Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH


DI RUANG LECI (PERINATOLOGY) RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 07 – 12 NOVEMBER 2022

Oleh:

NI KETUT DWI LAKSMIANI, S.Kep


NIM. C1222040

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA USADA BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN BERAT BADAN LAHIR SANGAT RENDAH
(BBLSR)

I. Tinjauan Teori BBLSR


A. Anatomi Fisiologi

Menurut Tarwoto (2019) Saluran pencernaan dilapisi oleh 4 lapisan


(tunika) yaitu tunika mukosa, tunika submujkosa, tunika muskulus sirkuler
eksterna dan tunika serosa adventia. Tunika mukosa merupakan lapisan
terdalam yang terdir dari lipatan-lipatan yang membentuk tonjolan (disebut
dengan vili). Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut
ke faring bagian atas, dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan
terhadap isi lambung yang sangat asam. Tunika submukosa terletak diantara
lapisan mukosa dan muskularis, terdapat serat elastin, pembuluh darah, saraf
dan sel ganglion. Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mucus
yang dapat mempermudah jalannya makanan sewaktu menelan dan
mellindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia. Tunika muskulus sirkuler
eksterna merupakan obat bagian yang memungkinkan organ pencernaan dapat
melakukan pergerakan atau kontraksi. Sedangkan tunika serosa adventia terdiri
dari jaringan ikat.
1. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk yang dilalui makanan pertama kali
untuk sistem pencernaan. Rongga mulut dilengkapi dengan alat
pencernaan (gigi dan lidah) serta kelenjar pencernaan untuk membantu
pencernaan makanan, secara umum, mulut terdiri dari 2 bagian atas
bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi dan
rongga mulut bagian dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh
tulang maksilaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang
bersambung dengan faring. Palatum terdiri atas palatum durum
(palatum keras) yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah
depan tulang maksilaris dan palatum mole (palatum lunak) terletak
dibelakang yang merupakan lipatan menggantung yang dapat bergerak,
terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir.
Mulut mempunyai fungsi sebagai pemecah makanan menjadi zat-zat
gizi, sekresi mulut berfungsi untuk meningkatkan pencernaan zat
tepung, mengatur pemasukan cairan, mrerangsang nafs makan dengan
cara melarutkan bahan makanan sehingga kontak bintik-bintik rasa
dilidah dan melicinkan makanan sehingga mudah ditelan (Suratun,
2010)
2. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut
dengan esophagus. Di dalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit dan
merupakan pertahanan terhadap infeksi. Di sini juga terletak
persimpangan antara jalan nafas dan makanan, letaknya dibelakang
rongga mulut, di depan ruas tulang belakang. Ke atas bagian depan
berhubungan dengan rongga mulut dengan perantara lubang yang
disebut ismus fausium.
Didalam faring terdapat sfingter Pharingoesofageal yang Berfungsi
mencegah makanan dari esofagus masuk kedalam faring. Tonsil yang
terdapat didalam lengkung faring berfungsi untuk pertahanan terhadap
infeksi (Suratun, 2018)
3. Esofagus
Merupakan bagian saluran pencernaan sepanjang ±25 cm dan
diameter 2cm. Esofagus berbentuk seperti tabung berotot yang
menghubugkan rongga mulut dengan lambung dengan bagian posterior
berbatasan dengan bagian posterior berbatasan dengan faring setinggi
cartilage cricoidea dan sebelah anterior berbatasan dengan corpus
vertebrae. Ketika seseorang menelan, maka spingter akan relaksasi
secara otomatis dan akan membiarkan makanan atau minuman masuk
ke dalam lambung. Fungsi esophagus adalah menyalurkan makanan ke
lamung. Agar makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat
gerakan peristaltik sehingga makanan dapat berjalan menuju lambung.
Fungsi esofagus adalah menyalurkan makanan ke lamung. Agar
makanan dpat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan
peristaltik sehingga makanan dapat ber-jalan menuju lambung.
4. Lambung
Lambung merupakan organ pencernan yang paling fleksibel karena
dapat menampung makanan sebanyak 1-2 liter. Bentuknya seperti huruf
J atau kubah dan terletak di kuaran kiri bawah abdomen. Lambung
merupakan kelanjutan dari esophagus bagian superior dan bersambung
dengan usus kecil bagian duodenum. Fungsi utama dari lambung adalah
menyimpan makanan yang sudah bercampur dengan cairan yang
dihasilkan lambung (getah lambung).
Fungsi utama dari lambung adalah menyimpan makanan yang sudah
bercampur dengan cairan yang dihasilkan lambung (getah lambung).
5. Usus halus
Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung yang terletak di
antara spingter pylorus lambung dengan valve ileosekal yang
merupakan bagian awal usus besar, posisinya terletak d sentral bawah
abdomen yang disuport dengan lapisan mesenterika (berbentuk seperti
kipas) yang memungkinkan usus halus ini mengalami perubahan
bentuk (seperti berkelok-kelok). Mesenterika ini dilpaisi pembuluh
darah, persyarafan dan saluran limfe yang mensuplai kebutuhan
dinding usus.
Usus halus memiliki saluran paling panjang dari saluran pencernaan
dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar 2,5 cm, walaupun tiap
orang memiliki ukuran yang berbeda-beda. Usus halus sering disebut
dengan usus kecil karena ukuran diameternya lebih kecil jika
dibandingkan dengan usus besar. Usus halus ini terbagi menjadi 3
bagian yaitu duodenum (± 25 cm), jejunum (± 2,5 m), serta ileum (±
3,6 m).
Fungsi usus halus menerima sekresi hati dan pangkreas,
mengabsorbsi sari pati makanan dan menyalurkan sisa hasil
metabolisme ke usus besar. Fungsi dari garam empedu dalam usus halus
adalah Emulsikan lemak, garam empedu mengemulsi globules lemak
besar dalam usus halus g kemudian dijadikan globules lemak lebih kecil
dan area permukaan yang lebih luas untuk kerja enzim. Absorbsi lemak,
garam empedu juga membantu mengabsorbsi zat terlarut lemak dengan
cara memfasilitasi jalurnya menembus membran sel. Pengeluaran
kolesterol dari tubuh, garam empedu berikatan dengan kolesterol dan
lesitin untuk membentuk agregasi kecil yang disebut micelle yang akan
dibuang melalui feses.
6. Usus besar
Kolon merupakan usus yang memiliki diameter lebih besar dari usus
halus, memiliki panjang 1,5 meter, dan berbentuk seperti huruf U
terbalik. Usus besar terbagi menjadi 3 daerah, yaitu : kolon asenden,
kolon transversum, dan kolon desenden.
Fungsi usus besar antara lain adalah Menyerap air selama prose
pencernaan. Tempat dihasilkannya vitamin K, dan vitamin H (Biotin)
sebagai hasil simbiosis dengan bakteri usus, misalnya E.coli.
Membentuk massa feses. Mendorong sisa makanan hasil pencernaan
(feses) keluar dari tubuh.
7. Rectum
Rektum merupakan lubang tempat pembuangan feses sebelum
dibuang lewat anus feses akan ditampung terlebih dahulu pada bagian
rektum. Apabila fese sudah siap di buang maka otot spinkter rektum
mengatur pembukaan dan penutupan anus (Tarwoto, 2019).
Fungsi dari rektum untuk menampung feses terlebih dahulu pada
bagian rektum, apabila feses sudah siap dibuang maka oto spinkter
rektum mengatur pembukaan dan penutupan anus.

B. Definisi
Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi
pada bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction /IUGR). Bayi lahir dengan presentase berat badan
dibawah dari 10% pada kurva intrauterinebayi tersebut dapat lahir dalam
keadaan preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2018).
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram.
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir
sangat rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram
tanpa memandang usia gestasi.
C. Epidemiologi
Prevalensi global BBLR tahun 2015 adalah 14,6 %, lebih dari
setengahnya berada di kawasan Asia. Dengan kata lain, dari 20,5 juta bayi
yang lahir dengan berat lahir rendah setiap tahunnya, 12,8 juta bayi berada
di kawasan ASIA. Bayi berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi
mengalami kematian pada 28 hari kehidupan (UNICEF and WHO, 2019).
Prevalensi BBLR di Indonesia tahun 2018 adalah 6,2%. Persentase
paling tinggi yakni di Provinsi Sulawesi Tenggara (8,9 %) dan paling rendah
Provinsi Jambi (2,6 %) (Riskesdas, 2018). Presentase BBLR di Provinsi
Bali tahun 2019 adalah 2,7% dari total kelahiran hidup 65.665 orang dengan
AKN adalah 3,5 per 1.000 kelahiran hidup. BBLR menempati urutan
pertama penyebab kematian neonatal (42%) (Dinkes Provinsi, 2019).

D. Etiologi/Predisposisi

Umumnya BBLR dan BBLSR disebabkan oleh faktor yang sama


hanya saja dibedakan dari berat badan bayi saat lahir. Penyebabnya dapat
terjadi karena persalinan kurang bulan atau bayi lahir kecil masa
kehamilan karena adanya hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan
atau kombinasi keduanya, (Kemenkes, 2018).
a. Factor Ibu: Penyebab lainnya berat ibu yang rendah, usia ibu remaja,
kehamilan ganda, riwayat kelahiran premature, perdarahan
antepartum, penyakit sistemik akut. Ibu kekurangan gizi, hipertensi,
toksemia, anemia, penyakit kronik dan merokok.
b. Factor plasenta: solosio plasenta, plasenta previa.
c. Factor janin: kehamilan ganda, cacat bawaan, infeksi, (Handriana,
2016).

E. Manifestasi Klinis

1. Sebelum bayi baru lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus


prematurus, dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan

c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia
menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin

b. Bayi prematur yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu

c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2018)

F. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan
sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin,
janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur dengan mekonium
masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat beresiko gangguan
pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga
imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin
gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran
gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi
ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk
otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya.
G. Pathway
H. Klasifikasi
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai
Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis
(karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah
menjadi hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi
labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis
belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic
usus dapat terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak
teratur dan sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan
kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah
ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini
karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm
dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000
gram.
c. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat
digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan
BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan
janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2019)

I. Gejala Klinis
Segera setelah lahir, bayi akan langsung ditimbang. Bila berat bayi
menunjukkan angka di bawah 1500 gram, bayi dikategorikan berat bayi
lahir sangat rendah atau BBLSR. Pada bayi BBLSR, kepala bayi umumnya
juga akan terlihat jauh lebih besar dibandingkan dengan anggota tubuhnya
yang lain. Karena lemak bawah kulit yang tipis, lapisan pembuluh darah
bayi umumnya mudah terlihat.

J. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLS R adalah :
c. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
d. Kurang aktif dan tangis lemah
e. Malas minum
f. Bayi teraba dingin
g. Frekuensi jantung < 100 x/menit
h. Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum
dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR
antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur

K. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan pertumbuhan
dan perkembangan janin intra uterine serta untuk menemukan
gangguanpertumbuhan.
2) Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostik atau
labopratorium dan jika hipoglikemi perlu diatasi.
3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori.
5) Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan
menderitaaspirasi mekonium.
6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila
frekwensilebih dari 60x/menit dibuat foto thorax
(Rahardjo dan Marmi, 2018).
L. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian
makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan Kangaroo
Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek
mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
BAB II

KONSEP TUMBUH KEMBANG

A. KONSEP PERTUMBUHAN USIA


Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 2012).
1. Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting,
dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua
kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/penurunan
semua jaringan yang ada pada tubuh, antara lain tulang, otot, lemak,
cairan tubuh dan lain – lainnya. Berat badan dipakai sebagai indikator
yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran
obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang
relatif murah, mudah, dan tidak memerlukan banyak waktu
(Soetjiningsih, 2012).
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada
masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai.
Walaupun kenaikan tinggi badan ini berfluktuasi, dimana tinggi badan
meningkat pesat pada masa bayi, kemudian melambat, dan menjadi
pesat kembali (pacu tumbuh adolesen), selanjutnya melambat lagi dan
akhirnya berhenti pada umur 18 – 20 tahun. Tulang – tulang anggota
gerak berhenti bertambah panjang, tetapi ruas – ruas tulang belakang
berlanjut tumbuh sampai umur 30 tahun, dengan pengisian tulang pada
ujung atas dan bawah korpus – korpus ruas – ruas tulang belakang,
sehingga tinggi badan sedikit bertambah yaitu sekitar 3 – 5 mm
(Soetjiningsih, 2012).
3. Lingkar Kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk
menaksir pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal maka
kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala yang lebih kecil dari
normal (mikrosefali), maka menunjukkan adanya retardasi mental.
Sebaliknya kalau ada penyumbatan pada aliran cairan serebrospinal
pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga lingkar
kepala lebih besar dari normal (Soetjiningsih, 2012).
Pertumbuhan lingkar kepala yang paling pesat adalah pada 6 bulan
pertama kehidupan, yaitu 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada
umur 6 bulan. Sedangkan pada umur 1 tahun 47 cm, 2 taun 49 cm dan
dewasa 54 cm. Oleh karena itu penggunaan pengukuran lingkar kepala
terbatas pada usia 6 bulan pertama sampai umur 2 tahun karena
pertumbuhan otak yang pesat, kecuali diperlukan seperti pada kasus
hidrosefalus.
4. Lingkar Lengan Atas
Lingkar lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan
cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai
untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur
prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16
cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1 –
3 tahun (Soetjiningsih, 2012).
5. Lingkar Dada
Saat lahir, diameter transversal dan anteroposterior hampir sama
yaitu sekitar 34–35 cm sehingga bentuk dadanya seperti silinder.
Dengan bertambahnya usia, ukuran diameter transversal menjadi lebih
besar dibanding diameter anteroposterior (Rekawati, 2013)
6. Lingkar Perut
Pengukuran lingkar perut dapat dilakukan pada bagian atas dari
pusar lalu meletekkan dan melingkarkan alat ukur secara horizontal,
apabila responden mempunyai perut yang gendut ke bawah, pengukuran
mengambil bagian yang paling buncit lalu berakhir pada titik tengah
tersebut lagi, pita pengukur tidak boleh melipat dan ukur lingkar
pinggang mendekati angka 0,1 cm (Humaedi dan kama, 2017).

B. KONSEP PERKEMBANGAN USIA


Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola
yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh, jaringan
tubuh, organ – organ dan sistem organ yang berkembang sedemikan rupa
sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi
dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).
Pada saat ini berbagai metode deteksi dini untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak telah dibuat. Demikian pula dengan skrining
untuk mengetahui penyakit – penyakit yang potensial dapat mengakibatkan
gangguan perkembangan anak. DDST (Denver Developmental Screening
Test) adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST
memenuhi semua persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang
baik untuk membandingkan kemampuan anak yang lain yang seusia. Dari
beberapa penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif
dapat mengidentifikasikan antara 85 – 100% bayi dan anak – anak
prasekolah yang mengalami keterlambatan perkembangan.

C. PRINSIP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak
yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun dalam
masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual Anak merupakan individu yang berada dalam
satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga
remaja. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak
mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada perkembangan
kognitif adakalanya cepat atau lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada
sejak bayi akan tetapi belum terbentuk sempurna dan akan mengalami
perkembangan seiring bertambahnya usia anak.
Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di mana bayi akan
menangis saat lapar. Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan
yang terbentuk mulai bayi seperti anak mau diajak orang lain. Sedangkan
respons emosi terhadap penyakit bervariasi tergantung pada usia dan
pencapaian tugas perkembangan anak, seperti pada bayi saat perpisahan
dengan orang tua maka responsnya akan menangis, berteriak, menarik diri
dan menyerah pada situasi yaitu diam.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan,
mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses
kematangan yang berbeda dibanding orang dewasa karena struktur fisik
anak dan dewasa berbeda mulai dari besarnya ukuran hingga aspek
kematangan fisiko Proses fisiologis anak dengan dewasa mempunyai
perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah
mencapai kematangan. Kemampuan berpikir anak dengan dewasa berbeda
dimana fungsi otak dewasa sudah matang sedangkan anak masih dalam
proses perkembangan. Demikian pula dalam hal tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu berbeda, pada anak cenderung kepada dampak
psikologis yang apabila kurang mendukung maka akan berdampak pada
tumbuh kembang anak sedangkan pada dewasa cenderung sudah
mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan
pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia.
1) Biodata
Identitas pasien atau bidata yang terdiri dari, Terdiri dari
nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada
umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa bayi BBLR.

2) Keluhan utama

Pada pasien BBLR yang tampak yaitu BBL > dari 2500
gram.

3) Riwayat kesehatan sekarang

Apa yang dirasakan pasien hingga dirawat di Rumah Sakit


atauperjalanan penyakit pasien.
4) Riwayat kehamilan dan persalinan
Bagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature,
aterm,letak bayi belakang kaki atau sungsang.
5) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum, pada umumnya pasien dengan BBLR dalam


keadaanlemah, bayi terlihat kecil, pergerakan masih kurang dan
lemah, BB
<2500 gram, dan tangisan masih lemah.

b) Tanda-tanda vital, umumnya suhu tubuh mudah terjadi hipotermi.

c) Pemeriksaan fisik head to toe

 Kepala, dilakukan inspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor


dan minor
masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih
bergerak. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
 Rambut, npeksi: lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih
atau bercabang dan halus atau kasar. Palpasi: mudah rontok atau
tidak
 Mata, Inpeksi: biasanya kunjungtiva dan scklera berwana
normal, lihat reflek kedip baik atau tidak, terdapat radang atau
tidak dan pupil isokor. Pada pupil terjadi miosis saat diberikan
cahaya.
 Hidung, npeksi: biasanya terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat sekret berlebih dan terpasang O2 Palpasi: adanya nyeri
tekan dan benjolan.
 Mulut dan faring, Inspeksi: pucat sianosis, membrane mukosa
kering, bibir
kering, dan pucat.

 Telinga, Inpeksi: adanya kotoran atau cairan dan baigaimana


bentuk tulang rawanya. Palpasi: adanya respon nyeri pada daun
telinga.

 Thorax, Inspeksi : Nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah ke


dalam. Pada lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
Auskultasi : Adanya stridor atau wreezing menunjukkan tanda
bahaya
 Abdomen, Inpeksi: lihat kesimetrisan dan adanya pembesaran
abdomen Palpasi: adanya nyeri tekan dan pembesaran abdomen
 Kulit dan kelamin, Inspeksi : pada kulit terlihat keriput, tipis,
penuh lanugo, pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, terlihat
hanya sedikit lemak jaringan. Pertumbuhan genetalia belum
sempurna. Palpasi : pada bayi laki – laki testis
belum turun, sedangkan pada bayi perempuan labia
mayora lebih menonjol (labia mayora belum menutup labia
minora)..
 Musculoskeletal, nspeksi : tumit terlihat mengkilap, dan
telapak kakiteraba
halus, tonus otot masih lemah sehingga bayi kurang aktif dan
pergerakkannya lemah, tubuhnya kurang berisi ototnya
lembek, dan kulitnyapun terlihat keriput dan tipis Palpasi : adanya
nyeri tekan danbenjolan
d) Neurologi atau reflek, Fungsi saraf yang belum efektif dan
tangisannya lemah, Reflek Morrow : Kaget bila dikejutkan
(tangan menggenggam). Reflek menghisap: suckling Reflek
menelan swallowing: masih buruk atau kurang. Reflek batuk yang
belum sempurna
6) Kebutuhan dasar

a) Pola nutrisi

Pada neonatus dengan BBLR perlu perawatan kusus, karena organ


tubuh terutama lambung belum sempurna.
b) Pola eliminasi

Umumnya klien mengalami gangguan BAB karena organ tubuh


terutamapencernaan belum sempurna.
c) Kebersihan diri
Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien,
terutama saat BAB dan BAK, saat BAB dan BAK harus diganti
popok kusus bayi BBLR yang kering dan halus.

d) Pola tidur

Terlihat gerak bayi masih pasif, tangisannya masih merintih,


meskipun keadaan lapar bayi tetap tidak menangis, bayi
cenderung lebih banyak tidur dan pemalas.

B. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi
paru
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3) Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi
dan intake yang kurang adekuat
5) Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
6) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
D. Evaluasi
Menurut Wahyuni (2016), Evaluasi atau tahap penelitian adalah
perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambugan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi ini
adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang di inginkan
dengan kriteria hasil pada perencanaan. Format yang dipakai adalah
format SOAP (Wahyuni, 2016) :
1. S : Data Subjektif
Perkembangan yang di dasarkan pada apa yang di rasakan, di
keluhkandan di kemukakan klien.
2. O : Data Objektif
Perkembangan yang bias di amati dan di ukur oleh perawat atau
timkesehatan lain.
3. A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakahberkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.

4. P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang di dasarkan pada hasil analisis di atas
berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak efektif Tujuan : 1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan periode perputaran
berhubungan dengan tidak Pola nafas yang efektif pernapasan, perhatikan adanya pernapasan normal dari serangan apnetik sejati,
adekuatnya ekspansi paru Kriteria Hasil : apnea dan perubahan frekwensi terutama sering terjadi pad gestasi minggu ke-30
- Kebutuhan oksigen jantung 2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
menurun 3. Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan
- Nafas spontan, adekuat 2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya
- Tidak sesak 3. Posisikan bayi pada abdomen atau hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
- Tidak ada retraksi posisi telentang dengan gulungan 4. Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat
popok dibawah bahu untuk pernapasan dan aktifitas SSP
menghasilkan sedikit ekstensi 5. Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
obat-obatan yang akan 6. Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
memperberat depresi pernapasan meningkatkan funsi pernapasan
pada bayi 7. Membantu proses penyembuhan
5. Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi
6. Berikan oksigen sesuai indikasi

7. Berikan obat sesuai indikasi

2 Gangguan pertukaran gas Tujuan : 1. Letakkan bayi terlentang dengan 1. Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
berhubungan dengan Pertukaran gas adekuat alas yang data, kepala lurus, dan yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas
kurangnya ventilasi alveolar Kriteria Hasil : leher sedikit tengadah/ekstensi
sekunder terhadap defisiensi - Tidak sianosis dengan meletakkan bantal atau
surfaktan - Analisa gas darah normal selimut diatas bahu bayi sehingga
- Saturasi oksigen normal bahu terangkat 2-3 cm
2. Bersihkan jalan nafas, mulut,
hidung bila perlu 2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna
3. Observasi gejala kardinal dan 3. Deteksi dini adanya kelainan
tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
4. Kolaborasi dengan team medis
dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
3 Resiko tinggi gangguan Tujuan : 1. Bandingkan masukan dan 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan
keseimbangan keseimbangan Hidrasi baik pengeluaran urine setiap shift dan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
cairan dan elektrolit Kriteria Hasil : keseimbangan kumulatif setiap pertama, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada
berhubungan dengan - Turgor kulit elastik periodik 24 jam hari ketiga postpartum. Pengambilan darah untuk tes
ketidakmampuan ginjal - Tidak ada edema 2. Pantau berat jenis urine setiap menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht
mempertahankan - Produksi urin 1-2 selesai berkemih atau setiap 2-4 jam 2. Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk
keseimbangan cairan dan cc/kgbb/jam dengan menginspirasi urine dari mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan
elektrolit - Elektrolit darah dalam popok bayi bila bayi tidak tahan berat jenis yang rendah pada bayi preterm (rentang
batas normal dengan kantong penampung urine norma1,006-1,013). Kadar yang rendah menandakan
3. Evaluasi turgor kulit, membran volume cairan berlebihan dan kadar lebih besar dari
mukosa, dan keadaan fontanel 1,013 menandakan ketidakmampuan masukan cairan
anterior. dan dehidrasi.
4. Berikan infus parenteral dalam 3. Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat
khususnya pada PDA, displasia oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering,
bronkopulmonal (BPD), atau entero dan fontanel cekung.
coltis nekrotisan (NEC) 4. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-
53% kalium serum
4 Perubahan nutrisi kurang dari Tujuan : 2. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian makan yang
kebutuhan tubuh berhubungan Nutrisi adekuat dengan pemberian makan tepat untuk bayi
dengan tidak adekuatnya Kriteria Hasil : (misalnya: mengisap, menelan, dan
persediaan zat besi, kalsium, - Berat badan naik 10-30 batuk)
metabolisme yang tinggi dan gram / hari 3. Auskultasi adanya bising usus, kaji
intake yang kurang adekuat - Tidak ada edema status fisik dan status pernapasan 2. Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
- Protein dan albumin darah peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah
dalam batas normal kelahiran. Bila distres pernapasan ada cairan
parenteral di indikasikan dan cairan peroral
4. Kaji berat badan dengan harus ditunda
menimbang berat badan setiap hari, 3. Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan
kemudian dokumentasikan pada resiko terhadap pola pertumbuhan.
grafik pertumbuhan bayi
5. Pantau masukan dan dan
pengeluaran. Hitung konsumsi
kalori dan elektrolit setiap hari 4. Memberikan informasi tentang masukan aktual
6. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan dalam hubungannya dengan perkiraan
fontanel, turgor kulit, berat jenis kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian
diet
urine, kondisi membran mukosa, 5. Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi
fruktuasi berat badan. SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian
cairan intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus
dengan hati-hati ditangani untuk menghindari
7. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; kelebihan cairan
takipnea dan pernapasan tidak 6. Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan
teratur, apnea, letargi, fruktuasi bakar untuk otak, kekurangan dapat
suhu, dan diaphoresis. Pemberian menyebabkan kerusakan SSP
makan buruk, gugup, menangis, permanen.hipoglikemia secara bermakna
nada tinggi, gemetar, mata terbalik, meningkatkan mobilitas mortalitas serta efek
dan aktifitas kejang. berat yang lama bergantung pada durasi masing-
8. Pantau pemeriksaan laboratorium masing episode.
sesuai indikasi 7. Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir
bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat
karena penurunan simpanan protein obat dan
9. Kolaborasi dalam pemberian lemak
nutrisi parenteral 8. Upaya pemenuhan nutrisi bayi
5 Hipotermi berhubungan Tujuan : 1. Tempatkan bayi pada inkubator, 1. Menjaga suhu tubuh bayi tetap dalam kondisi normal
dengan imaturitas control dan Klien mempertahankan suhu penghangat rsian, atau pakaian
pengatur suhu tubuh dan tubuh hangat dalam keranjang terbuka
berkurangnya lemak subcutan Kriteria Hasil : 2. Atur unit servokontrol atau kontrol 2. Menjaga suhu tubuh bayi tetap dalam kondisi stabil
di dalam tubuh Suhu aksila bayi tetap dalam suhu udara sesuai kebutuhan
rentang normal 3. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 3. Mengetahui kondisi bayi
6 Resiko infeksi berhubungan Tujuan : 1. Pastikan bahwa semua pemberi 1. Menjauhkan bayi dari kontaminasi kuman
dengan penurunan daya tahan Klien tidak menunjukkan perawatan mencuci tangan sebelum
tubuh infeksi nosokomial dan setelah mengurus bayi
Kriteria Hasil : 2. Pastikan bahwa semua alat kontak
bayi tidak menunjukkan dengan bayi sudah bersih atau steril 2. Menjaga kebersihan area sekitar bayi
tanda-tanda infeksi 3. Isolasi bayi lain yang mengalami
nosokomial infeksi sesuai kebijakan
institusional 3. Bayi yang terkena infeksi kemungkinan besar bisa
menularkan ke bayi yang tidak infeksi
4. Instruksikan pekerja perawatan 4. Jika kebersihan dijaga kontaminasi terhadap infeksi
kesehatan dan orangtua dalam berkurang
prosedur kontrol infeksi
5. Beri terapi antibiotik sesuai
5. Membunuh bakteri, jika terjadi infeksi
instruksi
DAFTAR PUSTAKA

Aris., Tarwoto., dan Wartonah. 2019. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media

Carpenito, L.J. 2018. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta

Gomella TL. 2019. Neonatology : management, procedures, on-call problems,


diseases, and drugs. Edisi ke-5. United States of America: McGraw-Hill
Companies;

Hidayat,Alimul A. 2018. PengantarIlmuKeperawatan Anak1.Penerbit


SalembaMedica : Jakarta.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2018. Indonesian Pediatric Society. Nilai
Nutrisi Air Susu Ibu. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017 Pukul 16.30
WIB

Indrasanto, Effendi SH. 2018. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI

Kiess N, Chernausek SD, Hokken-Koelega ACS. 2019. Small for gestational age.
Karger
AG, Basel. Switzerland

NANDA. 2015. Nursing Diagnoses: Definitions & Classification. Philadelphia

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sitohang ,Nur Asnah.2016. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah.
USU Repository

Suratun, Lusianah. 2019. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media

Varney, Helen. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai