Oleh:
B. Definisi
Bayi baru lahir sangat rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1500 gr tanpa melihat usia gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir . BBLSR dapat terjadi
pada bayi kurang dari 37 minggu atau pada bayi cukup bulan (intrauterine
growth restriction /IUGR). Bayi lahir dengan presentase berat badan
dibawah dari 10% pada kurva intrauterinebayi tersebut dapat lahir dalam
keadaan preterm, aterm atau postterm, (Sudarti & Fauziah, 2018).
Bayi berat lahir sangat rendah adalah bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram.
Dari ketiga definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir
sangat rendah (BBSLR) adalah bayi baru lahir yang ditimbang dalam 1 jam
setelah lahir memiliki berat badan antara 1000 gram sampai 1500 gram
tanpa memandang usia gestasi.
C. Epidemiologi
Prevalensi global BBLR tahun 2015 adalah 14,6 %, lebih dari
setengahnya berada di kawasan Asia. Dengan kata lain, dari 20,5 juta bayi
yang lahir dengan berat lahir rendah setiap tahunnya, 12,8 juta bayi berada
di kawasan ASIA. Bayi berat badan lahir rendah memiliki risiko tinggi
mengalami kematian pada 28 hari kehidupan (UNICEF and WHO, 2019).
Prevalensi BBLR di Indonesia tahun 2018 adalah 6,2%. Persentase
paling tinggi yakni di Provinsi Sulawesi Tenggara (8,9 %) dan paling rendah
Provinsi Jambi (2,6 %) (Riskesdas, 2018). Presentase BBLR di Provinsi
Bali tahun 2019 adalah 2,7% dari total kelahiran hidup 65.665 orang dengan
AKN adalah 3,5 per 1.000 kelahiran hidup. BBLR menempati urutan
pertama penyebab kematian neonatal (42%) (Dinkes Provinsi, 2019).
D. Etiologi/Predisposisi
E. Manifestasi Klinis
c. Pergerakan janin yang pertama terjadi lebih lambat dan tidak sesuia
menurut yang seharusnya.
d. Sering dijumpai kehamilan dengan olgradramnion gravidarum atau
pendarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
c. Bayi small for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan
intrauterine
d. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam
tubuhnya
(Nanda, 2018)
F. Patofisiologi
Terjadinya BBLR/ BBLSR dapat di pengaruhi faktor ibu, faktor
janin, faktor plasenta, dan faktor lingkungan. Sehingga dapat menyebabkan
sindrom aspirasi mekonium yaitu bayi bisa mengalami asfiksi intra uterin,
janin gasping dalam uterus, cairan amnion bercampur dengan mekonium
masuk dan lengket di paru janin. Maka janin dapat beresiko gangguan
pertukaran gas dan resiko tidak efektifnya jalan nafas. Dapat terjadi juga
imaturitas hepar gangguan transportasi albumin dan defesiensi albumin
gangguan pengambilan bilirubin.
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu
menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia
transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor
pusat pernafasan agar lerjadi “Primary gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran
gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia
yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila
tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi
ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primary
apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak
tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary
apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi.
Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi
metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya
asidosis metabolik.
Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler
yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber
glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk
otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara
alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya
resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan
kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya.
G. Pathway
H. Klasifikasi
a. Menurut masa gestasinya:
1. Prematuritas Murni
Prematuritas Murni adalah bayi yang lahir dengan kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan
masa kehamilan atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai
Masa Kehamilannya (NKB-SMK) dengan gambaran klinis
(karakteristik) yang dijumpai :
a) Berat lahir ≤ 2.500 gram, panjang badan ≤ 45cm, lingkaran
dada < 30 cm, lingkaran kepala < 33 cm
b) Kepala relatif besar dari badannya
c) Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin
d) Lanugonya banyak terutama pada dahi, pelipis telinga dan
lengan
e) Lemak subkutan kurang sehingga suhu tubuh mudah
menjadi hipotermi
f) Ubun-ubun dan sutura lebar
g) Genitalia belum sempurna, labio mayora belum menutupi
labio minora (pada perempuan), dan pada laki-laki testis
belum turun
h) Pembuluh darah kulit banyak terlihat sehingga peristaltic
usus dapat terlihat
i) Rambut tipis, halus dan teranyam
j) Tulang rawan dan daun telinga immature (elastisitas daun
telinga masih kurang sempurna)
k) Puting susu belum terbentuk dengan baik
l) Pergerakan kurang dan lemah
m) Banyak tidur, tangis lemah dan jarang, pernapasan tidak
teratur dan sering timbul apneu
n) Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam
keadaan kedua paha abduksi, sendi lutut dan pergelangan
kaki dalam keadaan fleksi atau lurus dan kepala mengarah
ke satu sisi
o) Refleks tonick neck lemah
p) Refleks menghisap dan menelan serta refleks batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan. Hal ini
karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
Dismaturitas dapat terjadi dalam preterm, aterm, dan posterm
dengan gambaran klinik/ karakteristik yang dijumpai :
a) Pre-aterm sama dengan bayi prematuritas murni
b) Aterm dan Post aterm
c) Kulit berselubung verniks caeseosa tipis/tidak ada
d) Kulit pucat/bernodamekonium, kering, keriput, tipis
e) Jaringan lemak di bawah kulit tipis
f) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
g) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
b. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam:
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.
2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500
gram.
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir < 1000
gram.
c. Berdasarkan berat badan menurut usia kehamilan dapat
digolongkan:
1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
dibawah persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin.
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir dengan
BB diantara persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan
janin.
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir dengan BB
diatas persentil ke-90 pada kurvapertumbuhan janin.
(Varney Hellen, 2019)
I. Gejala Klinis
Segera setelah lahir, bayi akan langsung ditimbang. Bila berat bayi
menunjukkan angka di bawah 1500 gram, bayi dikategorikan berat bayi
lahir sangat rendah atau BBLSR. Pada bayi BBLSR, kepala bayi umumnya
juga akan terlihat jauh lebih besar dibandingkan dengan anggota tubuhnya
yang lain. Karena lemak bawah kulit yang tipis, lapisan pembuluh darah
bayi umumnya mudah terlihat.
J. Komplikasi
1. Hipotermi
Tanda terjadinya hipotermi pada BBLS R adalah :
c. Suhu tubuh bayi kurang dari 36,50C
d. Kurang aktif dan tangis lemah
e. Malas minum
f. Bayi teraba dingin
g. Frekuensi jantung < 100 x/menit
h. Nafas pelan dan dalam
2. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan :
a. Kadar glukosa darah < 45 mg/dl
b. Kejang, tremor, letargi/kurang aktif
c. Timbul saat lahir sampai dengan hari ke 3
d. Riwayat ibu dengan diabetes
e. Keringat dingin
f. Hipotermia, sianosis, apneu intermitten
3. Ikterus/hiperbilirubin
Hiperbilirubin pada BBLSR terjadi karena belum maturnya fungsi
hepar pada bayi prematur, bila tidak segera diatasi dapat menyebabkan
kern ikterus yang akan menimbulkan gejala sisa yang permanen.
Hiperbilirubin di tandai dengan :
a. Sclera, puncak hidung, sekitar mulut, dada, perut dan ekstermitas
berwama kuning
b. Konjungtiva berwama kuning pucat
c. Kejang
d. Kemampuan menghisap menurun
e. Letargi
f. Kadar bilirubin pada bayi premature lebih dari l0 mg/dl
4. Masalah pemberian minum. Hal ini ditandai dengan :
a. Kenaikan berat badan bayi < 20 g/hr selama 3 hari
b. Ibu tidak dapat/tidak berhasil menyusui
5. Infeksi/sepsis
Infeksi pada BBLSR dapat terjadi bila ada riwayat ibu demam sebelum
dan selama persalinan, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan,
terjadinya asfiksia saat lahir, dll. Tanda terjadinya infeksi pada BBSLR
antara lain :
a. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat lekositosis atau
lekositopenia dan trombositopenia
b. Bayi malas minum
c. Suhu tubuh bayi hipertermi ataupun hipotermi
d. Terdapat gangguan nafas
e. Letargi
f. Kulit ikterus, sklerema
g. Kejang
6. Gangguan permafasan :
a. Deflsiensi surfaktan paru yang mengarah ke sindrom gawat
nafas/RDS
b. Resiko aspirasi akibat belum terkoordiansinya reflek batuk,reflek
menghisap dan reflek menelan
c. Thoraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah
d. Pemafasan tidak teratur
K. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
1) Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan pertumbuhan
dan perkembangan janin intra uterine serta untuk menemukan
gangguanpertumbuhan.
2) Memeriksa kadar gula darah (true glucose) dengan dextrostik atau
labopratorium dan jika hipoglikemi perlu diatasi.
3) Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
4) Bayi membutuhkan lebih banyak kalori.
5) Melakukan tracheal – washing pada bayi yang diduga akan
menderitaaspirasi mekonium.
6) Sebaiknya setiap jam dihitung frekuensi pernafasan dan bila
frekwensilebih dari 60x/menit dibuat foto thorax
(Rahardjo dan Marmi, 2018).
L. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinan
yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan
bayi prematuritas ditujukan pada pengaturan panas badan, pemberian
makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/BBLSR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan
relatif luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum
memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dilakukan Kangaroo
Mother Care (KMC) dengan ibunya.
2. Makanan bayi prematur/BBLSR
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3
sampai 5gr/kgBB dan kalori 110 kal/kgBB badan, sehingga
pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek
mengisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit
demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.
ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI-lah yang
paling dahulu diberikan. Bila faktor mengisapnya kurang maka ASI
dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau
dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang
diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kgBB/hari dan terus dinaikkan sampai
mencapai sekitar 200 cc/kgBB/hari.
3. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLSR). Dengan demikian perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik.
4. Penimbangan ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi/nutrisi bayi dan
erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan
berat badan harus dilakukan dengan ketat.
BAB II
A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah tahap pertama dalam proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sitematis dalam
mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian keperawatan ditunjukan
pada respon klien terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar manusia.
1) Biodata
Identitas pasien atau bidata yang terdiri dari, Terdiri dari
nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa,
jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada
umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa bayi BBLR.
2) Keluhan utama
Pada pasien BBLR yang tampak yaitu BBL > dari 2500
gram.
a) Pola nutrisi
d) Pola tidur
B. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan tidak adekuatnya ekspansi
paru
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kurangnya ventilasi
alveolar sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3) Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit berhubungan dengan ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme yang tinggi
dan intake yang kurang adekuat
5) Hipotermi berhubungan dengan imaturitas control dan pengatur suhu
tubuh dan berkurangnya lemak sub cutan di dalam tubuh
6) Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh
D. Evaluasi
Menurut Wahyuni (2016), Evaluasi atau tahap penelitian adalah
perbandingan sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambugan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi ini
adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan yang di inginkan
dengan kriteria hasil pada perencanaan. Format yang dipakai adalah
format SOAP (Wahyuni, 2016) :
1. S : Data Subjektif
Perkembangan yang di dasarkan pada apa yang di rasakan, di
keluhkandan di kemukakan klien.
2. O : Data Objektif
Perkembangan yang bias di amati dan di ukur oleh perawat atau
timkesehatan lain.
3. A : Analisis
Penilaian dari kedua jenis data (baik subjektif maupun objektif)
apakahberkembang ke arah kebaikan atau kemunduran.
4. P : Perencanaan
Rencana penanganan klien yang di dasarkan pada hasil analisis di atas
berisi melanjutkan perencanaan sebelumnya apabila keadaan atau
masalah belum teratasi.
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Pola nafas tidak efektif Tujuan : 1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan periode perputaran
berhubungan dengan tidak Pola nafas yang efektif pernapasan, perhatikan adanya pernapasan normal dari serangan apnetik sejati,
adekuatnya ekspansi paru Kriteria Hasil : apnea dan perubahan frekwensi terutama sering terjadi pad gestasi minggu ke-30
- Kebutuhan oksigen jantung 2. Menghilangkan mukus yang menyumbat jalan napas
menurun 3. Posisi ini memudahkan pernapasan dan menurunkan
- Nafas spontan, adekuat 2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan episode apnea, khususnya bila ditemukan adanya
- Tidak sesak 3. Posisikan bayi pada abdomen atau hipoksia, asidosis metabolik atau hiperkapnea
- Tidak ada retraksi posisi telentang dengan gulungan 4. Magnesium sulfat dan narkotik menekan pusat
popok dibawah bahu untuk pernapasan dan aktifitas SSP
menghasilkan sedikit ekstensi 5. Hipoksia, asidosis netabolik, hiperkapnea,
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap hipoglikemia, hipokalsemia dan sepsis
obat-obatan yang akan 6. Perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat
memperberat depresi pernapasan meningkatkan funsi pernapasan
pada bayi 7. Membantu proses penyembuhan
5. Pantau pemeriksaan laboratorium
sesuai indikasi
6. Berikan oksigen sesuai indikasi
2 Gangguan pertukaran gas Tujuan : 1. Letakkan bayi terlentang dengan 1. Memberi rasa nyaman dan mengantisipasi flexi leher
berhubungan dengan Pertukaran gas adekuat alas yang data, kepala lurus, dan yang dapat mengurangi kelancaran jalan nafas
kurangnya ventilasi alveolar Kriteria Hasil : leher sedikit tengadah/ekstensi
sekunder terhadap defisiensi - Tidak sianosis dengan meletakkan bantal atau
surfaktan - Analisa gas darah normal selimut diatas bahu bayi sehingga
- Saturasi oksigen normal bahu terangkat 2-3 cm
2. Bersihkan jalan nafas, mulut,
hidung bila perlu 2. Jalan nafas harus tetap dipertahankan bebas dari lendir
untuk menjamin pertukaran gas yang sempurna
3. Observasi gejala kardinal dan 3. Deteksi dini adanya kelainan
tanda-tanda cyanosis tiap 4 jam
4. Kolaborasi dengan team medis
dalam pemberian O2 dan
pemeriksaan kadar gas darah arteri 4. Mencegah terjadinya hipoglikemia
3 Resiko tinggi gangguan Tujuan : 1. Bandingkan masukan dan 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan
keseimbangan keseimbangan Hidrasi baik pengeluaran urine setiap shift dan terapi cairan kira-kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
cairan dan elektrolit Kriteria Hasil : keseimbangan kumulatif setiap pertama, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada
berhubungan dengan - Turgor kulit elastik periodik 24 jam hari ketiga postpartum. Pengambilan darah untuk tes
ketidakmampuan ginjal - Tidak ada edema 2. Pantau berat jenis urine setiap menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht
mempertahankan - Produksi urin 1-2 selesai berkemih atau setiap 2-4 jam 2. Meskipun imaturitas ginjal dan ketidaknyamanan untuk
keseimbangan cairan dan cc/kgbb/jam dengan menginspirasi urine dari mengonsentrasikan urine biasanya mengakibatkan
elektrolit - Elektrolit darah dalam popok bayi bila bayi tidak tahan berat jenis yang rendah pada bayi preterm (rentang
batas normal dengan kantong penampung urine norma1,006-1,013). Kadar yang rendah menandakan
3. Evaluasi turgor kulit, membran volume cairan berlebihan dan kadar lebih besar dari
mukosa, dan keadaan fontanel 1,013 menandakan ketidakmampuan masukan cairan
anterior. dan dehidrasi.
4. Berikan infus parenteral dalam 3. Kehilangan atau perpindahan cairan yang minimal
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, dapat dengan cepat menimbulkan dehidrasi, terlihat
khususnya pada PDA, displasia oleh turgor kulit yang buruk, membran mukosa kering,
bronkopulmonal (BPD), atau entero dan fontanel cekung.
coltis nekrotisan (NEC) 4. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht diatas normal 45-
53% kalium serum
4 Perubahan nutrisi kurang dari Tujuan : 2. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian makan yang
kebutuhan tubuh berhubungan Nutrisi adekuat dengan pemberian makan tepat untuk bayi
dengan tidak adekuatnya Kriteria Hasil : (misalnya: mengisap, menelan, dan
persediaan zat besi, kalsium, - Berat badan naik 10-30 batuk)
metabolisme yang tinggi dan gram / hari 3. Auskultasi adanya bising usus, kaji
intake yang kurang adekuat - Tidak ada edema status fisik dan status pernapasan 2. Pemberian makan pertama bayi stabil memiliki
- Protein dan albumin darah peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah
dalam batas normal kelahiran. Bila distres pernapasan ada cairan
parenteral di indikasikan dan cairan peroral
4. Kaji berat badan dengan harus ditunda
menimbang berat badan setiap hari, 3. Mengidentifikasikan adanya resiko derajat dan
kemudian dokumentasikan pada resiko terhadap pola pertumbuhan.
grafik pertumbuhan bayi
5. Pantau masukan dan dan
pengeluaran. Hitung konsumsi
kalori dan elektrolit setiap hari 4. Memberikan informasi tentang masukan aktual
6. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan dalam hubungannya dengan perkiraan
fontanel, turgor kulit, berat jenis kebutuhan untuk digunakan dalam penyesuaian
diet
urine, kondisi membran mukosa, 5. Peningkatan kebutuhan metabolik dari bayi
fruktuasi berat badan. SGA dapat meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi. Pemberian
cairan intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan, tetapi harus
dengan hati-hati ditangani untuk menghindari
7. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; kelebihan cairan
takipnea dan pernapasan tidak 6. Karena glukosa adalah sumber utama dari bahan
teratur, apnea, letargi, fruktuasi bakar untuk otak, kekurangan dapat
suhu, dan diaphoresis. Pemberian menyebabkan kerusakan SSP
makan buruk, gugup, menangis, permanen.hipoglikemia secara bermakna
nada tinggi, gemetar, mata terbalik, meningkatkan mobilitas mortalitas serta efek
dan aktifitas kejang. berat yang lama bergantung pada durasi masing-
8. Pantau pemeriksaan laboratorium masing episode.
sesuai indikasi 7. Hipoglikemia dapat terjadi pada awal 3 jam lahir
bayi SGA saat cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis tidak adekuat
karena penurunan simpanan protein obat dan
9. Kolaborasi dalam pemberian lemak
nutrisi parenteral 8. Upaya pemenuhan nutrisi bayi
5 Hipotermi berhubungan Tujuan : 1. Tempatkan bayi pada inkubator, 1. Menjaga suhu tubuh bayi tetap dalam kondisi normal
dengan imaturitas control dan Klien mempertahankan suhu penghangat rsian, atau pakaian
pengatur suhu tubuh dan tubuh hangat dalam keranjang terbuka
berkurangnya lemak subcutan Kriteria Hasil : 2. Atur unit servokontrol atau kontrol 2. Menjaga suhu tubuh bayi tetap dalam kondisi stabil
di dalam tubuh Suhu aksila bayi tetap dalam suhu udara sesuai kebutuhan
rentang normal 3. Monitor suhu minimal tiap 2 jam 3. Mengetahui kondisi bayi
6 Resiko infeksi berhubungan Tujuan : 1. Pastikan bahwa semua pemberi 1. Menjauhkan bayi dari kontaminasi kuman
dengan penurunan daya tahan Klien tidak menunjukkan perawatan mencuci tangan sebelum
tubuh infeksi nosokomial dan setelah mengurus bayi
Kriteria Hasil : 2. Pastikan bahwa semua alat kontak
bayi tidak menunjukkan dengan bayi sudah bersih atau steril 2. Menjaga kebersihan area sekitar bayi
tanda-tanda infeksi 3. Isolasi bayi lain yang mengalami
nosokomial infeksi sesuai kebijakan
institusional 3. Bayi yang terkena infeksi kemungkinan besar bisa
menularkan ke bayi yang tidak infeksi
4. Instruksikan pekerja perawatan 4. Jika kebersihan dijaga kontaminasi terhadap infeksi
kesehatan dan orangtua dalam berkurang
prosedur kontrol infeksi
5. Beri terapi antibiotik sesuai
5. Membunuh bakteri, jika terjadi infeksi
instruksi
DAFTAR PUSTAKA
Aris., Tarwoto., dan Wartonah. 2019. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa
Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media
Carpenito, L.J. 2018. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2018. Indonesian Pediatric Society. Nilai
Nutrisi Air Susu Ibu. Diakses pada tanggal 20 Desember 2017 Pukul 16.30
WIB
Indrasanto, Effendi SH. 2018. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI
Kiess N, Chernausek SD, Hokken-Koelega ACS. 2019. Small for gestational age.
Karger
AG, Basel. Switzerland
Sitohang ,Nur Asnah.2016. Asuhan Keperawatan Pada Berat Badan Lahir Rendah.
USU Repository
Varney, Helen. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC