Anda di halaman 1dari 19

PATOFISIOLOGI:

DIFISEINSI INSULIN
- Sel dan pulau langerhans kurang peka
terhadap rangsangan -->sentak insulin
sesudah makan tidak begitu kuat
- Menekan jumlah resptor insulin pada
target

- Faktor Herediter:
- Degenerasi/tertekannya sel/
perbedaan kepekaan seseorang
terhadap pertambahan umur

- Faktor Herediter:
Berkembangnya kekebalan pada
sel -> distruksi, autonom pada sel
- Degenerasi ringan pada sel
- Penyakit virus

Diabetes Mellitus
IDDM
NON IDDM

- Kelebihan dosis insulin


- kurang jumlah kalori
yang dikonsumsi
- Meningkatnya aktivitas
jasmani lebih cepat

Kelainan Metabolisme Lemak

Glikosuria

Glikosilasi

Retina

Retina angiopati

katarak lentis

Fasilitas
transmembran
asam amino
berkurang

Mobilisasi asam lemak meningkat

Hiperglikemia

Lensa mata

Kelainan Metabolisme Protein

Lipogenesis menurun, Lipolisis meningkat

Output glukosa darah


menurun (glikogenolisis
menurun, glikolisis dalam
otot menurun, lipogenesis
di adiposa menurun

Input glukosa darah


meningkat (glikogenolisis
dalam hepar meningkat,
glukoneogenesis meningkat

PK
Arterosklerosis

Angiopati

Berat badan
menurun

Mk: Penurunan
dtt, kelelahan

Asam amino
sulit masuk
sel

Berat badan
menurun

Asetil Ko A meningkat

Mk: Penurunan
dtt, kelelahan

Ketogenesis meningkat

Sintesis kolesterol meningkat

Benda keton meningkat

kolesterol meningkat

Nafsu makan meningkat

Hiperkolesterolemia dan
ketonimia

Osmolalitas
urine meningkat
Volume urine
meningkat

Masalah Kesehatan:
Gangguan pola makan

PK:
Neuropati
MK:
-Potensial cedera
-Potensial kerusakan
jaringan kulit

Gagal
jantung

Pembuluh
darah kecil

Ganggren
dengan arkus
kecil

Trombosis dengan
oklusi p.d

Perubahan
kulit, atropi

Amputasi minor

Gangguan luas

Ulserasi

MK: Kerusakan
jaringan perifer

Osmotik diuresis
Rasa haus
meningkat

Sisntesis
protein
menurun
PK: Ketoasidosis

Penurunan Proses
-Transkripsi
-Translasi
-Replikasi
-Proliterasi sel
Pertumbuhan jaringan
terhambat

- Luka tidak terkontrol


- Sukar sembuh

PK Infeksi

Arterosklerosis
Masalah kesehatan:
Resiko tinggi perluasan
infeksi dan Kelelahan

Diuresis
Pembuluh darah besar/
makrovaskuler/makroangiopati

-Berkeringat
-Gemetar, sakit
kepala, Palpitasi

Hipoglikemia

Kelainan Metabolisme

Kelainan Metabolisme Karbohidrat

Mk:
Kebutuhan belajar
penatalaksanaan
penyakit

Poliori
MK:
-Gangguan pola
eliminasi
-Gangguan
volume cairan

Dehidrasi
(air dan glukosa
terbuangan
PK: Koma
Diabetikum
MK: Gangguan
pemenuhan
kebutuhan O

Uraian:
Kekurangan insulin mengakibatkan diabetes mellitus/kencing manis, yang terbagi
atas insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) dan non insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM). Penyakit ini dapat menimbulkan kelainan metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.
Kelainan metabolisme karbohidrat dapat meningkatkan glikolisis dan
glikoneogenesis serta menurunkan proses gula darah yang berakibat terjadinya
hiperglikemi yang melebihi ambang ginjal (lebih dari 180 mg%) dan timbul glukosurya
sehingga terjadi diuresis yang berakhir dengan dehidrasi. Glukosurya yang lama
mengakibatkan arteriosclerosis sehingga terjadi gangguan pada pembuluh darah mikro
dapat terjadi retinopati dan perubahan kulit (ulserasi) kemudian infeksi tidak kunjung
sembuh, ganggren dan akhirnya amputasi. Kadar gula darah meningkat yang lama dapat
timbul glikosilasi, glukosurya dapat meningkatkan volume urine sehingga terjadi poliuri.
Dimana yang terbuang adalah air dan glukosa sehingga terjadi koma diabetikum.
Pada kelainan metabolisme lemak menyebabkan mobilisasi lemak meningkat
sehingga berat badan menurun dan meningkatkan asetil co A, benda-benda keton
meningkat, nafsu makan meningkat, dan terjadi hipekolesterolemia yang berakibat terjadi
aterosklerotik dan ketonemia sehingga terjadi ketoasidosis komadiabetikum.
Sedangkan kelainan metabolisme protein mempengaruhi fasilitas transmembran
asam amino berkurang sehingga asam amino sulit masuk ke dalam sel yang akhirnya terjadi
penurunan sintesa protein, juga terjadi proses penurunan transkripsi, translasi, replikasi, dan
proliferasi sel. Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan jaringan, maka jika terjadi
cidera atau luka tidak terkontrol akan sulit sembuh, infeksi, gangren dan amputasi.
Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic (dari hiperglikemia),
kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah), masukan dibatasi (mual, kacau mental).
2. Perubahan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa tinggi,
Penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada
sebelumnya, atau ISK.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori-perseptual berhubungan dengan perubahan
kimia endogen (ketidakseimbangan glukosa/insulin/elektrolit.
5. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolic, perubahan kimia
darah (insufisiensi insulin), peningkatan kebutuhan energi (status hipermetabolik/infeksi)
6. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang/progresif yang tidak
dapat diobati, ketergantungan kepada orang lain.
7. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat, kesalahan
interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi.
Intervensi dan rasional
Dx.
Tujuan
1
2
1. Hidrasi adekuat 1.
dengan kriteria:
- Tanda vital stabil,
nadi perifer dapat
diraba,
2.
- Turgor kulit dan
pengisian kapiler 3.
baik, haluaran
urine tepat secara
individu, dan
5.
kadar elektrolit
dalam batas
normal.
6.

Intervensi
3

Rasional
4

Kaji riwayat pasien,


Membantu dalam memperkirakan kekurangan
lamanya/intensitas gejala: volume total, adanya proses infeksi mengakibatmuntah, pengeluaran urine kan demam dan keadaan hipermetabolik yang
yang Berlebihan
meningkatkan kehilangan air tak kasatmata.
Pantau tanda-tanda vital Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia
Kaji nadi perifer, pengisian Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi/
kapiler, turgor kulit dan volume sirkulasi yang adekuat.
membran mukosa.
Pantau intake dan out put Memberikan Perkiraan kebutuhan akan cairan
cairan
pengganti, fungsi ginjal, dan keefektifan dari
terapi yang diberikan.
Timbang berat badan
Mengetahui status cairan yang sedang berlangsung
setiap hari
dan pedoman dalam memberikan cairan pengganti.

1
1.

3
4
7. Pertahankan untuk membe- Mempertahankan hidrasi/volume cairan
rikan cairan minimal 2.500
ml/hari dalam batas yang
dapat ditoleransi jantung.
8. Ciptakan lingkungan yang Menghindari pemanasan yang berlebihan
nyaman
terhadap pasien lebih lanjut akan dapat
menimbulkan kehilangan cairan.
9. Kaji adanya perubahan
Perubahan mental dapat behubungan dengan
mental/sensori.
glukosa yang tinggi/rendah, elektrolit yang
abnormal, asidosis, Penurunan perfusi serebral
.
dan berkembangnya hipoksia
10 Observasi: mual, nyeri
Kekurangan cairan dan elektrolit mengubah
. abdomen, muntah dan
motilitas lambung, yang seringkali akan
distensi lambung
menimbulkan muntah dan secara potensial akan
menimbulkan kekurangan cairan/elektrolit.
11.Observasi adanya perasaan Pemberian cairan untuk perbaikan yang cepat
kelelahan yang meningkat, mungkin sangat berpotensi menimbulkan
edema, peningkatan berat kelebihan beban cairan dan GJK
badan, nadi tidak teratur,
dan adanya distensi pada
vaskuler.
12 Kolaborasi:
. Berikan terapi cairan se- Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat
suai dengan indikasi: Nor- kekurangan cairan dan respon pasien secara
mal salin/tanpa dextrose individual.
Albumin, plasma atau
Plasma ekspander kadang dibutuhkan jika
kekurangan tersebut mengancam kehidupan/TD
dekstran
sudah tidak dapat kembali normal dengan
usaha rehidrasi yang telah dilakukan
Pasang kateter urine tetapMemberikan pengukuran yang akurat terhadap
Pantau pemeriksaan

haluaran urine

laboratorium seperti:
Heamatokrit (Ht)

Mengkaji tingkat hidrasi dan seringkali meningkat


akibat hemokonsentrasi yang terjadi setelah
diuresis osmotic.
Peningkatan nilai dapat mencerminkan
BUN/kreatinin
kerusakan sel karena dehidrasi atau tanda
awitan kegagalan ginjal.
Meningkat sehubungan dengan adanya
Osmolalitas darah
hiperglikemia dan dehidrasi.
Mungkin menurun yang dapat mencerminkan
Natrium
perpindahan cairan dari intrasel (diuresis osmotik).
Kadar natrium yang tinggi mencerminkan kehilangan cairan/dehidrasi berat atau reabsorpsi natrium dalam berespons terhadap sekresi aldosteron.
Adanya akan terjadi hiperkelemia dalam
berespons pada asidosis, namun selanjutnya
Kalium
kalium ini akan hilang melalui urine kadar
kalium absolut dalam tubuh berkurang. Bila
insulin diganti dan asidosis teratasi,
kekurangan kalium serum justru akan terlihat.
Berikan kalium atau
Kalium harus ditambahkan pada IV (segera
aliran urine adequate) untuk mencegah hipokaeleketrolit yang lain
lemia. Catatan: kalium fosfat dapat diberikan
melalui IV dan/atau
jika cairan IV mengandung natrium klorida
melalui oral sesuai
untuk mencegah kelebihan beban klorida.
indikasi
Berikan bikarbonat jika Diberikan dengan hati-hati untuk membantu
memperbaiki asidosis pada adanya hipotensi
pH kurang dari 7,0.
atau syock
Pasang selang NG dan Mendekompresikan lambung dan dapat
menghilangkan muntah
lakukan penghisapan
sesuai indikasi
1
2
3
4
2. Mencerna jumlah 1. Timbang berat badan/hari Mengkaji pemasukan makanan yang adequate

kalori/nutrien yang
tepat dengan
2.
kriteria: berat
badan stabil/
penambahan
kearah rentang
3.
biasanya, nilai
laboratorium
normal.

4.

5.
6.

7.

8.

1
2.

atau sesuai dengan indikasi (termasuk absorpsi dan utilisasinya)


Tentukan program diet dan Mengidentifikasi kekurangan dan
pola makan pasien dan ban- penyimpangan dari kebutuhan terapeutik
dingkan dengan pola makanan yang dapat dihabiskan
Auskultasi bising usus,
Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan
catat adanya nyeri abdomen/ cairan dan elektrolit dapat menurunkan motilitas/
perut kembang, mual,
fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik)
muntahan makanan yang yang akan mempengaruhi pilihan intervensi.
belum sempat dicerna,
Catatan: Kesulitan jangka panjang dengan
pertahankan keadaan puasa Penurunan pengosongan lambung dan motilitas
sesuai dengan indikasi
usus yang rendah mengisyaratkan adanya neuropati
otonom yang mempengaruhi saluran percernaan
dan memerlukan pengobatan secara sistemik
Berikan makanan cair yang Pemberian makanan melalui oral lebih baik
mengandung zat makanan jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal
(nurtrien) dan elektrolit
baik.
dengan segera jika pasien
sudah dapat
mentoleransinya melalui
pemberian cairan melalui
oral. Selanjutnya terus
mengupayakan pemberian
makanan yang lebih padat
sesuai dengan yang dapat
ditoleransi
Identifikasi makanan yang Jika makanan yang disukai pasien dapat
disukai/dikehendaki termasuk dimasukkan dalam perencanaan makan, kerja
kebutuhan etnik/ cultural sama ini dapat diupayakan setelah pulang.
Libatkan keluarga pasien Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan
pada perencanaan makan informasi pada keluarga untuk memahami kebuini sesuai dengan indikasi tuhan nutrisi pasien. Catatan: Berbagai metode
bermanfaat untuk perencanaan diet meliputi
pergantian daftar menu, sistem perhitungan
kalori, indeks glikemik atau seleksi awal menu
Observasi tanda-tanda
Karena metabolisme karbohidrat mulai terjadi
hipoklikemia, seperti
(gula darah akan berkurang, dan sementara
perubahan tingkat
tetap diberikan insulin makan hipoglikemi
kesadaran, kulit lembab/ dapat terjadi. Jika pasien dalam keadaan koma,
dingin, denyut nadi cepat, hipoglikemia mungkin terjadi tanpa
lapar, peka rangsang,
memperlihatkan perubahan tingkat kesadaran.
cemas, sakit kepala,
Ini secara potensial dapat mengancam
pusing sempoyongan
kehidupan yang harus dikaji dan ditangani
secara cepat melalui tindakan protocol yang
direncanakan. Catatan: DM tipe I yang telah
berlangsung lama mungkin tidak akan
menunjukan tanda-tanda hipoglikemia seperti
biasanya karena respons normal terhadap gula
darah yang rendah mungkin dikurangi
Kolaborasi:
Lakukan pemeriksaan
Analisa di tempat tidur terhadap gula darah lebih
gula darah dengan
akurat (menunjukan keadaan saat dilakukan
menggunakan finger
pemeriksaan) dari pada memantau gula darah
stick
urine (reduksi urine) yang tidak cukup akurat
mendeteksi fluktuasi kadar gula darah dan
dapat dipengaruhi oleh ambang/gagal ginjal.
Catatan: Beberapa penelitian telah menemukan
bahwa glukosa urine 20% berhubungan dengan
gula darah antara 140-260 mg/dl

8 Pantau pemeriksaan
Gula darah akan menurun perlahan dengan
penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
laboratorium, seperti
glukosa darah, aseton pH,Dengan pemberian insulin dosis optimal,

dan HCO3.

glukosa kemudian dapat masuk ke dalam sel


dan digunakan untuk sumber kalori. Ketika hal
ini terjadi, kadar aseton akan menurun dan
asidosis dapat dikoreksi
Berikan pengobatan insulin Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
Karenanya dengan cepat pula dapat membantu
secara teratur dengan
Memindahkan glukosa ke dalam sel. Pemberian
metode IV secara
melalui IV merupakan rute pilihan utama karena
intermiten atau secara
kontinyu. Seperti bolus absorpsi dari jarinan subkutan mungkin tidak
IV diikuti dengan tetesan menentu/sangat lambat. Banyak orang percaya/
yang kontinyu melalui berpendapat bahwa metode kontinyu ini merupaalat pompa kira-kira 5-10 kan cara yang optimal untuk mempermudah
UI/ jam sampai glukosa transisi pada metabolisme karbohidrat dan
menurunkan insiden hipoglikemia.
darah mencapai 250
mg/dl.
Berikan larutan glukosa, Larutan glukosa ditambahkan setelah insulin
dan cairan membawa gula darah kira-kira 250
misalnya destrosa dan
mg/dl. Dengan metabolisme karbohidrat
setengah salin normal
mendekati normal, perawatan harus diberikan
untuk menghindari terjadinya hipoglikemia.
Lakukan konsultasi
Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan
Penyesuaian diet untuk memenuhi kebutuhan
dengan ahli diet
nutrisi pasien: menjawab pertanyaan dan dapat
pula membantu pasien atau orang terdekat
dalam mengembangkan perencanaan makan
Berikan diet kira-kira
Kompleks karbohidrat (seperti: jagung, wortel,
60% karbohidrat, 20% brokoli, buncis dan gandum) menurunkan
protein dan 20% lemak kadar glukosa/kebutuhan insulin, menurunkan
dalam penataan makan/ kadar kolesterol darah dan meningkatkan rasa
kenyang. Pemasukan makanan akan
pemberian makanan
dijadwalkan sesuai karakteristik insulin yans
tambahan
spesifik (misal: efek puncaknya) dan respons
pasien secara individual. Catatan: Makanan
tambahan dan komplek karbohidrat terutama
sangat penting (jika insulin diberikan dalam
dosis terbagi) untuk mencegah hipoglikemia
selama tidur dan potensial resposn Somogyi.
Berikan obat
Dapat bermanfaat dalam mengatasi gejala yang
metaklopramid (reglan); berhubungan dengan neuropati otonom yang
mempengaruhi saluran cerna, yang selanjutnya
tetrasiklin
meningkatkan pemasukan melalui oral dan
absorpsi zat makanan (nutrien)
3. Tidak terjadinya 1. Obesrvasi tanda-tanda
Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
infeksi/sepsis
infeksi dan peradangan, biasanya telah mencetuskan keadaan
dengan kriteria:
seperti demam, kemerahan, ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
mendemonstrasika
adanya pus pada luka,
nosokomial
n teknik,
sputum purulen, urine
perubahan gaya
warna keruh atau keriput
hidup untuk
2. Tingkatkan upaya
Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi
mencegah
pencegahan dengan
nosokomial)
terjadinya infeksi
melakukan cuci tangan
yang baik pada semua orang
yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya
sendiri
3. Pasang kateter/lakukan
Mengurangi resiko terjadinya infeksi saluran
perawatan parineal dengan kemih. Pasien koma mungkin memiliki resiko
baik. Ajarkan pasien wanita yang khusus jika terjadi retensi urine saat awal
untuk membersihkan daerahdirawat. Catatan: pasien DM wanita lansia
perinealnya dari depan ke merupakan kelompok utama yang paling berisiko
arah belakang setelah BAK terjadinya infeksi saluran kemih/vagina

1
3.

4. Pertahankan teknik aseptic Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
pada prosedur invasive
menjadi media terbaik bagi pertumbuhan kuman
(seperti pemasangan infus,
dan kateter folley) pemberian

obat intravena dan memberikan perawatan pemeliharaan. Lakukan pengobatan


melalui IV sesuai indikasi
5. Berikan perawatan kulit Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan
dengan teratur dan
pasien pada peningkatan resiko terjadinya
sungguh-sungguh, masase kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi
daerah tulang yang
tertekan, jaga kulit kering,
linen kering dan tetap
kencing (tidak berkerut)
6. Posisikan pasien pada
Memberikan kemudahan bagi paru untuk
posisi semi fowler
berkembang menurunkan resiko terjadinya
aspirasi
7. Auskultasi bunyi nafas
Ronki mengindikasikan adanya Akumulasi
secret yang mungkin berhubungan dengan
pneumonia/bronchitis (mungkin sebagai
pencetus dari DKA). Edema paru (bunyi krekels)
mungkin sebagai akibat dari pemberian cairan
yang terlalu cepat/berlebihan atau GJK
8. Lakukan perubahan posisi Membantu dalam memventilasikan semua
dan anjurkan pasien untuk daerah paru dan memobilisasi secret.
batuk efektif/nafas dalam Mencegah agar secret tidak statis dengan
jika pasien sadar dan koope-terjadinya peningkatan terhadap resiko infeksi
ratif. Lakukan pengisapan
lendir pada jalan nafas
menggunakan teknik steril
sesuai keperluan
9. Berikan tisu dan tempat Mengurangi penyebaran infeksi
sputum pada tempat yang
mudah dijangkau untuk
penampungan sputum atau
secret yang lainnya
10 Bantu pasien untuk
Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut
. melakukan hygiene oral gusi
11.Anjurkan untuk makan danMenurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
minum adequate
Meningkatkan aliran urine untuk mencegah
(pemasukan makanan dan urine yang statis dan membantu dalam
cairan yang adequat) (kira- mempertahankan pH/keasaman urine, yang
kira 3.000 ml/hari jika
menurunkan pertumbuhan bakteri dan pengetidak ada kontraindikasi) luaran organisme dari sistem organ tersebut
12 Kolaborasi
Untuk mengidentifikasi organisme sehingga
. Lakukan pemeriksaan
dapat memilih/memberikan terapi antibiotik
yang terbaik
kultur dan sensitivitas
sesuai dengan indikasi
Berikan obat antibiotik Penanganan awal dapat membantu mencegah
timbulnya sepsis.
yang sesuai
4. Fungsi mental
1. Pantau tanda-tanda vital Sebagai dasar untuk membandingkan temuan
optimal dengan
dan status mental
abnormal, seperti suhu yang meningkat dapat
kriteria: mengenali
mempengaruhi fungsi mental
dan mengkompen- 2. Panggil pasien dengan
Menurunkan kebingungan dan membantu
sasi adanya
nama, orientasikan kembali untuk mempertahankan kontak dengan realitas.
kerusakan sensori. sesuai dengan kebutuhannya,
misalnya terhadap tempat,
orang, dan waktu. Berikan
penjelasan yang singkat
dengan bicara perlahan
dan jelas.

1
4.

3. Jadwalkan intervensi
Meningkatkan tidur, menurunkan rasa letih dan
keperawatan agar tidak
dapat memperbaiki daya pikir
mengganggu waktu
istirahat pasien
4. Pelihara aktivitas rutin
Membantu memelihara pasien tetap berhubungan
pasien sekonsisten mungkin, dengan realitas dan mempertahankan orientasi

dorong untuk melakukan


kegiatan sehari-hari sesuai
kemampuan
5. Lindungi pasien dari
cedera (gunakan pengikat)
ketika tingkat kesadaran
pasien terganggu. Berikan
bantalan lunak pada pagar
tempat tidur dan berikan
jalan nafas buatan yang
lunak jika pasien kemungkinan mengalami kejang.
6. Evaluasi lapang pandang
penglihatan sesuai dengan
indikasi

pada lingkungan
Pasien mengalami disorientasi merupakan awal
kemungkinan timbulnya cedera, terutama malam
hari dan perlu pencegahan sesuai indikasi.
Munculnya kejang perlu diantisipasi untuk
mencegah trauma fisik, aspirasi dan lain-lain

Edema/lepasnya retina. Hemoragis, katarak,


atau paralysis otot ekstraokuler sementara
mengganggu penglihatan yang memerlukan
terapi korektif dan atau perawatan penyokong
7. Selidiki adanya keluhan Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa
parestesia, nyeri, atau
tidak nyaman yang berat, kehilangan sensasi
kehilangan sensori pada sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko
paha/kaki. Lihat adanya tinggi terhadap kerusakan kulit dan ganguan
ulkus, daerah kemerahan keseimbangan. Catatan: Mononeuropati
tempat-tempat tertekan, mempengaruhi syaraf tunggal (paling sering
kehilangan denyut nadi
pada daerah femoralis dan otak) yang
perifer
menyebabkan nyeri tiba-tiba dan kehilangan
motorik/sesorik sepanjang jaras syaraf yang
terkena tersebut
8. Berikan tempat tidur yang Meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan
lembut. Pelihara kehangatan kemungkinan kerusakan kulit karena panas.
kaki/tangan, hindari terpajan Catatan: Munculnya dingin yang tiba-tiba pad
terhadap air panas atau
tangan/kaki dapat mencerminkan adanya
dingin atau penggunaan hipogikemia, yang perlu untuk melakukan
bantalan/pemanas
pemeriksaan terhadap gula darah
9. Bantu pasien dalam ambulasi Meningkatkan keamanan pasien terutama
atau perubahan posisi
ketika rasa keseimbangan dipengaruhi
10 Kolaborasi:
. Berikan pengobatan sesuai Gangguan dalam proses pikir/potensial
dengan obat yang
terhadap aktivitas kejang biasanya hilang bila
ditentukan untuk mengatasi keadaan hiperosmolaritas teratasi
DKA sesuai indikasi
Pantau nilai laboratorium, Ketidakseimbangan nilai-nilai laboratorium ini
dapat menurunkan fungsi mental. Catatan: Jika
seperti glukosa darah,
osmolalitas darah, Hb/Ht, cairan diganti dengan cepat, kelebihan cairan
dapat masuk ke sel otak dan menyebabkan
ureum kreatinin
gangguan pada tingkat kesadaran (intoksikasi air)
Bantu dengan memblok Dapat memberikan rasa nyaman yang
syaraf setempat, memper-berhubungan dengan neuropati
tahankan unit TENS
5. Peningkatan
1. Diskusikan dengan pasien Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
tingkat energi
kebutuhan akan aktivitas. meningkatkan tingkat aktivitas meskipun
dengan kriteria:
Buat jadwal perencanaan pasien mungkin sangat lemah.
menunjukan
dengan pasien dan
perbaikan
identifikasi aktivitas yang
kemampuan untuk menimbulkan kelelahan.
berpartisipasi
2. Berikan aktivitas alternatif Mencegah kelelahan yang berlebihan.
dalam aktivitas
dengan periode istirahat
yang diinginkan
yang cukup tanpa
terganggu.
1
5.

3
4
3. Pantau nadi, frekuensi
Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat
pernafasan dan tekanan
ditoleransi secara fisiologis.
darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat Pasien akan dapat melakukan lebih banyak
kalori selama mandi, berpin- kegiatan dengan Penurunan kebutuhan akan
dah tempat dan sebagainya energi pada setiap kegiatan.

5. Tingkatkan partisipasi pasien Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang


dalam melakukan aktivitas positif sesuai tingkat aktivitas yang dapat
sehari-hari sesuai dengan ditolerasi pasien.
yang dapat ditoleransi.
6. Koping yang
1. Anjurkan pasien/keluarga Mengidentifikasikan area perhatiannya dan
adaptif dengan
untuk mengekspresikan memudahkan cara pemecahan masalah
kriteria: mengakui perasaannya tentang
perasaan putus asa, perawatan di rumah sakit
mengidentifikasi
dan penyakitnya secara
cara-cara sehat
keseluruhan
untuk menghadapi 2. Akui normalitas dari
Pengenalan bahwa reaksi normal dapat
perasaan, membantu perasaan
membantu pasien untuk memecahkan masalah
dalam merencanadan mencari bantuan sesuai kebutuhan. Kontrol
kan perawatannya
terhadap DM merupakan pekerjaan yang terussendiri dan cara
menerus yang bertindak sebagai pengikat
mandiri mengambil
konstan terhadap munculnya penyakit serta
tanggung jawab
ancaman terhadap kehidupan/kesehatan pasien
untuk aktivitas
3. Kaji bagaimana pasien
Pengetahuan gaya hidup individu membantu
perawatan diri
telah menangani
menentukan kebutuhan terhadap tujuan penamasalahnya dimasa lalu. nganan. Pasien yang mempunyai lokus pusat
Identifikasi lokus kontrol kontrol internal biasanya memperlihatkan cara
untuk meningkatkan kontrol terhadap program
pengobatan sendiri. Pasien yang bertindak
dengan lokus eksternal ingin dirawat oleh
orang lain atau mungkin akan mengendalikan
faktor-faktor eksternal yang mempengaruhinya
4. Berikan kesempatan pas Meningkatkan perasaan terlibat dan
keluarga untuk mengesk- memberikan kesempatan keluarga untuk
presikan perhatian dan
memecahkan masalah untuk membantu
diskusikan cara mereka
mencegah terulangnya (kambuhnya) penyakit
dapat membantu seperlu- pada pasien tersebut
nya terhadap pasien
5. Tentukan tujuan/harapan Harapan yang tidak realitis atau adanya
dari pasien atau keluarga tekanan dari orang lain atau diri sendiri dapat
mengakibatkan perasaan frustrasi/kehilangan
kontrol diri dan mungkin mengganggu
kemampuan koping
6. Tentukan apakah ada peru- Tenaga dan pikiran yang konstan diperlukan
bahan yang berhubungan untuk mengendalikan diabetik yang seringkali
dengan orang terdekat
Memindahkan fokus hubungan. Perkembangan
psikologis/neuropati visceral mempengaruhi
konsep diri (terutama fungsi peran seksual)
mungkin menambah keadaan stres}
7. Anjurkan pasien untuk
Mengkomunikasikan pada pasien bahwa
membuat keputusan sehu- beberapa pengendalian dapat dilatih pada saat
bungan dengan perawa- perawatan
tannya, seperti ambulasi
dan waktu beraktivitas.
8. Berikan dukungan pada Meningkatkan perasaan kontrol terhadap
pasien untuk ikut berperan situasi
serta dalam perawatan diri
sendiri dan berikan umpan
balik positif sesuai dengan
usaha yang dilakukannya

1
2
7. Pemahaman tentang 1.
penyakit dengan
kriteria: Mengidentifi-kasi hubungan
tandagejala dengan 2.
proses penyakit dan
menghubungkan
gejala dengan faktor 3.
penyebab, menjelaskan posedur dan
rasional tindakan,
melakukan perubahan gaya hidup
dan berpartisipasi

3
4
Ciptakan lingkungan saling Menanggapi dan memperhatikan perlu
percaya dengan mendengar- diciptakan sebelum pasien bersedia mengambil
kan penuh perhatian, dan bagian dalam proses belajar
selalu ada untuk pasien
Bekerja den pasien dalam Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
menata tujuan belajar yang antusias dan kerjasama pasien dengan prinsipdiharapkan
prinsip yang dipelajari
Pilih berbagai strategi bela- Penggunaan cara yang berbeda tentang
jar, seperti teknik demonstrasimengakses informasi meningkatkan penerapan
yang memerlukan keteram- pada individu yang belajar
pilan dan biarkan pasien
mendemonstrasikan ulang,
gabungkan keterampilan
baru ini kedalam rutinitas

dalam program
pengobatan.

rumah sakit
3. Diskusikan topik-topik
Pengetahuan tentang faktor pencetus dapat
utama:
membantu menghindari kambunya serangan itu
Rasional terjadinya
serangan ketoasidosis
Apakah kadar glukosa
Memberikan pengetahuan dasar di mana pasien
normal itu dan bagaimana dapat membuat pertimbangan dalam memilih
hal tersebut dibandingkangaya hidup.
dengan kadar gula darah
pasien, tipe DM yang
dialami pasien, hubungan
antara kekurangan insulin
dengan kadar gula darah
yang tinggi.
Komplikasi penyakit akut Kesadaran tentang apa yang terjadi membantu
dan kronis meliputi gang- pasien untuk lebih konsisten terhadap
guan penglihatan (retino- perawatannya dan mencegah/mengurangi
pati), perubahan dalam awitan komplikasi tersebut
neurosensori dan kardiovaskuler, perubahan
fungsi ginjal/hipertensi
5. Demonstrasikan cara peme- Melakukan pemeriksaan gula darah oleh diri
riksaan gula darah dengan sendiri 4 kali atau lebih dalam setiap harinya
menggunakan finger stick memungkinkan fleksibilitas dalam perawatan
dan berikan kesempatan diri, meningkatkan kontrol kadar gula darah
pasien untuk mendemon- dengan ketat (misal 60-150 mg/dl) dan dapat
strasikan kembali. Instruk- mencegah mengurangi perkembangan
sikan pasien untuk pemerik- komplikasi jangka panjang.
saan keton urinenya jika
glukosa darah lebih tinggi
dari 250 mg/dl
6. Diskusikan tentang rencana Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan
diet, penggunaan makanan membantu pasien dalam merencanakan
tinggi serat dan cara untuk makan/mentaati program. Serat dapat
melakukan makan di luar memperlambat absorpsi glukosa yang akan
rumah
menurunkan fluktuasi kadar gula dalam darah,
tetapi dapat menyebabkan ketidaknyamanan
pada saluran cerna, platus meningkat dan
mempengaruhi absorpsi vitamin/mineral.
7. Tinjau ulang program
Pemahaman tentang semua aspek yang digunapengobatan meliputi awitan kan obat meningkatkan penggunaan yang tepat.
puncak dan lamanya dosis Algoritma dosis dibuat yang masuk dalam perinsulin yang diresepkan, bila hitungan dosis obat yang dibuat selama evaluasi
disesuaikan dengan pasien rawat inap; jumlah dan jadwal aktivitas fisik
atau keluarga
biasanya, perencanaan makan. Dengan
melibatkan orang terdekat/sumber untuk pasien
8. Tekankan pentingnya mem- Membantu menciptakan gambaran nyata dari
pertahankan pemeriksaan keadaan pasien untuk melakukan kontrol
gula darah setiap hari, waktu penyakitnya dengan lebih baik dan
dan dosis obat, diet,
meningkatkan perawatan diri/kemandirian
aktivitas, perasaan/sensasi
dan peristiwa hidup
3
4
9. Tinjau kembali pemberian Mengidentifikasikan pemahaman dan
insulin oleh pasien sendiri kebenaran dan prosedur atau masalah yang
dan perawatan terhadap
potensial dapat terjadi (seperti penglihatan dan
peralatan yang digunakan. daya ingat), sehingga solusi alternatif dapat
Berikan kesempatan pada ditentukan untuk pemberian insulin tersebut
pasien untuk mendemonstrasikan prosedur tersebut
(misal, menentukan daerah
penyuntikan dan cara
menyuntik atau penggunaan
alat suntik pompa kontinyu
10 Diskusikan faktor-faktor
Informasi ini akan meningkatkan pengendalian
. yang memegang peranan terhadap DM dan dapat sangat menurunkan
dalam kontrol DM tersebut, berulangnya kejadian ketoasidosis. Catatan:
seperti latihan (areobik
Latihan aerobik (seperti berjalan dan berenang)
versus isometric), stres,
meningkatkan keefektifan penggunaan insulin
pembedahan dan penyakit yang menurunkan kadar gula darah dan
tertentu
memperkuat sistem kardiovaskuker.
Perencanaan penanganan Sick day

membantu mempertahankan keseimbangan


selama sakit, bedah minor, stres emosi yang
berat atau beberapa keadaan yang mungkin
meningkatkan gula darah
11.Tinjau ulang pengaruh
Nikotin mengkonstriksi pembuluh darah kecil
rokok pada penggunaan dan absorpsi insulin diperlambat selama
insulin. Anjurkan pasien pembuluh darah ini mengalami konstruksi.
untuk menghentikan
Catatan: Absorpsi insulin dapat diturunkan
merokok
sampai batas 30% di bawah normal dalam 30
menit pertama setelah merokok.
12 Buat jadwal
Waktu latihan tidak boleh bersamaan dengan
. latihan/aktivitas yang
kerja puncak insulin. Makanan kudapan harus
teratur dan identifikasi
diberikan sebelum atau selama latihan sesuai
hubungan dengan
kebutuhan dan rotasi injeksi harus menghindari
penggunaan insulin yang kelompok otot yang akan digunakan untuk
perlu menjadi perhatian aktivitas (misal: daerah abdomen lebih dipilih
daripada paha atau lengan sebelum melakukan
jogging atau berenang) untuk mencegah
percepatan ambilan insulin
13 Identifikasi gejala
Dapat meningkatkan deteksi dan pengobatan
. hipoglikemia (misal:
lebih awal dan mencegah/mengurangi kejadilemah, pusing, letargi,
annya. Catatan: Hiperglikemia saat bangun
lapar, peka rangsang,
tidur dapat mencerminkan fenomena fajar
diaforesis, pus/cat,
(indikasi perlunya insulin tambahan) atau restakikardia, tremor, sakit pons balk pada hipoglikemia selama tidur (efek
kepala, dan perubahan
somogyi) yang memerlukan Penurunan dosis
mental) dan jelaskan
insulin atau perubahan diet (misal; pemberian
penyebabnya
makanan kudapan pada malam hari). Pemeriksaan kadar gula darah pada jam 3 pagi membantu
dalam mengidentifikasi masalah spesifik.
14 Instruksikan pentingnya Mencegah/mengurangi komplikasi yang
. pemeriksaan secara rutin berhubungan dengan neuropati perifer dan/atau
pada kaki dan perawatan gangguan sirkulasi terutama selulitis, ganggren,
kaki. Demonstrasikan cara dan amputasi
pemeriksaan kaki tersebut:
inspeksi sepatu yang ketat
dan perawatan kuku,
jaringan kalus dan jaringan
tanduk. Anjurkan penggunaan stoking dengan bahan
serat alamiah.

1
7.

3
4
15 Tekankan pentingnya
Perubahan dalam penglihatan dapat terjadi
. pemeriksaan mata secara secara perlahan dan lebih sering pada pasien
teratur terutama pada
yang jarang mengontrol DM. Masalah yang
pasien yang telah
mungkin terjadi termasuk perubahan dalam
mengalami DM tipe I
ketajaman penglihatan dan mungkin
selama 5 tahun atau lebih. berkembang kearah retinopati dan kebutaan.
16 Susun alat bantu pengli- Alat bantu adaptif telah dikembangkan 5 tahun
. hatan ketika diperlukan, terakhir untuk membantu individu dengan
misal memperbesar garis gangguan penglihatan DM-nya sendiri dengan
skala pada jarum insulin, lebih efektif.
instruksikan dengan cetakan
besar, pengukuran glukosa
darah sekali sentuh.
17 Diskusikan mengenai
Seringkali terjadi impoten (mungkin gejala
. fungsi seksual dan jawab pertama dari serangan DM). Catatan:
semua pertanyaan pasien Konseling dan/atau penggunaan penis prostese
atau orang terdekat.
mungkin bermanfaat.
18 Tekankan pentingnya
Dapat mempercepat masuk ke dalam pusat. penggunaan dari gelang pusat sistem kesehatan dan perawatan yang
bertanda khusus.
sesuai dengan akibat komplikasi yang lebih
kecil pada keadaan darurat.
19 Rekomendasikan untuk
Produktivitas mungkin mengandung gula atau

. tidak menggunakan obat- berinteraksi dengan obat-obat yang diresepkan.


obat dijual bebas tanpa
konsultasi dengan tenaga
kesehatan/tidak boleh
memakai obat tanpa resep.
20 Diskusikan pentingnya
Membantu untuk mengiontrok proses penyakit
. untuk melakukan evaluasi dengan lebih ketat dan mencegah eksaserbasi
secara teratur dan jawab DM, menurunkan perkembangan komplikasi
pertanyaan pasien/orang sistemik.
terdekat.
21 Lihat kembali tanda/gejala Intervensi segera dapat mencegah
. yang memerlukan evaluasi perkembangan komplikasi yang lebih serius
secara medis, seperti
atau komplikasi yang mengancam kehidupan.
demam, pilek/gejala flu,
urine keruh/berwarna
pekat, nyeri saluran kemih,
penyembuhan penyakit
yang lama, perubahan
sensori (nyeri/kesemutan)
pada ekstremitas bawah,
perubahan pada kadar gula
darah, dan munculnya
keton pada urine.
22 Demonstrasikan teknik
Meningkatkan relaksasi dan pengendalian
. penanganan stres, seperti terhadap respons stres yang dapat membantu
latihan nafas dalam,
untuk membatasi peristiwa ketidakseimbangan
bimbingan imajinasi
glukosa/insulin.
mengalahkan perhatian.
23 Identifikasi sumberDukungan kontinyu biasanya penting untuk
. sumber yang ada di
menopang perubahan gaya hidup dan
masyarakat.
meningkatkan penerimaan atas dirinya.

Sumber:
Doenges Marilynn E, 2000,Rencana Asuhan Keperawatan,Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,Edisi 3, EGC, Jakarta.
Gallo & Hundak, 1987, Keperawatan Kritis, Pendekatan Holistik, Edisi VI, EGC, Jakarta.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


PR O G R AM S T U D I I LM U K E PE R AWATAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN
Nama Mahasiswa

: SUKRIYADI

NIM

: 9901075047-72

Ruang

: 22

Masalah Kesehatan : Diabetes Millitus + Stroke

Definisi

: Diabetes Millitus adalah penyakit kronis metabolisme abnormal yang


memerlukan pengobatan seumur hidup dengan diit, latihan dan obatobatan.

Area Keperawatan : Masalah sistem endoktrin + sistem neurologi

RENCANA KEPERAWATAN :
No DIAGNOSA
1. Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan ketidak
cukupan
insulin,
penurunan
masukan oral,
status
hipermetabolis
me.

TUJUAN
Mencerna jumlah
kalori/ nutrien yang
tepat dengan
kriteria : berat
badan stabil/
penambahan kearah
rentang biasanya,
nilai lab.normal.

1.
2.

3.

4.

5.

6.

RENCANA INTERVENSI
Timabng BB setiap hari.
Tentukan program diet dan pola makan
pasien dan bandingkan dengan pola
makanan yang dapat dihabiskan.
Auskultasi bising usus, catat adanya
nyeri abdomen/ perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum sempat
dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
Berikan makanan cair yang mengandung
zat makanan (nutrien) dan elektrolit
dengan segera jika pasien sudah dapat
mentoleransinya melalui pemberian
cairan melalui oral.
Identifikasi makanan yang disukai/
dikehendaki termasuk kebutuhan etnik/
cultural.
Libatkan keluarga pasien pada
perencanaan makan sesuai indikasi.

Observasi tanda-tanda hipoglikemia,


seperti perubahan tingkat kesadaran,
kulit lembab/ dingin, denyut nadi cepat,
lapar, peka rangsang, cemas, sakit
kepala, pusing sempoyongan.
Kolaborasi pemeriksaan gula darah.
8.
Pantau pemeriksaaan laboratorium,
9.
seperti glukosa darah, aseton pH, dan
HCO3
10. Berikan pengobatan insulin secara teratur
dengan metode IV secara intermiten atau
secara kontinyu. Seperti bolus IV diikuti
dengan tetesan kontinyu melalui alat
pompa kira-kira 5-10 IU/jam sampai
glukosa darah mencapai 250 mg/dl.
11. Berika larutan glukosa, misalnya
dekstrosa dan setengah salin normal.
12. Lakukan konsultasi dengan ahli diet.
13. Berikan diet kira-kira 60% karbohidrat,
20% protein dan 20% lemak dalam
penataan makan/ pemberian makanan
tambahan.
1. Observasi tanda-tanda infeksi dan
peradangan, seperti demam, kemerahan,
adanya pus pada luka, sputum purulen,
urine warna keuh atau keriput.
2. Tingkatkan upaya pencegahan dengan
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya. Sendiri.
3. Pasang kateter/ lakukan pearawatan
parienal dengan baik. Ajarkan pasien
wanita untuk membersihkan daerah
perinealnya dari depan kearah belakang
setelah BAK.
7.

2.

Risiko tinggi terhadap


infeksi (sepsis)
berhubungan dengan
kadar glukosa tinggi.
Penurunan fungsi
leukosit, perubahan
pada sirkulasi, infeksi
pernafasan yang ada
sebelumnya, atau ISK.

Tidak terjadinya
infeksi/sepsis
dengan kriteria :
mendemonstrasikan
teknik, perubahan
gaya hidup untuk
mencegah
terjadinya infeksi.

4. Pertahankan teknik aseptic pada prosedur


invasive (seperti pemasangan infus, dan
kateter folley) pemberian obat intravena dan
membe-rikan perawatan pemeliha-raan.
Lakukan pengobatan melalui IV sesuai
indikasi.
5. Berikan perawatan kulit dengan teratur dan
sungguh-sungguh, masase daerah tulang
yang tertekan, jaga kulit kering, linen kering
dan tetap kencing (tidak berkerut).
6. Posisikan pasien pada posisi semi fowler
7. Auskultasi bunyi nafas
8. Lakukan perubahan posisi dan anjurkan
pasien untuk batuk efektif/nafas dalam jika
pasien sadar dan koope-ratif. Lakukan
pengisapan lendir pada jalan nafas
menggunakan teknik steril sesuai keperluan
9. Berikan tisu dan tempat sputum pada tempat
yang mudah dijangkau untuk penampungan
sputum atau secret yang lainnya.
10. Bantu pasien untuk melakukan hygiene oral.
11. Anjurkan untuk makan dan minum adequate
(pemasukan makanan dan cairan yang

adequat) (kira-kira 3.000 ml/hari jika tidak


ada kontraindikasi).
Kolaborasi:
12. Lakukan pemeriksaan kultur dan sensitivitas
sesuai dengan indikasi.
13. Berikan obat antibiotik yang sesuai.

3.

Risiko tinggi
terhadap
perubahan
perfusi jaringan
: yang
berhubungan
dengan
gangguan aliran
darah serebral,
hemoragi
serebral,
peningkatan
TIK.

Pasien akan
mempertahankan
tekanan perfusi
serebral sedikitnya
60 mmHg dan TIK
kurang dari 20
mmHg.

1.

2.

3.

4.
5.
6.

7.
8.
9.
4.

Risiko terhadap
cidera : yang
berhubungan
dengan aktivias
kejang,
perubahan
proses pikir,
imobilitas,
kerusakan
mekanisme
perlindungan
diri, kelemahan
motorik,
impuls,
penurunan
tingkat
kesadaran, atau
disfagia/
aspirasi.

Tingkat kesadaran
akan dipertahankan
atau ditingkatkan
dan pasien akan
bebas dari cedera
fisik.

Tingkatkan aliran vena dari kepala


dengan mempertahankan bagian kepala
tempat tidur tetap tinggi tanpa fleksi
leher atau rotasi kepala yang berlebihan.
Hindari atau minimalkan frekuensi
dan durasi asuhan keperawatan yang
dapat
meningkatkan
tekanan
intraabdominal atau intratoraks.
Periksa plester endotrakeal atau
traestomi untuk menjamin ikatan tidak
terlalu kuat sehingga membahayakan
aliran darah serebral.
Pertahankan normotermi.
Hindari penggunaan restrain jika
pasien memberikan perlawanan dalam
penggunaan restrain.
Laporkan kenaikan TD sistolik,
perlemahan tekanan nadi, bradikardia,
sakit kepala, muntah, dan papiledema,
semua yang mungkin menjadi tanda
herniasi.
Cegah konstipasi. Catat semua BAB.
Catat status neurology menggunakan
GCS dan bandingkan nilai dasar.
Laporkan perubahan-perubahan pada
tingkat kesadaran.

1. Terapkan tindak kewaspadaan: tirali


tempat tidur terpasang dan diberi
bantalan, tempat tidur dalam posisi
rendah, sediakan bilah lidah atau jalan
napas, oksigen dan suksion di sampaing
tempat tidur.
2. Amati dan catat kejang dengan akurat.
3. Bantu pasien yang tidak tegap atau
ataksia untuk melakukan ambulasi.
4. Ajarkan tindakan perlindungan diri.
5. Tetapkan refleks-refleks menelan, batuk,
dan gag sebelum memberikan makanan
cairan.
6. Ajarkan keluarga untuk mengkaji
lingkungan rumah terhadap bahaya.
7. Ajarkan keluarga apa yang harus
dilakukan bila pasien kejang setelah
pulang dari rumah sakit.

1.

Pendahuluan

Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi epidemiologis, suatu
onsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut hendak
mencoba menghubungkan hal-hal tersebut dengan morbiditas dan mortalitas pada
beberapa golongan penduduk dan menghubungkannya dengan faktor sosio ekonomi
serta demografi masyarakat masing-masing.
Pada periode I yaitu era pestilence dan kelaparan dengan berkembangnya
penyakit menular. Periode II kelaparan berkurang dengan adanya perbaikan gizi,
hygiene serta sanitasi, penyakit menular berkurang dan mortalitas menurun. Periode III
yaitu era penyekit degeneratif dan pencemaran.
Kejangkitan penyakit diabetese mellitus pada negara berkembang kurang
mendapat perhatian hingga diadakan Kongres internasional Diabetes Federation (IDF)
ke IX tahun 1973 di Brussel.
Bila kita melihat angka kejangkitan disbetes saat ini ternyata peradaban barat
sangat mempengaruhi peningkatan kejangkitan diabetes mellitus.Juga meningkatnya
prevalensi DM saat ini akibat peningkatan kemakmuran seiring dengan peningkatan
inkam per kapita dan perubahan gaya hidup terutama dikota-kota besar, menyebabkan
peningkatan prevalensi penyakit degenaratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK),
hipertensi, DM dll.

Diabetes Melitus dibagi 2 macam yaitu :


1. Dibetes Melitus tergantung insulin (DMTI).
2. Dibetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI).
Kasus yang kami ambil adalah klien dengan DM + pasca stroke. Pasien ini telah
berulang dirawat di RS dengan penyakit yang sama oleh sebab itu kami tertarik untuk
mambahas kasus ini.
2.

Tujuan :

1. Mampu menjelaskan perjalanan masalah-masalah penyakit diabetes mellitus dan


penyakit stroke serta hubungan keduanya.
2. Mampu mengkaji status kesehatan klien.
3. Mampu menganalisa data dan menyimpulkan.
4. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada kasus DM + Stroke.
5. Mampu membuat rencana keperawatan.
6. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan yang telah ditetapkan.
7. Mampu mengevaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan dan menyusun
kembali rencana keperawatan yang belum tercapai.

EVALUASI SUMATIF
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada klien Ny. Jb selama 3 hari mulai
tanggal 23 Juli 2001 s.d. 25Juli 2001 disimpulkan sebagai berikut :
A.

Dari proses pengkajian yang dilanjutkan dengan analisa data distemukan 4


masalah/ diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak


cukupan insulin, penurunan masukan oral status hipermetabolisme.

2.

Risiko tinggi terhadap infeksi (sepsis) berhubungan dengan kadar glukosa


tinggi, penurunan fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi.

3.

Risiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan : yaitu berhubungan


dengan gangguan aliran darah serebral, hemoragi serebral, peningkatan TIK.

4.

Risiko terhadap cidera : yang berhubungan dengan aktivitas kejang,


perubahan proses pikir, imobilitas kerusakan mekanisme perlindungan diri,
kelemahan motorik.

B.

Pada hari ke 3 perawatan tanggal 25 Juli 2001 disimpulkan :


1. Diagnosa no. 1 dapat teratasi dengan kolaborasi pemberian insulin dan diet khusus
DM, yaitu pemeriksaan glukosa darah terakhir : 115 mg/dl. Gejala-gejala lemas
berkeringat dingin tidak ditemukan lagi.
2. Diagnosa no. 2 masih dapat diatasi yaitu tidak terjadinya infeksi pada seluruh
bagian tubuh klien, tanda vital dalam batas normal.
3. Diagnosa 3,4 juga dapat diatasi dengan bukti bahwa tidak terdapat perubahan
perfusi jaringan dan tidak terjadi cedera baik itu karena terjatuh atau cidera lainnya.
Demikian evaluasi sumatif ini disimpulkan dengan harapan semoga klien dengan

diabetes mellitus yang dirawat diruang 22 ini dapat teratasi masalahnya dalam waktu yang
tidak lama.

KESIMPULAN DAN SARAN


A.

KESIMPULAN.
1. DM + pasca stroke yang terjadi pada klien Ny.Jb adalah karena klien tidak
konsisten dalam kontrol glukosa darah dan tidak adanya pernecanaan diet yang
ketat.
2. Klien datang memeriksakan dirinya setelah ada gejala-gejala lemas, ngantuk,
pusing, dan mual muntah serta kelemahan pada ekstremitas. Dalam pemeriksaan
glukosa darah didapatkan 337 mg/dl.

B.

SARAN.
1. Diperlukan kesabaran dan ketelitian dalam melakukan perwatan terhadap penderita
DM apalagi klien lanjut usia.
2. Diperlukan pemantauan yang ketat terhadap diet yang telah direncanakan terutama
dengan keinginan klien untuk makanan tambahan diluar dari program diet.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Ny. Jb


DENGAN DIABETES MELITUS + PASCA STROKE
DI RUANG 22 RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
TANGGAL 23 s.d. 25 JULI 2001
Tugas Program Pendidikan Profesi Keperawatan pada
Departemen Medical Surgical

Oleh :
SUKRIYADI
NIM : 9901075047-72

PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG JULI 2001

Anda mungkin juga menyukai