Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Ny.

R
DENGAN PERSALINAN NORMAL DI BANGSAL
DEWI RATIH RSUD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun oleh :
Rosa Sheila Diana O
P27220019181
3BD4 Keperawatan

PROGRAM D4 KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
TAHUN 2021
A. TEORI PERSALINAN NORMAL
1. DEFINISI

Menurut WHO, persalinan normal adalah persalinan yang dimulai secara


spontan (dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir), beresiko rendah
pada awal persalinan dan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara
37  42 minggu setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi yang
baik. Persalinan atau Partus adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan yang cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya
penyulit. Pembukaan inpartu ketika serviks 3 cm pada primipara atau
5 cm pada multipara (Damayanti, dkk, 2015). Keberhasilan persalinan dipengarui
berbagai macam faktor diantaranya power (kekuatan kontraksi rahim), passage
(jalan lahir), passager (janin), faktor psyche (psikologi) dan faktor penolong.
Faktor-faktor ini perlu diperhatikan karena kematian ibu dan bayi disebabkan oleh
tidak terdeteksinya lebih awal dari faktor tersebut.

2. PENYEBAB
Sari & Rimandhini (2014) mengutip dalam buku Obstetri Fisiologi Fakultas
Kedokteran UNPAD (1985) dan Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
KB oleh Manuaba (1998) telah disebutkan beberapa teori yang menyatakan
kemungkinan proses persalinan, antara lain :
a. Teori Penurunan kadar Prostaglandin
Progesteron merupakan hormon penting untuk mempertahankan
kehamilan. Hormon ini meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang
dikeluarkan oleh desidua. Pada akhir kehamilan terjadi penurunan kadar
progesteron yang mengakibatkan peningkatan kontraksi uterus karena
adnya sintesa prostaglandin di uterus. Prostaglandin terbagi menjadi
prostaglandin E dan F (pE dan pF) yang bekerja di rahim wanita untuk
merangsang kontraksi selama kehamilan. Prostaglandin E2 menyebabkan
kontraksi rahim dan telah digunakan untuk menginduksi persalinan. Hasil
dari percoaan menunjukkan bahwwa prostaglandin F2 atau E2 yang
dibberikan secara intravena, intra dan extramnial menimbulkan kontraksi
miometrium pada setiap umur kehamilan, hal ini disokong adanya kadar
prostglandin dalam air ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil
sebelum melahirkan atau selama persalinan.
b. Teori Penurunan Progesteron
Hormon progesteron dihasilkan oleh plasenta, yang akan berkurang
seiring terjadinya penuaan plasenta yang terjadi pada usia hamil 28
minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Ketika hormon ini mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu.
c. Teori Rangsangan Esterogen
Hormon ini memiliki dua fungsi, yaitu meningkatkan sensivitas otot
rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis.
d. Teori Reseptor Oksitosin dan Kontraksi Braxton Hicks
Oksitosin adalah hormon yang yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
parts posterior. Distribusi reseptor oksitosin, dominan pada fundus dan
korpus uteri, ia makin berkurang jumlahnya dalam segmen bawah rahim
dan praktis tidak banyak dijumpai pada serviks uteri. Perubahan
keseimbangan esterogen dan progesteron dapat mengubah sensivitas otot
rahim. Sehingga Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron
akibat tuanya kehamilan, menyebabkan oksitosin meningkat, sehingga
persalinan dapat dimulai.
e. Teori Keregangan Otot Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas waktu
tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.. rahim menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otot-oto rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
utero plasenter.
f. Teori Fetal Cortisol
Kortisol janin akan mempengaruhi plasenta sehingga produksi
progesteron berkurang dan memperbesar sekresi esterogen, selanjutnya
berpengaruh terhadap meningkatnay produksi prostaglandin,yang
menyebabkan iritability miometrium meningkat.
g. Teori Fetal Membran
Teori fetal membran phospolipid-arachnoid acid prostaglandin.
Meningkatnya hormon esterogen menyebabkan terjadinya esterified yang
menghasilkan erachnoid acid, yang membentukkan prostaglandin dan
mengakibatkan kontraksi miometrium.
h. Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
Hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan,
dan glandula suprarenalis merupakan pemicu terjadinya persalinan.
i. Teori Iritasi Mekanik
Dibelakang serviks terdapat ganglion servikale (fleksus
frankenhauser). Bila ganglion ini ditekan dan digeser, misalnya oleh
kepala janin, maka akan timbul kontraksi.
j. Teori Plasenta Sudah Tua
Plasenta yang menjadi tua dapat menyebabkan menurunnya kadar
esterogen dan progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah
pada vili chorialis di plasenta, sehingga menyebabkan kontraksi pada
rahim.
k. Teori Tekanan Serviks
Fetus yang berpresentasi baik dapat merangsang akhiran saraf sehingga
serviks menjadi lunak dan terjadi dilatasi internum yang mengakibatkan
SAR ( segmen atas rahim) dan SBR (segmen bawah rahim).
l. Induksi Persalinan (Induction of Labor)
Persalinan juga dapat ditimbulkan oleh :
1) Ganggang laminaria : Beerapa laminaria dimasukkan ke dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsnag Fleksus Frankenhauser
2) Amniotomi : pemecahan ketuban dengan sengaja
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin melalui tetesan infus per menit.
Sarat dilakukannya hal ini yang perlu diperhatikan adalah serviks
sudah matang (serviks sudah pendek dan lembek) dan kanalis
servikalis terbuka untuk 1 jari.
3. PERSALINAN BERDASARKAN UMUR KEHAMILAN
a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gr.

b. Partus immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi


dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.

c. Partus prematurus

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi


dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

d. Partus maturus atau a’terme

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi


dengan berat badan 2500 gram atau lebih.

e. Partus postmaturus atau serotinus


Pengeluaran buah kehamilan setelah kehamilan 42 minggu.

4. TANDA DAN GEJALA PERSALINAN


Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala persalinan, akan
dibahas materi sebagai berikut :

a. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat


1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.

2) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.
Keadaan ini menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.

3) False labor

Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini
bersifat :

a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah


b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya
waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
4) Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan
bahwa cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak,
kemudian menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah
terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk
masing- masing ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi
pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih
dalam keadaan tertutup.

5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya
merasa kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu
mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya
seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,
dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga
menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi panjang dan
sulit.

6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon
terhadap sistem pencernaan.

b. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :

1) Timbulnya kontraksi uterus


Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan
yang mempunyai sifat sebagai berikut :

a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian


depan.
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan
kekuatannya makin besar
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau
pembukaan cervix.
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan
kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada
servix (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).
Kontraksi yang terjadi dapat menyebabkan pendataran,
penipisan dan pembukaan serviks.

2) Penipisan dan pembukaan servix


Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya
pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda pemula.

3) Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)


Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin
pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa
capillair darah terputus.

4) Premature Rupture of Membrane


Adalah keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-
konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban
pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam
hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat
sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin
robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan
diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban
keluar

5. FAKTOR PERSALINAN
a) PASSAGE (JALAN LAHIR)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.Syarat agar janin dan
plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan
lahir tersebut harus normal. Passage terdiri dari :
1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)
a. Os. Coxae
Os illium
Os. Ischium
Os. Pubis
b. Os. Sacrum = promotorium
c. Os. Coccygis
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
a. Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b. Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet
c. Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d. Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara
inlet dan outlet.

b). Power (kekuatan rahim janin)


Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri
dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power
merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan
oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
1) Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
a. His (kontraksi otot uterus)
b. Adalah kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot
rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih
pendek.Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin
dan kantung amneon ke arah segmen bawah rahim dan serviks.
c. Kontraksi otot-otot dinding perut
d. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
e. Ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum
rotundum
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
Kontraksisimetris, Fundusdominan, Relaksasi, Involuntir:terjadi
di luar kehendak, Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-
seling), Terasa sakit, Terkoordinasi, Kadang dapat dipengaruhi
dari luar secara fisik, kimia dan psikis

2) Perubahan-perubahan akibat his :

a. Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena


kontraksi. Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan
intrauterin naik serta menyebabkan serviks menjadi mendatar
(effacement) dan terbuka (dilatasi).
b. Pada ibu Rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim.
Juga ada kenaikan nadi dan tekanan darahPada janin Pertukaran
oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang, maka timbul
hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat (bradikardi) dan
kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis.

3) Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang
harus diperhatikan dari his:

a. Frekuensi his Jumlah his dalam waktu tertentu biasanya


permenit atau  persepuluh menit.
b. Intensitas his Kekuatan his diukurr dalam mmHg. intensitas
dan frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan,
semakin meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah
diketahui bahwa aktifitas uterus bertambah besar jika wanita
tersebut berjalan – jalan sewaktu persalinan masih dini
c. Durasi atau lama his Lamanya setiap his berlangsung diukur
dengan detik, misalnya selama 40 detik.
d. Datangnya his Apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
e. Interval Jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya
his datang tiap 2 sampe 3 menit
f. Aktivitas his Frekuensi x amplitudo diukur dengan unit
Montevideo.

4) His Palsu :

His palsu adalah kontraksi uterus yang tidak efisien atau spasme usus,
kandung kencing dan otot-otot dinding perut yang terasa nyeri.His
palsu timbul beberapa hari sampai satu bulan sebelum kehamilan
cukup bulan.His palsu dapat merugikan yaitu dengan membuat lelah
pasien sehingga pada waktu persalinan sungguhan mulai pasien
berada dalam kondisi yang jelek, baik fisik maupun mental.

5) Kelainan kontraksi otot Rahim:

a) Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang    terbagi menjadi : 
1) Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah
lemah
2) Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah.
b) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
1) Persalinan Presipitatus
2) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibat
mungkin fatal
3) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
4) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan.
5) Trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan
6) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai
kematian janin  dalam Rahim
c) Inkoordinasi otot Rahim
Keadaan Inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim.
Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah :
1) Faktor usia penderita relative tua
2) Urutan pimpinan persalinan ( Kala I,II,III dan IV)
3) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
4) Perasa takut dan cemas (Perasaan takut dan cemas merupakan
faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam
persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim
dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama).
c). Passanger (janin)
Kepala janin
Kepala janin

1. Presentasi Janin
a) Presentasi janin: bagian janin yang pertama kali
memasuki PAP dan terus melalui jalan lahir saat
persalinan mencapai aterm.
b) Bagian presentasi: bagian tubuh janin yang pertama kali
teraba oleh jari pemeriksa saat melakukan pemeriksaan
dalam
c) Bagian presentasi: presentasi kepala, presentasi bokong,
presentasi bahu, presentasi muka, dll.
2. Presentasi Kepala

3. Letak Janin
a) Letak janin: hubungan antara sumbu panjang
(punggung) janin terhadap sumbu panjang (punggung)
ibu.
b) Letak janin: memanjang, melintang, obliq/miring
c) Letak janin memanjang: letak kepala, letak bokong.
d) Sikap Janin
e) Sikap: hubungan bagian tubuh janin yang satu dengan
yang lain, hal ini sebagian merupakan akibat pola
pertumbuhan janin dan sebagian akibat penyesuaian
janin terhadap bentuk rongga rahim.
f) Sikap: Fleksi umum, punggung janin sangat fleksi,
kepala fleksi kearah sendi lutut, tangan disilangkan di
depan toraks dan tali pusat terletak di antara lengan dan
tungkai.
4. Posisi Janin
Posisi: hubungan antara bagian presentasi (occiput, sacrum,
mentum, sinsiput/puncak kepala menengadah) yang
merupakan indikator untuk menetapkan arah bagian
terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan atau
belakang terhadap empat kuadran panggul ibu, missal pada
letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (UUK) kiri
depan, UUK kanan belakang.

5. Variasi Posisi Kepala


Letak belakang kepala (LBK) ditentukan dengan
Indikator: ubun-ubun kecil (UUK) Variasi posisi:

a) Ubun-ubun kecil kiri depan (uuk ki-dep)


b) Ubun-ubun kecil kiri belakang (uuk ki-bel)
c) Ubun-ubun kecil melintang kiri (uuk mel-ki)
d) Ubun-ubun kecil kanan depan (uuk ka-dep)
e) Ubun-ubun kecil kanan belakang (uuk ka-bel)
f) Ubun-ubun kecil melintang kanan (uuk mel-ka)

6. Presentasi Dahi
Variasi posisi:
a) Ubun-ubun besar kiri depan (uub ki-dep)
b) Ubun-ubun besar kiri belakang (uub ki-bel)
c) Ubun-ubun besar melintang kiri (uub mel-ki)
d) Ubun-ubun besar kanan depan (uub ka-dep)
e) Ubun-ubun besar kanan belakang (uub ka-bel)
f) Ubun-ubun besar melintang kanan (uub mel-ka)
7. Presentasi Muka
Letak muka ditentukan dengan Indikator: dagu (mento).
Variasi posisi:

a) Dagu kiri depan (da ki-dep)


b) Dagu kiri belakang (da ki-bel)
c) Dagu melintang kiri (da mel-ki)
d) Dagu kanan depan (da ka-dep)
e) Dagu kanan belakang (da ka-bel)
f) Dagu melintang kanan (da mel-ka)
g)
Mento anterior kanan Mento posterior kanan

8. Presentasi Bokong
Letak bokong ditentukan dengan Indikator: sacrum. Variasi
posisi:

a) Sacrum kiri depan (sa ki-dep)


b) Sacrum kanan depan (sa ka-dep)
c) Sacrum kanan belakang (sa ka-bel)
d) Sacrum melintang kanan (sa mel-ka)
9. Presentasi Vertex (Oksipito Anterior)
Oksipito Anterior Kanan Oksipito Anterior Kiri
10. Plasenta (Uri)
Plasenta: adalah produk kehamilan yang akan lahir mengiringi kelahiran
janin, yang berbentuk bundar atau oval, ukuran diameter 15- 20 cm,
tebal 2-3 cm, berat plasenta 500 - 600 gram. Letak plasenta yang
normal: pada korpus uteri bagian depan atau bagian belakang agak ke
arah fundus uteri. Bagian plasenta: permukaan maternal, permukaan
fetal, selaput ketuban, tali pusat.

Variasi anatomi plasenta :

a) Plasenta suksenturiata
b) Plasenta sirkumvalata  insersi lateralis
c) Insersi battledore tali pusat  insersi marginalis
d) Insersi velamentosa
e) Plasenta bipartite
f) Plasenta tripartite

11. Air ketuban


Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500
cc. Ciri-ciri air ketuban: berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa
manis, reaksinya agak alkalis dan netral, dengan berat jenis 1,008.

Komposisi: terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam uric,
kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks caseosa, dan garam
organic. Kadar protein kira-kira 2,6% gram per liter, terutama albumin.

12. Fungsi air ketuban


Pada persalinan: selama selaput ketuban tetap utuh, cairan amnion/air
ketuban melindungi plasenta dan tali pusat dari tekanan kontraksi
uterus. Cairan ketuban juga membantu penipisan dan dilatasi cerviks.

d). Psikologi

Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu


dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan
emosional wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu
diperhatikan oleh seseorang yang akan menolong persalinan. Perasaan
cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan
mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak
ada catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress terhadap fungsi
uteri, juga tidak ada catatan mengenai hubungan antara kecemasan ibu,
pengaruh lingkungan, hormone stress dan komplikasi persalinan. Namun
demikian seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan
psikologis ibu yang akan melahirkan karena keadaan psikologis
mempunyai pengaruh terhadap persalinan dan kelahiran.

e). Penolong

Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan


sayang ibu. Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip
dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan suami
dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Banyak
penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan
diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta
mengetahui dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan
yang akan mereka terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan
hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000). Disebutkan pula bahwa
hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih
cepat (Enkin, et al, 2000).
Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan
adalah:

1) Rawat ibu dengan penuh hormat.


2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan
ibu.
Hormati pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa
mendengar sama pentingnya dengan memberikan nasihat

6. KALA PERSALINAN
Persalinan dibagi dalam empat kala menurut Prawirohardjo (2006)
yaitu:
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur
darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan
dibagi menjadi 2 fase :
1)Fase laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap.
b) Pembukaan servix kurang dari 1cm sampai 3 cm.
c) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.
2)Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dibagi atas 3 sub fase :
a) periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan 3 cm sampai 4
cm.
b)periode dilatasi maksimal (steady) selama 2 jam, pembukaan
berlangsung 2 jam dari 4cm sampai 9 cm.
c) periode deselerasi berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan
dari 9 cm sampai10 cm.
b. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga
terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek
menimbulkan rasa ngedan karena tekanan pada rectum sehingga
merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka. Pada waktu his
kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahir dan
diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi 1.5-2 jam, pada
multi 0.5 jam. Mekanisme persalinan:
1)Masuknya kepala ke dalam PAP
a) Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi
pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya
terjadi pada permulaan persalinan.
b)Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila
dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan
teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila
punggung kanan maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi
jam 9) dan pada saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
c) Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka
masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran
yang terkecil dari PAP
d)Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu
tepat di antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam
posisi ”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan
belakang sama tingginya.
e) Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak
ke belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah
posisi ”asynclitismus”
f) Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
symphisis dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale
depan.
g)Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati
promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os
parietale belakang
h)Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus
posterior ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi
yang disebut dengan engagement.

A B

Gambar A = synclitismus Gambar B = Asynclitismus Anterior

Gambar C = Asynclitismus Posterior

2). Majunya Kepala janin


a) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
b)Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam
rongga panggul terjadi bersamaan.
c) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain
yaitu: fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi.
Majunya kepala disebabkan karena : Tekanan cairan intrauterin,
tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong, kekuatan mengejan,
melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim.
3). Fleksi
a) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus
(9,5cm) menggantikan suboccipito frontalis (11 cm).
b)Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau
dasar panggul.
c) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena
momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment
yang menimbulkan defleksi.
d)Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi
maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan
dari belakang atas ke bawah depan.
e) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra
uterin yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala
mengadakan rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.

4). Putaran paksi dalam


a) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan
sedemikian rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan
memutar ke depan ke bawah symphisis
b)Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah
ubun-ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah
symphisis
c) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala,
karena putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan
posisi kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang
tengah dan pintu bawah panggul
d)Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang
baru terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul.

5). Putaran paksi luar


a) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung janin.
b)Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
c) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan
bentuk panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila
kepala telah dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan
belakang.
d)Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian
bahu belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.
Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar

Gambar kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang

c. Kala III (pengeluaran plasenta)


Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di dalam
uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga uterus
akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan
menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya
plasenta. Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi
lebih kecil, maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan
memisahkan diri dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-
pembuluh darah yang kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat
melekatnya plasenta akan berdarah terus hingga uterus seluruhnya
berkontraksi. Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan
berkontraksi dan menekan semua pembuluh-pembuluh darah ini
yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita tersebut bisa
kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat melekatnya
plasenta tersebut. Uterus tidak bisa sepenuhnya berkontraksi hingga
plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu, kelahiran yang
cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari dinding uterus
merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala III yang
kompeten.

1) Tanda-tanda klinik dari pelepasan plasenta:

a) Semburan darah
b)Pemanjatan tali pusat
c) Perubahan dalam posisi uterus:uterus naik di dalam abdomen

a.

d. Kala IV
Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Dengan menjaga kondisi kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan
terus-menerus. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan obat-obat
oksitosin.
1)Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah itu
2)Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
3)Masa 1 jam setelah plasenta lahir
4)Pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30
menit pada jam kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil,
perlu dipantau lebih sering
5)Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini
6)Observasi yang dilakukan :
a) Tingkat kesadaran penderita.
b)Pemeriksaan tanda vital.
c) Kontraksi uterus.
d)Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
400- 500cc.

7. PATOFISIOLOGI

Kehamilan 37 - 40
minggu
KALA I KALA II KALA III KALAIV
KALA IV

Kontraksi Pembukaan Keluar Luka


uterus (His) lengkap plasenta perinium

Dilatasi Proses Resiko infeksi


Resiko
serviks mengejan Perdarahan

Nyeri Proses
Kondisi
Melahirkan fisiologis Persalinan
Kala II

Keletihan Resiko Resiko ketidak


Cidera pd seimbangan
Janin cairan

8. PENATALAKSANAAN

Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk


penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus
masih premature.

9. KOMPLIKASI
Menurut Erika Kurnia dalam situsnya
https://lifestyle.okezone.com/read/2015/09/18/481/1216605/komplikasi-
komplikasi-ini-kerap-muncul-usai-persalinan-normal-2-habis menjelaskan
komplikasi umum yang bisa terjadi setelah persalinan normal meliputi :
a. Masalah buang air kecil
Menimbulkan ketidaknyamanan karena buang air kecil menjadi sulit
karena urine bisa menyengat daerah perineum lembut yang pembengkakan
atau memar di jaringan sekitar kandung kemih.
b. Inkontinensia fekal
Ketidakmampuan untuk mengontrol buang air besar yang biasanya
ditemukan pada wanita yang proses persalinan terlalu lama.
c. Komplikasi pada bayi

Komplikasi setelah persalinan normal ini adalah karena posisi janin selama
persalinan. Idealnya, bayi harus dalam posisi kepala di bawah. Masalah
akan timbul jika janin muncul di posisi lain.

d. Cedera janin mekanik


Di antara jenis komplikasi setelah persalinan normal adalah cedera fisik
pada janin. Faktor risiko komplikasi seperti jika bayi besar atau jika ibu
obesitas.
e. Asfiksia intrapartum
Ini adalah salah satu masalah setelah persalinan normal yang
mempengaruhi bayi. Ini mengacu pada kondisi saat pengiriman oksigen ke
otak dan jaringan vital lainnya janin terganggu selama persalinan, sehingga
menimbulkan kondisi yang disebut gawat janin.

B. TEORI ASUHAN KEPERAWATAN

1. Kala II
a) Pengkajian
1) Aktivitas/ istirahat
- Melaporkan kelelahan.
- Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/ teknik
relaksasi.
- Lingkaran hitam di bawah mata.
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg
3) Integritas ego
Dapat merasakan kehilangan kontrol / sebaliknya
4) Eliminasi
Keinginan untuk defekasi, kemungkinan terjadi distensi kandung kemih
5) Nyeri / ketidaknyamanan
- Dapat merintih / menangis selama kontraksi
- Melaporkan rasa terbakar / meregang pada perineum
- Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
- Kontraksi uterus kuat terjadi 1,5 – 2 menit
6) Pernafasan
Peningkatan frekwensi pernafasan
7) Seksualitas
- Servik dilatasi penuh (10 cm).
- Peningkatan perdarahan pervagina
- Membrane mungkin rupture, bila masih utuh
- Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi

b) Diagnosa Keperawatan
1) Resiko Cedera pada janin b.d persalinan lama kala II
2) Keletihan b.d kondisi fisiologis

c) Intervensi
No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx. hasil
Kall Setelah dilakukan I.02056
a II. tindakan Pemantauan Denyut
(1) keperawatan selama Jantung Janin
10 menit Observasi :
diharapkan Resiko 1. Memonitor denyut 1. Untuk membantu
Cedera pada janin jantung janin (DJJ) mendeteksi perubahan
menurun dengan, 2. Memonitor tanda pola detak jantung
Kriteria hasil: vital ibu 2. Untuk mengetahui
- kejadian cedera keadaan umum ibu saat
menurun, skala 5 diperiksa ada
- ekspresi wajah gangguan/normal
kesakitan menurun,
skala 5
- Terjadi
Pembukaan lengkap
- Keluarnya Janin 1. Untuk memberikan
Terapeutik : posisi nyaman pada klien
1. mengatur posisi 2. Untuk mengetahui
pasien posisi janin seperti
punggung, bokong,
kepaladan posisi denyut
Edukasi : jantung janin

1. Menjelasskan
tujuan dan prosedur
pemantauan 1. Untuk mengetahui
2. Menginformasikan tujuan dari pemantauan
hasil pemantauan, jika denyut jantung janin
perlu secara normal/ ada
gangguan
2. Untuk mengetahui
hasil denyut jantung janin
secara normal / ada
I. 07227 gangguan
Perawatan Persalinan
Observasi
1. Memonitor
kesejahteraan ibu
( TTV, His)
2. Melakukan
pemeriksaan leopold 1. Untuk mempermudah
3. Memonitor dalam pemantauan
kesejahteraan janin kesehatan ibu selama
(gerak janin 10x persalinan berlangsung
dalam 12 jam) 2. menentukan posisi dan
presentasi janin
3. untuk memantau
pertumbuhan janin dalam
rahim
Kall Setelah dilakukan I. 09326
a II tindakan Terapi Relaksasi
(2) keperawatan selama Observasi
10 menit 1. Memonitor 1. Untuk mempermudah
diharapkan Tingkat ketegangan otot , mengetahui TTV klien
Keletihan membaik frekuensi nadi, agar tindakan relaksasi
dengan tekanan darah, suhu bekerja secara efektif
Kriteria hasil : sebelum dan sesudah
- gelisah menurun, tindakan
skala 5
- gangguan Edukasi
konsentrasi 1. Mendemonstrasikan 1. Untuk mempermudah
menurun, skala 5 dan latih teknik klien agar mempercepat
- frekuensi napas relaksasi ( napas meredakan rasa nyeri dan
menurun, skala 5 dalam) merasakan relaksi
- Terjadi
Pembukaan lengkap
- Keluarnya Janin

d). Evaluasi

O : hasil pemeriksaan TTV :


- TD : 135/86 mmHg
− N : 100 x/menit
− S : 37,8 oC
− RR : 20x/menit
− Preskep U Puki
− KU :baik
− His : 2-3 x / 45s
− BB : 65kg
− TB: 157cm
− Terpasang infus RL 20 tpm
− TFU: 32 cm
− DJJ: 140x/menit
− Perinium menonjol dan melebar lalu pembukaan dari 8 cm - 10 cm
− Keluarnya kepala bayi
A: Masalah teratasi ( pembukaan lengkap )

P: Manajemen aktif kala III

2. Kala III
a) Pengkajian
1) Aktivitas / istirahat
Klien tampak senang dan keletihan
2) Sirkulasi
- Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat dan kembali
normal dengan cepat.
- Hipotensi akibat analgetik dan anastesi.
- Nadi melambat
3) Makan dan cairan
Kehilangan darah normal 250 – 300 ml.
4) Nyeri / ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki dan menggigil
5) Seksualitas
-  Darah berwarna hitam dari vagina terjadi saat plasenta lepas
-  Tali pusat memanjang pada muara vagina.

b) Diagnosa Keperawatan
1) Resiko ketidakseimbangan cairan b.d Perdarahan

c) Intervensi
No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx. hasil
Kala Setelah dilakukan I. 03098
III tindakan keperawatan Manegemen Cairan
(1) selama 5 menit Observasi : 1 Untuk
diharapkan 1. Memonitor hasil membantu dalam
keseimbangan cairan pemeriksaan mengalisa
meningkat dengan laboraturium keseimbangan
Kriteria hasil: ( DR,GDS,HBSAG, cairan dan derajat
- asupan cairan GOLONGAN kekurangan
meningkat, skala 5 DARAH, HIV, Swab cairan
- asupan makanan antigen)
meningkat, skala 5
- Lahirnya Plasenta

Kolaborasi : 1.Untuk
1. Memberikan injeksi memasukkan
oksitosin 10 IU IM dalam jumlah yang
lebih besar obat
yang diberikan
melalui subcutan
dan meredakan
rasa nyeri

d). Evaluasi
S:
- Klien mengatakan perut teras mules
O:
- TFU 2 jari dibawah pusat
- CUT keras
- PPV 50cc lochea rubra
- Plansenta lahir spontan kotiledon lengkap
A: masalah teratasi (Plansenta lahir spontan kotiledon lengkap
P: Manajemen aktif kala IV

3. Kala IV
a) Pengkajian
1) Aktivitas
Dapat tampak berenergi atau kelelahan
1) Sirkulasi
Nadi biasanya lambat sampai (50-70x/menit) TD bervariasi, mungkin
lebih rendah pada respon terhadap analgesia/anastesia, atau meningkat
pada respon pemberian oksitisin atau HKK,edema, kehilangan darah
selama persalinan 400-500 ml untuk kelahiran pervagina 600-800 ml
untuk kelahiran saesaria
2) Integritas Ego
Kecewa, rasa takut mengenai kondisi bayi, bahagia
3) Eliminasi
Haemoroid, kandung kemih teraba di atas simfisis pubis
4) Makanan/cairan
Mengeluh haus, lapar atau mual
5) Neurosensori
Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada adanya anastesi
spinal.
6) Nyeri/ketidaknyamanan
Melaporkan nyeri, misal oleh karena trauma jaringan atau perbaikan
episiotomy, kandung kemih penuh, perasaan dingin atau otot tremor
7) Keamanan
Peningkatan suhu tubuh.
8) Seksualitas
Fundus keras terkontraksi pada garis tengah terletak setinggi umbilicus,
perineum bebas dan kemerahan, edema, ekimosis, striae mungkin pada
abdomen, paha dan payudara.

b)Diagnosa Keperawatan
1) Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
( kerusakan integritas kulit)

c)Intervensi
No. Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional
Dx. hasil
Kala Setelah dilakukan I. 12430
IV tindakan keperawatan Edukasi Perawatan
(1) selama 2 jam Perinium
diharapkan Tingkat Observasi
infeksi menurun 1. Mengidentifikasi 1. Untuk mengukur
dengan, pengetahuan ibu seberasa paham
Kriteria hasil: tentang perawatan klien mengenai
- kemerahan menurun, perinium perawatan perinium
skala 5 pascapersalinan
- bengkak menurun, Edukasi 1. Untuk
skala 5 1. Menjelaskan tanda- menghindari
- nyeri menurun, skala tanda infeksi pada adanya infeksi yang
5 perinium bisa terjadi di
- Lahirnya bayi secara 2. Menganjurkan daerah luka jahitan
normal dan lengkap selalu menjaga area klien
genetelal agar tidak 2. Untuk
lembab menghindari
3. Menganjurkan cara terjadinya infeksi
pengguanaan celana pada area perinium
dalam dan penggunaan dikarenakan area
pembalut yang aman tersebut terlalu
lembab
3. Untuk
mempertahankan
perineal hygiene
yang benar
Kala Setelah dilakukan I.11348
IV tindakan keperawatan Dukungan perawatan
(1) selama 2 jam diri 2. Untuk
diharapkan Tingkat Observasi : mengurangi
infeksi menurun 1. Mengidentifikasi resiko yang
dengan, kebiasaan aktivitas akan terjadi
Kriteria hasil: perawatan diri sesuai
- kemerahan menurun, usia
skala 5
- bengkak menurun, Terapeutik :
skala 5
- nyeri menurun, skala 1. memfasilitasi 1. Untuk
5 kemandirian, bantu mempermudah
- Lahirnya bayi secara jika tidak mampu pasien melakukan
normal dan lengkap melakukan perawatan perawatan diri
diri

Edukasi : 1. Untuk
-Menganjurkan mengurangi tingkat
melakukan perawatan infeksi
diri secara konsisten
sesuai kemampuan

d). Evaluasi

a. Evaluasi
S: - Klien bertanya apakah vaginanya perlu dijahit atau tidak
- Klien mengatakan senang atas kelahiran anaknya
- Klien berkata merasakan nyeri diarea perinium
O:
- TTD : 129/84 mmHg
N : 89 x/menit
S : 36,8 oC
RR : 20 x/menit
SpO2 : 99%
EWS : 2
Palpasi
Kontraksi uterus keras
TFU 2 jari dibawah pusat
PPV 50cc, lochea rubra
VT Pembukaan 8cm KK (+), eff 75%

Eksplorasi perinium : ruptur perineum Grade 2


A: Masalah teratasi ( Lahirnya Bayi)

P: Managemen Cairan Observasi dan Edukasi Perawatan pascapersalinan


DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes. 2016. Buku Ajar Asuhan Persalinan Kebidanan Online :


http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-
Kebidanan-Persalinan-dan-BBL-Komprehensif.pdf, Diakses pada 9 September 2021,
pukul 23.00 WIB

Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi baru lahir. Aris Suryana & Adang
Sutisna. (Online : http://bppsd
mk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Asuhan-Kebidanan-Persalinan-
dan-BBL-Komprehensif.pdf , Diakses 8 September 2021, pukul 19.30 WIB
Nanda.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC NIC
Jilid 3.Yogyakarta:Mediaction

SDKI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta:Dwan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai