Anda di halaman 1dari 74

POKOK BAHASAN :

Konsep dasar persalinan:

1. Pengertian persalinan

2. Jenis-jenis persalinan

3. Sebab-sebab persalinan

4. Tahapan persalinan ( Kala I, II, III, dan IV)

5. Tanda dan gejala persalinan


PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM PERSALINAN ( KALA I, II, III, DAN IV) :

a. Perubahan uterus
b. Perubahan serviks
c. Perubahan kardiovaskuler
d. Perubahan tekanan darah
e. Perubahan nadi
f. Perubahan suhu tubuh
g. Perubahan pernapasan
h. Perubahan metbolisme
i. Perubahan ginjal
j. Perubahan gastroinstertinal
k. Perubahan hematologi
1. Perubahan Psikologis Kala I

2. Perubahan Psikologis Kala II


PB : KONSEP DASAR PERSALINAN

Sub PB :

1. Pengertian persalinan

2. Jenis-jenis persalinan

3. Sebab-sebab persalinan

4. Tahapan persalinan ( Kala I, II, III, dan IV)

5. Tanda dan gejala persalinan


PENGERTIAN PERSALINAN
Ada beberapa pengertian persalinan, yaitu sebagai berikut :
1. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir (Moore, 2001).
2. Persalinan adalah suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi
uterus yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta
dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam (Mayles, 1996).
3. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus ke dunia
luar (Prawirohardjo, 2002).
4. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2002).
5. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2007: 100).
• Persalinan adalah proses dimana bayi,plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus
ibu.
• Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan 37-42 minggu
tanpa disertai penyulit.
• Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.
• Ibu belum dapat dikatakan inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan
perubahan atau pembukaan pada serviks.
JENIS-JENIS PERSALINAN

1. Persalinan Spontan Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu


sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
2. Persalinan Buatan Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3. Persalinan Anjuran Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi
baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin
PERSALINAN BERDASARKAN UMUR KEHAMILAN

1. Abortus. Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan
kurang dari 500 gr.
2. Partus immaturus. Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan
berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
3. Partus prematurus. Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan
berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram
4. Partus maturus atau a’terme. Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi
dengan berat badan 2500 gram atau lebih.
5. Partus postmaturus atau serotinus. Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu
1. Penurunan Kadar Progesteron
2. Teori Oxitosin
SEBAB-SEBAB
MULAINYA 3. Keregangan Otot-otot
PERSALINAN
4. Pengaruh Janin
5. Teori Prostaglandin
TEORI PROGESTERON

• Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim,


• Estrogen meninggikan kerentanan otot rahim.
• Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesterone dan estrogen dalam darah,
tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
• Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan
jaringan ikat, dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
• Produksi progesterone mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap
oxitosin. Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesterone
tertentu
TEORI OXITOSIN

 Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan keseimbangan


estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi Braxton Hicks.
 Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga oxytocin bertambah dan
meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga
terdapat tanda-tanda persalinan
KEREGANGAN OTOT-OTOT

• Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.


Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan
dapat dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila
dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya
kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan
tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan
PENGARUH JANIN

 Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang


peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari
biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus.
 Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi
(mulainya ) persalinan
TEORI PROSTAGLANDIN

• Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh
desidua.
• Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan.
• Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara
intravena, intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur kehamilan.
• Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil
konsepsi dapat keluar.
• Prostaglandin dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan
adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer pada ibu
hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan
TAHAPAN PERSALINAN

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap


• Pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 Cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan.
• Kala II disebut juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin
didorong keluar sampai lahir.
• Kala III atau disebut juga kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
• Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi
apakah terjadi perdarahan post partum.
• Persalinan Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap.
• Pada permulaan his kala pembukaan berlangsung tidak begitu
KALA I kuat sehingga ibu masih dapat berjalan-jalan. Klinis dinyatakan
mulai terjadi partus jika timbul his dan ibu mengeluarkan lendir
yang bersemu darah (bloody show).
• Proses ini berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi
menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm
sampai pembukaan 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan
serviks 3 cm sampai pembukaan 10 cm. Dalam fase aktif masih
dibagi menjadi 3 fase lagi, yaitu: fase akselerasi, dimana dalam
waktu 2 jam pembukaan 3 menjadi 4 cm; fase dilatasi maksimal,
yakni dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat,
dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm; dan fase deselerasi, dimana
pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.
KALA II (PENGELUARAN)

• Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung jam pada primigravida 1-1,5 jam dan 30 - 1 jam pada
multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat kurang
lebih 2-3 menit sekali.
KALA III (PELEPASAN URI)

• Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang


berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
• Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk
melepaskan plasenta dari dindingnya.
KALA IV (OBSERVASI)

Dimulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum. Observasi yang harus
dilakukan pada Kala IV adalah:
1) Tingkat kesadaran ibu
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernapasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 500 cc
TANDA DAN GEJALA PERSALINAN
1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat

a. Lightening

Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia
merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.

b. Pollikasuria

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin
sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering
kencing yang disebut Pollakisuria.

c. False labor

Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:

1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah

2) Tidak teratur

3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang

4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix


d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang
dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan
penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masingmasing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi
pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
e. Energy Spor
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah
beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang
dilakukannya seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang
dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek
penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
TANDA-TANDA PERSALINAN

Tanda pasti persalinan adalah :


1. Timbulnya kontraksi uterus

Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
a. Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
b. Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c. Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin besar
d. Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
e. Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
PENIPISAN DAN PEMBUKAAN SERVIX
• Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula

BLOODY SHOW (LENDIR DISERTAI DARAH DARI JALAN LAHIR)


Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
PREMATURE RUPTURE OF MEMBRANE
Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir.
Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban
biasanya pecah kalua pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam
hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi
kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-
kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
Terima Kasih
PERUBAHAN FISIOLOGIS DALAM
PERSALINAN
FISIOLOGI PERSALINAN KALA 1

1. UTERUS

• Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada
umumnya.
• Pada saat otot retraksi , ia tidak akan kembali ke ukuran semula tapi berubah ke ukuran yang lebih
pendek secara progresif.
• Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses kontraksi, relaksasi, dan retraksi maka kavum
uterus lama kelamaan menjadi semakin mengecil.
• Proses ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan janin turun ke pelviks.
• Kontraksi uterus mulai dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah abdomen dengan dominasi
tarikan ke arah fundus (fundal dominan). Kontraksi uterus berakhir dengan masa yang terpanjang dan
sangat kuat pada fundus.
2. SERVIKS

Sebelum onset persalinan, serviks mempersiapkan kelahiran dengan berubah menjadi lembut. Saat
persalinan mendekat, serviks mulai menipis dan membuka
Penipisan Serviks (Effacement)
• Seiring dengan bertambah efektifnya kontraksi, serviks mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis.

• Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat fundal dominan sehingga seolah-olah serviks
tertarik ke atas dan lama-kelamaan menjadi tipis. Batas antara segmen atas dan bawah rahim (retraction
ring) mengikuti arah tarikan ke atas sehingga seolah-olah batas ini letaknya bergeser ke atas.
• Panjang serviks pada akhir kehamilan normal berubah-ubah (dari beberapa mm – 3 cm). Dengan
dimulainya persalinan, panjang serviks berkurang secara teratur sampai menjadi sangat pendek (hanya
beberapa mm). Serviks yang sangat tipis ini deisebut dengan “menipis penuh”
Dilatasi
• Proses ini merupakan kelanjutan dari effacement. Setelah serviks dalam kondisi menipis
penuh, maka tahap berikutnya adalah pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan
otot uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi. Dilatasi dan diameter
serviks dapat diketahui melalui pemeriksaan intravagina.
• Pada primigravida berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
• Mekanisme membukanya serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada
primigravida ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks akan
mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri eksternum membuka. Namun pada
multigravida, ostium uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran serviks
terjadi dalam waktu yang sama.
3. LENDIR BERCAMPUR DARAH

• Pendataran dan dilatasi serviks melonggarkan membran dari daerah internal os dengan
sedikit perdarahan dan menyebabkan lendir bebas dari sumbatan atau operculum.
Terbebasnya lendir dari sumbatan ini menyebabkan terbentuknya tonjolan selaput ketuban
yang teraba saat dilakukan pemeriksaan intravagina. Pengeluaran lendir dan darah ini disebut
dengan sebagai “show” atau “bloody show” yang mengindikasikan telah dimulainya proses
persalinan.
4. KETUBAN

• Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak
jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap. Bila ketuban telah pecah
sebelum pembukaan 5 cm, disebut ketuban pecah dini (KPD).
5. TEKANAN DARAH
1. Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai peningkatan sistol rata-rata 15 - 20
mmHg dan diastole rata-rata 5 – 10 mmHg.
2. Pada waktu-waktu tertentu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum
persalinan. Untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan untuk melakukan cek
tekanan darah selama interval kontraksi.
3. Dengan mengubah posisi pasien dari telentang ke posisi miring kiri, perubahan tekanan darah
selama persalinan dapat dihindari.
4. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.

5. Apabila pasien merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan kemungkinan bahwa rasa
takutnya menyebabkan peningkatan tekanan darah (bukan pre-eklampsi). Cek parameter lain untuk
menyingkirkan kemungkinan pre-eklampsi. Berikan perawatan dan obat-obat penunjang yang
dapat merelaksasi pasien sebelum menegakkan diagnosis akhir, jika pre-eklampsi tidak terbukti.
6. METABOLISME

1. Selama persalinan, metabolisme karbohidrat baik aerob maupun anaerob meningkat dengan
kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama diakibatkan oleh kecemasan dan aktivitas otot
rangka.
2. Peningkatan aktivitas metabolisme terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,
pernapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.
7. SUHU TUBUH

1. Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan segera setelah melahirkan.
2. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari 0,5 – 1° C dianggap normal, nilai tersebut
mencerminkan peningkatan metabolisme selama persalinan
3. Peningkatan suhu tubuh sedikit adalah normal dalam persalinan, namun bila persalinan
berlangsung lebih lama peningkatan suhu tubuh dapat mengindikasi dehidrasi, sehingga
parameter lain harus di cek. Begitu pula pada kasus ketuban pecah dini, peningkatan suhu
dapat mengindikasikan infeksi dan tidak dapat dianggap normal pada keadaan ini.
8. DETAK JANTUNG

1. Perubahan yang mencolok selama kontraksi disertai peningkatan selama fase peningkatan,
penurunan selama titik puncak sampai frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi diantara
kontraksi, dan peningkatan selama fase penurunan hingga mencapai frekuensi lazim di antara
kontraksi
2. Penurunan yang mencolok selama puncak kontaksi uterus tidak terjadi jika wanita berada pada posisi
miring, bukan terlentang.
3. Frekuensi denyut nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode menjelang
persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.
4. Sedikit peningkatan denyut jantung dianggap normal, maka diperlukan pengecekan parameter lain
untuk menyingkirkan kemungkinan proses infeksi.
9. PERUBAHAN PERNAPASAN

1. Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal selama persalinan, hal tersebut
mencerminkan peningkatan metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang
akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena sangat dipengaruhi oleh rasa senang, nyeri,
rasa takut, dan penggunaan teknik pernapasan.
2. Hiperventilasi yang memanjang adalah temuan abnormal dan dapat menyebabkan alkalosis.
Amati pernapasan pasien dan bantu ia mengendalikannya untuk menghindari hiperventilasi
berkelanjutan, yang ditandai oleh rasa kesemutan pada ekstremitas dan perasaan pusing.
10. PERUBAHAN RENAL

1. Poliuri sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan karena peningkatan lebih lanjut curah
jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomerolus dan aliran plasma ginjal. Poliuri
menjadi kurang jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urine berkurang selama kehamilan.
2. Kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) untuk mengetahui adanya distensi, juga harus
dikosongkan untuk mencegah obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah
penurunan bagian presentasi janin dan trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan
menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama periode pasca persalinan.
3. Sedikit proteinuria (+1), umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah ibu bersalin. Lebih sering
terjadi pada primipara, pasien yang mengalami anemia, atau yang persalinannya lama.
4. Proteinuria yang nilainya +2 atau lebih adalah data yang abnormal. Hal ini mengindikasikan preeklamsi
11. GASTOINTESTINAL

1. Motilitas dan absorpsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh
penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga
waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk
pencernaan di lambung tetap seperti biasa. Makanan yang dimakan selama periode menjelang persalinan atau fase
prodormal atau fase laten persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan.
2. Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan selama masa transisi. Oleh karena itu, pasien dianjurkan
untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna
mempertahankan energi dan hidrasi.

3. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi yang menandai akhir fase pertama persalinan. Pemberian obat-
obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap
salah satu kombinasi antara faktor-faktor seperti kontaksi uterus, nyeri, rasa takut, khawatir, obat atau komplikasi.
12. HEMATOLOGI

• Hemoglobin meningkat rata-rata 1.2 mg% selama persalinan dan kembali ke kadar sebelum
persalinan pada hari pertama pasca persalinan jika tidak ada kehilangan darah yang
abnormal.
• Jangan terburu-buru yakin bahwa seorang pasien tidak anemia. Tes darah yang menunjukkan
kadar darah berada dalam batas normal membuat kita terkecoh sehingga mengabaikan resiko
peningkatan resiko pada pasien anemia selama masa persalinan
• Selama persalinan, waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen
plasma lebih lanjut. Perubahan ini menurunkan resiko perdarahan pasca persalinan pada
pasien normal.
• Hitung sel darah putih secara progresif meningkat selama kala I sebesar kurang lebih
5 ribu/ul hingga jumlah rata-rata 15 ribu/ul pada saat pembukaan lengkap, tidak ada
peningkatan lebih lanjut setelah ini. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu
mengindikasikan proses infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh di
atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui adanya proses infeksi.
• Gula darah menurun selama proses persalinan yang lama dan sulit. Hal ini kemungkinan besar
terjadi akibat peningkatan aktivitas otot uterus dan rangka. Penggunaan uji laboratorium
untuk menapis (menyaring) seorang pasien terhadap kemungkinan diabetes selama masa
persalinan akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya
FISIOLOGI KALA II PERSALINAN

Perubahan-Perubahan pada Uterus dan Jalan Lahir dalam Persalinan


A. Keadaan segmen atas dan segmen bawah rahim
Saat Hamil uterus terdiri dari 2 bagian :
1. Segmen atas rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terjadi
dari isthmus uteri. Dalam persalinan perbedaannya lebih jelas lagi. Segmen atas berkontraksi
dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.
2. Segmen bawah rahim dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran tipis
dan teregang yang akan dilalui bayi.
• Segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan segmen bawah makin diregang dan
makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas
makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara segmen atas dan segmen
bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi yang fisiologis. Kalau segmen bawah
sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat dan disebut
lingkaran retraksi yang patologis (Lingkaran Bandl). Lingkaran Bandl adalah tanda ancaman
robekan rahim dan terjadi jika bagian depan tidak dapat maju misalnya panggul sempit.
B. PERUBAHAN BENTUK RAHIM
• Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran melintang
maupun ukuran muka belakang berkurang.

C. FAAL LIGAMENTUM ROTUNDUM DALAM PERSALINAN


• Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos dan kalau uterus
berkontraksi, otot-otot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek
D. PERUBAHAN SERVIKS

• Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran serviks yaitu pemendekan dari
kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan
pinggir yang tipis. Lalu akan terjadi pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa suatu lubang dengan
diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat dilalui anak, kira-kira 10 cm. Pada pembukaan lengkap
tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
E. PERUBAHAN PADA VAGINA

• Sejak kehamilan vagina mengalami perubahan-perubahan sedemikian rupa, sehingga dapat


dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama pada dasar panggul diregang
menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis oleh bagian depan anak. Waktu kepala
sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke depan atas
FISIOLOGI KALA II

• His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya tiap 2-3 menit
• Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan kekuning- kuningan
sekonyong-konyong dan banyak
• Pasien mulai mengejan
• Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul, perineum menonjol,
vulva menganga dan rectum terbuka
• Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi waktu his berhenti, begitu
terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini disebut “Kepala membuka pintu”
• Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak bisa mundur lagi,
tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala
keluar pintu”
• Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan mulut pada
commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum biasanya akan robek pada pinggir
depannya karena tidak dapat menahan regangan yang kuat tersebut
• Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga kepala melintang, vulva
menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan
cairan
• Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul seluruh badan anak dengan
fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
• Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-
kadnag bercampur darah
• Lama kala II pada primi  50 menit pada multi  20 menit
MEKANISME PERSALINAN NORMAL
1. MASUKNYA KEPALA JANIN DALAM PAP
• Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada
multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan.
• Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang menyesuaikan dengan letak punggung
(Contoh: apabila dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba melintang kekiri/ posisi jam
3 atau sebaliknya apabila punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu
kepala dalam posisi fleksi ringan.
• Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka masuknya kepala akan menjadi sulit karena
menempati ukuran yang terkecil dari PAP
• Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di antara symphysis dan promontorium, maka
dikatakan dalam posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang sama tingginya.
• Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke belakang mendekati promontorium, maka yang
kita hadapi adalah posisi ”asynclitismus”
• Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis dan os parietale
belakang lebih rendah dari os parietale depan.
• Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati promontorium sehingga os
parietale depan lebih rendah dari os parietale belakang
• Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior ringan. Pada saat
kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut dengan engagement.
2. MAJUNYA KEPALA JANIN
• Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul
dan biasanya baru mulai pada kala II
• Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga panggul terjadi
bersamaan.
• Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu: fleksi, putaran paksi
dalam, dan ekstensi
• Majunya kepala disebabkan karena:
1. Tekanan cairan intrauterin
2. Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
3. Kekuatan mengejan
4. Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
3. FLEKSI
• Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil yaitu
dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm) menggantikan suboccipito frontalis
(11 cm)
• Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat tahanan dari
pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
• Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena momement yang
menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang menimbulkan defleksi
• Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal. Kepala turun
menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan
• Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin yang disebabkan
oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran
paksi dalam
4. PUTARAN PAKSI DALAM
• Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis
• Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke
bawah symphisis
• Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu bawah panggul
• Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III,
kadang-kadang baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
• Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:

1) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
2) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana terdapat
hiatus genitalis antara muskulus levator ani kiri dan kanan
3) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter anteroposterior
5. EKSTENSI

• Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari
kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas,
sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
• Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul UUK berada di bawah simfisis,
dengan suboksiput sebagai hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.
• Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar
dan tipis, anus membuka dinding rektum.
• Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak bregmatikus, dahi, muka, dan
akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.
• Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar
6. PUTARAN PAKSI LUAR

• Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala
dengan punggung janin.
• Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
• Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul,
apabila kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
• Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
FISIOLOGI PERSALIANAN KALA III

• Kala III merupakan tahap ketiga persalinan yang berlangsung sejak bayi lahir sampai plasenta lahir.
Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput
ketuban. Kala III merupakan periode waktu dimulai ketika bayi lahir dan berakhir pada saat plasenta
seluruhnya sudah dilahirkan. Kala III penting perlu diingat bahwa tiga puluh persen penyebab
kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan pasca persalinan. Dua pertiga dari perdarahan pasca
persalinan disebabkan oleh atonia uteri
• Penyebab terpisahnya plasenta dari dinding uterus adalah kontraksi uterus (spontan atau dengan
stimulus) setelah kala dua selesai. Berat plasenta mempermudah terlepasnya selaput ketuban, yang
terkelupas dan dikeluarkan. Tempat perlekatan plasenta menentukan kecepatan pemisahan dan
metode ekspulsi plasenta. Selaput ketuban dikeluarkan dengan penonjolan bagian ibu atau bagian
janin.
• Pada kala III, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga
uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran
tempat perlekatan plasenta. Karena tempat perlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan
ukuran plasenta tidak berubah maka pasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam
vagina. Setelah janin lahir, uterus mengadakan kontraksi yang mengakibatkan penciutan
permukaan kavum uteri, tempat implantassi plasenta. Akibatnya, plasenta akan lepas dari
tempat implantasinya.

Tanda-tanda Klinik dari Pelepasan


PEMANTAUAN KALA III
Plasenta
1. Palpasi uterus untuk menentukan apakah ada bayi
1. Semburan darah
yang kedua. Jika ada maka tunggu sampai bayi kedua
2. Pemanjatan tali pusat lahir
3. Perubahan dalam posisi 2. Menilai apakah bayi beru lahir dalam keadaan stabil,
uterus:uterus naik di dalam
jika tidak rawat bayi segera
abdomen
FISIOLOGI PERSALINAN KALA IV

• Fisiologi persalinan kala IV adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam pertama setelah
melahirkan. (Sri Hari Ujiningtyas, 2009)
• Menurut Reni Saswita, 2011. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses
tersebut.
Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
a. Tingkat kesadaran
b. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kontraksi uterus
d. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.
ASUHAN DAN PEMANTAUAN PADA KALA IV. MENURUT RENI SASWITA, 2011 ASUHAN DAN
PEMANTAUAN PADA KALA IV YAITU:

1. Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk merangsang uterus
berkontraksi.
2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus
uteri.
3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.

4. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episotomi).

5. Evaluasi kondisi ibu secara umum

6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang
partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan.
HAL-HAL YANG PERLU DIPANTAU SELAMA DUA JAM PERTAMA PASCA PERSALINAN.

• Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua pada kala IV.
• Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15 menit dalam satu jam
pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua kala IV.
• Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam kedua pascapersalinan.
• Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan
setiap 30 menit pada jam kedua.
• Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana
melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.
ROKEMENDASI KEBIJAKAN TEKNIK ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN. ROKEMENDASI
KEBIJAKAN TEKNIK ASUHAN PERSALINAN DAN KELAHIRAN YAITU:

1. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi harus dimasukkan sebagai bagian dari persalinan bersih
dan aman, termasuk hadirnya keluarga atau orang-orang yang hanya memberikan dukungan.
2. Partograf harus digunakan untuk memantau persalinan dan berfungsi sebagai suatu
catatan/rekam medik untuk persalinan.
3. Selama persalinan normal, intervensi hanya dilaksanakan jika ada indikasi. Prosedur ini
bukan dibutuhkan jika ada infeksi/penyulit.
4. Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu dan bayi.
• Penolong persalinan harus tetap tinggal bersama ibu setidak-tidaknya 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau sampai keadaan ibu stabil. Fundus harus diperiksa setiap 15 menit selama 1
jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua. Masase fundus harus dilakukan sesuai
kebutuhan untuk memastikan tonus uterus tetap baik, perdarahan minimal, dan dapat
dilakukan tindakan pencegahan.
• Selama 24 jam pertama setelah persalinan, fundus harus sering diperiksa dan dimasase
sampai tonus baik. Ibu atau anggota keluarga dapat diajarkan untuk melakukan masase
fundus.
• Segera setelah lahir, seluruh tubuh terutama kepala bayi harus segera diselimuti dan
dikeringkan, juga dijaga kehangatannya untuk mencegah hipotermi.
• Obat-obat esensial, bahan, dan perlengkapan harus disediakan oleh petugas dan keluarga.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS
KALA I
PADA PERSALINAN KALA I SELAIN PADA SAAT KONTRAKSI UTERUS, UMUMNYA IBU DALAM
KEADAAN SANTAI, TENANG DAN TIDAK TERLALU PUCAT. KONDISI PSIKOLOGIS YANG SERING
TERJADI PADA WANITA DALAM PERSALINAN KALA I ADALAH :

1. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa
takut jika bayi yang yang akan dilahirkan dalam keadaan cacat, serta takhayul lain. Walaupun pada jaman ini
kepercayaan pada ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi sudah sangat berkurang sebab secara
biologis, anatomis, dan fisiologis kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-
alasan patologis atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan). Tetapi masih ada perempuan yang diliputi rasa
ketakutan akan takhayul.
2. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal ini disebabkan oleh semakin
membesarnya janin dalam kandungan yang dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman
badan, dan tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya
diwaktu kehamilannya.
• Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak sabaran sehingga
harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi terganggu. Ini disebabkan karena kepala
bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya kontraksi- kontraksi pada rahim sehingga bayi yang
semula diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai
beban yang amat berat.
• Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang merupakan hambatan
dalam proses persalinan :
a. Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa sebab sebab yang jelas
b. Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
c. Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
d. Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
• Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Relasi ibu dengan calon anaknya
terpecah, sehingga popularitas AKU-KAMU (aku sebagai pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin jelas.
Timbullah dualitas perasaan yaitu:
a. Harapan cinta kasih
b. Impuls bermusuhan dan kebencian
• Sikap bermusuhan terhadap bayinya
a. Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
b. Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
c. Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
• Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:

a. Takut mati
b. Trauma kelahiran
c. Perasaan bersalah
d. Ketakutan riil
PERUBAHAN PSIKOLOGIS
KALA II
PADA MASA PERSALINAN SEORANG WANITA ADA YANG TENANG DAN BANGGA AKAN
KELAHIRAN BAYINYA, TAPI ADA JUGA YANG MERASA TAKUT. ADAPUN PERUBAHAN
PSIKOLOGIS YANG TERJADI ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

• Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
• Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
• Frustasi dan marah
• Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin
• Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
• Fokus pada dirinya sendiri
MASALAH PSIKOLOGIS YANG TERJADI PADA MASA PERSALINAN

• Masalah psikologis yang terjadi pada masa persalinan adalah kecemasan. Pada masa persalinan
seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan kelahiran bayinya, tetapi ada juga yang merasa
takut.
• Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan ketakutan dan kekhawatiran yang
mendalam dan berkelanjutan. Ibu bersalin mengalami gangguan dalam menilai realitas, namun
kepribadian masih tetap utuh. Perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas batas normal
(Haward 2004).
• Kecemasan berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon emosi tanpa obyek yang spesifik yang
secara subyektif dialami dan dikomunikasikan interpersonal secara langsung. Kecemasan dapat
diekspresikan melalui respon fisiologis dan psikologis (Sulistyawati, dkk, 2003).
• Secara fisiologis, respon tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan sistem syaraf
otonom (simpatis dan parasimpatis).
• Sistem saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan sistem saraf parasimpatis akan
menimbulkan respons tubuh.
• Bila korteks otak menerima rangsang, maka rangsangan akan dikirim melalui saraf simpatis ke
kelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenal/epineprin sehingga efeknya antara lain nafas
menjadi lebih dalam, nadi meningkat, dan tekanan darah meningkat.
• Darah akan tercurahkan terutama ke jantung, susunan saraf pusat dan otak. Dengan peningkatan
glikegenolisis maka gula darah akan meningkat
• Secara psikologis, kecemasan akan mempengaruhi koordinasi atau gerak refleks, kesulitan
mendengar atau mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu
menarik diri dan menurunkan keterlibatan orang lain (Sulistyawati, dkk, 2003).
GEJALA GEJALA ORANG YANG MENGALAMI KECEMASAN ADALAH
SEBAGAI BERIKUT:

1. Ketegangan motorik/alat gerak seperti gemetar, tegang, nyeri otot, letih, tidak dapat santai,
gelisah, tidak dapat diam, kening berkerut, dan mudah kaget.
2. Hiperaktivitas saraf otonom (simpatis dan parasimpatis) seperti keringat berlebihan, jantung
berdebar-debar, rasa dingin di telapak tangan dan kaki, mulut kering, pusing, rasa mual, sering
buang air kecil, diare, muka merah/pucat, denyut nadi dan nafas cepat
3. Rasa khawatir yang berlebihan tentang hal-hal yang akan datang seperti cemas, takut, khawatir,
membayangkan akan datangnya kemalangan terhadap dirinya.
4. Kewaspadaan yang berlebihan seperti perhatian mudah beralih, sukar konsentrasi, sukar tidur,
mudah tersinggung, dan tidak sabar (Haward, 2004).
SELAMAT BELAJAR

Anda mungkin juga menyukai