Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan

Sindrom Nefrotik

I. Pengertian

 Sindrom nefrotik merupakan kumpulan manifestasi klinis ditandai proteinuria


masif dan hipoalbuminemia.dan berhubungan dengan kelainan glomerulus akibat
penyakit-penyakit tertentu atau tidak diketahui (idiopatik).( Mansjoer et al/editor,
Kapita Selekta, Media Aesculapius, 2001).

 Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh : peningkatan protein


dalam urin (proteinuria), penurunan albumin dalam darah ( hipoalbuminemia ),
edema, serum kelesterol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah
(hiperlipidemia).( Smeltzer dan Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah,EGC, Jakarta, 2001).

 Penyakit ini ditandai dengan oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang
kental akibat proteinuria berat. Pada usia dewasa yang jelas terlihat adalah edema
pada kaki dan genitalia.

II. Etiologi

1. Glomerulonefritis proliferatif (sebagian besar)


2. Glomerulonefritis primer
 Glomerulonefritis pasca streptokok
 Glomerulonefritis proliferatif difus idiopatik
 Glomerulonefritis membrano proliferatif
 Penyakit IgA
3. Glomerulonefritis sekunder
 Sindrome Goodpasture
 Vaskulitis
 Lupus eritematosus sitemik
4. Penyakit mikroangiopati
 Sindrom uremia hemolitik
 Trombositopenia trombotik

III.Patofisiologi

Hematuria terjadi akibat kerusakan membran glomerulus dengan kebocoran sel darah
merah. Terjadi penurunan laju filtrasi glomerulus dan peningkatan resorbsi natrium dan
air tubulus. Akibat retensi natrium, mungkin pula dipengaruhi mekanisme hormonal,
terjadi hipertensi. Peningkatan resorbsi cairan menyebabkan edema.
IV. Manifestasi Klinis
Biasanya 2 minggu setelah infeksi tenggorokan atau organ lain, pasien mengalami
gejala-gejala akut berupa :
 Hematuria makroskopis
 Oliguria
 Hipertensi
 Edema (ringan hingga berat, biasanya pada muka)
 Proteinuria ringan (biasanaya 3,5 g/hari)
 Pada kasus yang berat dapat ditemukan gagal ginjal
 Dapat ditambah dengan adanya fatigue, malaise
 Nyeri pinggang akibat pembengkakan kapsul ginjal. Dan nyeri pada palpasi.

V. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan fungsi ginjal berupa urin mikroskopik, ureum, kreatinin, elektrolit,
protein urin, dan kliren kreatinin.
 Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari mikroangiopati, titer antistreptolisin,
apus tenggorok, LED, pemeriksaan imunologi untuk lupus eritematosus sistemik,
antibodi anti membran basal glomerulus, dan antibodi sitoplasmik antineutrofil.
 Pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui besarnya jantung, adanya edema, atau
perdarahan paru.
 Biopsi ginjal dilakukan kecuali pada glomerulonefritis pascastreptokok dengan
gejala yang jelas.
 Untuk pengawasan kemajuan dilakukan pengukuran dan pencatatan berkala dari
tekanan darah, keseimbangan cairan, serta berat badan. Pemeriksaan penunjang
yang dilakukan berkala adalah ureum, kreatinin, elektrolit, klirens kreatinin, urin
mikroskopis, protein, dan foto toraks.

VI. Komplikasi
Hipertensi (ensefalopati, kejang, perdarahan serebral), gagal ventrikel kiri, gagal ginjal,
dan perburukan ke arah penyakit ginjal kronik.

VII. Penatalaksanaan
 Tentukan penyebabnya ( biasanya dengan biopsi ginjal, kecuali jelas akibat
glomerulonefritis pascastreptokok).
 Penatalaksanaan hipertensi dengan obat anti hipertensi.
 Mencegah kelebihan garam dan air. Dilakukan pembatasan garam dan cairan ,
pemberian diuretik dosis tinggi bila perlu. Pengawasan ketat terhadap berat
badan, keseimbangan cairan, dan ukuran jantung.
 Penatalaksanaan gagal ginjal.
 Penatalaksanaan penyebabnya. Penundaan dapat menyebabkan perburukan,
terapi disesuaikan dengan penyebab.

VIII. Prognosis
Pada 50% pasien dewasa terjadi kesembuhan sempurna,. Prognosis buruk bila
termasuk glomerulonefritis rapidly progresive dengan perburukan ke arah ginjal,
atau sembuh tidak sempurna dengan tetap adanya hipertensi, proteinuria, dan
hematuria mikroskopis misalnya berupa glomerulonefritis kronik, yang akan
berakhir pada penurunan fungsi ginjal.
IX. PENGKAJIAN

A. Identitas Klien
B. Riwayat Penyakit
C. Data dasar Pengkajian Pasien
1. Neurologis
- Sakit kepala - Rasa terbakar pada telapak kaki
- Penglihatan kabur - Perubahan status mental
- Nistagmus - Malaise
- Kesemutan/ kebas - Penurunan tingkat kesadaran

2. Pernafasan
Sesak nafas
- Hiperventilasi - Nafas berbau amonia
- Oedema paru - Nafas cheyne stoke
- Pneumonia - Batuk produktif

3. Kardiovaskuler
- Hipertensi - Miokardiopati
- Takikardi - Perikarditis
- Disritmia

4. Cairan dan elektrolit


- Oliguria - Hipermagnesemia
- Anuria - Hipokalsemia
- Edema - Hipoproteinemia
- Dehidrasi - Hiperlipidemia
- Hiperkalemia - Asidosis metabolic
- Hiperfosfatemia

5. Gastrointestinal
- Rasa pahit pada mulut - Konstipasi
- Anoreksia - Pancreatitis
- Malnutrisi - Hemoragik
- Mual muntah

6. Integument
- Kulit kering bersisik - Pucat, kuning, atau merah muda
- Kuku pucat - Memar
- Pruritus

7. Hematologi
- Anemia
- Defisiensi trombosit

8. Imunologis
- Peningkatan suhu - Infeksi
- Leukosit tinggi - Septicemia
D. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium :
 Darah
 HB menurun
 Eritrosit menurun
 Ph asidosis metabolic
 BUN dan kreatinin meningkat
 Elektrolit meningkat
 Protein menurun.

 Urine
 Volume urine kurang dari 400 ml/ 24 jam
 Warna kotor karena adanya darah, Hb, mioglobin
 Berat jenis kurang dari 1,020, Ph lebih dari 7
 BUN dan Kreatinin meningkat
 Natrium turun
 Bicarbonate meningkat
 Proteinuria derajat tinggi (positif 3-4)

2. Pemeriksaan radiologis
 Foto polos abdomen
 IVP
 USG
 CT Scan
 MRI
 EKG

X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan air dan menahan natrium
2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan,
ketidakseimbangan elektrolit, perpindahan cairan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme
protein, pembatasan diet untuk menurunkan produk sisa nitrogen, anoreksia.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenisasi jaringan tidak adekuat,
anemia, nutrisi tidak adekuat, kelemahan.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologis, prosedur
invasive.
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses
penyakit, tidak mengenal sumber informasi.
XI. RENCANA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme ginjal untuk meretensi
air dan natrium.

Tujuan :
 Kelebihan volume cairan teratasi

Kriteria hasil
 Menunjukkan haluaran urine sesuai dengan berat jenis
 Berat badan stabil
 Tanda vital dalam batas normal
 Oedem hilang/ tidak ada

Intervensi
 Pantau dan catat masukan dan haluaran tiap jam secara akurat.
 Pantau peningkatan tekanan darah, denyut nadi
 Timbang berat badan setiap hari dengan alat dan pakaian yang sama
 Kaji kulit, wajah, area tergantung, oedema
 Auskultasi paru dan bunyi jantung
 Kaji tingkat kesadaran
 Selidiki perubahan mental adanya gelisah
 Batasi cairan sesuai program, pemberian obat-obatan dengan makanan jika
mungkin.

2. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan kelebihan cairan,


ketidakseimbangan elektrolit, perpindahan cairan

Tujuan
 Mempertahankan curah jantung

Kriteria hasil
 Tekanan darah dalam batas normal
 Denyut jantung dan irama jantung dalam batas normal
 Nadi perifer kuat sesuai dengan waktu pengisian kapiler

Intervensi
 Observasi EKG untuk perubahan irama
 Auskultasi denyut jantung
 Kaji warna kulit, membrane mukosa, dan dasar kuku kemungkinan adanya
sianosis
 Perhatikan terjadinya nadilambat, hipotensi, kemerahan, mual atau muntah dan
penurunan tingkat kesadaran
 Monitor adanya kejang otot, kram otot, kesemutan pada jari, hiperrefleksia
 Pertahankan tirah baring atau dorong untuk istirahat adekuat
 Barikan bantuan dengan perawatan dan aktifitas yang diinginkan
 Kolaborasi medis untuk pemberian obat & oksigen sesuai indikasi
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan katabolisme
protein, pembatasan diet untuk menurunkan produk sisa nitrogen, anoreksia

Tujuan
 Mempertahankan BB sesuai yang diindikasikan
 Bebas oedem

Intervensi
 Kaji/ catat pemasukan diet
 Berikan makanan sedikit dan sering
 Berikan pasien dan keluarga daftar makanan dan cairan yang diizinkan dan
dorong terlibat pada pemilihan menu
 Tawarkan perawatan mulut
 Timbang BB setiap hari
 Anjurkan pasien mengontrol rencana menu bila mungkin
 Konsul dengan ahli gizi untuk merencanakan menu yang berhubungan dengan
batasan diet
 Awasi pemeriksaan laboratorium mis. BUN, natrium dan kalium
 Beri obat sesuai indikasi

4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan oksigenisasi jaringan tidak adekuat,


anemia, nutrisi tidak adekuat, kelemahan.

Tujuan
 Toleransi pasien terhadap aktifitas meningkat

Intervensi
 Identifikasi factor yang dapat mendukung pasien untuk toleransi terhadap
aktifitas
 Atur jadwal pasien untuk pemberian waktu istirahat antara aktifitas dan waktu
tidur yang cukup
 Izinkan pasien untuk menetukan aktifitas sehari-hari
 Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktifitas secara bertahap yang dapat
ditoleransi
 Pertahankan nutrisi yang adekuat
 Batasi pengunjung

5. Resiko infeksi berhubungan dengan depresi pertahanan imunologis, prosedur


invasive

Tujuan
 Tidak mengalami tanda dan gejala infeksi

Intervensi
 Pantau tanda dan gejala infeksi seperti demam, menggigil, peningkatan
leukosit, perubahan warna dan bau urine
 Pantau tanda-tanda vital
 Pertahankan tehnik steril pada semua prosedur invasif
 Pertahankan integritas kulit
 Pertahankan nutrisi yang adekuat
 Gunakan tehnik cuci tangan yang baik bagi pasien dan staff
 Awasi pemeriksaan laboratorium leukosit, LED
 Beri obat sesuai program

6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai proses


penyakit, tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan
 Menyatakan pemahaman kondisi/ proses penyakit, prognosis dan pengobatan
 Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala proses penyakit dan faktor
penyebab

Kriteria hasil
 Pasien mampu menjelaskan ulang penjelasan yang diberikan

Intervensi
 Kaji ulang proses penyakit, prognosis dan factor pencetus bila diketahui
 Kaji ulang rencana diet atau pembatasan
 Instruksikan pasien untuk melaporkan penurunan urine pada perawat
 Anjurkan pada pasien untuk makan makanan berkarbohidrat, rendah protein,
rendah natrium
 Buat jadwal teratur untuk penimbangan berat badan
 Diskusikan pembatasan aktifitas sesuai yang diindikasikan secara bertahap
 Dorong pasien menggunakan tehnik penghematan energi, relaksasi dan aktifitas
therapeutic
 Identifikasi gejala yang memerlukan intervensi medik mis. Penurunan
pengeluaran urine, peningkatan BB tiba-tiba, adanya tanda-tanda infeksi
 Diskusikan dialisis ginjal bila merupakan bagian yang akan dilakukan

XII. TINDAKAN KEPERAWATAN


Tindakan keperawatan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sesuai masing-
masing diagnosa

XIII. EVALUASI
Evaluasi mengacu pada tujuan dan kriteria hasil pada masing-masing diagnosa.
PATHWAYS SINDROM NEFROTIK

Glomerulo DM dan Amiloidosis Trombosis


lSE
Nefritis glomerulo Ginjal Vena Renal
Kronik sklerosis

Hiperpermiabelitas
Glomerulus

Protein Plasma Hilang


Bersama Urine

Hipoalbuminemia

Edema Penurunan Volume Peningkatan Sintesis


Generalisata Vaskuler Lipoproteinemia

Aktivasi Renin- Hiperlipidemia


Angiotensin

Resiko Penyakit
Retensi Natrium Kardiovaskuler
Dan Cairan

(Sumber : Smeltzer dan Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, EGC, 2001)
DAFTAR PUSTAKA

Engram Barbara, Rencana Asuhan Keperawatan Medical Bedah, Volume I, EGC, 1999.

Manjoer, Arif, et al/editor, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid 1, Media
Aesculapius, FKUI, Jakarta, 2001.

Marlyn E. Doengoes, Nursing Care Plan, F.E Davis Company, Philadelphia, 1987

Smeltzer dan Bare , Buku Ajar Keperwatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2, EGC,
Jakarta, 2001.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Balai penerbit FKUI, 1990

Sylvia Anderson Price. Patofisisologi Konsep Klinis, proses-proses penyakit, Alih bahasa
Adji Dharma. Edisi III

Anda mungkin juga menyukai