TAHUN 2022/2023
Disusun Oleh:
Novitri
22300024
2. Etiologi
Sindrom nefrotik dapat disebabkan oleh gromelunefritis (GN) primer dan
sekunder akibat infeksi keganansan penyakit jaringan penghubung obat atau toksin
dan akibat penyakit sistemik (GN) primer atau idopatik merupakan penyebab
sidrom nefrotik yang paling sering dalam kelompok GN primer GN lesi minimal
glomerulosklerosis fokal segmental, GN membranosa dan GN membraproliveratif
merupakan kelainan sistopalogi yang sering ditemukan (Sudoyo dkk, 2010).
Penyebab sekunder akibat infeksi yang sering dijumpai misalnya pada GN
pasca infeksi streptokokus atau infeksi virus hepatitis B, akibat obat misalnya obat
antiinflamasi non-steroid atau preparat emas organik, dan akibat penyakit siskemik
misalnya pada lupus erimatosus sistemik dan diabtes militus. (Sudoyo dkk, 2010)`
3. Manifestasi Klinik
Edema
Oliguria
Tekanan darah normal
Proteinuria sedang sampai barat
Hipoprotenemia dengan rasio albumin:globulin terbaik
Hiperkoesterolemia
Ureum/kreatinin darah normal atau meninggi
Beta 1C globulin (C3) normal (Nurarif dan Kusuma, 2015: 17-18)
4. Patofisiologi
5. Pathways
renin angiotensin tubuler kolektifus
Edema immobilitas
anasarka
Penekanan lama
bedrest Sulit bergerak Perubahan pada tubuh
penampilan
Gg. Integritas
Intoleransi Gg. Body kulit
aktivitas image
Ventilasi tidak
adekuat Mual, muntah Absorbsi tidak
adekuat
anoreksia
Sesak nafas Perubahan nutrisi
Perubahan kurang dari Gg. Pola eliminasi
pola nafas kebutuhan diare
6. Komplikasi
2. Hiperkoagulasi
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine
kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin,
mioglobin, porfirin.
b. Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium
biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan
dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran
jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat.
Albumin < 2,5 g / dl, kolesterol dan trigliserid meningkst.
8. Penatalaksanan
1. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan
tidak berdaya dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk
mempertahankan tirah baring selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan
yang cepat.
2. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/
hari dan masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis
dan edema menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan
protein yang seimbang dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen
yang persisten dan kehabisan jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit
harus mengandung 2-3 gram protein/ kg berat badan/ hari. Anak yang
mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk menjamin masukan yang
adekuat.
4. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan
untuk mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
5. Kemoterapi:
Brunner & Suddarth. 2003. Medical Surgical Nursing (Perawatan Medikal Bedah), alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta : EGC.
Carpenito, L. J.1999. Hand Book of Nursing (Buku Saku Diagnosa Keperawatan), alih bahasa:
Monica Ester. Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan:
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta: EGC.
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester. Jakarta:
EGC.
Guidelines for Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Price A & Wilson L. 1995. Pathofisiology Clinical Concept of Disease Process (Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit), alih bahasa: Dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC.