Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTROENTERITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada
bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau
dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja. (Sudaryat Suraatmaja.2013).

Gastroenteritis yaitu defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah
dan atau lender dalam feses. (Suharyono,2010)

2. Etiologi
Penyebab diare dibagi dalam beberapa factor yaitu:
1. Infeksi
a. Infeksi internal yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
pada anak yang disebabkan infeksi bakteri (E. Colli, Salmonella,Shigella, Vibrio
dll) parasit (protozoa:E. hystolitica , G. lamblia; cacing:Askaris, trikurus;
Jamur :kandida ) melalui fecal oral : makanan , minuman,yang tercemar tinja atau
kontak langsung dengan tinja penderita
b.   Infeksi parenteral yaitu infeksi dari bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti
otitis media akut, tonsilofaringitis, infeksi parasit : cacing,protozoa, jamur.keadaan
ini terjadi pada bayi dan anak umur dibawah 2 tahun.

2. Malabsorsi
a.   Mal absorpsi kalbohidrat, disakarida ( intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa).
Pada bayi dan anak-anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
b.  Mal absorpsi lemak
c.  Mal absorpsi protein
3.  Makanan
Makanan basi, baeracun, alergi terhadap makanan

4.  Psikologi
Rasa takut dan cemas walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada anak
yang telah besar.

3. Anatomi fisiologi
Lambung terletak oblik dari kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di
daerah epigastrik, di bawah diafragma dan di depan pankreas. Dalam keadaan kosong,
lambung menyerupai tabung bentuk J, dan bila penuh, berbentuk seperti buah pir raksasa.
Kapasitas normal lambung adalah 1 samapi 2 L (Prince, 2005). Secara anatomis lambung
terdiri atas empat bagian, yaitu: cardia, fundus, body atau corpus, dan pylorus. Adapun
secara histologis, lambung terdiri atas beberapa lapisan, yaitu: mukosa, submukosa,
muskularis mukosa, dan serosa. Lambung berhubungan dengan usofagus melalui
orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik (Ganong, 2001).
Mukosa lambung mengandung banyak kelenjar dalam.
Di daerah pilorus dan kardia, kelenjar menyekresikan mukus. Di korpus lambung,
termasuk fundus, kelenjar mengandung sel parietal (oksintik), yang menyekresikan asam
hidroklorida dan faktor intrinsik, dan chief cell (sel zimogen, sel peptik), yang
mensekresikan pepsinogen. Sekresi-sekresi ini bercampur dengan mukus yang
disekresikan oleh sel-sel di leher kelenjar. Beberapa kelenjar bermuara keruang
bersamaan (gastric pit) yang kemudian terbuka kepermukaan mukosa. Mukus juga
disekresikan bersama HCO3- oleh sel-sel mukus di permukaan epitel antara kelenjar-
kelenjar (Ganong, 2001). Persarafan lambung sepenuhnya berasal dari sistem saraf
otonom. Suplai saraf parasimpatis untuk lambung dan duodenum dihantarkan ke dan dari
abdomen melalui saraf vagus. Persarafan simpatis melalui saraf splanchnicus major dan
ganglia seliaka. Serabut-serabut aferen menghantarkan impuls nyeri yang dirangsang oleh
peregangan, kontraksi otot, serta peradangan, dan dirasakan di daerah epigastrium
abdomen. Serabut-serabut eferen simpatis menghambat motilitas dan sekresi lambung.
Pleksus saraf mienterikus (auerbach) dan submukosa (meissner) membentuk persarafan
intrinsik dinding lambung dan mengoordinasi aktivitas motorik dan sekresi mukosa
lambung (Prince, 2005).
Seluruh suplai darah di lambung dan pankreas (serta hati, empedu, dan limpa)
terutama berasal dari arteri siliaka atau trunkus seliakus, yang mempercabangkan cabang-
cabang yang menyuplai kurvatura minor dan mayor. Dua cabang arteri yang penting
dalam klinis adalah arteria gastroduodenalis dan arteria pankreatikoduodenalis
(retroduodenalis) yang berjalan sepanjang bulbus posterior duodenum (Prince, 2005).
Fisiologi Lambung Lambung merupakan bagian dari saluran pencernaan yang
berbentuk seperti kantung, dapat berdilatasi, dan berfungsi mencerna makanan dibantu
oleh asam klorida (HCl) dan enzim-enzim seperti pepsin, renin, dan lipase. Lambung
memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi pencernaan dan fungsi motorik. Sebagai fungsi
pencernaan dan sekresi, yaitu pencernaan protein oleh pepsin dan HCl, sintesis dan
pelepasan gastrin yang dipengaruhi oleh protein yang dimakan, sekresi mukus yang
membentuk selubung dan melindungi lambung serta sebagai pelumas sehingga makanan
lebih mudah diangkut, sekresi bikarbonat bersama dengan sekresi gel mukus yang
berperan sebagai barier dari asam lumen dan pepsin. Fungsi motorik lambung terdiri atas
penyimpanan makanan sampai makanan dapat diproses dalam duodenum, pencampuran
makanan dengan asam lambung, hingga membentuk suatu kimus, dan pengosongan
makanan dari lambung ke dalam usus dengan kecepatan yang sesuai untuk pencernaan
dan absorbsi dalam usus halus (Prince, 2005).

Lambung akan mensekresikan asam klorida (HCl) atau asam lambung dan enzim
untuk mencerna makanan. Lambung memiliki motilitas khusus untuk gerakan
pencampuran makanan yang dicerna dan cairan lambung, untuk membentuk cairan padat
yang dinamakan kimus kemudian dikosongkan ke duodenum. Sel-sel lambung setiap hari
mensekresikan sekitar 2500 ml cairan lambung yang mengandung berbagai zat,
diantaranya adalah HCl dan pepsinogen. HCl membunuh sebagian besar bakteri yang
masuk, membantu pencernaan protein, menghasilkan pH yang diperlukan pepsin untuk
mencerna protein, serta merangsang empedu dan cairan pankreas. Asam lambung cukup
pekat untuk menyebabkan kerusakan jaringan, tetapi pada orang normal mukosa lambung
tidak mengalami iritasi atau tercerna karena sebagian cairan lambung mengandung
mukus, yang merupakan faktor perlindungan lambung (Ganong, 2001). Sekresi asam
lambung dipengaruhi oleh kerja saraf dan hormon. Sistem saraf yang bekerja yatu saraf
pusat dan saraf otonom, yakni saraf simpatis dan parasimpatis. Adapun hormon yang
bekerja antara lain adalah hormon gastrin, asetilkolin, dan histamin.

Terdapat tiga fase yang menyebabkan sekresi asam lambung. Pertama, fase sefalik,
sekresi asam lambung terjadi meskipun makanan belum masuk lambung, akibat
memikirkan atau merasakan makanan. Kedua, fase gastrik, ketika makanan masuk
lambung akan merangsang mekanisme sekresi asam lambung yang berlangsung selama
beberapa jam, selama makanan masih berada di dalam lambung. Ketiga, fase intestinal,
proses sekresi asam lambung terjadi ketika makanan mengenai mukosa usus. Produksi
asam lambung akan tetap berlangsung meskipun dalam kondisi tidur. Kebiasaan makan
yang teratur sangat penting bagi sekresi asam lambung karena kondisi tersebut
memudahkan lambung mengenali waktu makan sehingga produksi lambung terkontrol
(Ganong, 2001).
a. Usus Halus (Intestinum Minor)
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal. Usus ini mengisi bagian tengah dan bawah rongga
abdomen. Usus halus dibagi menjadi: duodenum, yeyunum, dan ileum. Duodenum
panjangnya sekitar 25 cm, mulai dari pylorus sampai yeyunum. Yeyunum dan
ileum panjangnya masing-masing sekitar 3 meter. Dinding usus halus terdiri atas 4
lapisan dasar, yang paling luar atau lapisan serosa dibentuk oleh peritoneum.
Peritoneum mempunyai lapisan viseral dan parietal, ruang yang terletak di antara
lapisan-lapisan ini dinamakan rongga peritoneum, otot yang meliputi usus halus
mempunyai 2 lapisan :
1)   Lapisan luar terdiri atas: serabut longitudinal yang telah tipis.
2)   Lapisan dalam terdiri atas: serabut-serabut sirkuler yang membantu gerakan
peristaltik usus.
b. Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorbsi bahan-bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan disampaikan oleh sejumlah enzim dalam getah
usus (sukus anterikus). Dua hormon penting dalam pengaturan pencernaan usus,
lemak yang bersentuhan dengan mukosa duodenum menyebabkan kandung empedu
yang dirantai oleh kerja kolesistokinin.
Fungsi usus halus:
1)      Menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap oleh kapiler-
kapiler dan saluran-saluran limfe.
2)     Menyerap protein dalam bentuk asam amino.
3)      Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.

Fungsi usus besar:


1. Menyerap air dan makanan.
2. Tempat tinggal bakteri koli.
3. Tempat faeces

4. Patofisiologi
Gastroenteritis akut ditandai dengan muntah dan diare berakibat kehilangan cairan
dan elektrolit. Penyebab utama gastroenteritis akut adalah virus (roba virus, adeno virus
enterik, norwalk virus serta parasit (blardia lambia) patogen ini menimbulkan penyakit
dengan menginfeksi sel-sel). Organisme ini menghasilkan enterotoksin atau kritotoksin
yang merusak sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Usus halus
adalah organ yang palilng banyak terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute rektal, oral dari orang ke orang. Beberapa
fasilitas perawatan harian yang meningkatkan resiko gastroenteritas dapat pula
merupakan media penularan. Transpor aktif akibat rangsang toksin bakteri terhadap
elektrolit ka dalam usus halus. Sel intestinal mengalami iritasi dan meningkatkan sekresi
cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal
sehingga akan menurunkan area permukaan intestinal.
Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan dan elektrolit.
Peradangan dapat mengurangi kemampuan intestinal mengabsorpsi cairan dan elektrolit
hal ini terjadi pada sindrom mal absorpsi yang meningkatkan motilitas usus intestinal.
Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan
dari absorbsi dan sekresi cairan dan elektroli yang berlebihan. Cairan potasium dan
dicarbonat berpindah dari rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan
dehidrasi, kekurangan elektrolit dapat terjadi asidosis metebolik.(Suriadi,2004: 83)
Iritasi usus oleh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi
produk sekretonik termasuk mukus. Iritasi mikroba juga mempengaruhi lapisan otot
sehingga terjadi peningkatan motiltas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang,
karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di colon berkurang.
Pathway Gastroentritis

Faktor makanan Faktor infeksi Bakteri/


virus dan parasit

Masuk kedalam
tubuh

Mencapai usus
Infeksi usus halus
halus

Menstimulasi malabsorpsi
dinding usus halus makanan dan cairan

Peningkatan isi
rongga lumen usus

Hiperplistaltik

GEA

Output cairan dan Mual muntah Repleks spasme


elektrolit berlebih otot dinding perut
Intake tidak
Dehidrasi adekuat Nyeri akut

Resiko pemenuhan
Resiko nutrisi kurang dari
kekurangan kebutuhan tubuh
volume cairan
5. Manifestasi
1. Suhu tubuh meningkat
2. Anoreksia
3. Mual muntah
4. Diare lebih dari 3 kali cair
5. Dehidrasi
6. Turgor kulit buruk
7. Lemas
8. Nyeri perut
9. Pusing kepala
10. Nyeri ulu hati

6. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin
2. Pemeriksaan feses
3. Pemeriksaan urin
4. USG
5. Pemeriksaan endoskopi

7. Penatalaksanaan medis
1. Non farmakologi
- Pemberian pendidikan kesehatan mengenai tanda dan gejala serta pola makan
pada pasien gastroenteritis
2. Farmakologi
- Pemberian obat seperti L-Bio dll.
8. Komplikasi
1. Syok hipovolemik
2. Dehidrasi
3. Pendarahan dibagian abdomen
4. Penurunan kesadaran
5. Koma

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Pengkajian data menurut Cyndi Smith Greenberg, 1992 adalah :
a. Identitas klien.
Nama,umur,jenis kelamin,pendidikan,pekerjaan,agama,no registrasi,tanggal masuk
rumah sakit,diagnose,identitas penanggung jawab.
b. Riwayat keperawatan.
1. Awalan serangan : Awalnya anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,
anoreksia kemudian timbul diare.
2. Keluhan utama : Feces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Pada bayi ubun-ubun besar
cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,
frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu.


Riwayat penyakit yang diderita, riwayat pemberian imunisasi.

d. Riwayat psikososial keluarga.


Dirawat akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi keluarga,kecemasan
meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan pengobatan anak, setelah
menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.
e. Kebutuhan dasar.
1. Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali sehari,
BAK sedikit atau jarang.
2. Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan penurunan
berat badan pasien.
3. Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
4. Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5. Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lamah dan adanya nyeri
akibat distensi abdomen.

f.   Pemerikasaan fisik.
1. Pemeriksaan psikologis :
Keadaan umum tampak lemah, kesadran composmentis sampai koma, suhu tubuh
tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat.
2. Pemeriksaan sistematik :
a. Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan bibir kering,
berat badan menurun, anus kemerahan.
b. Perkusi : adanya distensi abdomen.
c. Palpasi : Turgor kulit kurang elastis.
d. Auskultasi : terdengarnya bising usus.

g. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan doodenum intubation yaitu untuk mengetahui
penyebab secara kuantitatip dan kualitatif.

3. Diagnosa
1.      Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
2.      Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.
3.      Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang
berlebihan.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.
5.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan

4. Perencanaan
1) Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan output cairan yang berlebihan.
Tujuan             :  Devisit cairan dan elektrolit teratasi
Kriteria hasil   : 
  Tanda-tanda dehidrasi tidak ada.
  Mukosa mulut.
  Bibir  lembab.
  Cairan seimbang.
                   Intervensi        : 
   Observasi tanda-tanda vital.
   Observasi tanda-tanda dehidrasi.
   Ukur infut dan output cairan ( balanc ccairan ).
   Berikan dan anjurkan keluarga untuk memberikan minum yang banyak kurang
lebih 2000 – 2500 cc per hari.
   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi cairanpemeriksaan lab
elektrolit.
   Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian cairan rendah sodium.
2) Gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.

Tujuan             :  Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi teratasi


Kriteria hasil   :
  Intake nutrisi klien meningkat
  Diet habis 1 porsi yang  disediakan
  Mual dan muntah tidak ada.
Intervensi        :
   Kaji pola nutrisi klien dan perubahan yang terjadi.
   Timbang berat badan klien.
   Kaji factor penyebab gangguan pemenuhan nutrisi.
   Lakukan pemerikasaan fisik abdomen ( palpasi,perkusi,dan auskultasi ).
   Berikan diet dalam kondisi hangat dan porsi kecil tapi sering.

3) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi, frekwensi BAB yang berlebihan
Tujuan             :  Gangguan integritas kulit teratasi
Kriteria hasil   :
  Integritas kulit kembali normal
  Iritasi tidak ada
  Tanda-tanda infeksi tidak ada
Intervensi        :
  Ganti popok anak jika basah.
  Bersihkan bokong perlahan sabun non alcohol.
  Beri zalp seperti zinc oxsida bila terjadi iritasi pada kulit.
  Observasi bokong dan perineum dari infeksi.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi antipungi sesuai indikasi.
4) Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan distensi abdomen.

Tujuan             :  Nyeri dapat teratasi.


Kriteria hasil   : 
  Nyeri dapat berkurang / hilang.
  Ekspresi wajah tenang.
Intervensi        :
  Observasi tanda-tanda vital.
  Kaji tingkat rasa nyeri.
  Atur posisi yang nyaman bagi klien.
  Beri kompres hangat pada daerah abdomen.
  Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therafi analgetik sesuai indikasi.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,


prognosis dan pengobatan.
Tujuan             :  Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil   :    
  Keluarga klien mengeri dengan proses penyakit klien.
  Ekspresi wajah tenang
  Keluarga tidak banyak bertanya lagi tentang proses penyakit klien.
Intervensi        :
  Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
  Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit klien.
  Jelaskan tentang proses penyakit klien dengan melalui penkes.

Anda mungkin juga menyukai