, tetapi apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan secara manual, lebih
baik tindakan itu ditunda sampai menunggu plasenta lahir. Dengan penderita berbaring secara
litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan antiseptic dan luas robekan ditentukan
dengan seksama (Sumarah,2009).
Pada robekan perineum derajat dua setelah diberi anastesi local otot-otot diafragmaurognitalis
dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum
ditutup dengan mengikitsertakan jaringan-jaringan. (Sumara,2009).
Menjahit robekan perineum derajat 3 harus dilakukan dengan teliti, mula-mula dinding depan
rectum yang robek dijahit, kemudian fasia prarektal ditutup, dan muskulus sfingter ani aksternus
yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan seperti pada robekan perineum
derajat 2. Untuk mendapatkan hasil yang baik pada robekan perineum total perlu tindakan
penanganan pasca pembedahan yang sempurna (Sumarah,2009).
Penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan mulai hari ke-2 diberi
paraffinum liquidum sesendeok makan 2 kali sehari dan jika perlu pada hari ke-6 diberi klisma
minyak (Sumarah,2009).
b. Robekan Vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai
akibat ekstraksi dengan cunam. Terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan
terdapat pada dinding lateral dan bahu terlihat pada pemeriksaan speculum. Perdarahan
biasanya banyak, tetapi mudah diatasi dengan jahitan. Kadang-kadang robekan atas
vagina terjadi sebagai akibat menjalarnya uterine terputus, timbul banyak perdarahan
yang membahayakan jiwa penderita. Apabila perdarahan itu sukar dikuasai dari bawah,
terpaksa dilakukan laparatomin dan ligamentum latum dibuka untuk menghentikan
perdarahan, jika hal yang terakhir ini tidak berhasil, arteria hipogastrika yang terakhir
perlu diikat.
c. Robekan Serviks
1. Konsep dasar
Apabila ada robekan servik perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam ovum,
supaya batasan antara robekan dapat dilihat dengan baik. Jahitan pertama dilakukan pada
ujung atas luka, baru kemudian dilakukan jahitan uterus kebawah. Apabila serviks kaku
dan his kuat, seviks uteri mengalami tekanan kuat oleh kepala janin sedangkan
pembukaan sudah maju. Akibat tekanan kuat dan lama ialah pelepasan sebagian serviks
atau pelepasan serviks secara sekuler. Pelepasan ini dapat dihindari dengan tindakan
seksio sesarea jika diketahui ada distosia servikalis. Apabila sudah terjadi pelepasan
serviks biasanya tidak dibutuhkan pengobatan hanya jika ada perdarahan, tempat
perdarahan dijahit. Jika bagian serviks yang terlepas masih berhubungan dengan jaringan
lain sebaiknya hubungan itu diputuskan (Sumarah, 2009).
Robekan yang kecil-kecil selalu terjadi pada persalinan. Oleh karena itu, robekan
yang harus mendapat perhatian krita akan robekan yang dalam, yang kadang-kadang
sampai ke vornik. Robekan biasanya terdapat dipinggir samping servik bahkan kadang-
kadang sampai ke segmen bawah rahim dan membuka parametrium. Robekan yang
sedemikian dapat membuka pembuluh-pembuluh darah yang besar dan menimbulkan
perdarahan yang hebat. Robekan semacam ini biasanya terjadi pada persalinan buatan,
ekstraksi dengan forsep ekstraksi pada letak sunsang, versi dan ekstraksi,dekapitasi,
pervorasi, dan kraniokasiterutama jika dilakukan pada pembukaan yang belum lengkap.
Robekan ini jika tidak dijahit selain menimbulkan perdarahan juga dapat menjadi
penyebab servisitis, parametritis, dan mungkin juga terjadi pembesaran karsinoma
servik, kadang-kadang menimbulkan perdarahan nifas yang lambat (obstertri patologi
Unpad, edisi 2, 2005).
Perdarahan pascapersalinan pada uterus yang berkontraksi baik harus memaksa kita
untuk memeriksa servik uteri dengan pemeriksaan speculum sebagai profilaksis
sebaiknya semua persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk pemeriksaan
speculum. (obstertri patologi Unpad, edisi 2, 2005).
Robekan servik harus dijahit jika berdarah atau lebih besar dari 1 cm. kadang-kadang
bibir depan servik tertekan antara kepala anak dan simpisis, terjadi nekrosis dan terlepas.
(obstertri patologi Unpad, edisi 2, 2005).
2. Diagnosa
Jika perdarahan postpartum pada uterus yang berkontraksi baik harus dilakukan
pemeriksaan serviks secara inspekulo. Sebagai profilaksis sebaiknya semua
persalinan buatan yang sulit menjadi indikasi untuk pemeriksaan inspekulo.
3. Etiologi
Etiologi robekan serviks yaitu partus presipitatus, trauma karena pemakaian alat
seperti cunam, vakum ekstraktor, melahirkan kepala janin dengan letak sungsang
secara paksa padahal pembukaan serviks uteri belum lengkap, partus lama dimana
telah terjadi serviks oetem sehingga jaringan servik sudah menjadi rapuh dan mudah
robek.
1. Konsep dasar
Faktor predisposisi yang menyebabkan rupture uteri yaitu multiparitas hal ini
disebabkan karena dinding perut yang lembek dengan kedudukan uterus dalam posisi
antefleksi sehingga terjadi kelainan letak dan posisi janin, janin sering lebih besar,
sehingga dapat menimbulkan CPD, pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan
yang tidak tepat, kelainan letak dan implantasi plasenta umpamanya pada plasenta
akreta, plasenta inkreta atau perkreta, kelainan bentuk uterus, hidramnion.
2. Jenis
Rupture uteri spontan : terjadi pada keadaan dimana terdapat rintangan pada
waktu pada waktu persalinan yaitu pada kelainan letak dan persentasi janin,
panggul sempit, kelainan panggul, tumor jalan lahir.
Rupture uteri traumatic : terjadi karena ada dorongan pada uterus misalnya
fundus akibat melahirkan anak pervaginam seperti ekstraksi, penggunaan
cunam, manual plasenta.
Rupture uteri jaringan parut : terjadi karena bekas operasi sebelumnya pada
uterus seperti bekas SC.
3. Gejala
His kuat dan terus menerus, rasa nyeri perut yang hebat diperut bagian bawah,
nyeri waktu ditekan, gelisah atau seperti nadi dan pernapasan cepat, cincin van Bedl
setinggi. Setelah terjadi rupture uteri dijumpai gejala syok (akral dan ekstremitas
dingin, nadi melemah, kadang hilang kesadaran), perdarahan (bisa keluar dari vagina
atau dalam rongga perut), pucat, nadi cepat dan halus, pernapasan cepat dan dangkal
terkanan darah turun pada palpasi sering bagian bawah janin teraba lngsung dibawah
dinding perut dan nyeri tekan dan dibagian bawah teraba bagian uterus kira-kira
sebesar kepala bayi. Umumnya janin sudah meninggal.
4. Sisa Plasenta
Sisa plasenta merupakan tertinggalnya bagian plasenta dalam uterus yang dapat menimbulkan
perdarahan post partum primer atau perdarahan post partum sekunder. Sewaktu suatu bagian
plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif
dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah
perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.
Apabila kontraksi uterus jelek atau kembali lembek setelah kompresi bimanual ataupun
massase dihentikan, bersamaan pemberian uterotonica lakukan eksplorasi. Beberapa ahli
menganjurkan eksplorasi secepatnya, akan tetapi hal ini sulitdilakukan tanpa general anestesi
kecuali pasien jatuh dalam syok. Jangan hentikan pemberian uterotonica selama dilakukan
eksplorasi. Setelah eksplorasi lakukan massase dan kompresi bimanual ulang tanpa
menghentikan pemberian uterotonica. Pemberian antibiotic spectrum luas setelah tindakan
ekslorasi dan manual removal.
Apabila perdarahan masih berlanjut dan kontraksi uterus tidak baik bisa dipertimbangkan untuk
dilakukan laparatomi. Pemasangan tamponade uterrovaginal juga cukup berguna untuk
menghentikan perdarahan selama persiapan operasi