PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah
kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang
mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari
luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat
terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%.
Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup
50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan
luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan
penanganan secara dini untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh
dalam perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka
bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke
jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka
bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang
panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka
bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka bakar
karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran
yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan
fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada
tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit,
patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka
bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya
dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang
menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan,
seperti luka atau kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya.
Klien luka bakar harus dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik
untuk menangani segera dan masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar
tertentu.
1.2 Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
morbili dengan baik dan tepat.
A. Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui pengertian dari luka bakar
Agar mahasiswa mengetahui macam-macam luka bakar berdasarkan etiologinya
Agarmahasiswa mengetahui penatalaksanaan dan ASKEP pada pasien Luka Bakar
B. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada makalah ini adalah
:
1. Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan menganalisa askep
pada pasien dengan Luka Bakar yang telahdidapat dari materi.
2. Sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun
berdiskusi dalam perkuliahan.
3. Dapat digunakan sebagai acuan dan referens idalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi Fisiologi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat
tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus
dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak
tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan
kulit. Dari jalan pernafasan + 7 metabolisme dikeluarkan dengan cara evaporasi 20 25%.kcal/jam
b. Radiasi
Bila suhu disekitar lebih panas dari badan permukaan tubuh akan menerima panas,
bila disekitar dingin akan melepaskan panas. Proses ini terjadi dalam bentuk
gelombang elektromagnetik dengan kecepatan seperti radiasi.cahaya
c. Konduksi
Perpindahan panas dari atom ke atom/ molekul ke molekul dengan jalan pemindahan
berturut turut dari energi kinetic. Pertukaran panas dari jalan ini dari tubuh terjadi
sedikit sekali (kecuali menyiram dengan air)
d. Konveksi
Perpindahan panas dengan perantaraan gerakan molekul, gas atau cairan. Misalnya
pada waktu dingin udara yang diikat/dilekat pada tubuh akan menjadi kurang padat,
naik dandipanaskan (dengan melalui konduksi dan radiasi) diganti udara yang lebih
dingin. Biasanya ini kurang berperan dalam pertukaran panas.
Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan panas
1. Fisik
Penambahan aliran darah permukaan tubuh
Terjadi aliran darah maximum pada anggota badan
Perubahan (shift) dari venus return ke vena permukaan. Proses ini terutama efektif
pada keadaan temperature kurang/dibawah 340 C. penambahan konduktivitas panas
(thermal penambahan aliran darah konduktivity)
Vasodilasi yaitu pembuluh darah mengembang untuk berdekatan dengan kulit
(lingkungan luar) yang memungkinkan panas dibebaskan keluar.
Bulu kulit ditegaskkan untuk mengurangi udara yang terperangkap pada kulit supaya
panas mudah dibebaskan karena udara adalah konduktor panas yang baik. Bulu kulit
diatur oleh otot erektor.
Lebih banyak darah pada kulit (kulit kelihatan merah) - Memudahkan panas darah
terbebas keluar melalui proses penyinaran.
Berpeluh - Air keringat yang dirembes oleh kelenjar keringat mempunyai panas
pendam tentu yang tinggi dapat menyerap panas yang tinggi dan terbebas ke
lingkungan sekitar apabila air peluh menguap.
2. Keringat
Pada temperature diatas 340 C, pengaturan sirkulasi panas tidak cukup dengan
radiasi, dimana pada kondisi ini tubuh mekanisme panas yang dalam keadaan ini
dengan caradipakai mendapat panas dari radiasi. penguapan (evaporasi).
Gerakan kontraksi pada kelenjar keringat, berfungsi secara periodic memompa
tetesan cairan keringat dari lumen permukaan keringat merupakan mekanisme
pendingin yang paling efektif. Kulit
Pengaturan suhu tubuh dalam keadaan dingin
Ada dua mekanisme tubuh untuk keadaan dingin yaitu :
Secara fisik (prinsif-prinsif ilmu alam) Yaitu pengaturan atau reaksi yang terdiri dari
perubahan sirkulasi dan tegaknya bulu-bulu badan (piloerektion) > erector villi
Secara kimia yaitu terdiri dari penambahan panas metabolisme.
Pengaturan secara fisik Dilakukan dengan dua cara :
1. Vasokontriksi pembuluh darah (cutaneus vasokontriksi)
Pada reaksi dingin aliran darah pada jari-jari ini bias berkurang + 1% dari pada dalam
keadaan panas. Sehingga dengan mekanisme vasokontriksi maka panas yang keluar
dikurangi atau penambahan isolator yang sama dengan memakai 1 rangkap pakaian
lagi.
Kulit Kering
Kulit kering biasanya dimiliki oleh mereka yang memiliki bakat alergi. Dengan gejala
yang sering tampak adalah : kulit tampak kusam karena sering mengalami dehidrasi
kulit; jika digores akan tampak bekas putih yang menandakan kulit bersisik;
terkadang pada sebagian orang akan terlihat ada belang putih dan coklat; serta cepat
timbul garis-garis keriput.
Kulit Berminyak
Jenis kulit ini biasanya memiliki pori-pori kulit yang besar-besar seperti kulit jeruk.
Sehingga minyak kulit kita menjadi mudah keluar. Membuat kulit kelihatan lengket
dan riasan mudah luntur. Jika kulit tidak senantiasa bersih, maka akan menimbulkan
jerawat. Gejala yang dapat dikenali adalah : kulit terasa sangat lengket; tampak begitu
berminyak; adanya banyak komedo (bisa sampai menghitam); timbul jerawat
bernanah sebagai akibat jerawat sering dipencet; serta nampak noda kecoklatan di
dalam kulit akibat pigmen yang tertimbun di lapisan kulit jangat.
Kulit Kombinasi
Secara umum dapat dilihat bahwa jenis kulit ini tampaknya lembut dan tidak keriput.
Namun di daerah T, yaitu sekitar dahi-hidung-dagu akan terlihat sedikit berminyak.
Terkadang muncul jerawat atau komedo yang berupa bintil putih di dagu dan bintil
hitam di hidung.. Pori-pori juga agak besar.
Kulit Sensitif
Jenis kulit ini sangat peka terhadap rangsangan factor luar. Misalnya perubahan cuaca
bisa mengakibatkan kulitnya pecah-pecah, memerah dan perih. Kesalahan
penggunaan kosmetik akan memperparah kondisi kulit tersebut. Biasanya jenis kulit
ini memang telah memiliki riwayat alergi.
Kulit Normal
Merupakan dambaan setiap orang memiliki jenis kulit normal dan tidak bermasalah.
Keadaan kulit dengan jenis ini sangat ideal, tidak terlalu kering dan tidak terlalu
berminyak pula. Pori-porinya halus, tampak begitu lembut dan kenyal. Tanpa riasan
sekali pun, kulit ini sudah terlihat indah.
C. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi
telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba
karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit
berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur
kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.
D. Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah
RSUD Dr.Soetomo, 2001).
E. Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
F. Fase Luka Bakar
1 Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam fase
awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), brething
(mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi
saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera
inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal dengan
kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat kebutuhan
respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan
hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas sirkulasi.
2 Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional.
3 Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi, deformitas dan
kontraktur.
G. Klasifikasi Luka Bakar
1. Dalamnya luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
Ketebalan partial superfisial
(tingkat I)
Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari) Kering tidak ada gelembung.
Oedem minimal atau tidak ada.
Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
Bertambah merah. Nyeri
Lebih dalam dari ketebalan partial
(tingkat II)
Superfisial
Dalam Kontak dengan bahan air atau bahan padat.
Jilatan api kepada pakaian.
Jilatan langsung kimiawi.
Sinar ultra violet.
Kulit yang paling tebal adalah pada daerah belakang dan paha, dan yang paling tipis
sekitar tangan bagian medial, batang hidung dan wajah. Kulit umumnya lebih tipis
pada anak-anak dan orang tua dari pada dewasa pertengahan. Orang tua mempunyai
penurunan lapisan subkutan, kehilangan serat elastik dan pengurangan semua
kemampuan untuk merespon terhadap trauma.
2. Aktifitas Respon Kompensasi Terhadap Keradangan.
Beberapa luka jaringan yang diterima tubuh sebagai ancaman homeostasis yang
normal adalah respon pertahanan yang dirangsang sebagai sebagai kondisi dan
kerusakan, urutan respun aktual ini selalu sama. Besarnya respon tergantung pada
intensitas dan lamanya permulaam kerusakan. Satu hal yang penting untuk diingat
dahwa respon keradangan (inflamatory respon) merupakan mekanisme kompensasi
yang segera membantu tubuh bila invasi atau luka terjadi. Aksi-aksi ini merencanakan
pertahanan lokal dan dalam waktu yang relatif pendek. Bila aksi-aksi ini menyebar
cepat dan menetap, maka akan menyebabkan komplikasi fisiologis yang merugikan
yang juga mempengaruhi pertahanan homeostasis.
Respon terhadap keradangan pada luka terjadi secara primer pada tingkat vasculer.
Kerusakan jaringan dan makrofage dalam jaringan mengurangi kelenjar kimia tubuh
(histamin, bradikinin, serotonin dan vasoaktif-amin yang lain) yang menyebabkan
dilatasi pembuluh darah (vaso) dan meningkatkan permiabilitas kapiler. Bila
kerusakan jaringan bersifat luas, substansi ini disekresi dalam jumlah besar, diedarkan
secara sistemik dan menyebabkan perubahan vaskuler pada semua jaringan.
perubahan vaskuler ini bertanggungjawab terhadapmanifestasi klinik dini pembuluh
darah (kardiovasculer) dan komplikasi yang menyertai luka bakar. Substansi ini juga
mempengaruhi darah dan pembuluh darah, substansi kimiawi (chemotaksik) yang
disertai oleh jaringan makrofage yang mengikal leukosit khusus pada lokasi luka dan
merubah sumsum tulang dan kematangan leukosit. Perubahan ini segera menyeluruh
dan lebih jauh mempengaruhi fungsi kekebalan tubuh.
3. Aktifitas Respon Kompensasi Sistem Syaraf Simpatis.
Respon sistem syaraf simpatis dibangkitkan oleh pemisahan simpatis pada sistem
syaraf otonom pada hubungan sistem endokirn sebagai reaksi internal pada kondisi
yang mengancam kekacauan homeostasis internal. Reaksi ini kadang-kadang
berbentuk gejala adaptasi umum (general adaptif syndrom) atau reaksi bertempur dan
lari (fight or flight) karena mereka mempersiapkan tubuh untuk aktifitas yang
mengijinkan perubahan pada keadaan semula. Respon terhadap stress segera
menimbulkan perubahan fisiologi (adaptasi) yang merangsang atau menambah fungsi
untuk keperluan bertempur atau lari (fight or flight) atau menambah fungsi agar tidak
segera menyebabkan fight or flight.
Perubahan rangsangan fisiologis meliputi peningkatan rata-rata dan kedalaman
pernafasan, peningkatan rata-rata denyut jantung, vasokunstriksi selektif, peningkatan
aliran darah otak, hati, muskuloskeletal dan miokardium, peningkatan metabolisme
dan pembentukan substansi energi tinggi dan penurunan persediaan glikogen dan
lemak. Perubahan fisiologis yang terhambat meliputi penurunan aliran darah ke kulit,
ginjal dan saluran pencernaan (traktus intestinal) serta penurunan pergerakan sistem
pencernaan (Gastrointestinal) dan sekresi.
Respon ini berguna bagi tubuh untuk waktu yang pendek dan membantu
mempertahankan fungsi organ vital dalam kondisi yang merugikan atau memperburuk
keadaan. Bagaimanapun bila respon simpatis berlanjut untuk waktu yang lama tanpa
pengaruh dari luar, respon tubuh menjadi lebih tertekan dan menyebabkan kondisi
patologis menuju kehabisan sumber yang bersifat adaptasi.
.
Kadar sodium/natrium. Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+ melalui
eksudat dan tertahan dalam cairan oedem. Defisit sodium. Kehilangan Na+ melalui
diuresis (normal kembali setelah 1 minggu) Defisit sodium.
Kadar potassium. K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+
berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang. Hiperkalemi K+ bergerak kembali
ke dalam sel, K+ terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas
Hipoproteinemia. Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
Hipoproteinemia
Keseimbangan nitrogen. Katabolisme jaringan, kehilangan protein dalam jaringan,
lebih banyak kehilangan dari masukan Keseimbangan nitrogen negatif. Katabolisme
jaringan, kehilangan protein, immobilitas. Keseimbangan nitrogen negatif.
Keseimbnagan asam basa. Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang
peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi
produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum. Asidosis metabolik. Kehilangan
sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk
akhir metabolisme. Asidosis metabolik.
Respon stres. Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison. Aliran darah
renal berkurang. Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi
pribadi. Stres karena luka
Eritrosit Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil. Luka bakar termal. Tidak terjadi
pada hari-hari pertama. Hemokonsentrasi
Lambung. Curling ulcer (ulkus pada gaster), perdarahan lambung, nyeri. Rangsangan
central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.
Akut dilatasi dan paralise usus. Peningkatan jumlah cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein toxic yang dihasilkan oleh
kulit yang terbakar Disfungsi jantung. Peningkatan zat MDF (miokard depresant
factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
CO menurun.
1. Zona koagulasi :
Daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi Protein) akibat pengaruh
panas
2. Zona Stasis :
Daerah yang berada di luar Zona koagulasiterjdi, pada daerah ini terjadi kerusakan
enotel pembuluh darah , trombosit, lekosit, dan gangguan perfusijaringan, perubahan
permeabilitas kapiler
3. Zona Hiperemi :
Daerah di luar zona stasis dimana terjadi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi
Berdasarkan Kedalaman kerusakan jaringan
Derajat I (superficial skin burn)
Hanya reaksi inflamasi, kerusakan mengenai epidermis
Kulit kering, merah (erithema)
Nyeri karena ujung saraf sensorik teriritasi
Sembuh spontan 5 10 hari
Derajat II (partial skin burn)
Kerusakan meliputi dermis, sebagian dermis masih ada yang sehat
Bula (+) , bila bula pecah terlihat luka basah kemerahan
Nyeri (+) , Pin prick test (+)
Sembuh dalam 2-3 minggu.Tak perlu flapping
Derajat III (Full thickness skin burn)
Kerusakan seluruh tebal dermis, bisa sampai subcutis, tidak ada epitel kulit yang
sehat. Terjadi koagulasi protein dikenal sebagai ESCAR.
Bula (-), bila bula pecah lukanya kering warna abu-abu
Nyeri (-), karena ujung saraf sensorik rusak, Pin prick test(-)
Penyembuhan sulit perlu cangkok kulit (STSG)
Cairan resusitasi yang terbaik adalah bila diimbangi dengan kadar elektrolit. Pada
formula Evans Brooke, pemberian koloid (darah) bertujuan untuk : mengatasi
penurunan HB, disamping itu koloid akan menarik cairan yang mengalami pasasi
ekstravaskuler, alasan ini dianggap tidak tepat karena:
Syok yang terjadi adalah syok hipovoleia yang hanya memerlukan penggantian
cairan.
Penurunan kadar HB terjadi karena perlekan eritrosit , trombosit, lekosit dan
komponen sel pada dinding pembuluh darah kapiler darah yang mengalami
vasokonstriksi sehingga sefara klinis tampak sebagai kondisi anemia
Sementara terjadi gangguan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan kebocoran
plasma pemberian koloid tidak akan efektif dan akan menaikkan beban jantung, paru
dan ginjal.
Pemberian cairan isotonis yang diperkaya denagan elektrolit
Koloid / plasma diberikan (bila diperlukan) setelah sirkulasi mengalami pemulihan
(>24-36 jam)
Sampai sekarang diyakini RL merupakan cairan yang paling sering diberikan pada
resusitasi luka bakar. RL merupakan cairan isotonic terbaik yang mendekati
komposisi cairan ekstraseluler. Cairan yang diproduksi terkini adalah Ringer Asetat
(AR) yang mengandung bikarbonat disampngg laktat.
RL dan AR merupakan cairan fisiologi yang berbeda dalam hal sumber bikarbonat .
RL mengandung 27 mmol laktat perliter, sedang AR mengandung 27 mmol asetat
perliter. (Kveim cit Yefta, 2001) dilakukan penelitian dengan membandingkan
penggnaan AR dan RL sebagai larutan yang digunakan dalam resusitasi syok
hemoragik. Pada pemberian RL terjadi akumulasi ion ion laktat, sementara pada
pemberian AR dimana asetat segera dimetabolisme dengan cepat (meskipun dalam
keadaan syok) dengan AR ini akan diikuti dengan perbaikan asam basa. (Connahan cit
Yefta, 2001) membandingkan pemberian cairan resusitasi pada luka bakar derajat III ,
dengan menilai Fungsi miokard, kadar fosfat berenergi tiggi (ATP,CTP) dan survival
rate nya. Curah jantung pada pemberian RL jelas menunjukkan perbaikan tetapi masih
dibawah nilai pada kondisi normal, sedang pemberian Asering curah jantung
membaik, yang dapat dijelaskan akibat vasodilatasi dan perbaikan aliran koroner yang
diinduksi oleh asetat. Survaival rate pada pemberian RL 24 jam pertama 87-100 %
setelah 48 jam survival AR lebih tinggi. RL memberikan keuntungan sesaat , namun
tidak jangka panjang, hal ini diduga karena efek toksisk akibat pemberian laktat. AR
memiliki tosisitas rendah., konversinya menjadi karbonat terjadi dalam waktu cepat
dan menghasilkan ATP dan CTP yang merupakan bahan bakar jantung.
K. Penatalaksanaan Medis
1. Pemeriksaan diagnostik:
LED: mengkaji hemokonsentrasi.
Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama
penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena
peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya
pada cedera inhalasi asap.
BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot
pada luka bakar ketebalan penuh luas.
Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar
masif.
Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
2. Resusitasi A, B, C.
1. Pernafasan:
a. Udara panas mukosa rusak oedem obstruksi.
b. Efek toksik dari asap: HCN, NO2, HCL, Bensin iritasi Bronkhokontriksi
obstruksi gagal nafas.
2. Sirkulasi:
gangguan permeabilitas kapiler: cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler
hipovolemi relatif syok ATN gagal ginjal.
Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.
Resusitasi cairan Baxter.
Dewasa : Baxter.
RL 4 cc x BB x % LB/24 jam.
Anak: jumlah resusitasi + kebutuhan faal:
RL : Dextran = 17 : 3
2 cc x BB x % LB.
Kebutuhan faal:
< 1 tahun : BB x 100 cc
1 3 tahun : BB x 75 cc
3 5 tahun : BB x 50 cc
diberikan 8 jam pertama
diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua:
Dewasa : Dextran 500 2000 + D5% / albumin.
( 3-x) x 80 x BB gr/hr
100
(Albumin 25% = gram x 4 cc) 1 cc/mnt.
Anak : Diberi sesuai kebutuhan faal.
- Monitor urine dan CVP.
- Topikal dan tutup luka
Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik.
Tulle.
Silver sulfa diazin tebal.
Tutup kassa tebal.
Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor.
L. Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada area yang sakit;
gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi (syok); penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera; vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri);
disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis
(setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising
usus/tak ada; khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres
penurunan motilitas/peristaltik gastrik.
e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD)
pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan
sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h. Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan
sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan
nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema
laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret
jalan nafas dalam (ronkhi).
i. Keamanan:
Tanda:
o Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler
lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan dengan kehilangan
cairan/status syok.
o Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase
intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa
hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut
dan atau lingkar nasal.
o Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak halus; lepuh;
ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam dari
tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam
setelah cedera.
o Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka
bakar dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
o Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot tetanik
sehubungan dengan syok listrik).
M. Asuhan Keperawatan