Anda di halaman 1dari 32

Sistem Integumen

Luka Bakar
Anggota Kelompok :
Agatha Dayu Nurmalita
Marcella Yunita Indriyani
Rosa Istri Winanti
Wijayanti
Yohanes Septian Indra

Pengertian

Merupakan
jenis
luka,
kerusakan jaringan atau
kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas
ataupun suhu dingin yang
tinggi,
sumber
listrik,
bahan kimiawi, cahaya,
radiasi dan friksi.

Anatomi fisiologi
Fungsi kulit adalah sebagai pelindung tubuh dari berbagai
trauma maupun sebagai penahan terhadap virus, bakteri dan
jamur.
Kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu: epidermis, dermis dan
subkutan.
Epidermis merupakan lapisan yang terluar dengan ketebalan
sekitar 0,1 mm pada kelopak mata dan 1 mm pada telapak
tangan dan kaki. Lapisan eksternal dari sel-sel epitel
bertingkat ini terutama atas keratinosit. Lapisan eksternal ini
hampir pasti digantikan setiap 3-4 minggu.
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung
saraf, kelenjar keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar
keringat menghasilkan keringat. Banyaknya keringat yang
dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung
pada kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat
mengandung air, garam, dan urea.

Lanjutan
Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah
sebgai organ penerima rangsangan,
pelindung
terhadap
kerusakan
fisik,
penyinaran, dan bibit penyakit, serta
untuk pengaturan suhu tubuh.
Subkutan adalah lapisan kulit yang
terdalam. Lapisan ini terutama adalah
jaringan adipose, yang memberikan
bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang.

Etiologi
Luka Bakar Termal
Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar
atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek
panas lainnya.
Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya
jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Konsentrasi zat
kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang
terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang
digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh.
Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif.

Klasifikasi
1. Kedalaman Luka Bakar
. Ketebalan partial superfisial (tingkat
I)
. Lebih dalam dari ketebalan partial
(tingkat II)
- Superfisial
- Dalam
. Ketebalan sepenuhnya (tingkat III)

Lanjutan

2. Keparahan Luka Bakar


Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus
dipertimbangkan beberapa faktor antara lain :
Persentasi area (luasnya) luka bakar pada
permukaan tubuh.
Kedalaman luka bakar.
Anatomi lokasi luka bakar.
Umur klien.
Riwayat pengobatan yang lalu.
Trauma yang menyertai atau bersamaan.

Lanjutan
3. Lokasi Luka Bakar
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh
lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala,
leher dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi
pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali
menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang
mengenai
lengan
dan
persendian
seringkali
membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat
menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu
bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja
secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah
perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces.
Sedangkan luka bakar yang mengenai daerah torak
dapat menyebabkan tidak adekwatnya ekspansi
dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.

Lanjutan
4. Agen Penyebab Luka Bakar
Luka
bakar
di
klasifikasikan
berdasarkan
agen
yang
menyebabkan terjadinya termasuk
adalah termal, listrik, kimia, radiasi.

Lanjutan

5. Ukuran Luka Bakar


Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau
kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of
nine atua rule of wallace yaitu:
Kepala dan leher : 9%
Lengan masing-masing 9% : 18%
Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
Tungkai maisng-masing 18% : 36%
Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%

Lanjutan
5. Usia Korban Luka Bakar
Usia klien mempengaruhi berat
ringannya luka bakar. Angka
kematiannya (Mortality rate) cukup
tinggi pada anak yang berusia
kurang dari 4 tahun, terutama pada
kelompok usia 0-1 tahun dan klien
yang berusia di atas 65 th.

Insiden

Di Amerika kurang lebih 2 juta


penduduknya
memerlukan
pertolongan
medik
setiap
tahunnya untuk injuri yang
disebabkan karena luka bakar.
70.000 diantaranya dirawat di
rumah sakit dengan injuri yang
berat.

Patofisiologi

Tanda dan gejala

Tanda dan gejala luka bakar berdasarkan derajat


luka bakar:
Luka bakar derajat 1 (superficial
thickness burn)
Tanda dan gejalanya hanya berupa kemerahan
(eritema), pembengkakan dan disertai rasa
nyeri pada lokasi luka. Tidak dijumpai adanya
lepuhan (blister). Kebanyakan luka bakar
akibat radiasi sinar ultra violet (sunburn)
termasuk dalam luka bakar derajat 1.

Lanjutan
Luka bakar derajat 2 (partial
thickness burn)
Tanda dan gejalanya berupa kemerahan
(eritema), tampak ada lepuhan (blister),
tetapi kadang-kadang tidak disertai rasa
nyeri jika ujung saraf sudah rusak.

Lanjutan
Luka bakar derajat 3 (full thickness burn)
Tanda dan gejalanya berupa luka bakar yang
tampak pucat atau justru tampak hangus, dan
kadang-kadang disertai jaringan nekrotik yang
keras berwarna hitam, tetapi tanpa disertai
rasa nyeri karena ujung saraf sudah rusak.
Tidak tampak ada lepuhan (blister). Pada luka
bakar derajat 3, kapiler darah, folikel rambut
dan kelenjar keringat juga sudah rusak.
Biasanya luka bakar derajat 3 dikelilingi oleh
luka bakar derajat 1 dan 2. Luka bakar yang
sangat berat dapat mengenai otot dan tulang.

Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan yang dapat dilakukan :


Hemoglobin, hematokrit, elektrolit,
gula darah, golongan darah, kadar
COHb dan kadar sianida (pada luka
bakar akiibat kebakaran di ruangan).

Penatalaksanaan
Penanganan Awal Di Tempat Kejadian

Jauhkan korban dari sumber panas, jika penyebabnya api jangan


biarkan korban berlari, anjurkan korban untuk berguling-guling atau
bungkus tubuh korban dengan kain basah dan pindahkan segera
korban ke ruangan yang cukup berventilasi
Buka pakaian dan perhiasan logam yang di kenakan korban
Kaji kelancaran jalan nafas, beri bantuan pernafasan jika di perlukan
Beri pendingin gengan merendam korban di air bersih yang bersuhu
20 C (jangan terlalu rendah karena bisa menyebabkan hipotermia),
selama 15-20menit segera setelah terjadinya luka bakar.
Jika luka bakar di sebabkan zat kimia siram korban dengan air
sebanyak banyaknya untuk menghilangkan zat kimia tersebut
Kaji kesadaran, keadaan umum, luas dan kedalaman luka bakar serta
adanya cedera lain
Segera bawa korban ke rumah sakit untuk penanganan yang lebih
lanjut
Penanganan pertama luka bakar di UGD

Lanjutan

Tindakan yang harus dilakukan terhadap


pasien pada 24 jam pertama yaitu:
Penilaian keadaan umum pasien, perhatikan
ABC pasien . A= airway. B = breathing. C =
circulation
Penilaian luas dan kedalaman luka bakar
Kaji adanya kesulitan menelan dan bicara
(kemungkinan pasien mengalami trauma
inhalasi)
Kaji adanya edema saluran pernafasan
(mungkin pasien perlu dilakukan intubasi atau
trakeostomi)

Lanjutan
Obat obatan:

Antibiotika : tidak diberikan bila


pasien datang
Bila perlu berikan antibiotika sesuai
dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
Analgetik : kuat (morfin, petidine)
Antasida : kalau perlu

Komplikasi

gagal respirasi yang akut


syok sirkulasi
gagal ginjal akut
sindrom kompartemen
ileus paralitik
ulkus curling

Prognosa
Luka bakar dalam menyebabkan cedera pada dermis.
Lapisan epidermis yang baru tumbuh secara lambat dari
tepian daerah yang terluka dan dari sisa-sisa epidermis di
dalam daerah yang terluka. Akibatnya, pemulihan
berlangsung sangat lambat dan bisa terbentuk jaringan
parut. Daerah yang terbakar juga cenderung mengalami
pengkerutan, sehingga menyebabkan perubahan pada kulit
dan mengganggu fungsinya.
Luka bakar ringan pada kerongkongan, lambung dan paruparu biasanya akan pulih tanpa menimbulkan masalah. Luka
yang lebih berat bisa menyebabkan pembentukan jaringan
parut dan penyempitan. Jaringan parut bisa menghalangi
jalannya makanan di dalam kerongkongan dan menghalangi
pemindahan oksigen yang normal dari udara ke darah di
paru-paru.

Pengkajian

Aktifitas/istirahat
Sirkulasi
Integritas ego
Eliminasi
Makanan/cairan
Neurosensori
Nyeri/kenyamanan
Pernafasan
Keamanan

Lanjutan

Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi
ketidakseimbangan cairan dan biokimia.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis
Bronkoskopi
Koagulasi
Kadar karbon monoksida

Diagnosa Keperawatan

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif


berhubungan dengan obtruksi trakeabronkial;edema
mukosa dan hilangnya kerja silia.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan
dengan Kehilangan cairan melalui rute abnormal.
Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan
primer tidak adekuat; kerusakan perlinduingan kulit;
jaringan traumatik.
Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan;
pembentukan edema.

Rencana dan Intervensi Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil :


Bersihan jalan nafas tetap efektif.
Kriteria Hasil : Bunyi nafas vesikuler,
RR dalam batas normal, bebas
dispnoe/cyanosis.

Lanjutan
Intervensi :
Awasi frekuensi, irama, kedalaman pernafasan ;
perhatikan adanya pucat/sianosis dan sputum
mengandung karbon atau merah muda.
Rasional : Takipnea, penggunaan otot bantu,
sianosis dan perubahan sputum menunjukkan
terjadi distress pernafasan/edema paru dan
kebutuhan intervensi medik.
Tinggikan
kepala
tempat
tidur.
Hindari
penggunaan bantal di bawah kepala, sesuai
indikasi.
Rasional
:
Meningkatkan
ekspansi
paru
optimal/fungsi
pernafasan.
Bilakepala/leher
terbakar, bantal dapat menghambat pernafasan,
menyebabkan nekrosis pada kartilago telinga

Lanjutan
Lakukan program kolaborasi meliputi : Berikan
pelembab O2 melalui cara yang tepat, contoh
masker wajah.
Rasional : O2 memperbaiki hipoksemia/asidosis.
Pelembaban menurunkan pengeringan saluran
pernafasan dan menurunkan viskositas sputum.
Siapkan/bantu intubasi atau trakeostomi sesuai
indikasi.
Rasional
:
Intubasi/dukungan
mekanikal
dibutuhkan bila jalan nafas edema atau luka
bakar mempengaruhi fungsi paru/oksigenasi.

Evaluasi Keperawatan

Kebersihan jalan nafas pasien tetap


efektif. Kriteria Hasil : Bunyi nafas
vesikuler, RR dalam batas normal,
bebas dispnoe/cyanosis.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai