Anda di halaman 1dari 35

blognurse

Askep Varicella

liamulyasari liamulyasari

6 tahun yang lalu

Iklan

MAKALAH SISTEM INTEGUMEN

VARICELLA

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

Ahmad Saleh (14100044)

Boshoiri N.R (14100047)

Doni Damara (14100050)

Hanif P.M (14100054)

Jefi Hidayat (14100057)

Lulita Atikandari (14100061)


Maxima Meydina (14100064)

Puput Wulandari (14100068)

Rimbo Pranata (14100072)

Trilia Mulyasari (14100075)

Oni Dermawan (14100080)

S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES GUNA BANGSA YOGYAKARTA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas Berkat dan Rahmat-Nya, kami
dapat menyelesaikan penulisan makalah kami.

Makalah yang membahas tentang “Varicella”, yang merupakan bagian dari pembahasan Mata Kuliah
Sistem Intergumen ini, kami harapkan dapat membantu kita semua untuk memahami tentang varicella.
Kami sebagai penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, untuk itu
kami mengharapkan maklum, kritik, serta saran dari teman-teman dan Dosen bidang studi.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca dan kami mengucapkan
Terima Kasih.

Yogyakarta, November 2015

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Varicella adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan
kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi dibagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap,
2000:94).

Varicella pada umumnya menyerang anak-anak; di negara-negara bermusim 4, 90% kasus Varicella
tejadi sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat. Namun,
di negara-negara tropis, seperti di Indonesia, lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang
varicella. 50% kasus varicella terjadi di atas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia
pada remaja dan dewasa, gejala varicella semakin bertambah berat.
B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui konsep dasar dan teori penyakit varicella.

Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan untuk penyakit varicella.

C. Manfaat

Agar lebih mengetahui tentang penyakit varicella.

Agar terhindar dari bahayanya penyakit varicella.

Agar meningkatkan pengetahuan asuhan keperawatan varicella bagi perawat.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Kulit

Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar menutupi dan melindungi permukaan
tubuh, berhubungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga, lubang-lubang masuk. Pada
permukaan kulit bermuara kelenjar keringat dan kelenjar mukosa. Kulit tersusun dari 3 lapisan, yaitu
epidermis, dermis, dan jaringan sub-kutan. Setiap lapisan akan semakin berdiferensiasi (menjadi masak
dan memiliki fungsi yang lebih spesifik) ketika tumbuh dari lapisan stratum germinativum basalis ke
lapisan stratum korneum yang letaknya paling luar.

Epidermis

Ada dua jenis sel yang lazimnya terdapat dalam epidermis, yaitu sel-sel Merkel dan Langerhans. Fungsi
sel Merkel belum dipahami dengan jelas, tetapi diperkirakan berperanan dalam lintasan neuroendokrin
epidermis. Sel Langerhans diyakini mempunyai peranan yang signifikan dalam respons antigen-antigen
kutaneus.

Epidermis mengalami modifikasi pada berbagai daerah tubuh yang berbeda. Lapisan ini paling tebal
pada daerah telapak tangan serta kaki, dan mengandung keratin dalam jumlah yang lebih besar.
Ketebalan epidermis dapat meningkat jika bagian tersebut banyak digunakan dan bisa mengakibatkan
pembentukan kalus pada tangan atau klavus (corns) pada kaki.Epidermis terdiri dari beberapa lapisan
sel, yaitu:

Stratum Korneum. Selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya sudah mati, dan mengandung
zat keratin. Keratin merupakan protein fibrosus insolubel yang membentuk barrier paling luar kulit dan
memliki kemampuan untuk mengusir mikroorganisme patogen serta mencegah kehilangan cairan yang
berlebihan dari tubuh. Keratin merupakan unsur utama yang mengeraskan rambut dan kuku.

Stratum Lusidum. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum ialah sel-sel sudah banyak yang
kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya
terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki. Dalam lapisan terlihat seperti suatu pita yang bening dan
batas-batas sel sudah tidak begitu terlihat.

Stratum Granulosum. Stratum ini terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan, sel-sel tersebut terdapat
hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit. Dalam sitoplasma, terdapat butir-butir yang
disebut keratohialin yang merupakan fase dalam pembentukan keratin oleh karena banyaknya butir-
butir stratum granulosum.

Stratum Spinosum / Stratum Akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal da daat
mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya disebut spinosum karena jika kita lihat di bawa
mikroskop bahwa sel-selnya terdiri dari sel yang bentuknya poligonal/banyaknya sudut dan mempunyai
tanduk (spina). Disebut akantosum karena sel-selnya berduri. Ternyata spina atau tanduk tersebut ada
hubungan antara sel yang lain yang disebut intercelulair bridges atau jembatan inter seluler.

Stratum Basal / Stratum Germinativum. Disebut stratum basal karena sel-selnya terletak di bagian basal/
basis, stratum germinativum menggantikan sel-sel yang diatasnya dan merupakan sel-sel induk.
Bentuknya silindris (tabung) dengan inti yang lonjong. Di dalamnya terdapat butir-butir yang halus
disebut butir melanin warna. Sel tersebut disusun seperti pagar (palisade) dibagian bawah sel tersebut
terdapat suatu membran yang disebut membran basalis, sel-sel basalis dengan membran basalis
merupakan batas terbawah dari pada epidermis dengan dermis. Ternyata batas ini tidak datar tapi
bergelombang, pada waktu korium menonjol pada epidermis tonjolan ini disebut papila kori (papila
kulit). Dipihak lain epidermis menonjol ke arah korium, tonjolan ini disebut Rete Ridges atau rete pegg =
Prosesus inter papilaris.

2. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit, batas dengan epidermis dilapisi oleh membran basalis dan
disebelah bawah berbatasan dengan subkutan tapi batas ini tidak jelas, hanya kita ambil sebagai
patokan ialah mulainya terdapat sel lemak. Dermis terdiri dari 2 lapisan:
Bagian atas: Pars Papilaris (stratum papilar), berada langsung di bawah epidermis dan tersusun terutama
dari sel-sel fibroblast yang dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari
jaringan ikat.

Bagian bawah: Retikularis (stratum retikularis), terletak di bawah lapisan papilaris dan juga
memproduksi kolagen serta berkas-berkas serabut elastik.Dermis juga tersusun dari pembuluh darah
serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut. Dermis sering disebut
sebagai ”kulit sejati”.

3. Hypodermis (Jaringan Subkutan)

Ini merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang
memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan ini
memungkinkan mobolitas kulit, perubahan kontur tubuh, dan penyekatan panas tubuh. Lemak atau
gajih akan bertumpuk dan tersebar meurut jenis kelamin seseorang dan secara parsial menyebabkan
bentuk tubuh laki-laki dan perempuan berbeda. Makan yang berlebihan akan meningkatkan
penimbunan lemak di bawah kulit.

Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu
tubuh. Subkutan terdiri dari kumpulan-kumpulan sel lemak dan diantar gerombolan ini berjalan serabut-
serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan intinya terdesak ke pinggir
sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikuus adiposus yang tebalnya tidak
sama pada tiap-tiap tempat dan juga pembagian antara laki-laki dan perempuan tidak sama. Guna
penikulus adiposus adalah sebagai shok breker, yaitu pegas / bila tekanan trauma mekanis yang
menimpa pada kulit, isolator panas atau untuk mempertahankan suhu tubh, penimbunan kalori, dan
tambahan untuk kecantikan tubuh.

A. Fisiologi Kulit

Kulit mempunyai banyak fungsi. Bahan lemak yang bisa larut dapat menembus kulit melalui folikel
rambut dan kelenjar sebasea. Kulit yang atropi atau senil mengandung lebih sedikit folikel rambut, jadi
permeabilitas bahan lemak yang bisa larut melalui kulit berkurang pada saat sudah lanjut usia. Secara
umum, fungsi kulit adalah sebagai berikut:

Perlindungan
Kulit yang menutupi sebagaian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar 1 atau 2 mm saja, padahal kulit
memberikan perlindungna yang sangat efektif terhadap invasi bakteri dan benda asing lainnya. Kulit
telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan terhadap pengaruh trauma yang
terus-menerus terjadi di daerah tersebut.

Sensibilitas

Ujung-ujung reseptor serabut pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau secara terus-menerus
keadaan lingkungan di sekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit adalah untuk mengindera suhu, rasa
nyeri, sentuhan dan tekanan (atau sentuhan yang berat). Berbagai ujung saraf bertanggung jawab untuk
bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda. Meskipun tersebar diseluruh tubuh, ujung-ujung saraf
lebih terkonsentrasi pada sebagian daerah dibandingkan bagian lainnya. Sebagai contoh, ujung-ujung
jari tangan jauh lebih terinervasi ketimbang kulit pada bagian punggung tangan.

Keseimbangan Air

Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian akan mencegah
hilangnya air dan elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan. Bila kulit mengalami kerusakan, misalnya pada luka bakar, cairan
dan elektrolit dalam jumlah besar dalam hilang dengan cepat sehingga bisa terjadi kolaps sirkulasi, syok,
serta kemati

Pengaturan Suhu

Tubuh secara terus-menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil metabolisme makanan yang
memproduksi energi. Panas ini akan hilang terutama lewat kulit. Tiga proses fisik yang penting terlibat
dalam kehilangan panas dari tubuh ke lingkungan. Proses pertama, yaitu radiasi, merupakan
pemindahan panas ke benda lain yang suhunya lebih rendah dan berada pada suatu jarak tertentu.
Proses kedua, yaitu konduksi, merupakan pemindahan panas dari tubuh ke benda lain yang lebih dingin
yang bersentuhan dengan tubuh. Panas yang dipindahkan lewat konduksi ke udara yang melingkupi
tubuh akan dihilangkan melalui proses ketiga, yaitu konveksi, yang terdiri atas pergerakan massa
molekul udara hangat yang meninggalkan tubuh.

Pengeluaran keringat merupakan proses lannya yang digunakan tubuh untuk mengatur laju kehilangan
panas. Pengeluaran keringat tidak akan tejadi sebelum suhu internal tubuh melampaui 37 derajat
Celcius tanpa tergantung pada suhu kulit. Pada hawa lingkungan yang sangat panas, laju produksi
keringat dapat setinggi 1L/jam. Dalam keadaan tertentu,misalnya pada stres emosional, pengeluaran
keringat dapat terjadi secara refleks dan tidak ada hubungannya dengan keharusan untuk
menghilangkan panas dari tubuh.

Produksi Vitamin

Kulit yang terpajan sinar ultraviolet dapat mengubah substansi yang diperlukan untuk mensintesis
vitamin D. Vitamin D merupakan unsur esensial untuk mencegah penyakit riketsia, suatu keadaan yang
terjadi akibat defisiensi vitamin D, kalsium serta fosfor dan yang menyebabkan deformita tulang.

Fungsi Respon Imun

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa sel dermal merupakan komponen penting dalam
sistem imun. Penelitian yang masih berlangsung harus mendefinisikan lebih jelas peranan sel-sel dermal
ini dalam fungsi imun.

B. Konsep Dasar Penyakit

Definisi Varisela

Varisela berasal dari bahasa latin, Varicella. Penyakit varisela di Indonesia dikenal dengan istilah cacar
air, sedangkan diluar negeri terkenal dengan nama Chicken-pox.

Varisela adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster, ditandai dengan
erupsi yang khas pada kulit.

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang sangat menular, dengan gejala-gejala demam dan
timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan.

Varisela adalah penyakit infeksi virus akut dan cepat menular, yang disertai gejala konstitusi dengan
kelainan kulit yang polimorf, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. (Prof. Dr. Maswali Harahap,
2000 : 94)
Varisela merupakan penyakit akut menular yang ditandai oleh vesikel di kulit dan selaput lendir yang
disebabkan oleh virus varisella. Varisela adalah infeksi akut prime yang menyerang kulit dan mukosa
secara klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorfi terutama berlokasi di bagian sentral
tubuh, disebut juga cacar air, chicken pox (Kapita Selekta, 2000).

Etiologi

Virus Varicella zoster, termasuk family herpes virus. Menurut Richar .E, varisela disebabkan oleh herpes
virus varicella-zoster (virus V-Z). Virus tersebut dapat pula menyebabkan herpes zoster. Kedua penyakit
ini mempunyai manifestasi klinis yang berbeda. Diperkirakan bahwa setelah ada kontak dengan virus V-Z
akan terjadi varisela; kemudian setelah penderita varisela tersebut sembuh, mungkin virus itu tetap ada
dalam bentuk laten (tanpa ada manifestasi klinis) dan kemudian virus V-Z diaktivasi oleh trauma
sehingga menyebabkan herpes zoster. Virus V-Z dapat ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah
penderita varisela dapat dilihat dengan mikroskop elektron dan dapat diisolasi dengan menggunakan
biakan yang terdiri dari fibroblas paru embrio manusia.

Klasifikasi

Menurut Siti Aisyah (2003), klasifikasi varisela dibagi menjadi 2, yaitu:

Varicella Conginetal

Varicella conginetal adalah sindrom yang terdiri atas parut sikatrisial, atrofi ekstremitas, serta kelaian
mata dan susunan saraf pusat. Sering terjadi ensefalitis sehingga menyebabkan kerusakan neuropatiki.
Risiko terjadinya varicella congenital sangat rendah (2,2%). Walaupun pada kehamilan trimester
pertama ibu menderita varisela. Varisela pada kehamilan paruh kedua jarang sekali menyebabkan
kematian bayi pada saat lahir. Sulit untuk mendiagnosis infeksi varisela intrauterin. Tidak diketahui
apakah pengobatan dengan antivirus pada ibu dapat mencegah kelainan fetus.

Varicella Neonatal

Varicella neonatal terjadi bila terjadi varisela maternal antara 5 hari sebelum sampai 2 hari sesudah
kelahiran. Kurang lebih 20% bayi yang terpajan akan menderita varisela neonatal. Sebelum penggunaan
varicella-zoster immuneglobulin (VZIG), kematian varisela neonatal sekitar 30%. Namun, neonatus
dengan lesi pada saat lahir atau dalam 5 hari pertama sejak lahir jarang menderita varisela berat karena
mendapat antibody dari ibunya. Neonatus dapat pula tertular dari anggota keluarga lainnya selain
ibunya. Neonatus yang lahir dalam masa resiko tinggi harus diberikan profilaksis VZIG pada saat lahir
atau saat awitan infeksi maternal bila timbul dalam 2 hari setelah lahir. Varisela neonatal biasanya
timbul dalam 5-10 hari walaupun telah diberikan VZIG. Bila terjadi varisela progresif (ensefalitis,
pneumonia, varicella, hepatitis, diatesis, pendarahan) harus diobati dengan acyclofir intravena. Bayi
yang terpajan dengan varisela neonatal dalam 2 bulan sejak lahir harus diawasi. Tidak ada indikasi klinis
untuk memberikan antivirus pada varisela neonatal atau acyclofir profilaksis bila terpajan varisela
maternal.

Manifestasi Klinis

Masa tunas penyakit berkisar antara 8-12 hari.

Didahului stadium prodromal yang ditandai:

Demam

Malaise

Sakit kepala

Anoreksia

Sakit punggung

Batuk kering

3. Stadium: erupsi yang ditandai dengan terbentuknya verikula yang khas, seperti tetesan embun
(teardrops) vesikula akan berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi kusta, sementara proses
ini berlangsung, timbul lagi vesikel baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi.

4. Penyebaran lesi terutama adalah di daerah badan kemudian menyebar secara satrifugal ke muka dan
ekstremitas (Prof. Dr. Marwali Harahap, 2000: 94-95).

Patofisiologi

Menyebar hematogen. Virus Varicella Zoster juga menginfeksi sel satelit disekitar Neuron pada gang lion
akar darsal sumsum tulang belakang. Dari sini virus bisa kembali menimbulkan gejala dalam bentuk
herpes zoster. Sekitar 250-500 benjolan akan timbul menyebar diseluruh bagian tubuh, tidak terkecuali
pada muka, kulit kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim. Namun
dalam waktu kurang dari seminggu, lesi tersebut akan mengering dan bersamaan dengan itu terasa
gatal. Dalam waktu 1-3 minggu bekas pada kulit yang mengering akan terlepas. Virus varicella zoster
penyebab penyakit cacar air ini berpindah dari satu orang ke orang lain melalui percikan ludah yang
berasal dari batuk atau bersin penderita dan diterbangkan melalui udara atau kontak langsung dengan
kulit yang terinfeksi. Virus ini masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru dan tersebar ke bagian tubuh
melalui kelenjar getah bening.

Setelah melewati periode 14 hari virus ini akan menyebar dengan pesatnya ke jaringan kulit. Memang
sebaiknya penyakit ini dialami pada masa kanak-kanak dan pada kalau sudah dewasa. Sebab seringkali
orang tua membiarkan anak-anaknya terkena cacar air lebih dini.

Varisela pada umumnya menyerang anak-anak; di negara-negara bermusim 4, 90% kasus varisela terjadi
sebelum usia 15 tahun. Pada anak-anak, pada umumnya penyakit ini tidak begitu berat, namun di
negara-negara tropis seperti Indonesia lebih banyak remaja dan orang dewasa yang terserang varisela.
50% kasus varisela terjadi di atas usia 15 tahun. Dengan demikian semakin bertambahnya usia pada
remaja dan dewasa, gejala varisela semakin bertambah berat.

Komplikasi

– Komplikasi tersering terjadi secara umum:

Pnemonia

Kelainan ginjal

Ensefalitis

Meningiti

– Komplikasi yang langka:

Radang sumsum tulang

Hepatitis

Sindrom reye

-Komplikasi yang biasa terjadi pada anak-anak hanya berupa infeksi varisela pada kulit, sedangkan pada
orang dewasa kemungkinan terjadinya komplikasi berupa randang paru-paru atau pnemonia 10-25 lebih
tinggi dari anak-anak.
7. Treatment

Karena umumnya bersifat ringan, kebanyakan penderita tidak memerlukan terapi khusus selain istrahat
dan pemberian asupan cairan yang cukup. Yang justru sering menjadi masalah adalah rasa gatal yang
menyertai erupsi. Bila tidak ditahan-tahan, jari kita tentu ingin segera menggaruknya. Masalahnya, bila
jari tergaruk sampai hebat, dapat timbul jaingan parut pada bekas gelembun yang pecah. Tentu tidak
menarik untuk dilihat.

Umum:

Isolasi untuk mencegah penularan

Diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)

Bila demam tinggi, kompres dengan air hangat

Upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi

Upayakan agar vesikeltidak pecah

Jangan menggaruk vesikel

Kuku jangan diberikan panjang

Bila hendak mengeringkan badan, cukup tepal-tepalkan handuk pada kulit, jangan digosok.

8. Farmakoterapi

– Antivirus dan Asiklovir

Biasanya diberikan pada kasus-kasus yang berat, misalnya pada penderita leukimia atau penyakit-
penyakit lain yang melemahkan daya tahan tubuh.

– Antipiretik dan untuk menurunkan demam


Parasetamol atau ibuprofen

Jangan berikan aspirin pada anak anda, pemakaian aspirin pda infeksi virus (termasuk virus varisela)
telah dihubungkan dengan sebuah komplikasi fatal, yaitu syndrom reye

– Salep antibiotik

Untuk mengobati ruam yang terinfeksi

– Antibiotik

Bila terjadi komplikasi pnemonia atau infeksi bakteri pada kulit

9. Hindari kontak dengan penderita

Tingkatkan daya tahan tubuh

Imunoglobulin Varicella Zoster

Dapat mencegah atau setidaknya meringankan terjadinya cacar air. Bila diberikan dalam waktu
maksimal 96 jam sesudah terpapar

Dianjurkan pula bagi bayi baru lahir yang ibunya menderita cacar air beberapa saat sebelum atau
sesudah melahirkan

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN VARICELLA

A. Kasus

Tn B (20 tahun) datang ke poli kulit RS Guna Sehat. Ia mengeluhkan badannya terasa demam seperti
akan flu, karena menyangka akan flu akhirnya ia meminum obat flu untuk menyembuhkan flunya
tersebut. Namun setelah beberapa hari di area sekitar tubuhnya muncul ruam yang berisi air, pertama
kali muncul Tn B mengira bahwa ia terkena alergi, tetapi setelah dibiarkan beberapa hari ruam yang
muncul diarea sekitar tubuh semakin bertambah banyak, ruam tesebut berwarna merah, berisi air, dan
ketika dipegang terasa nyeri. Setelah beberapa hari badannya mengalami demam tinggi dan ruam yang
muncul semakin bertambah banyak, ruam tersebut muncul diarea tubuh, wajah, leher, tangan, dan
kepala. Saat dilakukan pemeriksaan didapat TTV; TD:150/110 mmHg, ND: 90 x/menit, RR: 22 x/menit, S:
38oC.

Pengkajian

Identitas Klien:

Nama : Tn. B

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Swasta

Status : Belum menikah

Alamat : Sleman, Yogyakarta

Suku Bangsa : Jawa


Tgl Masuk : 13 November 2015

Tgl Pengkajian : 13 November 2015

No. RM : 22055

Penanggung Jawab:

Nama : Ny. F

Umur : 51 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Alamat : Sleman, Yogyakarta

Hubungan : Ibu Kandung


Keluhan Utama

Klien mengalami demam, dan muncul ruam berisi air di seluruh tubuhnya

Riwayat Kesehatan

Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien datang ke RS Guna Sehat diantar oleh orang tuanya dengan keluhan klien mengalami demam,
dan muncul ruam berisi air di seluruh tubuhnya.

Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada

Pemeriksaan Fisik

Pola Fungsi Kesehatan

Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan


Keluarga klien khawatir kalau penyakit yang diderita klien semakin parah, dan berharap agar cepat
sembuh.

Pola Nutrisi dan Metabolisme

Diet/Suplemen khusus : Tidak ada

Nafsu makan : Menurun

Penurunan sensasi kecap, mual, stomatitis : Tidak ada

Kesulitan menelan (disfagia) : Tidak ada

Gigi : Lengkap

Frekuensi Makan : 1-2x sehari

Jenis Makanan : Nasi, Sayur, dan buah

Pantangan/alergi : Ikan

Pola Eliminasi

BAB:
Frekuensi : 2x sehari

Warna : Kuning

Waktu : Tidak teratur

Konsistensi : Lunak

Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada

BAK:

Frekuensi : 4-5x sehari

Kesulitan : Tidak ada

Pola Aktivitas dan Latihan

Kekuatan Otot : Normal

Kemampuan ROM : Normal

Keluhan saat beraktivitas :–


Pola Istirahat dan Tidur

Lama tidur : 4-6 jam

Waktu : Malam

Pola Kognitif dan Persepsi

Status mental : Normal

Bicara : Normal

Kemampuan memahami : normal

Tingkat Ansietas : Sedang

Penglihatan : Normal

Ketidaknyamanan/Nyeri : Nyeri Akut

Persepsi Diri dan Konsep Diri

Perasaan Klien tentang masalah kesehatan ini : Klien merasa malu dan minder
Pola peran hubungan

Pekerjaan : Swasta

Sistem Pendukung : Keluarga

Pola Koping dan toleransi aktivitas

Hal yang dilakukan saat ada masalah : Cerita dengan orang terdekat atau keluarga

Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : Tidak ada

Keadaan emosi dalam sehari-hari : Tegang

Keyakinan dan Kepercayaan

Agama : Islam

Pengaruh agama dalam kehidupan : Percaya akan ajaran agamanya


Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum : Tampak gelisah

Penampilan Umum : Bersih dan rapi

Klien tampak sehat/sakit/sakit berat : Sakit

Kesadaran : Compos Mentis

BB : 60 kg

TB : 170 cm

Tanda-tanda vital

TD : 150/110 mmHg

ND : 90 x/menit

RR : 22 x/menit

S : 38oC
Kulit

Warna Kulit : Tampak kemerahan

Kelembaban : Kering

Turgor Kulit : Elastic berkurang

Ada/Tidaknya edema : Tidak ada

Kepala

Inspeksi : Rambut bersih

Palpasi : Ada ruam berisi air

Mata

Inspeksi : Simetris

Fungsi penglihatan : Normal

Ukuran pupil : Normal


Konjungtiva : Anemis

Sklera : Putih

Telinga

Fungsi pendengaran : Tidak ada gangguan fungsi pendengaran

Kebersihan : Bersih

Sekret : Tidak ada

Hidung dan Sinus

Fungsi Penciuman : Baik

Pembengkakan : Tidak ada

Perdarahan : Tidak ada

Kebersihan : Bersih
Sekret : Tidak ada

Mulut dan Tenggorokan

Membran Mukosa : Kering

Kebersihan Mulut : Bersih

Keadaan Gigi : Lengkap

Tanda Radang : Tidak ada

Trismus : Tidak ada

Kesulitan Menelan : Tidak ada

Leher

Trakea : Simetris

Kelenjar Limfe : Ada

Kelenjar Tiroid : Tidak ada pembesaran


Thorak/Paru

Inspeksi : Dada simetris

Perkusi : Tidak ada massa dan peningkatan produksi mukus

Auskultasi : Pernafasan stridor (ngorok)

Jantung

Inspeksi : Iktus kordis terlihat

Abdomen

Inspeksi : Simetris

Auskultasi : Peristaltik usus

Palpasi : Tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites


Ekstremitas

Ekstremitas Atas : Pergerakan Normal

Ekstremitas Bawah : Pergerakan Normal

Neurologis

Status Mental : Normal

Motorik : Normal

Sensorik : Tidak ada gangguan pada sistem sensorik

A. Analisa Data

Hari/Tgl/Jam Data Fokus Etiologi Problem

Jumat, 13 November 2015

Jam 09.00 wib

DO:

– TD : 150/110 mmHg
– ND : 90 x/menit

– RR : 22 x/menit

– S : 38oC

– Kulit kemerahan

– Kulit terasa hangat

– Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

DS:

– Klien mengeluh badannya demam

Penyakit Varicella Hipertermi

Jumat, 13 November 2015

Jam 09.30 wib

DO:

– Terdapat ruam berisi air, berwarna kemerahan

DS:
– Klien mengatakan nyeri saat dipegang

Penyakit Varicella Nyeri Akut

Jumat, 13 November 2015

Jam 10.00 wib

DO:

– Ruam yang muncul semakin banyak, ruam tersebut muncul diarea tubuh, wajah, leher, tangan
dan kepala

DS:

– —

Penyakit Varicella Kerusakan integritas kulit

B. Diagnosa Keperawatan

Hipertermi b.d Penyakit Varicella

Nyeri akut b.d Penyakit Varicella

Kerusakan integritas kulit b.d Penyakit Varicella

C. Intervensi

Hari/Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Jumat, 13 November 2015

Jam 10.30 wib

1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan Hipertermi teratasi, dengan
KH:
1. Menunjukkan temperatur dalam batas normal

1. Observasi TTV: suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan

2. Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

3. Beri kompres hangat didaerah ketiak atau dahi

4. Anjurkan klien untuk istrahat ditempat tidur/tirah baring

5. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat

6. Monitor dan catat intake atau output dan berikan cairan intervena sesuai program medic

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiretik

1. TTV merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien

2. Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan pasien di rumah sakit

3. Kompres hangat memberikan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat meningkatkan
pengeluaran panas tubuh melalui pori-pori

4. Mencegah terjadinya peningkatan metabolisme tubuh dan membantu proses penyembuhan

5. Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh


6. Peningkatan intake cairan perlu untuk mencegah dehidrasi

7. Antipiretik berfungsi dalam menurunkan suhu tubuh

Jumat, 13 November 2015

Jam 11.00 wib

2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan Nyeri akut teratasi, dengan
KH:

1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, menyari bantuan)

2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

2. Ajarkan teknik relaksasi


3. Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri

1. memantau respon nyeri

2. Untuk mengurangi nyeri

3. Dapat menekan skala nyeri

Jumat, 13 November 2015

Jam 11.30 wib

3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1×24 jam diharapkan Kerusakan integritas kulit
teratasi, dengan KH:

1. Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)

2. Tidak ada luka/lesi pada kulit

3. Perfusi jaringan baik

4. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang

5. Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami

1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

2. Hindari kerutan pada tempat tidur

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering


4. Monitor kulit akan adanya kemerahan

5. Edukasi dalam menghindari penyebab varicella

1. Pakaian yang longgar agar meminimalkan gesekan dengan kulit

2. mencegah terjadinya tekanan dari jaringan lunak

3. agar luka cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi

4. mengantisipasi terjadinya iritasi

5. mengajarkan kepada keluarga dan pasien dari pencegahan penyebab penyakit varicella

D. Evaluasi

Dx Evaluasi

1 S : Klien mengatakan demamnya sudah mulai turun

O: TD; 110/90 mmHg

N; 80 x/mnt

RR; 22 x/menit
S; 37oC

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

2 S : Klien mengatakan nyeri sudah mendingan

O: Skala nyeri; 1-2

TD: 110/80

N: 80 x/menit

RR; 20 x/menit

S; 37oC

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

3 S : klien mengatakan sudah merasa agak nyaman

O: Klien sudah tampak tenang


TD: 110/80

N: 78 x/menit

RR; 20 x/menit

S; 37oC

A : Masalah teratasi

P : Hentikan Intervensi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Varicella adalah infeksi akut primer oleh virus Varicella Zoster yang menyerang kulit dan mukosa.

Penyakit ini disebabkan oleh virus Varicella Zoster. Penamaan virus ini memberi pengertian bahwa
infeksi primer virus ini menyebabkan penyakit varicella. Sedangkan kreativitasnya menyebabkan herpes
zoster.

Pada beberapa kelompok yaitu: bayi dibawah usia 28 hari dan orang dengan kekebalan tubuh randah.
B. Saran

Kami sebagai penulis mengharapkan agar kita dapat mengetahui apa itu penyakit varicella dan cara
pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC : Jakarta.

Tarwoto dan Wartonah. (2000). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Salemba Medika :
Jakarta.

Varisela. http://www.aventispasteur.co.id/news.asp?id7

Varisela Klinikku. http://www.klinikku.com/pustaka/medis/integ/varisela-klinis.html

Cacar Air. http://www.medicastore.com/med/detail_pyk_php?id=&iddtl

Anda mungkin juga menyukai