AMPUTASI
1. Pengertian
Amputasi adalah tindakan pembedahan dengan membuang bagian tubuh
(Brunner, 2000).
2. Etiologi
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena:
a.
b.
4. Tingkatan Amputasi
a.
Ekstremitas atas
Amputasi pada ekstremitas atas dapat mengenai tangan kanan atau kiri, hal ini
berkaitan dengan aktivitas sehari-hari yang melibatkan tangan.
b.
Ekstremitas bawah
Amputasi pada ekstremitas bawah dapat mengenai semua atau sebagian dari jari-jari kaki
yang menimbulkan seminimal mungkin ketidakmampuannya. Adapun amputasi yang
sering terjadi pada ekstremitas ini dibagi menjadi dua letak amputasi yaitu:
1)
2)
5. Komplikasi Amputasi
Tindakan amputasi dapat menimbulkan komplikasi yang tidak diharapkan.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi adalah:
a.
Rigid dressing
Yaitu dengan menggunakan plaster of paris yang dipasang waktu di kamar
operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan apakah penderita harus
mobilisasi atau tidak. Bila tidak diperlukan pemasangan segera dengan
memperhatikan jangan sampai menyebabkan kontriksi stump dan memasang
balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang menonjol. Keuntungan
cara ini bisa mencegah edema, mengurangi nyeri dan mempercepat posisi berdiri.
b.
Soft dressing.
Yaitu bila ujung stump dirawat secara konvensional, maka digunakan
pembalut steril yang rapi dan semua tulang yang menonjol dipasang balutan yang
cukup. Harus diperhatikan penggunaan elastik verband jaringan sampai
menyebabkan kontriksi pada stump. Ujung stump dielevasi dengan meninggikan
kaki tempat tidur, melakukan elevasi dengan mengganjal bantal pada stump tidak
baik sebab akan menyebabkan fleksi kontraktur.
7. Dampak Terhadap Sistem Tubuh dan Psikososial
a.
Dampak Terhadap Sistem Tubuh
Penyakit yang berhubungan dengan muskuloskeletal dalam perawatan dan
proses penyembuhannya harus dalam keadaan immobilisasi. Demikian juga
dengan amputasi atas indikasi infeksi memerlukan perawatan yang lama, sehingga
seseorang terganggu kemampuan fisiknya dalam rangka melaksanakan aktivitas
sehari-hari berhubungan dengan hilangnya salah satu anggota tubuh untuk
bergerak. Pada kondisi ini akan sangat berpengaruh terhadap setiap sistem tubuh.
Adapun pengaruhnya meliputi:
1)
Kecepatan metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan
penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan kotekolamin dalam darah,
sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal.
2)
3)
a)
b)
c)
d)
4)
a)
b)
c)
5)
a)
b)
c)
6)
a)
b)
7)
Sistem muskuloskeletal
Penurunan kekuatan otot
Atropi otot
Kontraktur otot
Osteoporosis
Sistem respirasi
Penurunan kapasitas paru
Penurunan perfusi setempat
Mekanisme batuk tidak efektif
Sistem kardiovaskuler
Peningkatan denyut nadi
Penurunan cardiac reserve
Orthostatik hipotensi
Sistem pencernaan
Anoreksia
Konstipasi
Sistem perkemihan
Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis, ureter dan kandung kencing
berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya
gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan:
a)
Keadaan umum
Klien dengan amputasi perlu dilihat keadaan umumnya yang meliputi
penampilan, postur tubuh, kesadran dan gaya bicara, biasanya klien
mengalami kelemahan, kebersihan diri kurang, bentuk tubuh kurus akibat
penurunan berat badan, dan kesadaran.
b)
Sistem muskuloskeletal
Pengkajian meliputi derajat ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala
sampai anggota gerak bawah, ketidaknyamanan atau nyeri yang
dikeluhkan klien saat bergerak, toleransi, klien saat bergerak dan observasi
adanya luka pada otot akibat amputasi terbuka. Selain ROM, tonus dan
kekuatan otot harus dikaji.
c)
Sistem pernafasan
Mengkaji ada atau tidaknya sekret pada lubang hidung, kesimetrisan
gerakan dada saat bernafas, auskultasi bunyi nafas apakah bersih atau ada
ronchi dan frekuensi nafas.
d)
Sistem kardiovaskuler
Mengkaji mulai dari warna conjungtiva, warna bibir, ada tidaknya
peninggian vena jugularis, bunyi jantung pada daerah dada dan
pengukuran tekanan darah, dengan palpasi dapat dihitung frekuensi denyut
nadi. Tekanan darah dan denyut nadi diukur untuk mengethui ada atau
e)
Sistem pencernaan
Perlu dikaji meliputi keadaan mulut, gigi, bibir, lidah, nafsu makan,
peristaltik usus dan BAB.
f)
Sistem persarafan
Mengkaji fungsi serebral, fungsi saraf kranial, fungsi sensorik dan motorik
serta fungsi refleks. Sistem persarafan pada klien yang diamputasi pada
anggota gerak dan immobilisasi biasanya masih normal, kecuali ada
penyakit-penyakit lain atau ada benturan kepala yang menyertainya.
g)
Sistem integument
Perlu dikaji keadaan kulit, rambut dan kuku. Pemeriksaan kulit meliputi
tekstur, kelembaban, turgor, warna dan fungsi perabaan. Klien
immobilisasi perlu dikaji secara seksama keadaan kulitnya terutama pada
daerah yang menonjol dan penekanan karena resiko terjadinya dekubitus
lebih besar jika posisi klien tidak berubah. Rambut dikaji mengenai
distribusi, kebersihan dan ada tidaknya kerontokan. Untuk kuku dikaji
bentuk, warna dan kebersihannya.
b.
Diagnosa Keperawatan
Untuk klien dengan amputasi diagnosa keperawatannya adalah:
Klien dapat menggerakan anggota tubuhnya yang lain (yang masih ada)
2)
Intervensi
Intervensi
a.
Kaji ketidakmampuan
bergerak
klien
yang
diakibatkan oleh prosedur
pengobatan
dan
catat
persepsi klien terhadap
ambulasi.
b.
c.
Tingkatkan
Rasional
a.
Dengan
mengetahui
derajat
ketidakmampuan
bergerak klien dan persepsi
klien terhadap immobilisasi
akan dapat menentukan
aktivitas mana saja yang
perlu dilakukan.
b.
Pergerakan
dapat
meningkatkan aliran darah
ke otot dan tulang untuk
memperbaiki tonus otot,
memelihara
pergerakan
sendi
dan
mencegah
kontraktur, atropi.
c.
Untuk
menambah
pengetahuan klien sehingga
klien termotivasi untuk
mandiri dalam ambulasi.
Intervensi
pengetahuan klien tenang
prosthetic.
b.
d.
Tingkatkan ambulasi
klien seperti mengajarkan
menggunakan
crutcher,
tongkat dan kursi roda.
e.
f.
Rasional
d.
Dengan
ambulasi
demikian
klien
dapat
mengenal
dan
menggunakan alat-alat yang
perlu digunakan oleh klien,
dan juga untuk memenuhi
aktivitas klien.
e.
Pergantian posisi tiap
3-4 jam dapat mencegah
terjadinya kontraktur.
f.
Membantu klien untuk
meningkatkan kemampuan
dalam duduk dan turun dari
tempat tidur.
Klien dapat berperan serta aktif selama rehabilitasi dan self care.
2) Intervensi
Intervensi
a.
b.
Rasional
a.
Ekspresi pengalaman
kehilangan
dapat
mengetahui persepsi dan
koping
klien
saat
kehilangan.
b.
Untuk
mengetahui
pada tahap apa persepsi
klien sekarang.
c.
Klien
akan
Intervensi
Rasional
menjelaskan
perasaannya
berkaitan dngan perubahan
gambaran diri atau harga
diri.
d.
Ikut sertakan keluarga
dalam memberikan support
pada klien.
mengungkapkan
perasaannya sehingga dapat
dilihat
ada
tidaknya
prubahan gambaran diri dan
harga diri.
d.
Support
sistem
keluarga akan memberikan
dorongan
pada
klien
sehingga
membantu
peningkatan harga diri
klien.
e.
Tujauan yang realistik
dapat
memberikan
kepercayaan diri klien
sehingga
memberikan
kekuatan untuk mencapai
tujuan tersebut.
e.
c.
a.
Tinggikan
stump
2)
b.
posisi
a.
Intervensi
Rasional
d.
d.
Kolaboasi
analgetik.
pemberian
2) Intervensi
Intervensi
a.
Rasional
a.
Dengan menyediakan
air dan mendekatkan alatalat mandi maka akan
mendorong
kemandirian
klien dalam hal perawatan
dan melakukan aktivitas.
b.
Dengan
membantu
klien
dalam
mencuci
rambut dan memotng kuku
maka kebersihan rambut
Intervensi
Rasional
dan kuku terpenuhi.
Dengan merapihkan
rambut dan mengganti
pakaian setiap hari maka
mening-katkan harga diri
klien.
d.
Dengan membersihkan
dan merapihkan lingkungan
akan membuat nyaman
klien.
c.
c.
2) Intervensi:
Intervensi
Rasional
a.
Observasi
keadaan luka.
b.
Gunakan
teknik aseptik dan antiseptik
dalam melakukan setiap
tindakan perawatan.
c.
Ganti
balutan
a.
Untuk
memonitor bila ada tandatanda infeksi sehingga akan
cepat ditanggulangi.
b.
Teknik aseptik
dan
antiseptik
untuk
mencegah
pertumbuhan
atau membunuh kuman
sehingga
infeksi
tidak
terjadi.
c.
Mengganti
balutan untuk menjaga agar
luka tetap bersih dan
dengan
menggunakan
peralatan yang steril agar
Intervensi
dua kali sehari dengan alat
yang steril.
d.
Monitor LED
e.
Monitor tanda-
Rasional
luka tidak terkontaminasi
oleh kuman dari luar.
d.
Monitor LED
untuk mengetahui adanya
leukositosis
yang
merupakan
tanda-tanda
infeksi.
e.
Peningkatan
suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi dan penurunan
tekanan darah merupakan
salah satu tanda-tanda
terjadinya infeksi.
tanda vital
3. Implementasi Keperawatan
Kegiatan pada tahapan ini meliputi pelaksanaan perencanaan keperawatan.
Perawat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya berdasarkan ilmu
keperawatan dan ilmu lain yang terkait secara terintegrasi.
4. Evaluasi Keperawatan
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut, pengumpulan data obyektif
dan data subyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah dicapai
atau belum, masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai kembali.
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia. A. (1995). Patofisiologi: Konsef Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.