Anda di halaman 1dari 34

DIARE

KELOMPOK 4
 Diana Farida Fitri ( 10519044 )

 Kharina Marefhi Andi ( 10519052 )

 Natasya syahrani putri ( 10519060 )

 Rizki Permata Indah ( 10519068 )

 Shinta Nur Kholifah ( 10519071 )


PENGERTIAN DIARE

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan berubahnya


bentuk tinja dengan intensitas buang air besar secara berlebihan
lebih dari 3 kali dalam kurun waktu satu hari (Prawati & Haqi,
2019). Diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air
saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih)
dalam satu hari (Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan
Penyehatan Lingkungan, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan diare


adalah suatu keadaan dimana terjadi pola perubahan BAB lebih
dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja
lebih encer atau berair dengan atau tanpa darah dan tanpa lendir.
ETIOLOGI

Etiologi pada diare menurut Yuliastati & Arnis (2016) ialah :


a.Infeksi enteral yaitu adanya infeksi yang terjadi di saluran pencernaan dimana
merupakan penyebab diare pada anak, kuman meliputi infeksi bakteri, virus, parasite,
protozoa, serta jamur dan bakteri.

b.Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar alat pencernaan seperti pada
otitis media, tonsilitis, bronchopneumonia serta encephalitis dan biasanya banyak terjadi
pada anak di bawah usia 2 tahun.

c.Faktor malabsorpsi, dimana malabsorpsi ini biasa terjadi terhadap karbohidrat seperti
disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida intoleransi glukosa,
fruktosa dan galaktosa), malabsorpsi protein dan lemak.

d.Faktor Risiko Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan


Lingkungan (2011) faktor risiko terjadinya diare adalah:

1) Faktor perilaku yang meliputi :

a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan makanan


pendamping/MP, ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena
sangat sulit untuk membersihkan botol susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan,
setelah buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.
1) Faktor perilaku yang meliputi :

a) Tidak memberikan air susu ibu/ASI (ASI eksklusif), memberikan makanan pendamping/MP,
ASI terlalu dini akan mempercepat bayi kontak terhadap kuman.
b) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit diare karena sangat
sulit untuk membersihkan botol susu.
c) Tidak menerapkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi ASI/makan, setelah
buang air besar (BAB), dan setelah membersihkan BAB anak.
d) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.

2) Faktor lingkungan antara lain:


a) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan mandi cuci kakus
(MCK).
ANATOMI FISIOLOGI

Menurut Syaifudin (2016) secara umum susunan saluran


pencernaan terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan),
lambung, usus halus dan usus besar. Fungsi utama system
pencernaan adalah menyediakan zat nutrien yang sudah dicerna
secara berkesinambungan, untuk didistribusikan ke dalam sel
melalui sirkulasi dengan unsur-unsur (air, elektrolit, dan zat gizi).
Sebelum zat ini diperoleh tubuh makanan harus

berjalan/bergerak sepanjang saluran pencernaan .


a. Mulut
Mulut merupakan organ yang pertama dari saluran pencernaan yang meluas dari bibir sampai ke istmus fausium yaitu
perbatasan antara mulut dengan faring, terdiri dari :

1) Vestibulum oris Bagian diantara bibir dan pipi di luar, gusi dan gigi bagian dalam. Bagian atas dan bawah
vestibulum dibatasi oleh lipatan membran mukosa bibir, pipi dan gusi. Pipi membentuk lateral vestibulum, disusun
oleh M. buksinator ditutupi oleh fasia bukofaringealis, berhadapan dengan gigi molar kedua. Bagian atas terdapat
papilla kecil tempat bermuaranya duktus glandula parotis. Bagian diantara arkus alveolaris, gusi, dan gigi, memiliki
atap yang dibentuk oleh palatum durum (palatum keras) bagian depan, palatum mole (palatum lunak) bagian
belakang. Dasar mulut sebagian besar dibentuk oleh anterior lidah dan lipatan balik membrane mukosa. Sisa lidah
pada gusi diatas mandibula. Garis tengah lipatan membrane mukosa terdapat frenulum lingua yang menghubungkan
permukaan bawah lidah dengan dasar mulut. Di kiri dan kanan frenulum lingua terdapat papila kecil bagian
puncaknya bermuara duktus duktus glandula submandibularis.

2) Gigi
Gigi memliki fungsi untuk mengunyah makanan, pemecahan partikel besar menjadi partikel kecil yang dapat ditelan
tanpa menimbulkan tersedak. Proses ini merupakan proses mekanik pertama yang dialami makanan pada waktu
melalui saluran pencernaan dengan tujuan menghancurkan makanan, melicinkan, dan membasahi makanan yang
kering dengan saliva serta mengaduk makan sampai rata.

3) Lidah
Lidah terdapat dalam kavum oris, merupakan susunan otot serat lintang yang kasar dilengkapi dengan mukosa. Lidah
berperan dalam proses mekanisme pencernaan di mulut dengan menggerakkan makanan ke segala arah. Bagian-
bagian lidah adalah pangkal lidah dan ujung lidah.

b. Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan kerongkongan panjangnya kira kira 12 cm,
terbentang tegak lurus antara basis kranii setinggi vertebrae servikalis VI, kebawah setinggi tulang rawan krikodea.
Faring dibentuk oleh jaringan yang kuat (jaringan otot melingkar), organ terpenting didalamnya adalah tonsil yaitu
kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit. Untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi,
menyaring dan mematikan bakteri/mikrorganisme yang masuk melalui jalan pencernaan dan pe-rnapasan. Faring
melanjutkan diri ke esophagus untuk pencernaan makan.
c. Esofagus
Merupakan saluran pencernaan setelah mulut dan faring. Panjangnya kira kira 25 cm. posisi vertical dimulai dari bagian tengah leher bawah faring
sampai ujung bawah rongga dada dibelakang trakea. Pada bagian dalam di belakang jantung menembus diafragma sampai rongga dada. Fundus
lambung melewati persimpangan sebelah kiri diafragma. Lapisan dinding esophagus dari dalam ke luar meliputi : lapisan selaput selaput lendir,
lapisan mukosa, lapisan otot melingkar, dan lapisan otot memanjang.
d. Lambung
Merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus dan usus halus, sebelah kiri abdomen, dibawah diafragma bagian depan
pankreas dan limpa. Lambung merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltik terutama di daerah epigaster. Variasi
d-ari bentuk lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur tubuh. Bagian-
bagian dari lambung terdi dari Fundus ventrikuli, Korpus ventrikuli, Antrum pylorus, Kurvatura minor, Kurvatura mayor dan Ostium kardia.
Fungsi lambung :
1) Secara mekanis : menyimpan, mencampur dengan secret lambung, dan mengeluarkan kimus kedalam usus. Pendorogan makanan terjadi secara
gerakan peristaltic setiap 20 detik. 13
2) Secara kimiawi : bolus dalam lambung akan dicampur dengan asam lambung dan enzim-enzim bergantung jenis makanan enzim yang
dihasilkan antara lain pepsin, HCL, renin, dan lapisan lambung.
3) Lambung menghasilkan zat factor intrinsic bersama dengan factor ekstrinsik dari makanan, membentuk zat yang disebut anti-anemik yang
berguna untuk pertukaran trotrosit yang disimpan dalam hati.
e. Usus halus

Usus halus merupakan bagian dari system pencernaan yang berpangkal pada pylorus dan berakhir pada sekum. Panjangnya kira-
kira 6 meter, merupakan saluran pencernaan yang paling panjang dari tempat proses pencernaan dan absorbs pencernaan.
Bentuk dan susunannya berupa lipatan-lipatan melingkar. Makanan dalam intestinum minor dapat masuk karena adanya gerakan
dan memberikan permukaan yang lebih halus. Banyak jonjot-jonjot tempat absorsi dan memperluas permukaannya. Pada ujung
dan pangkalnya terdapat katup. Usus halus terdiri dari duodenum, jejunum, ileum.
Fungsi usus halus yaitu menyekresi cairan usus, menerima cairan empedu dan pangkreas melalui duktus kholedukus dan duktus
pankreatikus, mencerna makanan, mengabsorsi air garam dan vitamin, protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat dalam
monoksida, dan menggerakan kandungan usus.

f. Usus besar

Usus besar merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau berdiameter besar dengan panjang kira-kira
1,5- 1,7 meter dan penampang 5-5cm. Lanjutan dari usus harus yang tersusun seperti huruf U terbalik mengelilingi usus halus
terbentang dari valvula iliosekalis sampai anus. Lapisan usus besar dari dalam keluar terdiri dari lapisan selaput lendir atau
(mukosa), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang, dan lapisan jaringan ikat. Bagian dari usus besar terdiri dari sekum,
kolon asendens, kolon transversum, kolon desendens dan kolon sigmoid. Fungsi usus besar adalah sebagi berikut :

1) Menyerap air dan elektrolit, untuk kemudian sisa massa membentuk massa yang lembek yang disebut feses.
PATOFISIOLOGI

Berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya diare di antaranya karena


faktor infeksi dimana proses ini diawali dengan masuknya mikroorganisme
ke dalam saluran pencernaan kemudian berkembang dalam usus dan
merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan usus. Berikutnya terjadi
perubahan dalam kapasitas usus sehingga menyebabkan gangguan fungsi
usus dalam mengabsorpsi (penyerapan) cairan dan elektrolit. Dengan
adanya toksis bakteri maka akan menyebabkan gangguan sistem transpor
aktif dalam usus akibatnya sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian
sekresi cairan dan elektrolit meningkat. Faktor malaborpsi merupakan
kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat sehingga terjadi pergeseran

cairan dan elektrolit ke dalam usus yang dapat meningkatkan rongga usus
sehingga terjadi diare. Pada factor makanan dapat terjadi apabila toksin
yang ada tidak diserap dengan baik sehingga terjadi peningkatan dan
penurunan peristaltic yang mengakibatkan penurunan penyerapan makanan
yang kemudian terjadi diare.
MANIFESTASI KlINIS

Manifestasi klinis anak diare menurut Wijayaningsih (2013) adalah sebagai berikut :
.
a. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.

b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan
wiata.

c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur dengan empedu.

d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.

e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elastisitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membrane mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.

f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekanan daran menurun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,samnolen,spoor,komatus)
sebagai akibat hipovokanik.

g. Diueresis berkurang (oliguria sampai anuria).


h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam.
Sedangkan manifestasi klinis menurut Elin (2009) dalam Nuraarif & Kusuma (2015) yaitu :

a. Diare Akut
1) Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
2) Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas- gas dalam perut, rasa tidak enak, nyeri
perut
3) Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut 4) Demam

b.Diare Kronik
1) Serangan lebih sering selama 2-3 periode yang lebih panjang
2) Penurunan BB dan nafsu makan
3) Demam indikasi terjadi infeksi
4) Dehidrasi tanda-tandanya hipotensi takikardia, denyut lemah
BENTUK KLINIS DIARE

Diagnosa Di Dasarkan Pada keadaan

Diare cair akut • Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung kurang dari 14 hari
• Tidak mengandung darah

Kolera • Diare yang sering dan banyak akan cepat menimbulkan dehidrasi berat atau
• Diare dengan dehidrasi berat selama terjadi KLB kolera atau
• Diare dengan hasil kultur tinja positif untuk V .

Disentri • Diare berdarah ( terlihat atau dilaporkan )

Diare persisten • Diare berlangsung selama 14 hari atau lebih

Diare dengan gizi buruk • Diare apapun yang disertai gizi buruk

Diare terkait antibiotik • Mendapatkan pengobatan antibiotic spectrum luas


( antibiotic associated
diarrhea )
Invaginasi • Dominan darah dan lender dalam tinja
• Massa intra abdominal
• Tagisan keras dan kepucatan pada bayi
Klasifikasi tingkat dehidrasi anak dengan diare

Klasifikasi Tanda dan gejala Pengobatan


Dehidrasi berat Terdapat 2 atau lebih tanda : Beri cairan untuk diare dengan
• Letargis/tidak sadar dehidrasi berat
• Mata cekung
• Tidak bias minum atau malas
minum
• Cubitan kulit perut kembali
sangat ( >2 Detik)

Dehidrasi ringan atau sedang Terdapat 2 atau lebih tanda : • Beri anak cairan dengan
• Rewel atau gelisah makanan untuk dehidrasi ringan
• Mata cekung- minum dengan • Setelah dehidrasi , nasehati ibu
lahap,haus untuk penanganan dirumah dan
• Cubitan kulit kembali dengan kapan kembali segera
lambat

Tanpa Dehidrasi Tidak terdapat cukup tanda untuk • Beri cairan dan makanan untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi menangani diare dirumah
ringan atau berat • Nasehati ibu kapan kembali
segera
• Kunjungan ulang dalam waktu 5
hari jika tidak membaik
KOMPLIKASI

Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi sebagai
berikut :

a. Dehidrasi
b. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120 kali/menit).
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogam).
d. Hipoglikemia.
e. Intolerasi sekunder
Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Nafas cepat (pernafasan kusmaul).
h. Gagal ginjal akut.
i. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Diare yang berlangsung beberapa waktu tanpa
penanggulangan medis yang adekuat dapat mengakibatkan kematian (Ngastiyah, 2007).

Sedangkan menurut menurut Jitowiyono & Kristiyanasari (2011) komplikasi diare diantaranya :
a. Dehidrasi
1) Ringan (≤5% BB)
2) Sedang (≤5%-10% BB)
3) Berat (≤10%-15% BB)
b. Renjetan hipovolemik (volume darah menurun, bila 15-20% BB akan menyebabkan TD menurun)
c. Hipokalemia
d. Hipoglikemia
e. Kejang
f. Malnutrisi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang pada diagnos medis diare adalah :

a. Pemeriksaan tinja meliputi pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis, Ph dan kadar gula dalam tinja, dan resistensi feses
(colok dubur).

b. Analisa gas darah apabila didapatkan tanda-tanda gangguan keseimbangan asam basa.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.

d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na,K,kalsium dan Prosfat.


PENATALAKSAAN

Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan (2011) program lima langkah tuntaskan diare
yaitu:
a. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah. Oralit merupakan campuran garam elektrolit, seperti natrium klorida (NaCl),
kalium klorida (KCl), dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit
dalam tubuh yang terbuang saat diare. Walaupun air sangat penting untuk mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung
garam elektrolit yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga lebih diutamakan oralit.
Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare.
Sejak tahun 2004, WHO/UNICEF merekomendasikan Oralit dengan osmolaritas rendah. Berdasarkan penelitian dengan Oralit
osmolaritas rendah diberikan kepada penderita diare akan:
• Mengurangi volume tinja hingga 25%
• Mengurangi mual muntah hingga 30% c. Mengurangi secara bermakna pemberian cairan melalui intravena sampai 33%. Aturan
pemberian oralit menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5% Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret Umur 1 – 4
tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
2) Dehidrasi ringan bia terjadi penurunan berat badan 2,5%-5% Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kgbb dan
selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10% Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke
Puskesmas. Untuk anak dibawah umur 2 tahun cairan harus diberikan dengan sendok dengan cara 1 sendok setiap 1 sampai 2
menit. Pemberian dengan botol tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari gelas. Bila terjadi
muntah hentikan dulu selama 10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya 1 sendok setiap 2-3 menit. Pemberian cairan
ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti.
b. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

Zinc merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam
tubuh akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama
diare, anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat. Zinc
merupakan salah satu zat gizi mikro yang penting untuk kesehatan dan pertumbuhan anak. Zinc yang ada dalam tubuh
akan menurun dalam jumlah besar ketika anak mengalami diare. Untuk menggantikan zinc yang hilang selama diare,
anak dapat diberikan zinc yang akan membantu penyembuhan diare serta menjaga agar anak tetap sehat.

Obat Zinc merupakan tablet dispersible yang larut dalam waktu sekitar 30 detik. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-
turut dengan dosis sebagai berikut:
1) Balita umur < 6 bulan: 1/2 tablet (10 mg)/ hari
2) Balita umur ≥ 6 bulan: 1 tablet (20 mg)/ hari

c. Pemberian Makan

Memberikan makanan selama diare kepada balita (usia 6 bulan ke atas) penderita diare akan membantu anak tetap kuat
dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Sering sekali balita yang terkena diare jika tidak diberikan
asupan makanan yang sesuai umur dan bergizi akan menyebabkan anak kurang gizi. Bila anak kurang gizi akan
meningkatkan risiko anak terkena diare kembali. Oleh karena perlu diperhatikan:
1). Bagi ibu yang menyusui bayinya, dukung ibu agar tetap menyusui bahkan meningkatkan pemberian ASI selama diare
dan selama masa penyembuhan (bayi 0 – 24 bulan atau lebih).
2). Dukung ibu untuk memberikan ASI eksklusif kepada bayi berusia 0- 6 bulan, jika bayinya sudah diberikan makanan
lain atau susu formula berikan konseling kepada ibu agar kembali menyusui eksklusif. Dengan menyusu lebih sering
maka produksi ASI akan meningkat dan diberikan kepada bayi untuk mempercepat kesembuhan karena ASI memiliki
antibodi yang penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
3). Anak berusia 6 bulan ke atas, tingkatkan pemberian makan. Makanan Pendamping ASI (MP ASI) sesuai umur pada bayi
6 – 24 bulan dan sejak balita berusia 1 tahun sudah dapat diberikan makanan keluarga secara bertahap.

4) Setelah diare berhenti pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan
anak

d. Antibiotik Selektif
Antibiotik hanya diberikan jika ada indikasi, seperti diare berdarah atau diare karena kolera, atau diare dengan disertai
penyakit lain. Efek samping dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional adalah timbulnya gangguan fungsi ginjal, hati
dan diare yang disebabkan oleh antibiotik.

e. Nasihat kepada orang tua/pengasuh Berikan nasihat dan cek pemahaman ibu/pengasuh tentang cara pemberian Oralit,
Zinc, ASI/makanan dan tanda-tanda untuk segera membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:

1) Buang air besar cair lebih sering


2) Muntah berulang-ulang
3) Mengalami rasa haus yang nyata
4) Makan atau minum sedikit
5) Demam
6) Tinjanya berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam
pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Pengkajian
keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien. Pengkajian yang
lengkap, dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi yang ada pada klien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu ( Olfah & Ghofur, 2016 ).

a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola pertahanan
penderita ,mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.

b. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2) Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada umumnya keluhan utamanya yakni BAB lebih dari 3 kali sehari,
konsistensi encer, mual muntah, perut sakit. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:
a) Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

b) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.

c) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

d) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

e) Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam

3) Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama Frekuensi BAB meningkat dengan bentuk dan konsistensi yang lain dari
biasanya dapat cair dan berlendir/berdarah dan dapat pula disertai gejala lain panas, muntah, anoreksia, nausea, vomiting.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Jika disebabkan infeksi parenteral (infeksi) diluar alat pencernaan, OMA infeksi.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada pasien yang menderita alergi makanan (diare yang disebabkan adalah alergi terhadap makanan).
4). ADL
a) Nutrisi : terjadi anoreksia, mual, muntah-
b) Eleminasi : BAB lebih dari 4x (bayi)/BAB lebih dari 3x (anak) dapat cair, lendir, berdarah dan BAK frekuensi menurun
c) Pesonal hygiene : iritasi pada sekitar usus
d) Aktivitas : lemas dan mengantuk
e) Istirahat tidur : bisa terganggu bisa tidak

5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : kedaan dehidrasi ringan, kesadaran kompos mentis keadaan lebih dari lanjut, apatis, somnolen, koma.
b) Sistem kardiovaskuler : peningkatan jantung, nadi, TD menurun, nadi kecil dan cepat serta meningkat suhu tubuh. - Sistem
RR : Pernafasan cepat, dalam dan teratur
c) Sistem pencernaan : peningkatan frekuensi BAB dan peningkatan peristaltik usus, kembung, distersi abdomen, tympani.
d) Sistem perkemihan : produksi urine menurun (oliguri – anuri)
e) Sistem integumen : turgor menurun, panas, pucat, kapiler refill melambat, warna kemerahan/lecet (terutama sekitar anus)
f) Sistem muskulo : kejang bila panas meningkat, pada hypoglikemi tremor/getar, hipokalemi, distensi abdomen

Secara spesifik bilamana bayi/anakjatuh dalam keadaan kekurangan cairan/dehidrasi maka untuk masing-masing tingkatan
digambarkan sebagai berikut :
Komponen Klasifikasi
pengkajian
Ringan Sedang Berat

Keadaan umum Sadar,haus,gelisah Haus,gelisah Somnolerut,lemah,syok

Nadi Normal Cepat kecil Cepat kecil,kadang


kadang teraba

UUB Normal Cekung Cekung sekali

Turgor Dicubit cepat kembali <2 detik >2 detik

Mata Normal Cekung Sangat cekung

air mata Ada Tidak ada Tidak ada


Selaput lendir Basah Kering Sangat kering

Urine Normal Berkurang Tidak ada

Kehilangan 40-50cc/kg BB 50-60cc/kg BB 100-110cc/kg BB

Penurunan BB <5% 8% >10%

BJ urine 1,010-1,025 1,010 - 1,025 >1,025


Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada kasus diare menurut Nuraarif & Kusuma (2015) dan PPNI (2017) sebagai berikut :
Diagnose keperawatan Diare secara teoritis
a. Diare
b. Perubahan Nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh
c. Nyeri Akut
d. Resiko gangguan integritas kulit
e. Kelelahan
f. Defisit volume cairan
Intervensi keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan PPNI (2019). Adapun intervensi yang sesuai
dengan penyakit diare adalah sebagai berikut :
NO Diagnosa NOC NIC

1. Defisit volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC :


3x24 jam diharapkan Diare pada klien Diarhae Menagement
teratasi. • Evaluasi efek samping pengobatan
NOC : terhadap gastrointestinal
• Bowel elimination • Ajarkan pasien untuk
• Electrolyte and acid base balance menggunakan obat anti diare
Kriteria hasil : • Evaluasi intake makanan yang
masuk
• Feses berbentuk, BAB • Identifikasi faktor penyebab dari
• Menjaga daerah sekitar rectal dari diare
iritasi • Monitor tanda dan gejala diare
• Tidak mengalami diare • Observasi turgor kulit secara rutin
• Menjelaskan penyebab diare dan • Ukur diare/keluaran BAB
rasional tindakan • Hubungi dokter jika ada kenaikan
• Mempertahankan turgor kulit bising usus
• Monitor persiapan makanan yang
aman
2. Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan • Kaji adanya alergi makanan
keperawatan selama 3 x 24 jam • Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kurang dari nutrisi kurang teratasi dengan : kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
kebutuhan tubuh • Albumin serum • Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat
• Pre albumin serum untuk mencegah konstipasi
• Hematokrit • Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
• Hemoglobin harian.
•Total iron binding • Monitor adanya penurunan BB dan gula darah Monitor
•capacity Jumlah limfosit lingkungan selama makan
• Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan Monitor turgor kulit
• Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, Hb
dan kadar Ht
• Monitor mual dan muntah
• Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
• Monitor intake nuntrisi
• Informasikan pada klien dan keluarga tentang manfaat
nutrisi
• Kolaborasi dengan dokter tentang kebutuhan
suplemen makanan seperti NGT/TPN sehingga intake
cairan yang adekuat dapat dipertahankan.
• Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama
makan
• Anjurkan banyak minum
• Pertahankan terapi IV line
•Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oval
3. Nyeri akut Noc : Nic :
• pain level • lakukan pengkajian nyeri secara
• pain control komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
• comfort level setelah dilakukan durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
tindakan keperawatan selama …. presipitasi
• Pasien tidak mengalami nyeri, • observasi reaksi nonverbal dari
dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
 mampu mengontrol nyeri (tahu • bantu pasien dan keluarga untuk mencari
penyebab nyeri, dan menemukan dukungan
 mampu menggunakan tehnik • kontrol lingkungan yang dapat
nonfarmakologi untuk mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
 mengurangi nyeri, mencari pencahayaan dan kebisingan
bantuan) • kurangi faktor presipitasi nyeri
 melaporkan bahwa nyeri berkurang • kaji tipe dan sumber nyeri untuk
dengan menggunakan manajemen menentukan intervensi
nyeri • ajarkan tentang teknik non farmakologi:
 mampu mengenali nyeri (skala, napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) hangat/ dingin
 menyatakan rasa nyaman setelah • berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
nyeri berkurang • tingkatkan istirahat
tanda vital dalam rentang normal • berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
• monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
4. Resiko Gangguan Noc : Nic :
• tissue integrity : skin and mucous pressure management
Integritas kulit membranes status nutrisi tissue • anjurkan pasien untuk menggunakan
perfusion:perifer dialiysis access pakaian yang longgar
integrity setelah dilakukan tindakan • hindari kerutan padaa tempat tidur
keperawatan selama…. Gangguan • jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
integritas kulit tidak terjadi dengan kerin
kriteria hasil: • mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap
dua jam sekali
 integritas kulit yang baik bisa • monitor kulit akan adanya kemerahan
dipertahankan melaporkan adanya • oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
gangguan derah yang tertekan
 Sensasi atau nyeri pada daerah kulit • monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
yang mengalami gangguan • monitor status nutrisi pasien
 menunjukkan pemahaman dalam • memandikan pasien dengan sabun dan air
proses perbaikan kulit dan mencegah hangat
terjadinya sedera berulang • gunakan pengkajian risiko untuk memonitor
 mampu melindungi kulit dan faktor risiko
mempertahankan kelembaban kulit dan • Pasien (braden scale, skala norton)
perawatan alami • inspeksi kulit terutama pada tulangtulang
 status nutrisi adekuat yang menonjol dan titik titik tekanan ketika
 sensasi dan warna kulit normal merubah posisi pasien.
• jaga kebersihan alat tenun
•kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian
tinggi protein, mineral dan vitamin
•monitor serum albumin dan transferin
5. Keletihan Noc: Nic : energy management
activity tolerance • monitor respon kardiorespirasi terhadap aktivitas
energy conservation (takikardi, disritmia, dispneu, diaphoresis, pucat,
nutritional status: energy setelah dilakukan tekanan hemodinamik dan jumlah respirasi)
tindakan keperawatan selama …. • monitor dan catat pola dan jumlah tidur pasien
Kelelahan- pasien teratasi dengan kriteria • monitor lokasi ketidaknyamanan atau nyeri
hasil: kemampuan aktivitas adekuat selama bergerak dan aktivitas
• monitor intake nutrisi
• mempertahankan nutrisi adekuat • monitor pemberian dan efek samping obat
depresi
• keseimbangan aktivitas dan istirahat • instruksikan pada pasien untuk mencatat
tandatanda dan gejala kelelahan
• menggunakan tehnik energi konservasi • ajarkan tehnik dan manajemen aktivitas untuk
mencegah kelelahan
• mempertahankan interaksi social • jelaskan pada pasien hubungan kelelahan
dengan proses penyakit
• kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan intake makanan tinggi energy
• dorong pasien dan keluarga mengekspresikan
perasaannya
• catat aktivitas yang dapat meningkatkan
kelelahan
• anjurkan pasien melakukan yang meningkatkan
relaksasi (membaca, mendengarkan musik)
•tingkatkan pembatasan bedrest dan aktivitas
batasi stimulasi lingkungan untuk memfasilitasi
relaksasi
6. Defisit volume cairan Noc: Nic :
• Bowl elimination Diare management
• Fluid balance • kelola pemeriksaan kultur sensitivitas
• Hidration feses
• Electrolit and acid base balance setelah • evaluasi pengobatan yang berefek
dilakukan tindakan keperawatan selama samping gastrointestinal
Diare pasien teratasi dengan, kriteria • evaluasi jenis intake makanan
hasil : • monitor kulit sekitar perianal terhadap
 tidak ada diare adanya iritasi dan ulserasi
 feses tidak ada darah dan mucus • ajarkan pada keluarga penggunaan
 nyeri perut tidak ada obat anti diare
 pola bab normal • instruksikan pada pasien dan
 elektrolit normal keluarga untuk mencatat warna,
 asam basa normal volume, frekuensi dan konsistensi
 Hidrasi baik (membran mukosa feses
lembab, tidak panas, vital sign normal, • ajarkan pada pasien tehnik
hematokrit dan urin output dalam batas pengurangan stress jika perlu
normal • kolaborasi jika tanda dan gejala diare
menetap
• monitor hasil lab (elektrolit dan
leukosit)
• monitor turgor kulit, mukosa oral
sebagai indikator dehidrasi
• konsultasi dengan ahli gizi untuk diet
yang tepat
Implementasi keperawatan

Tahap pelaksanaan merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan dengan melaksanakann berbagai strategi
keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini,
perawat harus mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, tehnik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari pasien serta dalam memahami
tingkat perkembangan pasien. Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan, yaitu tindakan jenis
mandiri dan tindakan kolaborasi (Nurlatifah, Gita, 2010).
Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara


melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi sesama
proses keperawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi
proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan
disebut sebagai evaluasi hasil. Terdapat dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. (Doenges, M, 2010)
Kesimpulan

Gastroenteritis adalah peradangan pada usus dan lambung yang dapat


disebabkan oleh bakteri, virus, alergi intoleran terhadap makanan tertentu,
mencerna toksin yang akhirnya menimbulkan gejala diare yaitu buang air
besar lebih dari 3 kali yang disertai perubahan pada konsistensi feses
menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah. Dari kelima masalah
yang ada pada teori, dalam kasus ini penulis menemukan empat masalah
keperawatan yang sama pada teori yang berasal dari proses keperawatan
tersebut. Dan satu masalah yang tidak terdapat pada kasus sesuai dengan
teori dikarenakan data dari hasil pengkajian kurang mendukung. Semua
masalah keperawatan diambil. berdasarkan data yang diperoleh dari
pengkajian pasien.
Untuk perencanaan tindakan diambil dari teori namun pada pada
implementasi ada beberapa rencana tindakan yang tidak dilakukan pada
kasus dikarenakan fasilitas dan lingkungan ruang perawatan yang kurang
mendukung untuk melaksanakan rencana tindakan dan implementasi
tersebut. Dalam evaluasi asuhan keperawatan didapatkan masalah

keperawatan belum teratasi, dan teratasi Sebagian.

Anda mungkin juga menyukai