Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Herpes zoster merupakan salah satu penyakit kulit akibat infeksi virus, yaitu
reaktivitas virus variscela zoster. Insidennya meningkat sering bertambahnya usia,
dimana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan kurang dari
10% dibawah 20 tahun. Meningkatnya insidensi pada usia lanjut ini berkaitan
dengan menurunya respon imun dimediasi sel yang dapat pula terjadi pada pasien
imunokompromais seperti pasien HIV AIDS, pasien dengan keganasan, dan pasien
yang mendapat obat imunosuperasi. Namun, insidensinya pada pasien
imunokompeten pun besar.
Herpes zostersendiri meskipun bukan penyakit yang life-theatening, namun
dapat menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri, lebih lanjut lagi nyeri yang
dialami saat timbul lesi kulit dapat bertahan lama. Sehingga berbulan-bulan
lamanya sehingga dapat menggangu kualitas hidup pasien- suatu keadaan yang
disebut dengan postherpetic neuralgia. Prafelensi herpes zoester di indonesia
diprediksi kecil, yakni hanya mencangkup 1%.
Menurut Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang diterbitkan oleh
konsil kedokteran indonesia (KKI) pada tahun 2012, tercantum bahwa herpes
zoester merupakan daftar masalah defmatologi yang perlu ditangani oleh dokter
dapat mengenali tanda klinis, mendiagnosis, menatalaksana hinga tuntas kecuali
pada perjalananya timbul komlikasi.
Berkaca dari hal tersebut, presentasi kasus ini dimaksudkan untuk menambah
pemahaman klinis mahasiswa tentang penyakit herpes zoester tanpa komplikasi,
mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, diagnosis sehinga penatalaksanaan.
Setelah pemaparan kasus ini diharapkan mahasiswa dapat memiliki informasih
yang semakin kaya akan datang konpetensi yang disyaratkan dalam SKDI dapat
sepenuhnya tercapai

1
1.2 RumusanMasalah

1. Bagaimana definisi herpes zoster?


2. Bagaimana klasifikasi herpes zoster?
3. Bagaimana etiologi herpes zoster?
4. Bagaimana patofisiologi herpes zoster?
5. Bagaimana epidemiologi herpes zoster?
6. Bagaimana manifestasi herpes zoster?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostic herpes zoster?
8. Bagaimana penatalaksanaan herpes zoster?
9. Bagaimanakomplikasi herpes zoster?
10. Bagaimanapencegahan herpes zoster?
11. Bagaimana konsep asuhan keperawatan herpes zoster?

1.3 Tujuan
1 Mengetahui dan memahami definisi herpes zoster.
2 Mengetahui dan memahami klasifikasi herpes zoster.
3 Mengetahui dan memahami etiologi herpes zoster.
4 Mengetahui dan memahami patofisiologi herpes zoster.
5 Mengetahui dan memahami epidemiologi herpes zoster.
6 Mengetahui dan memahami manifestasi klinis herpes zoster.
7 Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik herpes zoster.
8 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan herpes zoster.
9 Mengetahui dan memahamikomplikasiherpes zoster.
10 Mengetahui dan memahamipencegahanherpes zoster.
11 Mengetahui dan memahamikonsep asuhan keperawatan herpes zoster.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Anatomi fungsi kulit


A. Anatomi Sistem Integumen ( Kulit )
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan
melindungi permukaan tubuh, berhubungna dengan selaput lender yang melapisi ronga-
rongga, lubang-lubang masuk. Pada permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan
kelenjar mukosa.

Kulit tersusun dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis, dan jaringan subkutan.
Setiap lapisan akan semakin berdiferensiasi (menjadi masak dan memiliki fungsi yang
lebih spesifik) ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke lapisan
stratum korneum yang letaknya paling luar.

Lapisan Kulit
1.   Epidermis
Ada dua jenis sel yang lazimnya terdapat dalam epidermis, yaitu sel-sel Merkel
dan Langerhans. Fungsi sel Merkel belum dipahami dengan jelas, tetapi diperkirakan
berperanan dalam lintasan neuroendokrin epidermis. Sel Langerhans diyakini
mempunyai peranan yang signifikan dalam respons antigen-antigen kutaneus.
Epidermis mengalami modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan
ini paling tebal pada daerah telapak tangan serta kaki, dan mengandung keratin
dalam jumlah yang lebih besar. Ketebalan epidermis dapat meningkat jika bagian
tersebut banyak digunakan dan bisa mengakibatkan pembentukan kalus pada tangan
atau klavus (corns) pada kaki.
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan sel, yaitu :

3
a. Stratum Korneum. Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati, dan mengandung zat keratin. Keratin merupakan protein fibrosus
insolubel yang membentuk barrier paling luar kulit dan memliki kemampuan
untuk mengusir mikroorganisme patogen serta mencegah kehilangan cairan
yang berlebihan dari tubuh. Keratin merupakan unsur utama yang
mengeraskan rambut dan kuku.
b. Stratum Lusidum. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah
sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi
jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening
dan batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat.
c. Stratum Granulosum. Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
Dalam sitoplasma, terdapat butir-butir yang disebut keratohialin yang
merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-
butir stratum granulosum.
d. Stratum Spinosum / Stratum Akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal da daat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya
disebut spinosum karena jika kita lihat di bawa mikroskop bahwa sel-selnya
terdiri dari sel yang bentuknya poligonal/banyaknya sudut dan mempunyai
tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-selnya berduri. Ternyata spina
atau tanduk tersebut ada hubungan antara sel yang lain yang disebut
intercelulair bridges atau jembatan inter seluler.
e. Stratum Basal / Stratum Germinativum. Disebut stratum basal karena sel-
selnya terletak di bagian basal/ basis, stratum germinativum menggantikan
sel-sel yang diatasnya dan merupakan sel-sel induk. Bentuknya silindris
(tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang
halus disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar
(palisade) dibagian bawah sel tersebut terdapat suatu membran yang disebut
membran basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis merupakan batas
terbawah dari pada epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar
tapi bergelombang, pada waktu korium menonjol pada epidermis tonjolan ini
disebut papila kori (papila kulit). Dipihak lain epidermis menonjol ke arah

4
korium, tonjolan ini disebut Rete Ridges atau rete pegg = Prosesus inter
papilaris.

2.   Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi
oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutan tapi batas
ini tidak jelas, hanya kita ambil sebagai patokan ialah mulainya terdapat sel lemak.
Dermis terdiri dari 2 lapisan :
a.  Bagian atas : Pars Papilaris (stratum papilar), berada langsung di bawah epidermis
dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu
bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat.
b.  Bagian bawah : Retikularis (stratum retikularis), terletak di bawah lapisan
papilaris dan juga memproduksi kolagen serta berkas-berkas serabut elastik.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat serta sebasea dan akar rambut. Dermis sering disebut sebagai ”kulit
sejati”.
3.   Jaringan Subkutan
Ini merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan
adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti
otot dan tulang. Jaringan ini memungkinkan mobolitas kulit, perubahan kontur
tubuh, dan penyekatan panas tubuh. Lemak atau gajih akan bertumpuk dan tersebar
meurut jenis kelamin seseorang dan secara parsial menyebabkan bentuk tubuh laki-
laki dan perempuan berbeda. Makan yang berlebihan akan meningkatkan
penimbunan lemak di bawah kulit.
Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting
dalam pengaturan suhu tubuh. Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak
dan diantar gerombolan ini berjalan serabut-serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel
lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir sehingga membentuk
seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikuus adiposus yang tebalnya tidak sama
pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak
sama. Guna penikulus adiposus adalah sebagai shok breker, yaitu pegas / bila
tekanan trauma mekanis yang menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk
mempertahankan suhu tubh, penimbunan kalori, dan tambahan untuk kecantikan
tubuh.

5
B.  Fisiologi Kulit
Kulit mempunyai banyak fungsi. Bahan lemak yang bisa larut dapat menembus
kulit melalui folikel rambut dan kelenjar sebasea. Kulit yang atropi atau senil
mengandung lebih sedikit folikel rambut, jadi permeabilitas bahan lemah yang bisa
larut melalui kulit berkurang pada saat sudah lanjut usia. Secara umum, fungsi kulit
adalah sebagai berikut :

1. Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagaian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau
2 mm saja, padahal kulit memberikan perlindungna yang sangat efektif terhadap
invasi bakteri dan benda asing lainnya. Kulit telapak tangan dan kaki yang
menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma yang terus-
menerus terjadi di daerah tersebut.
2. Sensibilitas
Ujung-ujung reseptor serabut pada kulit memungkinkan tubuh untuk
memantau secara terus-menerus keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi
utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan
dan tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf bertanggung jawab
untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda. Meskipun tersebar
diseluruh tubuh, ujung-ujung saraf lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah
dibandingkan bagian lainnya. Sebagai contoh, ujung-ujung jari tangan jauh lebih
terinervasi ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.
3. Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan
demikian akan mencegah hilangnya air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian
internal tubuh dan mempertahankan kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila
kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan dan elektrolit dalam
jumlah besar dalam hilang dengan cepat sehingga bisa terjadi kolaps sirkulasi,
syok, serta kematian.

4.   Pengaturan Suhu

6
Tubuh secara terus-menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme
makanan yang memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga
proses fisik yang penting terlibat dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan.
Proses pertama, yaitu radiasi, merupakan pemindahan panas ke benda lain yang
suhunya lebih rendah dan berada pada suatu jarak tertentu. Proses kedua, yaitu
konduksi, merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih dingin
yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi ke udara
yang melingkupi tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga, yaitu konveksi, yang
terdiri atas pergerakan massa molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.
Pengeluaran keringat merupakan proses lannya yang digunakan tubuh untuk
mengatur laju kehilangan panas. Pengeluaran keringat tidak akan tejadi sebelum
suhu internal tubuh melampaui 37 derajat Celcius tanpa tergantung pada suhu kulit.
Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju produksi keringat dapat setinggi
1L/jam. Dalam keadaan tertentu,misalnya pada stres emosional, pengeluaran
keringat dapat terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan
untuk menghilangkan panas dari tubuh.

5.   Produksi Vitamin


Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan
untuk mensintesis vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah
penyakit riketsia, suatu keadaan yang terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta
fosfor dan yang menyebabkan deformita tulang.

6.   Fungsi Respon Imun


Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sel dermal merupakan
komponen penting dalam sistem imun. Penelitian yang masih berlangsung harus
mendefinisikan lebih jelas peranan sel-sel dermal ini dalam fungsi imun.

2.2 Konsep herpes zoester

7
2.2.1 Definisi herpes zoester

Herpes zoster merupakan infeksi oportunistik pada pasien HIV dan AIDS, sering
terjadi pada HIV stadium 2 dan 3 bertambah parah pada stadium 4. Penyakit ini
disebebkan oleh virus varisela-zoester yang sifatnya localized, terutama menyerang
orang dewasa dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral dan gerombolan
vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi oleh satu ganglion saraf
sensoris, juga dapat terjadi beberapa ganglion dan sering juga terjadi generalisata
(Dwi murtiastuti 2009)
Herpes zoster adalah radang kulit akut dengan sifat khas, yaitu terdapat vesikel
yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik sesuai dengan
dermatomnya dan biasanya unilateral.
Herpes zoster adalah suatu penyakit infeksi akut yang yang ditandai oleh
sekolompok vesikel yang terbatas pada suatu dermatom dan rasa nyeri neurologis pada
dermatom tersebut (ilmu kesehatan Anak II,hlm.219). (Loetfia Dwi Rahariyani,2007)

2.2.2 Klasifikasi herpes zoester

(Mawali Harahap,Ilmu Penyakit Kulit,2000), Herpes Zoster diklasifikasikan


menjadi 6 jenis menurut daerah penyerangannya, yaitu:
1. Herpes zoster frontalis : menyerang pada sekitar wajah
2. Herpes zoster oftalmika : menyerang pada sekitar dahi dan sekitar mata
3. Herpes zoester servikali : menyerang pada pundak dan lengan
4. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut
5. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paka
6. Herpes zoster otikum : menyerang telinga.

Bentuk-bentuk lain herpes zoster yaitu :


1) Herpes zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah
kehitaman karena berisi darah
2) Herpes zoster abortivum : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang
singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.

8
3) Herpes zoster generalisata : kelainan kulit yang unilateral dan segmental
disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dan
umblikasi. Kasus ini terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi
fisiknya sangat lemah, misalnya dengan penderita limpoma maligna.
4) Zoster sakralis: keterlibatan segmen-segmen sacral bisa menyebabkan retensi
urin akut di mana hal ini bisa dihubungkan dengan adanya ruam kulit
5) Zoster trigeminalis :herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf
trigeminus, tetapi yang paling sering terkena adalah bagian oftalmika.
Gangguan mata seperti konjungvitis, keratitis dan atau iridosiklitis bisa terjadi
bila cabang nasosilaris dari bagian oftalmika terkena (ditunjukkan oleh adanya
vesikel-vesikel di tepi hidung). Infeksi pada bagian maksila dari saraf
trigeminus menimbulkan vesikel-vesikel unilateral pada pipi dan pada
palatum.
6) Zoster motoris: kadang-kadang selain lesi kulit pada dermatom sensoris,
serabut saraf motoris bisa juga terserang yang menyebabkan terjadinya
kelemahan otot.

2.2.3 Etiologi herpes zoester

Pada buku Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen (Arif Muttaqin,


2010), Herpes zoester disebabkan oleh infeksi virus varisela zoester (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA. Virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili
alfa herves viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu sifat
sitotoksik, dan sel tempat hidup platen diklasifikasihkan kedalam 3 subfamili yaiyu
alva,beta, dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat khas yang
menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkkan lesi vaskular.
Selanjutnya infeksi primer, infeksi oleh firus herpes alfa biasanya menetap dalam
bentuk katen didalam neuron dari ganglion. Firus yang laten ini pada saatnya akan
menimbulkan kekambuhan secarah periodik. Secara in vitro virus herpes alva
memounyai jajaran penjamu yang relatif dengan siklus pertumbuhan yang pendek, serta
mempunyai enzin yang penting untuk reflikasi meliputi virus spesifik DNA polimerase
dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis didalam sel yang
terinfeksi.Faktor-faktor lain dapat beresiko terjadinya herpes zoster yaitu :

9
1) Lebih sering menyerang usia dewasa> 50tahun , infeksi ini sering terjadi
pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita
herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
2) Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti
HIV dan leukemia.
3) Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
4) Orang dengan terapi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang
Faktor pencetus kambuhnya herpes zoster:
a. Trauma/ luka
b. Kelelahan
c. Demam
d. Alkohol
e. Gangguan pencernaan
f. Obat-obatan
g. Sinar ultraviolet
h. Haid
i. Stress

2.2.4 Patofisiologi herpes zoester

(Arif Muttaqin, 2010), Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-
zoester yang diyakini sebagai penyebab terjadinya penyakit ini hidup secara inaktif
(dormant) didalam sel-sel saraf didekat otak dan medula spinalis. KemudianVirus ini
mengalami reaktifasi, virus tersebut berjalan lewat saraf perifer ke kulit varisela yang
dorman diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel meradang unilateral disepanjang satu
dermatom. Kulit disekitarnya mengalami edema dan pendarahan. Keadaan ini biasanya
didahului atau disertai nyeri hebat/atau rasa terbakar. Meksipun setiap saraf dapat
terkena, tetapi saraf torakal,lumabal, atau kranial agaknya sering terserang. Herpes
zoster dapat berlangsung selama kurang dari tiga minggu. Predisposisi pada klien perna
menderita cacar air, sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan malignitas.

10
Predisposisi pada klien perna Reaktivitas virus varisela
menderita cacar air, sistem imun yang zoster
lemah dan yang menderita kelainan
malignitas

Versikula yang tersebar

Respons inflamasi
Respons inflamasi lokal sistemik Respons psikologis

Kerusakan saraf Gangguan


Kerusakan Kondisi kerusakan
perifer gastrointenstinal
inmtegritas jaringan jaringan kulit
mual,anroksia

Mk: Nyeri Akut


Mk: Ketidakseimbangan Mk: Gangguan
nutrisi kurang dari gambaran diri
Ganguan istirahat
kebutuhan
dan tidur

Gambar 3.3 patofisiologi Herpes zoester ke masalah keperawatan.


(Arif Muttaqin, kumala sari 2010)

Adanya keterlibatan saraf perifer secarah lokal memberikan respons nyeri,


kerusakan integritas jaringan terjadinya akibat adanya vesikula. Respon sistemik
memberikan manifestasi peningkatan suhu tubuh, perasaan tidak enak badan, dan
gangguan gastrointestinal. Respons psikologis pada kondisi adanya lesi pada kulit
memberikan respons kecemasan dan gangguan gambaran diri.

11
2.2.5 Epidemiologi herpes zoester

Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia dan dapat muncul
sepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim. Tidak ada perbedaan dalam
morbiditas antara pria dan wanita. Berdasarkan studi di Eropa dan Amerika Utara,
diperkirakan ada sekitar 1,5-3 per 1000 orang per tahun pada segala usia dan kejadian
meningkat tajam pada usia lebih dari 60 tahun yaitu sekitar 7-11 per 1000 orang per
tahun (Gnann dan Whitley, 2002).
(Schmader & Oxman, 2012), Insiden herpes zoster meningkat seiring
bertambahnya usia, di mana lebih dari 2/3 kasus terjadi pada usia lebih dari 50 tahun
dan kurang dari 10% di bawah 20 tahun. Meningkatnya insidensi pada usia lanjut ini
berkaitan dengan menurunnya respon imun dimediasi sel yang dapat pula terjadi pada
pasien imunokompromais seperti pasien HIV-AIDS, pasien dengan keganasan, dan
pasien yang mendapat obat imunosupresi. Namun, insidensinya pada pasien
imunokompeten pun besar. Herpes zoster sendiri meskipun bukan penyakit yang life-
threatening, namun dapat menggangu pasien sebab dapat timbul rasa nyeri. Lebih lanjut
lagi nyeri yang dialami saat timbul lesi kulit dapat bertahan lama, hingga berbulan-
bulan lamanya sehingga dapat menggangu kualitas hidup pasien – suatu keadaan yang
disebut dengan neuralgia paska herpetika (NPH) (Johnson, 2009).
Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras maupun jenis
kelamin. Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia dibawah 20 tahun
terutama usia 3 - 6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi pada orang dewasa. Di Amerika,
varicella sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi
pada usia lebih dari 15 tahun dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah
usia 6 tahun sebanyak 81,4 %. Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai
dengan pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes
zoster berdasarkan usia yaitu sejak lahir - 9 tahun : 0,74 / 1000 ; usia 10 – 19
tahun :1,38 / 1000 ; usia 20 – 29 tahun : 2,58 / 1000. Di Amerika, herpes zoster jarang
terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 66 % mengenai usia lebih dari 50 tahun,
kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun dan 5% mengenai usia kurang dari
15 tahun. Walaupun herpes zoster merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang
dewasa,namun herpes zoster dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir apabila ibunya
menderita herpes zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar

12
3% herpes zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak - anak yang
imunokompromis dan menderita penyakit keganasan.

2.2.6 Manifestasi klinis herpes zoester

(Mawali Harahap,Ilmu Penyakit Kulit,2000) Gambaran yang paling khas pada


herpes zoster adalah erupsi lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang erupsi
tersebut melewati garis tengah tubuh. Umunya lesi terbatas pada daerah kulit yang
dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi duimulai dengan makulopapula eritematus. 12-24 jam kemudian
terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi pustule pada hari ke 3. Seminggu
sampai 10 hari kemudian, lesi mongering menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap 2-3
minggu.
Herpes zoster pada orang dewasa yang sehat biasanya terlokalisasi dan
bersifat benigna. Namun pada pasien yang sistem kekebalannya terganggu penyekit
tersebut dapat menjadi berat dan perjalan kliniknya bisa menimbulkan ketidakmampuan
yang akut. Keluhan yang berat biasanya terjadi pada penderita usia tua. Pada anak-anak
hanya timbul keluhan ringan dan erupsinya cepat menyembuh. Rasa sakit segmental
pada penderita lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Gangguan pada nervus fasialis dan otikus dapat menimbulkan sindrom
ramsay-huntdengan gejala paralisis otot-otot muka (bell’s palsy), tinnitus, vertigo,
gangguan pendengaran, nistagmus, dan nausea.

2.2.7 Pemeriksaan diagnostik herpes zoester

Tes diagnostik uatuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes
simplex:
a. Tzanck smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan
herpes zoster dan herpes simplex
b. Kultur dari cairan versikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
d. Pemeriksaan histopatologik
e. Pemeriksaan mikroskop elektron

13
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVz
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

2.2.8 penatalaksanaan herpes zoester

(Menurut Dwi Murtiastutik, 2009). Penatalaksanaan herpes zoster


dibedakan menjadi :
A. Umum
1. Analgetika: Metampiron : 4 x 1 tablet/hari
2. Bila ada sekunder infeksi :
Antibiotika Eritromisin : 4 x 250 – 500 mg/hari,
Dikloksalisin : 3 x 125-250 mg/hari atau lainnya.
3. Lokal :
- Bila basah : kompres larutan garam Faali
- Bila Erosi: salep sodium fusidat
- Bila kering : bedak salisil 2%
-
B. Khusus
1. asiklovir
Dosis :Dewasa : 5 x 800 mg/hari selama 7 – 10 hari
Anak : 20mg/kg BB / kali sampai 800mg / kali, 4 kali/hari
2. Neuroralgi Pasca Herpetika :
A. Aspirin : 3tablet (500mg)/hari
B. Antidepresan trisiklik misalnya,
Amitriptyline 50 – 100mg/hari
3. Pada H.Z optalmikus perlu konsul ke spesialis mata atau dapat diberikan :
a. Asiklovir salep mata 5 kali/4 jam
b. Dan juga Oflaxasin/Siprofloxasin obat tetes mata hari 1 dan 2 : 1
tetes/2-4 jam

14
2.2.9 Komplikasi herpes zoester

(Mawali Harahap,Ilmu Penyakit Kulit,2000), Komplikasi Herpes Zoster


dibedakan menjadi:
1. Neuralgia pasca herpetika

Neuralgia paska herpetic adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua
umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.

5. Infeksi sekunder

Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.


Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V, keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering menjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.

6. Kelainan pada mata

Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.

4.Sindrom Ramsay Hunt

Sindrom RamsayHunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, nausea, dangangguan pengecapan.

5. Paralisis motorik

Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke system saraf yang
berdekatan. Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi.
Berbagai paralisis dapat terjadiseperti: di wajah, diafragma, batangtubuh,
ekstremitas, vesikaurinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.

15
2.2.10 Pencegahan herpes zoester

Satu-satunya cara untuk mengurangi risiko herpes zoster dan rasa sakit
jangka panjang yang dapat mengikuti herpes zoster adalah:
a. Vaksinasi
Walaupn vaksinasi Herpes zoster tidak dapat mencegah terkena penyakit
herpes zoster sepenuhnya, tetapi vaksinasi dapat mengurangi keparahan
gejala penyakit
b. Analgesik: dapat membantu meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh
herpes zoster.
- Kompres basah,
- lotion calamine,
- mandi dengan oatmeal koloid dapat membantu meringankan  gatal.
a. Menjaga kebersihan lingkungan
b. Tidak meminjam barang – barang pribadi penderita seperti handuk atau
pakaian (Mawali Harahap,Ilmu Penyakit Kulit,2000)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan herpes zoester

A. Pengkajian
1. Biodata
Cantumkan semua identitas klien : umur (penyakit ini sering terjadi pada
anak usia di atas 10 tahun atau kelompok dewasa), jenis kelamin (tidak ada
perbedaan angka kejadian antara laki-laki dan perempuan).
2. Keluhan Utama
Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke
rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada daerah
terdapatnya vesikel berkelompok.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya, klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa
gatal/nyeri pada dermatom yang terserang, klien juga mengeluh nyeri kepala
dan badan terasa lelah. Pada daerah yang terserang, mula-mula timbul papula
atau plakat berbentuk urtika, setelah 1-2 hari timbul gerombolan vasikula.

16
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Biasanya, keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes
zoster, atau klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.
5. Riwayat Psikologi
Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang
gambaran/citra diri dan harga diri. Sering kali kita jumpai gangguan konsep
diri pada klien. Hal ini karena herpes zoster merupakan penyakit merusak
kulit dan mukosa, terutama pada kasus herpes zoster berat.

6. Kebutuhan Sehari-hari
Perlu di kaji juga tentang kebersihan diri klien dan cara perawatan diri;
apakah alat-alat mandi/ pakaian bercampur dengan orang lain? .Seharusnya,
alat mandi/ handuk dan pakaian tidak bercampur dengan orang lain.
7. Pemeriksaan Fisik

Pada klien dengan herpes zoster jarang, di temukan gangguan kesadaran,


kecuali jika terjadi komplikasi infeksi lain. Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh
klien bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri
dengan menggunakan skala nyeri. Apabila nyeri terasa hebat, tanda-tanda vital
cenderung akan meningkat.

8. Pemeriksaan Laboratorium

Sitologi (64% zanck smear positif); adanya sel raksasa yang multilokuler
dan sel-sek okantolitik.
9. Penatalaksanaan

Pengkajian
Pengkajian keperawatan yang didapat biasanya sesuai dengan fase dari Herpes zoester,
yang terdiri atas fase erupsi kulit.
Fase prodomal
1. Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1- 4
hari.

17
2. Gejala yang mempengaruhi tubuh : demam, sakit kepala, fatigue, malaise, nausea,
kemerahan, nyeri, (tubuh terbakar atau tertusuk), gatal, dan kesemutan
3. Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus – menerus atau hilang timbul.
Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
4. Gejala yang mempengaruhi mata berupa: kemerahan, sensitif terhadap cahaya

Fase erupsi kulit


1. Kadang limfadenopati regional
2. Erupsi kulit hampir selalu uniteral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu genglion sensorik. Erupsi dapat terjadi diseluruh bagian tubuh,
yang tersering didaerah ganglion torakalis.
3. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul – papul dan
dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah
menjadi pastul yang akan mengering menjadi kusta dalam 7 – 10 hari. Krusta dapat
bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental
juga menghilang
4. Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang – kadang sampai hari ke 7
5. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar)
6. mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitif terhadap nyaeri yang
dialami.

Terapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat keparahannya. Terapi
sistemik umumnya bersifat pada tingkat keparahannya. Terapi sistemik umumnya
bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgesik. Jika disertai infeksi sekunder,
diberikan antibiotik asiklovir. Herpes zoster sangat cocok dengan oba asiklovir yang
diminum. Dengan cepat, obat akan menhentikan munculnya lepuhan.

Akupuntur terkadang menolong meredakan rasa nyeri yang hebat pada


neuralgia pasca-herpes.
Obat oles.Ini bisa menolong kalau rasa nyeri yang timbul ringan atau
jika keluar cairan.

18
B. Diagnosa keperawatan
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan
penurunan intake asupan gizi (anoreksia) dan mual muntah.
2. Ketidakseimbangan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual dan muntah
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan struktur kulit akibat
lesi dan respon imflamasi.

C. RencanaKeperawatan

Nyeri Akut b.d respons inflamasi lokal dan Proses peradangan

Tujuan: Nyeri berkurang / hilang atau teradaptasi.


Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi.
Skalanyeri 0-1 (0-4).
- Dapat mengidentifikasi aktifitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Pasien tidak gelisah
Intervensi Rasional
1. Jelaskan dan bantu pasien dengan 1. Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri non farmakologi teknik relaksasi.
dan non infasif.
2. Kaji nyeri meliputi lokasi, 2.Mengetahui lokasi, karakteristik,
karakteristik, awitan dan lamanya, awitan dan lamanya, frekuensi,
frekuensi, kualitas, kualitas, intensitas kualitas, intensitas atau keparahan
atau keparahan nyeri dan faktor nyeri dan faktor penyebab nyeri
penyebab nyeri
Lakukan menejemen nyeri keperawatan: Istirahat secara fisiologis akan
- Istirahatkan pasien menurunkan kebutuhan oksigen yang
- Ajarkan teknik relaksasi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
penrnapasan dalam pada saat nyeri metabolism basal. Meningkatkan
muncul. asupan O2 sehingga akan menurunkan
- Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri sekunder dari iskemiaspina.
nyeri Distraksi (pengalihan perhatian) dapat

19
menurunkan stimulus internal.
Tindakan kolaborasi dengan dokter Analgetik memblok lintasan nyeri
dalam pemberian analgetik sehingga nyeri akan berkurang.

Tujuan : dalam waktu 3x24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
 Pasien dapat mempertahankan status malnutrisi yg adekuat
 Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya
 Peningkatan berat badan klien dalam 3 hari
Intervensi Rasional
1. Berikan informasi yang 1. Untuk mengetahui informasi yang
tepat tentang kebutuhan tepat tentang kebutuhan nutrisi dan
nutrisi dan bagaimana bagaimana memenuhinya.
memenuhinya. 2. Agar pasien dapat memenuhi
2. Berikan pasien minuman kebutuhan nutrisi dengan seimbang.
dan kudapan bergizi, tinggi 3. Untuk meminimalkan atau
protein, tinggi kalori yang mengurangi faktor yang dapat
siap dikonsumsi. memicu mual dan muntah.
3. Meminimalkan faktor yang
dapat menimbulkan mual
dan muntah.

Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan struktur kulit akibat lesi
respon imflamasi.

Tujuan : Integritas kulit tubuh kembali dalam waktu 7-10 hari


Kriteria Hasil :
−  Lesi mulai mengering, bula diarea mata berkurang
Intervensi Rasional
1. Kaji ada atau tidaknya tanda-tanda 1. Untuk megetahui tanda-tanda
infeksi luka setempat (nyeri saat infeksi luka setempat (nyeri saat
palpasi, edema, pruritus. palpasi, edema, pruritus.

20
2. Observasi atau catat ukuran, warna dan 2. Mengetahui perkembangan luka
keadaan kulit di area sekitar luka. pasien dan kulit di sekitarnya
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan penurunan
intake asupan gizi (anoreksia) dan mual muntah.

Tujuan : dalam waktu 3X 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi pasien terpenuhi.

Kriteria hasil:

- Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat

Intervensi Rasional
Kaji status nutrisi pasien, tugor, kulit, Memvalidasi dan menetapkan derajat
berat badan, dan derajat penurunan berat masalah untuk menetapkan pilihan
badan,integritas mukosa oral, intervensi yang tepat.
kemampuan menelan, riwayat
mual/muntah, dan diare.
Fasilitas pasien memperoleh makanan Memperhitungkan keinginan individu
yang disukai pasien (sesuai intek) dapat memperbaiki asupan nutrisi
Pantau inteke dan output, timbang berat Berguna dalam mengukur keektifan
badan secara periodik (sekali seminggu) nutrisi dan dukungan cairan.
Lakukan dan ajarkan perawatan mulut Menurunkan rasa tak enak karena sisa
sebelum dan sesudah makan, serta makanan, sisa sputum atau obat untuk
belumnya dan sesudah pengobatan sistem respirasi yang
intervensi/pemeriksaan per oral dapat merangsang pusat muntah
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Merencanakan diet dengan kandungan
metapkan konposisi dan jenis diet yang nutrisi yang adeukat untuk memenuhi
tepat peningkatan kebutuhan energi dan
kalori sehubungan dengan status
hipermetabolik pasien
Kolaborasi untuk pemberian multi Multi vitamin bertujuan untuk
vitamin memenuhi kebutuhan vitamin yang
tinggi respons sekunder dari
peningkatan laju metabolisme umum

21
EVALUASI

1. Adanya penurunan respons nyeri


2. Peningkatan gambaran diri (citra diri)
3. Asupan nutrisi dapat terpenuhi

22
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. KASUS

Ny. H usia 56 tahun di rawat di ruang penyakit kulit RS Medical sentre dengan
keluhan Nyeri dan terasa panas seperti terbakar pada kulit dada dan perut selama 5 hari
ini, kulit terlihat kemerahan dan melepuh, timbul bula serta muncul lagi di bawah mata
kiri. Pada Pemeriksaan fisik ditemukan lesi yang sudahtersebar di daerah kedua paha
sampai kelulutdan di kedua tangan nya sampai keleher, lesi berdiameter sekitar 3-4cm,
pasien mengatakan sering mual dan muntah selama 4 hari terakhir ini, serta tidak ada
nafsu makan, TD : 110/70 mmHg, S:380 C , RR: 24 X /menit , N : 104 X /menit, BB awal/normal :
50 kg. TB:160 cm.

B. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien :
Nama : Ny. H
Umur : 56 Tahun
Alamat : Jl. X
Pendidikan : SMP
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
BB awal :50 kg
TB :160cm
Tanggal Masuk : 4 Oktober 2015
Tanggal Pengkajian : 4Oktober 2015
No. Register : 00.10.04.2015
Diagnosa Medis : Herpes Zoester
2. Identitas Penanggung Jawab

23
Nama : Tn. A
Umur : 58 Tahun
Hub dengan Pasien : Suami
Pekerjaan : Swata
Alamat : Jl. X

B. Keluhan Utama
- Nyeri seperti terbakar pada kulit dada dan perut selama 7 hari ini,
kulit terlihat kemerahan dan melepuh, timbul bula serta muncul
lagi di bawah mata kiri. Pada Pemeriksaan fisik ditemukan lesi
yang sudah tersebar di daerah kedua paha sampai kelulut dan di
kedua tangannya sampai ke leher

C. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Penyakit / kesehatan sekarang :
P : Nyeri pada kulit dada dan perutnya
Q: panas seperti terbakar
R: Dada dan perut
S: 6
T: 5 hari
- Riwayat Penyakit terdahulu :
Pasien tidak pernah dirawat di RS karena penyakit lainnya
- Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga pasien sebelumnya ada yang menderita herpes zoster
- Riwayat alergi :
Klien mengatakan tidak ada riwayat alergi obat maupun
makanan.
D. Pemeriksaan Fisik:
Kesehatan umum : tidak baik
Keadaan gizi :tidak baik
Vital sign
TB : 160 cm
BB awal : 50 kg
Pernapasan : 24x / menit

24
Nadi :104 x/ menit
Suhu : 280C

E. Analisis Data
DATA SUBJEKTIF DAN DATA
NO MASALAH ETIOLOGI
OBJEKTIF
1 Ds : Klien mengatakan merasa nyeri Nyeri Akut Proses
pada kulit dada dan perutnya sejak 5 peradangan di
hari. tandai dengan
P : Nyeri pada kulit dada dan perut px peningkatan suhu
Q: Panas seperti terbakar tubuh yaitu 280C,
R: Dada dan perut
S: 6 Adanya bula pada
T: menetap area mata dan lesi
DO: pada kedua paha
terdapat bula pada area mata dan lesi serta lengan dan
pada kedua paha serta lengan dan leher px,
leher px,
 TB : 160 cm
BB : 50 kg
Pernapasan : 24x / menit
Nadi :104 x/ menit
Suhu : 280C

2 DS: Ketidak Mual muntah dan


klien mengatakan sering mual, muntah seimbangan sudah 4 hari tidak
dan tidak nafsu makan selama 4 hari pemenuhan nafsu makan dan
    DO: nutrisi kurang penurunan berat
Klien terlihat mual dan muntah dan dari kebutuhan badan px dari BB
tidak ingin makan, saat dilakukan awal 50 kg
pemeriksaan ditemukan adanya menjadi 48 kg
penurunan berat badan px dari BB
awal 50 kg menjadi 48kg

25
3 Ds : Gangguan Adanya
Klien mengeluh karena adanya integritas kulit perubahan
kemerahan pada kulit dan melepuh struktur kulit
akibat lesi dan bula akibat lesi dan
Do : respon inflamasi
Pada Kulit pasien terlihat kemerahan
dan melepuh, serta lesi dan bula pada
area mata

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan respons inflamasi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan
penurunan intake asupan gizi (anoreksia) dan mual muntah
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan struktur kulit akibat
lesi respon imflamasi.

G. Intervensi Keperawatan
Tujuan dan Kriteria
NO Rencana tindakan Rasional
Hasil
1 Tujuan : 1. Ajarkan teknik 1. Agar pasien dapat
Setelah di lakukan relaksasi pernafasan mengontrol nyeri nya
tindakan keperawatan saat nyeri datang.
selama 3 X 24jam, 2.Untuk mengetahui nyeri
diharapkan nyeri akan 2. minta pasien untuk pasien berkurang atau tidak
berkurang. menilai skala nyeri
yang dirasakan dengan 3. Meringankan atau
Kriteria Hasil : skala nyeri 1 - 10 mengurangi nyeri sampai
Nyeri yang dirasakan pada tingkat kenyamanan
pasien dapat berkurang, 3. Kolaborasi: yang dapat di terima oleh
adanya penurunan skala pemberian obat pasien
nyeri pereda nyeri
(Analgesik)
2 Tujuan : 1. Pantau inteke px, 1. Untuk mengetahui status

26
Setelah dilakukan timbang berat badan nutrisi, mengontrol BB px ,
tindakan keperawatan 2. Memberikan dan meningkatkan
selama 3 X 24 jam makanan yang disukai pemenuhan asupan nutrisi
diharapkan pasien tidak pasien pasien.
mual muntah, dan nafsu 2. meningkatkan nafsu
makan meningkat, dan makan pasien dengan
mencegah anoreksia makanan yang disukai
Kriteriahasil:
Pasien mengalami
peningkatan nafsu
makan dan tidak mual
muntah, berat badan
meningkat
3 Tujuan : 1. Kaji kulit setiap hari 1. Mengetahui
Setelah di lakukan meliputi , dada dan perkembangan luka pasien
tindakan keperawatan perut,mata& dan kulit di sekitarnya.
selama 3X 24 jam lengan,lalu berikan Mencegah komplikasi luka
diharapkan integritas manajemen perawatan
2.Mempercepat proses
kulit berkurang bahkan luka
penyembuhan dan
hilang 2. Kolaborasi :
mengurangi resiko
Pemberian Obat
komplikasi dan inveksi
Kriteria hasil: asiklovir (antivirus)
Integritas kulit dapat
berkurang bahkan
hilang.

H. Implementasi

27
No. Tgl/hari/jam Rencana Keperawatan Respon Ttd
1. 04.10.15/ 1. Gunakan tindakan 1.Klien dapat
selasa/12.00 pengendalian nyeri sebelum mengendalikan
nyeri menjadi berat. nyeri sebelum
2. minta pasien untuk menilai skala nyeri
nyeri yang dirasakan dengan skala menyerang
nyeri 1 - 10 2. Pasien dapat
menilai nyeri
3. Kolaborasi: yang
pemberian obat pereda nyeri dirasakannya
(Analgesik) 3.Nyeri px
dapat diatasi
2. 04.10.15/ 1. Pantau inteke px, sering 1. Asupan nutrisi
selasa/15.00 timbang berat badan px, pasien terpenuhi,
Memberikan asupan nutrisi sesuai berat badan
kebutuhan px bertambah
2. Memberikan makanan yang 2. Nafsu makan
disukai pasien px bertambah dan
tidak mual
muntah,
3. 04.10.15/ 1. Kaji ada atau tidaknya perluasan 1.Mengetahui :
Selasa/16.00 luka, tanda-tanda infeksi luka perkembangan
luka pasien dan
2. Kolaborasi :
kulit di
Pemberian Obat asiklovir
sekitarnya,
(antivirus)
adanya perluasan
luka/tdk

adanya Tanda-
tanda infeksi luka

2.kemerahan pada
kulit dada dan
perut pasien

28
berkurang, bula
pada area mata
berkurang, lesi di
area paha dan
lengan berkurang

I. Evaluasi
No. Tgl/ hari/ jam Evaluasi Ttd
1 7.10.15/jum’at/ S: Klien nyeri berkurang setelah minum obat &
2015/12.00 melakukan teknik relaksasi pernafasan
O : Pasien sudah dapat mengontrol nyerinya
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Rencana keperawatan no. 2 dilanjutkan, pasien
dipulangkan

2 7.10.15/jum’at/ S : klien mengatakan rasa panas dan gatal pada dada


2015/12.00 dan perut sudah mulai berkurang dari sebelumnya
O :Kemerahan pada kulit dada, bula disekitar mata,
dan lesi di paha dan tangan px berkurang
A : Masalah keperawatan teratasi sebagian
P : Pasien dipulangkan Rencana keperawatan no. 1 &
2 dilanjutkan di rumah
3 7.10.15/jum’at/ S: Klien mengatakan dapat menerima asupan
2015/12.00 makanan dan nafsu makan meningkat
O: Klien tidak mual dan muntah, nafsu makan
meningkat, dan BB meningkat
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Rencana keperawatan no. 1 & 2 dihentikan. Px di
pulangkan

BAB III
PENUTUP

29
A. Kesimpulan

1. Herpes zoster adalahpenyakit yang disbabkanolehinfeksi virus varisela zoster


yang menyerangkulit.
2. Herpes zoster di klasifikasikan menjadi 6 jenis:
a. Herpes zoster frontalis : menyerang pada sekitar wajah
b. Herpes zoster oftalmika : menyerang pada sekitar dahi dan sekitar mata
c. Herpes zoester servikali : menyerang pada pundak dan lengan
d. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut
e. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paka
f. Herpes zoster otikum : menyerang telinga.
3. Herpes zoester disebabkan oleh:
a. infeksi virus varisela zoester
b. Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat
daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster
makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
c. Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised)
seperti HIV dan leukemia.
4. Sesudah seseorang menderita cacar air, virus varisela-zoester hidup secara
inaktif (dormant) didalam sel-sel saraf didekat otak dan medula spinalis.
Kemudian Virus ini mengalami reaktifasi, virus tersebut berjalan lewat saraf
perifer ke kulit varisela yang dorman diaktifkan dan timbul vesikel-vesikel
meradang unilateral disepanjang satu dermatom.
5. Herpes Zoster muncul tidak terkait dengan cuaca, tidak ada perbedaan angka
penderita laki-laki dan perempuan, lebih sering menyerang usia dewasa daripada
anak – anak.
6. Tanda dan gejalanya adalah :
a. Muncul kemerahan pada kulit dada, leher, punggung
b. Rasa gatal dan panas sperti terbakar pada area yang terkena
c. Munculnya bintil gatal yang berisi cairan
d. Mual dan muntah, tidak nafsu makan
7. Pemeriksaan yang dapat dilakukan :

30
a. Tzanck smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex
b. Kultur dari cairan versikel dan tes antibody : digunakan untuk
membedakan diagnosis herpes virus
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit.
8. Penatalaksanaan
a. Umum
Analgetika untuk anti inflamasi
bedak salisil
b. Khusus
Asiklovir
Aspirin
Antidepresan trisiklik
9. Komplikasi

a. Neuralgiapasca herpetik

b. Infeksisekunder

c. Kelainanpadamata

d. .SindromRamsayHunt

e. Paralisismotorik

10. Pencegahan yang dapat dilakukan :


Untuk mengurangi risiko herpes zoster dan rasa sakit jangka panjang yang dapat
mengikuti herpes zoster adalah:
a. Vaksinasi
b. Menjaga kebersihan lingkungan
c. Tidak meminjam barang – barang pribadi penderita seperti handuk atau
pakaian
11. Diagnosa yang diperoleh dari penderita herpes zoster adalah:
a. Nyeri Akut berhubungan dengan respons inflamasi.
b. Gangguan gambaran diri (citra diri) berhubungan dengan perubahan struktur
kulit.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  berhubungan dengan
penurunan intake asupan gizi (anoreksia) dan mual muntah.

31
B. Saran
1. Untuk masyarakat diharapkan dapat mencegah terjadinya herpes zoster, dan dapat
mengatasi jika terkena herpes zoster.
2. Untuk instansi kampus unusa diharapkan dapat menambah sarana penunjang yang
lebih lengkap untuk mahasiswa agar lebih mudah mendapatkan referensi tentang
herpes zoster
3. Untuk tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan kepada
keluarga penderita dan masyarakat luas tentang herpes zoster, agar keluarga dan
masyarakat dapat mengerti tentang herpes zoster.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. http://www.scribd.com/doc/97396460/Makalah-Herpes#scribd
2. Loetfia Dwi Rahariyani,S.Kep.M.Si.ilmu kesehatan Anak II, hlm.219
3. Mawali Harahap.Ilmu Penyakit Kulit
4. Muttaqin,Arif.2010.Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen

33

Anda mungkin juga menyukai