memiliki efek positif pada OT, namun memiliki efek negatif pada
reseptor OT. Estrogen mampu memberikan efek up-regulation untuk
OT dan reseptornya.
9.2.4 His
His yang sempurna terjadi bila terdapat kontraksi yang simetris,
kontraksi paling kuat dominan terjadi di fundus uteri, dan sesudah itu
terjadi relaksasi. Tiap his dimulai sebagai gelombang dari salah satu sudut
tuba falopii masuk ke dalam uterus. Gelombang bergerak ke dalam dan
ke bawah dengan kecepatan 2 cm tiap detik sampai ke seluruh uterus.
His terkuat terjadi di fundus uteri yang terbentuk dari lapisan otot yang
paling tebal dan puncak kontraksi terjadi simultan di seluruh bagian
uterus. Sesudah terjadi his, otot-otot korpus uteri menjadi lebih pendek
daripada sebelumnya yang disebut sebagai retraksi.
Gambar 9.2. Stadium persalinan (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
392 Obstetri Fisiologi
His yang terjadi sesudah kehamilan ke-30 minggu akan terasa lebih
kuat dan sering. Sesudah usia kehamilan ke-36 minggu aktivitas uterus
lebih meningkat lagi sampai persalinan dimulai. Amplitudo uterus
meningkat terus sampai 60 mmHg pada akhir kala I dan frekuensi
his menjadi 2 sampai 4 kontraksi per 10 menit. Durasi his juga
meningkat dari 20 detik menjadi 60-90 detik pada akhir kala I atau
pada permulaan kala II. His menyebabkan pembukaan dan penipisan
di samping tekanan air ketuban pada permulaan kala I dan selanjutnya
oleh kepala janin yang makin masuk ke rongga panggul yang menekan
serviks sehingga pembukaan menjadi lengkap.
Setelah serviks berdilatasi penuh, gaya yang paling penting pada
proses pengeluaran janin adalah gaya yang dihasilkan oleh tekanan
intrabdominal ibu. Tekanan tersebut akan bekerja maksimal hanya
jika serviks telah membuka lengkap. Oleh karena itu, tekanan tersebut
merupakan bantuan tambahan yang diperlukan ketika his terjadi pada
persalinan kala II.
b. Tenaga mengejan
Kekuatan tahanan ialah:
1) Tahanan serviks terhadap pendataran dan pembukaan.
2) Tahanan dari tulang panggul.
3) Tahanan dari dasar panggul.
Tenaga yang mendorong anak keluar selain his yaitu tenaga
mengejan. Setelah pembukaan lengkap dan ketuban pecah, tenaga
yang mendorong anak keluar terutama adalah kontraksi otot-
otot dinding abdomen yang menyebabkan peningkatan tekanan
intraabdomen. Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu
kita buang air besar tetapi dengan kekuatan yang lebih besar.
Sewaktu kepala sampai pada dasar panggul, ternyata timbul suatu
refleks yang mengakiatkan glotis pasien menutup, kontraksi otot-
otot perut dan menekan diafragma ke bawah. Tenaga mengejan ini
hanya dapat berhasil jika pembukaan sudah lengkap dan paling
efektif saat kontraksi uterus. Anak tidak dapat lahir tanpa tenaga
mengejan, misalnya persalinan harus dibantu dengan forsep pada
pasien yang lumpuh otot-otot perutnya. Tenaga mengejan juga
melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding uterus.
atas dan segmen bawah semakin jelas. Batas ini disebut lingkaran
retraksi fisiologi. Jika segmen bawah sangat diregang maka
lingkaran retraksi lebih terlihat jelas dan naik mendekati pusat,
disebut lingkaran retraksi patologis (lingkaran Bandl). Lingkaran
Bandl adalah tanda ancaman robekan uterus dan terjadi jika
bagian terdepan janin tidak mengalami kemajuan, misalnya
panggul sempit.
Perubahan bentuk uterus
Pada tiap kontraksi, sumbu panjang uterus bertambah panjang
sedangkan ukuran melintang maupun ukuran muka belakang
berkurang. Karena ukuran melintang berkurang, maka lengkungan
tulang punggung anak berkurang, artinya tulang punggung
menjadi lurus. Kejadian ini menyebabkan kutub atas bayi tertekan
pada fundus dan kutub bawah bayi tertekan ke dalam pintu atas
panggul. Uterus bertambah panjang sehingga otot-otot teregang
dan menarik segmen bawah uterus dan serviks. Hal ini menjadi
salah satu penyebab pembukaan serviks.
Faal ligamentum rotundum dalam persalinan
Ligamentum rotundum mengandung otot-otot polos. Jika otot-
otot uterus maka otot-otot ligamentum rotundum ikut mengalami
kontraksi sehingga ligamentum rotundum menjadi pendek. Hal ini
menyebabkan fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
berpindah ke depan mendesak dinding abdomen depan ke depan.
Perubahan letak uterus saat kontraksi uterus sangat penting karena
sumbu uterus menjadi searah sumbu jalan lahir. Fundus uteri
menjadi tertambat saat kontraksi ligamentum rotundum sehingga
saat kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas. Hal ini menyebabkan
anak terdorong ke bawah.
398 Obstetri Fisiologi
• Leopold II:
Punggung terdapat sebelah kiri (tahanan yang terbesar sebelah
kiri). Bagian-bagian kecil terdapat sebelah kanan.
• Leopold III:
Kepala (bagian yang keras bundar dan melenting) masih dapat
digerakkan di atas simfisis kecuali kalau kepala sudah masuk
dalam pintu atas panggul.
Auskultasi:
Bunyi jantung terdengar sebelah kiri sedikit di bawah pusat.
Pemeriksaan dalam:
Sutura sagitalis teraba melintang kira-kira di tengah-tengah jalan
lahir, ubun-ubun kecil terdapat kiri melintang sedangkan ubun-
ubun besar teraba kanan melintang.
Karena panggul mempunyai bentuk tertentu, sedangkan ukuran-
ukuran kepala anak hampir sama besarnya dengan ukuran-ukuran
dalam panggul, maka jelas bahwa kepala harus menyesuaikan diri
dengan bentuk panggul mulai dari pintu atas panggul ke bidang
tengah panggul dan pada pintu bawah panggul, supaya anak dapat
lahir. Misalnya saja jika sutura sagitalis dalam arah muka belakang pada
pintu atas panggul, maka hal ini akan mempersulit proses persalinan,
karena diameter antero posterior adalah ukuran yang terkecil dari pintu
atas panggul. Sebaliknya pada pintu bawah panggul sutura sagitalis
dalam jurusan muka belakang yang menguntungkan karena ukuran
terpanjang pada pintu bawah panggul ialah diameter antero posterior.
terdiri dari:
1. Engagement
2. Fleksi
3. Desensus
4. Putaran paksi dalam
5. Ekstensi
6. Putaran paksi luar
7. Ekspulsi
Gerakan-gerakan tersebut terjadi pada presentasi kepala dan
presentasi bokong. Gerakan-gerakan tersebut menyebabkan janin
dapat mengatasi rintangan jalan lahir dengan baik sehingga dapat
terjadi persalinan pervaginam secara spontan. Sekitar 96% janin dalam
uterus berada dalam presentasi kepala dengan ubun-ubun kecil kiri
depan sebanyak 58%, kanan depan 23%, kanan belakang 11%, dan
kiri belakang 8%. Janin dengan presentasi kepala disebabkan karena
kepala relatif lebih besar dan lebih berat serta bentuk uterus sedemikian
rupa sehingga volume bokong dan ekstremitas yang lebih besar berada
di atas, di ruang yang lebih luas sedangkan kepala berada di bawah, di
ruang yang lebih sempit.
1. Engagement
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu
atas panggul. Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu
pada panggul jenis ginekoid dengan oksiput melintang (tranversal).
Proses engagement ke dalam pintu atas panggul dapat melalui proses
normal.
402 Obstetri Fisiologi
Gambar 9.3. Head floating (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
Gambar 9.4. Sinklitismus normal (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
BAB 9 Persalinan 403
Gambar 9.5. Asinklitismus anterior (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
Gambar 9.6. Asinklitismus posterior (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
404 Obstetri Fisiologi
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel dada dan ubun-ubun kecil lebih
rendah dari ubun-ubun besar. Kepala memasuki ruang panggul dengan
ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 cm) dan di
dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul
dan otot dasar panggul. Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi
engagement dan descent (penurunan kepala). Bila terdapat kesempitan
panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka).
Gambar 9.7 Engagement, descent, flexion (Dikutip dari Physiology of labor. Williams
Obstetrics Edisi ke-25)
3. Desensus
Pada nulipara, engagement terjadi sebelum inpartu dan tidak berlanjut
sampai awal kala II; pada multipara desensus berlangsung bersamaan
dengan dilatasi servik.
BAB 9 Persalinan 405
Gambar 9.8. Rotasi internal (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
Gambar 9.9. Rotasi dilanjutkan ekstensi (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi
ke-25)
5. Ekstensi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah
simfisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut
turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu. Aksis jalan lahir
mengarah ke depan atas, maka gerakan ekstensi kepala harus terjadi
sebelum dapat melewati pintu bawah panggul. Akibat proses desensus
lebih lanjut, perineum menjadi teregang dan diikuti dengan crowning.
BAB 9 Persalinan 407
Gambar 9.10. Ekstensi (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
Gambar 9.11. Rotasi eksterna (Dikutip dari Physiology of labor. Williams Obstetrics Edisi ke-25)
BAB 9 Persalinan 409
7. Ekspulsi
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring, menyesuaikan
dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah
lahir, bahu berada dalam posisi depan-belakang, bahu depan lahir lebih
dahulu, baru kemudian bahu belakang.
Gambar 9.12. Melahirkan bahu depan dan belakang (Dikutip dari Physiology of labor. Williams
Obstetrics Edisi ke-25)
410 Obstetri Fisiologi
9.4.1 Kala I
Pada kala pembukaan his belum begitu kuat, datangnya setiap 10-
15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih
dapat berjalan. Lambat laun his bertambah kuat , interval menjadi
lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama. Lendir berdarah
bertambah banyak.
Lamanya kala I untuk primi 12 jam untuk multi 8 jam. Untuk
mengetahui apakah persalinan dalam kala I maju sebagaimana mestinya
sebagai pegangan kita ambil: kemajuan pembukaan 1 cm sejam bagi
primi dan 2 cm sejam bagi multi, walaupun ketentuan ini sebetulnya
kurang tepat seperti akan diuraikan nanti.
Telah dikatakan bahwa untuk menilai lancarnya persalinan, kita
ambil kemajuan yang normal ialah: penambahan pembukaan 1 cm
sejam bagi primigravida dan 2 cm sejam bagi multigravida, tetapi
sesungguhnya kemajuan pembukaan tidak sama rata tetapi kita
mengenal 2 fase:
a. Fase laten:
Pada fase ini pembukaan sangat lambat ialah dari 0 sampai 4 cm
mengambil waktu + 8 jam
b. Fase aktif:
Pada fase aktif pembukaan lebih cepat.
BAB 9 Persalinan 413
Gambar 9.13. Grafik penilaian faktor waktu dalam persalinan untuk primigravida
dan multigravida (Dikutip dari Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi ke-2)
tak dapat menahan regangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir
depannya. Setelah kepala lahir ia jatuh ke bawah dan kemudian terjadi
putaran paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan
pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak
keluar lendir dan cairan.
Gambar 9.17. Rangkaian lahirnya kepala (Dikutip dari Obstetri Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi
Edisi ke-2)
Gambar 9.22. Perbedaan kaput suksadenum dan sefalhematom (Dikutip dari Obstetri
Fisiologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi ke-2)
Gambar 9.28. Penjepit tali pusat terbuat dari plastik (Dikutip dari Obstetri Fisiologi
Ilmu Kesehatan Reproduksi Edisi ke-2)
dalam kala III dan IV adalah atonia uteri, maka sering dipergunakan
obat-obat yang berkhasiat menguatkan kontraksi uterus. Obat-obat
tersebut dapat dibagi dalam 2 golongan:
a. Golongan ekstraktum sekale
Obat ini adalah ekstrak dari semacam jamur (Claviceps purpurea)
yang tumbuh pada gandum. Ternyata bahwa ekstraktum sekale
mengandung banyak alkaloid, tetapi untuk obstetri yang terpenting
ialah ergonovin.
Ergonovin juga terkenal dengan nama ergotrat, ergometrin, dan
lain-lain.
Ergonovin dapat diberikan per oral, intramuskular atau intravena.
Kerjanya cepat dan lama, kontraksi yang ditimbulkannya ialah
tetanis.
Metergin ialah obat sintetis yang dibuat dari ergonovin.
Keuntungan atas ergonovin:
• Menimbulkan kontraksi lebih lama dan lebih kuat
• Kurang menaikkan tekanan darah.
Kalau obat-obat tersebut di atas diberikan i.v. mungkin timbul
sakit kepala, pusing, sakit dada, jantung berdebar-debar, dispne,
walaupun hanya untuk sementara.
b. Golongan ekstrak dari hipofisis bagian belakang.
Obat ini khasiatnya hampir sama dengan ergonovin, tetapi setelah
5-10 menit timbul kontraksi yang ritmis, jadi ada masa relaksasi.
Dari ekstrak hipofisis bagian belakang dapat dipisahkan 2 obat
ialah:
• Pitosin (oksitosin) yang menimbulkan kontraksi rahim.
• Pitresin yang menguncupkan pembuluh darah sehingga
menimbulkan hipertensi dan juga bersifat antidiuretis.
BAB 9 Persalinan 481
c. Prostaglandin.
Prostaglandin bersifat hormon lokal, yang paling sering
dipergunakan ialah PGE & PGF yang diberikan dengan infus, oral,
intravaginal, ekstraamnial atau intraamnial.
Tidak semua pasien memerlukan secara mutlak obat-obat ini,
tetapi obat-obat ini dipergunakan dengan maksud untuk mengurangi
perdarahan pasca salin dan harus diberikan pada pasien dengan
kemungkinan besar berdarah banyak saat pasca salin misalnya:
Pasien yang selalu berdarah banyak postpartum pada persalinan
yang lampau.
Pada gemeli, hidramnion dan anak yang besar.
Pada plasenta previa dan solusio plasenta.
Pasien yang ditolong dengan persalinan buatan, terutama kalau
diberi narkose.
Pada pasien yang anemis.
Untuk tujuan pengobatan/terapi diberikan pada perdarahan
postparum. Biasanya disuntikkan 10 satuan pitocin i.m. segera setelah
bayi lahir, dan 0,2 mg. metergin i.m. setelah plasenta lahir.
9.7.2 Kala IV
Kala IV ialah masa 1 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini pasien
masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan
akibat atonia uteri masih mengancam. Maka dalam kala IV pasien
belum boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh ditinggalkan
oleh bidan. Tugas kita dalam kala IV adalah:
Mengawasi perdarahan postpartum.
Menjahit robekan perineum.
Memeriksa bayi.
482 Obstetri Fisiologi
Ruptur perineum
Robekan perineum dibagi dalam 4 tingkat.
Derajat 1 : Robekan hanya mengenai epitel vagina dan kulit
BAB 9 Persalinan 483
Episiotomi
Episiotomi ialah: insisi dari perineum untuk memudahkan persalinan
dan mencegah ruptura perineum total.
Jenis Episiotomi:
1. Episiotomi medialis yang dibuat di garis tengah.
2. Episiotomi mediolateralis dari garis tengah ke samping menjauhi
anus.
Tujuan Episiotomi
1. Episiotomi membuat luka yang lurus dengan pinggir yang tajam,
sedangkan ruptur perineum yang spontan bersifat luka koyak
dengan dinding luka bergerigi. Luka lurus dan tajam lebih mudah
dijahit dan sembuh dengan sempurna.
2. Mengurangi tekanan pada kepala anak.
3. Mempersingkat kala II.
4. Episiotomi mediolateralis mengurangi kemungkinan ruptur
perineum total.
Masing-masing jenis episiotomi mempunyai keuntungan dan
kerugian:
Episiotomi medialis Episiotomi mediolateralis
Mudah dijahit Lebih sulit dijahit
Anatomis maupun Anatomis maupun fungsionil
fungsionil sembuh dengan penyembuhan kurang
baik sempurna
Nyeri dalam nifas tak Nyeri pada hari-hari pertamas
seberapa
Dapat menjadi ruptura Jarang menjadi ruptura
perinei perinei totalis. totalis.