Anda di halaman 1dari 58

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan organ kulit terbesar dan paling mudah diakses. Fungsi paling mendasar
dari kulit yaitu sebagai protektor. (McPhee & Ganong, 2011). Kulit terdiri dari beberapa
lapisan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis. Masing-masing lapisan memiliki peran yang
saling mendukung intergritas fungsi kulit.
Infeksi pada kulit terjadi dalam keadaan tertembusnya permukaan kulit atau mungkin
berasal dari dalam tubuh. Infeksi yang menyerang integumen ini akan memberikan gambaran
yang berbeda berkaitan dengan respon tubuh terhadap mikroorganisme penyebab infeksi
seperti virus, jamur dan bakteri. Hal tersebut berupa: letak infeksi di lapisan kulit, sifat alami
organisme tersebut, respon tubuh terhadap infeksi. (Underwood, 2000). Berbagai jenis
mikroorganisme dapat masuk mencapai kulit dan menginfeksi melewati dua cara yaitu
melalui internal seperti aliran darah dan eksternal dengan menembus barier kulit.
Mikroorganisme yang diketahui menginfeksi kulit yaitu virus, jamur dan bakteri.
Permasalahan infeksi jamur diketahui cukup luas. Diketahui prevelensi infeksi jamur
pada kulit mencapai 20%-25% di seluruh dunia. Di Indonesia diketahui prefelensi infeksi
jamur mencapai 4,7% dengan penyebab candida sp (50,1%), dermatofit (26,2%). (Naldo,
2014). Infeksi kulit di Indonesia baik yang dipengaruhi oleh bakteri, jamur maupun virus
diketahui meningkat, hal ini disebabkan berbagai faktor, diantaranya : cuaca dan iklim di
Indonesia yang cocok dengan pertumbuhan dan perkembnagan penyakit yaitu keadaan yang
panas dan lembab; pola kebiasaan hidup tidak bersih; berbagai kondisi penyakit yangg secara
tidak langsung mempengaruhi kulit; status ekonomi dan pendidikan masyarakat yang kurang.
(Harahap, 2000).
Infeksi pada kulit dapat menyebabkan timbulnya berbagai masalah kesehatan mulai dari
infeksi ringan sampai berat, melibatkan fisik maupun psikis. Karenanya, peran perawat
sangat dibutuhkan dalam hal penyelesaian masalah. Perawat dituntut untuk dapat mengetahui
konsep dan asuhan keperawatan yang tepat guna meningkatkan angka kesembuhan,
menurunkan angka kekambuhan atau penularan.

1
1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan memahami konsep dan asuhan


keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen karena gangguan
mikroorganisme: infeksi virus, infeksi jamur dan infeksi bakteri.

1.2.2 Tujuan Khusus

Mahasiswa diharapkan akan mengetahui

1. Konsep gangguan sistem integumen karena gangguan mikroorganisme: infeksi virus

2. Konsep gangguan sistem integumen karena gangguan mikroorganisme: infeksi Jamur

3. Konsep gangguan sistem integumen karena gangguan mikroorganisme: infeksi bakteri

4. Konsep asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem integumen karena
gangguan mikroorganisme: infeksi virus, infeksi jamur dan infeksi bakteri

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Kulit

2.1.1 Anatomi Kulit

Kulit merupakan organ kulit terbesar dan paling mudah diakses. Fungsi paling mendasar
dari kulit yaitu sebagai protektor. (McPhee & Ganong, 2011). Sistem integumen terdiri dari
suatu lapisan jaringan dengan ketebalan 1-4 mm, yang menutupi semua permukaan tubuh.

Gambar 1 : Struktur Kulit

1. Lapisan Kulit

Kulit terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis yang merupakan suatu epitel khusus berasal
dari ektoderm. Selanjutnya di bawah epidermis terdapat dermis atau korium berupa jaringan
ikat yang agak padat, vaskular (mengandung banyak pembuluh darah), dan berasal dari
mesoderm(C. Roland Leeson, dkk, 2012).

a. Epidermis

Epidermis adalah lapisan paling luar yang terdiri dari epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk, terdiri dari 4 jenis sel yang berbeda yaitu :
a) Keratinosit
Keratinosit merupakan sel terbanyak. Merupakan sel epitel yang akan berkembang untuk
membentuk keratin. Sel permukaan yang mengalami keratinisasi terkelupas terus menerus
dan harus digantikan oleh sel yang tumbuh dari lapisan dibawahnya sebagai hasil kegiatan
mitosis sel lapisan basal epidermis. Sel-sel hasil ploriferasi ini bergeser ke atas ke lapisan
yang lebih tinggi dan sambil bergeser ke atas sel-sel tersebut membentuk keratin. Keratin

3
kemudian akan menyulih sebagian besar sitoplasma, selnya kemudian akan mati dan akhirnya
akan terkelupas.
b) Melanosit
Warna kulit ditentukan oleh tiga faktor yaitu kuning karena kandungan karoten, darah
pada pembuluh darah dermis memberikan rona kemerahan, kandungan pigmen melanin
memberikan bayangan coklat. Melanin terutama terletak di dalam lapis basal dan bagian
bawah lapis laju. Melanin dibuat oleh sel epidermis khusus yaitu melanosit yang terdapat
pada keratinosisis lapis basal dan lapis laju serta terdapat juga di dalam folikel rambut dan
jaringan ikat dermis. (C. Roland Leeson, dkk, 2012). Perbedaan warna kulit disebabkan oleh
perbedaan jumlah dan ukuran melanosom di dalam keratinosit. Pigmentasi kulit bergantung
pada faktor keturunan, hormon dan lingkungan.
c) Sel Langerhans
Sel ini berbentuk bintang dengan banyak cabang mirip dendrit terdapat pada lapis taju
epidermis. Sel ini juga terdapat dalam epitel mukosa mulut, esofagus, vagina di dalam folikel
rambut, sebasea, kelenjar timus dan limfonodus.
d) Sel Merkel
Sel merker bertebaran di di dalam epidermis terilihat di stratum germinativumdan
berhubngan dengan ujung-ujung saraf intraepitel. Sel merkel terletak pada keratinosit,
disekitarnya terdapat banyak desmosom.

Epidermis tumbuh terus karena lapisan sel induk yang berada di lapisan paling bawah
bermitosis terus. Lima lapis sel epidermis yaitu:
a) Lapis benih/stratum germinativum atau stratum basale yang terletak di atas dermis

Inti bagian basal lapis laju mengandung kolesterol dan asam amino. Terdiri dari selapis
sel yang berbentuk kubus/batang. Desmosom banyak sekali pada membran sel induk
epidermis. Sel ini selalu aktif bermitosis sampai individu meninggal. Jika sel pada stratum
korneum terkelupas, sel induk ini kemudian akan menggantikannya dengan yang baru dari
bawah. Sejak terbentuk sampai terkelupas umur sel 15-30 hari.

b) Lapis taju/stratum spinosum atau lapis sel duri

Lapisan ini terdiri dari banyak lapisan sel berbentuk kubus dan poligonal, inti terdapat di
tengah, dan sitoplasma berisi berkas-berkas serat yang terpaut pada desmosom (jembatan sel)
seluruh sel terikat rapat lewat serat-serat itu sehingga ecara keseluruhan lapisan se-selnya
berduri. Lapisan ini untuk menambah gesekan dan tekanan dari luar, sehingga harus tebal dan
4
terdapat di daerah tubuh yang banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan seperti
tumit dan pangkal telapak kaki.

c) Lapis berbutir/stratum granulosum

Terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti di tengah dan sitoplasma berisi
butiran granula keratohialin atau gabungan keratin dengan hialin. Lapisan ini menghalangi
masuknya benda asing, kuman dan bahan kimia ke dalam tubuh.

d) Lapis bening/stratum lusidum

Terdiri dari beberapa lapis sel yang sangat gepeng dan bening. Lapisan ini tampak seperti
satu kesatuan yang bening karena sangat sulit melihat membran yang membatasi sel ini.
Lapisan ini ditemukan pada bagian tubuh dengan kulit yang tebal

e) Lapisan tanduk/stratum korneum

Lapisan tanduk/stratum korneum merupakan lapisan paling luar yang berzat tanduk,
gepeng, kering, dan tidak berinti. Sitoplasma dengan serat keratin, makin keluar letak sel
makin gepeng seperti sisik lalu terkelupas dari tubuh, yang terkelupas kemudian diganti oleh
yang lainnya. Lapisan ini hampir tidak mengandung air karena adanya penguapan air

b. Dermis
Ketebalannya 0,5-3 mm. Dibentuk dari komponen jaringan pengikat. Derivat/turunan
dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar keringat yang membenam jauh ke dalam
dermis. Batas dermis (kulit jangat terdiri dari serat-serat kolagen, serabut elastis dan serabut
retikulin. Serta-serat ini bersama pembuluh darah dan pembuluh getah bening membnetuk
anyaman-anyaman yang memberikan perdarahan untuk kulit. Unsur utama dari lapisan
dermis adalah fibrosa dan makrofag, selain itu juga ada lemak yang berkelompok. Lapisan
Dermis teridi dari dua bagian besar yaitu :
a) Lapisan papila

Mengandung lekak-lekuk papila sehingga stratum malpigi juga ikut berlekuk. Lapisan ini
mengandung lapisan pengikat longgar disebut lapisan stratum spongeosum. Lapisan ini
mengandung peranan penting dalam peremajaan kulit.

b) Lapisan retikulosa

Mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen.

c. Hipodermis

5
Fasia superfisialis (lapisan bawah kulit) terdiri dari jaringan pengikat longga yang
komponennya terdiri dari serat longgar, elastis dan lemak. Bagian superfisialis hipodermis
mengandung kelenjar keringat dan folikel rambut. Dalam lapisan hipodermis terdapat
anyaman pembuluh darah vena dan arteri, anyaman saraf yang berjalan sejajar dengan
permukaan kulit di bawah dermis.

2. Kelenjar-kelenjar Kulit
a. Kelenjar Keringat
Kelenjar ini terdapat di seluruh tubuh kecuali pada dasar kuku, batas bibir, glans penis,
gendang telinga. Kelenjar ini paling banyak terdapat di telapak kaki dan tangan, pentingnya
bagian ini dengan regulasi suhu; tidak adanya rambut yang dapat mengganggu sensasi, dan
adanya penebalan lapisan tanduk yang ikut berperan dalam menyebabkan sifat rekat yang
dibutuhkan untuk memegang benda dengan erat. (McPhee & Ganong, 2011). Terdapat dua
macam kelenjar keringat yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Ekrin tersebar diseluruh kulit
tubuh. Apokrin, merupakan kelenjar keringat besar hanya dapat ditemukan pada ketiak, kulit
puting susu, kulit sekitar alat kelamindan dubur. Secara fungsional kelenjar keringat berperan
dalam penganturan suhu tubuh dengan membuat lapisan lembab di permukaan
untukpendinginan dengan penguapan. Kelenjar ini juga peka terhadap stres kejiwaan
terutama kelenjar yang terdapat pada telapak tangan dan kaki.
b. Kelenjar sebasea
Kelenjar sebasea berhubungan dengan folikel rambut yang bermuara dalam sebuah
folikel rambut. Kelenjar ini tidak berhubungan dengan folikel rambut tetapi salurannya
berhubugan langsung ke permukaan kulit. Kelenjar in terletak di dermis. Sekresi sebun terjadi
terus menerus dan bermanfaat untukpemeliharaan kelenjar kulit.
3. Pembuluh darah
Suplai darah untukkulit berasal dari pembuluh darah besar di dalam lapisan bawah kulit
yang bercabang ke arah permukaan kulit. Pembuluh darah ini kemudian membentuk jala-jala
pada tempat pertemuan antara dermis dan hipodermis kemudian memperdarahi jaringan
subkutis termasuk kelnjar keringat dan folikel rambut.
4. Saraf kulit
Kulit dan kelengkapannya menerima rangsangan dari lingkungannya karena dilengkapi
banyak saraf sensorik. Folikel rambut dipersarafi ecara terpisah dari ujung-ujung bebas saraf
sensori tidak bermielin yang terdapat dalam/dekat epidermis. Selain saraf sensorik terdapat

6
juga saraf eferen simpatis yang mempersarafi pembuluh darah, otot penegak rambut dan sel
sekretorik kelenjar keringat.
5. Pelengkap kulit
a. Kuku
Kuku merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal
falang jari tangan dan jari kaki. Strukturnya berhubungan dengan dermis dan epidermis.
Dengan pertambahan sel-sel baru dalam akar kuku menghasilkan geseran lambat lempeng
kuku di atas dasar kuku. Laju pertumbuhan kuku rata-rata 0,5mm per minggu. bila lempeng
kuku dicabut paksa, asalkan matriksnya tidak rusak, kuku akan tumbuh kembali.
b. Rambut
Rambut berupa benang keratin elastis yang berkembang dari dari epidermis dan
tersebar di sekujur tubuh kecuali pada telapak kaki, telapak tangan, permukaan dorsal palang
distal, daerah sekitas lubang dubur, dan urogenital.

2.1.2 Fisiologi Kulit


1. Modalitas Rasa kulit
a. Rasa mekanik
Rasa mekanik seperti : perabaan, getar, geli.
b. Rasa Suhu
c. Rasa Propriosepsi
Rasa propriosepsi berasal dari dalam tubuh. Terdapat pada bagian dalam misalnya otot,
tendon dan sendi.
d. Rasa Nyeri
Rasa nyeri timbul oleh rangsangan yang merusak yang berfungsi melindungi dan
mencegah kerusakan lebih lanjut dari jaringan yang terkena.
e. Rasa Gatal
Rasa gatal merupakan bentuk khusus rasa nyeri yang timbul pada kondisi rangsangan
tertentu. Reseptor gatal terletak pada bagian kulit permukaan, sedangkan reseptor nyeri
terdapat lebih dari dalam kulit.
2. Fungsi Kulit
Selain berfungsi sebagai protektor, kulit juga berfungsi dalam termoregulasi, proteksi,
absorbsi, ekskresi, presepsi, pembentukan pigmen, keratinasi, pembentukan vitamin D.
(Syaifuddin, 2012).
2.2 Infeksi Kulit

7
Infeksi pada kulit terjadi dalam keadaan tertembusnya permukaan kulit atau mungkin
berasal dari dalam tubuh. Infeksi yang menyerang integumen ini akan memberikan gambaran
yang berbeda berkaitan dengan respon tubuh terhadap mikroorganisme penyebab infeksi
seperti virus, jamur dan bakteri. Hal tersebut berupa: letak infeksi di lapisan kulit, sifat alami
organisme tersebut, respon tubuh terhadap infeksi. (Underwood, 2000).
Berbagai jenis mikroorganisme dapat masuk mencapai kulit dan menginfeksi melewati
dua cara yaitu melalui internal seperti aliran darah dan eksternal dengan menembus barier
kulit.
2.2.1 Infeksi Virus
Virus menginfeksi
1. Veruka Vulgaris
1) Pengertian
Veruka Vulgaris atau dikenal sebagi kutil merupakan salah satu penyakit infeksi kulit
dimana terjadi hiperplasia epitel kulit jinak yang terjadi pada epidermis. Veruka Vulgaris
dapat tumbuh di mana saja pada lapisan epidermis dan pada lapisan mukosa. Penyakit ini
dapat terjadi pada semua usia namun, paling banyak ditemukan pada usia anak sampai
dewasa muda. (Handoko, 2007). Walaupun bersifat jinak, HPV dapat menjadi penyebab
kanker seperti ca servik. (Underwood, 2000).
2) Penyebab
Verika vulgaris disebakan oleh virus, yaitu human papiloma virus (HPV). HPV
merupakan suatu virus DNA tipe berantai ganda ukuran kecil (55 nm), yang mempunyai lebih
dari 100 tipe. HPV dibedakan menjadi tipe kutaneus (non genital) seperti HPV-1, HPV-2,
HPV-3, HPV-4, dan tipe genital seperti HPV-6, HPV-11, HPV-16, HPV-18. (Centrel for
Disease Control and prevention, 2014).
Virus ditularkan dari individu ke individu yang tidak memiliki imunitas terhadap virus
ini. Selain itu HPV juga menular dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya, pada satu
pasien yang sama, dengan cara autoinukulasi (Price & Wilson, 2006). HPV bereplikasi pada
lapisan kulit pada sel-sel epidermis dan tidak ada akar yang menembusi dermis. (Habit TP
dalam artikel kedokteran, 2010).
3) Gejala Klinis
Gambaran klinisnya tergantung pada tipe HPV dan lokasi tubuh yang terkena.
- Veruka vulgaris tampak sebagai nodul yang kasar pada badan, tungkai, tangan, lengan,
genitalia dan membran mukosa mulut.

8
- Veruka yang datar dan panjang lebih banyak terlihat pada daerah wajah dibanding
dengan daerah tubuh yang lainnya.
- Veruka Plantaris tumbuh pada daerah stratum korneum kaki yang tebal dengan bintik-
bintik hitam kecil di bagian dalammnya, yang sesungguhnya merupakan kapiler yang
infark. bentuknya biasanya mendatar karena mengalami penekanan akibat berjalan dan
dikelilingi oleh kulit yang tebal.
- Kutil ini berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya lentikuler atau kalau berkonfluensi
berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). Dengan goresan dapat menimbulkan
autoinokulasi sepanjang goresan (fenomenakobner). Kutil biasanya bersisik, kasar,
papula berduri atau nodul dan rentang ukuran dari kecil 1 mm sampai lebih besar 1 cm
yang dapat ditemukan pada permukaan kulit. Biasanya terjadi sebagai papula tunggal
atau berkelompok pada daerah sekitar jari tangan dan kaki.
(Price & Wilson, 2006; Habit TP dalam Artikel Kedokteran, 2010).

Gambar 2a: Veruca Vulgaris pada epidermis tangan


Sumber : http://missinglink.ucsf.edu

- Pada daerah genitalia, rectum, dan uretra kutil ini disebut kandiloma akuminata. Infeksi
HPV pada daerah tersebut terlihat sebagai nodul basah dan juga ditemukan dalam jumlah
yang sangat banyak. Berdasarkan beberapa penelitian telah diketahui bahwa Kandiloma
akuiminata, berhubungan sangat erat dengan kanker sel skuamosa serviks pada
perempuan dan dengan papula pramaligna bowenoid pada laki-laki. Sebanyak 85%
kanker serviks disebabkan oleh HPV, terutama tipe 16 dan 18. (Price & Wilson, 2006).

9
Gambar 2b : Kandilomata akuiminata

4) Patofisiologi
Proses infeksi dan penyebaran veruka vulgaris dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
lokasi infeksi, jumlah virus yang menginfeksi, frekuensi kontak dan status imun klien.
Infeksi HPV terjadi melaui inokulasi virus ke dalam epidermis viabel yaitu melalui defek
epitalium. Reseptor seluler HPV belum diidentifikasi, namun telah diketahui permukaan sel
heparan sulfat, yang dikode oleh proteoglikan dan beikatan dengan partikel HPV dengan
afinitas tinggi dibutuhkan sebagai jalan masuk virus ini.
Virus menginfeksi keratinosit basal dari epidermis, melalui disrupsi permukaan kulit dan
mukosa. Di tempat ini, virus akan menetap di dalam sel sebagai episom sirkuler dalam
jumlah yang tidak banyak. Ketika sel epidermal berdiferensiasi dan bermigrasi ke
permukaan, virus akan memperbanyak diri. Proses replikasi virus akan mengubah karakter
epidermis menghasilkan keluaran yang dikenal sebagai wart (kutil).
Human Papilloma virus dibagi ke dalam tipe kutaneus dan mukosa, berdasarkan lokasi
klinis dari lesi. Kebanyakan virus papiloma memiliki predileksi anatomik yang tidak biasa,
infeksi hanya terjadi pada epidermal seperti mukosa kulit dan mukosa genital. Virus sering
memiliki potensi untuk berintegrasi dengan DNA hospes dengan hilangnya fungsi regulasi.
Sejumlah genotype virus memiliki potensi untuk mengubah sel dan berhubungan dengan
keganasan epidermal. Hal ini melibatkan interaksi dari protein E6 dan E7 dengan fungsi sel
hospes. Mekanisme transformasi tidak diketahui, tetapi DNA viral berintegrasi dengan gen
sel hospes.
(Asep Hermana, 2012).
5) Diagnostik
Diagnosa veruka vulgaris dapat dilakukan dengan melihat tanda-tanda klinis atau
dengan melakukan beberapa tindakan seperti dilakukannya biopsi atau dengan asam asetat.

10
Pada penderita klien yang dicurigai mengalami neoplasia pada daerah genital dapat
dilakukan pemeriksaan secara hati-hati dengan colposcopy.
Studi laboratori yang dapat dilakukan untukdiagnostik yaitu:
Tes cytologi servikal dengan menggunakan tes Papanicolaou (Pap) untuk
mengscreaning adanya servikal neoplasia
Tes DNA HPV untuk mendeteksi adanya HPV dan pada follow-up penderita
intraepithelial neoplasi servikal.
Tes asam acetic
Pada beberapa kasus akan dilakukan biopsi yang dapat mengkomfirmasi adanya infeksi
HPV. Biopsi direkomendasikan pada:
Klien perempuan yang memiliki riwayat adanya displasia pada daera vulva
Pada wanita yang telah menapose
Pada wanita yang telah gagal terapi
Adanya keraguan dalam diagnostik.
(Peter A Gearhart, 2014)
2. Moluskum Kontagiosum
1) Pengertian
Moluskum kontagiosum merupakan suatu penyakit kulit jinak yang ditandai dengan
suatu lesi yang khas dengan bentukan nodul yang tampak seperti kubah dengan permukaan
yang licin dan terdapat lekukan di tengahnya. (Price & Wilson, 2006).
2) Penyebab
Penyebab moluskum kontagiosum adalah Molluscum Contagiosum Virus (MCV) yang
merupakan virus DNA, kelompok Pox Virus dari genus Molluscipox virus. Terdapat empat
jenis virus yaitu MCV I, MCV II, MCV III dan MCV IV.
Moluskum kontagiosum bersifat endemis pada komunitas padat penduduk, higiene buruk
dan daerah miskin. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak, usia dewasa dengan aktivitas
seksual aktif dan status imunodefisiensi. Penularan dapat melalui kontak langsung dengan
lesi aktif atau autoinokulasi, penularan secara tidak langsung melalui pemakaian bersama
alat-alat pribadi seperti handuk, pisau cukur, alat pemotong rambut, penggunaan kolam
renang secara bersama, serta penularan melalui kontak seksual. (Djuanda Adhi, 2010).
3) Manifestasi klinis
Moluskum kongiosum (Mk) tampak berupa nodul seperti kubah dengan permukaan
terlihat licin dan terdapat lekukan khas di bagian tengah. Penyakit ini berkembang dari lesi
11
berpedunkel. Lesi yang ditimbulkan oleh MCV biasanya berwarna putih, pink, atau warna
daging, umbilikasi, papul yang meninggi (diameter 15 mm) atau nodul (diameter 610 mm).
Lesi Mk dapat berupa lesi multipel atau single (<30 papul). Walaupun pada pasien biasanya
asimtomatis, namun pada beberapa kasus dapat muncul ekzema di sekitar lesi dan pasien bisa
mengeluhkan gatal atau nyeri. Lesi moluskum kontagiosum pada pasien HIV tidak sembuh
secara cepat, dan mudah menyebar ke bagian tubuh lainnya. (Daniel Hanson & Dayna G.
Diven, 2011).

Gambar 3 : Moluskum kongiosum


Sumber : http://kerox.uludagsozluk.com
4) Patofisiologi
Masa inkubasi rata-rata Mk virus berkisar antara 2-7 minggu, dengan kisaran ekstrim
sampai 6 bulan. Infeksi dan infestasi Mk virus menyebabkan hyperplasia dan hipertrofi
epidermis. Inti virus bebas dapat ditemukan pada epidermis. Pada kulir Mk virus, berlokasi di
lapisan sel granular dan malphigi. Badan moluskum banyak mengandung virion Mk virus
matur yang banyak mengandung struktur collagen-lipid-rich saclike intraseluler yang diduga
berperan penting dalam mencegah reaksi sistem imun host untuk mengenalinya. Ruptur dan
pecahnya sel yang mengandung virus terjadi pada bagian tengah lesi. Mk Virus menimbulkan
tumor jinak selain juga menyebabkan lesi pox nekrotik. (Narette BS et al. 2000 dalam Winda
Arista Haeriyoko, 2013)
5) Diagnostik
Diagnosis Mk lebih banyak dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik yang cermat
sesuai dengan tanda dan gejalanya yang sangat khas seperti yang telah dituliskan dalam
manifestasi klinis. Evaluasi dengan konten sentra menggunakan persiapan crush dan
pewarnaan giemsa dan pemeriksaan histopatologik dapat dilakukan jika diperlukan. (Klaus
Wolff. 2008 dalam Winda Arista Haeriyoko, 2013)
Pemeriksaan histopatologi moluskum kontagiosum menunjukkan gambaran proliferasi
sel-sel stratum spinosum yang membentuk lobules disertai central cellular dan viral debris.
Lobulus intra epidermal dipisahkan oleh septa jaringan ikat dan didapatkan badan moluskum
di dalam lobulus berupa sel berbentuk bulat atau lonjong yang mengalami degenerasi
12
keratohialin. (Hunter JA. 2002 Winda Arista Haeriyoko, 2013) Pada pemeriksaan epidermis
akan ditemukan adanya hipertropi dan hiperplastik. Di atas lapisan basal, dapat dilihat sel
yang membesar berisi inklusi intrasitoplasmik besar. Hal ini dapat meningkatkan ukuran sel.
3. Herpes Simpleks (HS)
1) Pengertian
HS Merupakan suatu jenis infeksi kulit yang menyebabkan munculnya vesikel-vesikel
khas berkelompok dan disebabkan oleh virus
2) Penyebab
Penyebab HS yaitu virus DNA yang berasal dari famili Herpesviridae dan subvamili
Alphaherpesvirinae. Virus ini terdiri dari dua jenis tipe yaitu tipe 1 (HSV-1) dan tipe 2
(HSV-2). HSV-1 ditemukan paling sering menyerang bagian orofacial (ditemukan pada
bagian bibir, mulut, hidung dan pipi). HSV-2 ditemukan paling sering menyerang daerah
genitalial.
3) Patofisiologi
HSV merupakan virus DNA untai ganda dimana partikel DNA virus HVS ini, masuk ke
dalam nukleas sel dan kemudian memanfaatkan mesin reproduksi sel untuk bereplikasi. Sifat
biologis HVS sangat unik yaitu:
- Neurovirulence (menyerang dan bereplikasi dalam sistem saraf)
- Latency (pembentukan dan maintenance infeksi laten terjadi di ganglia saraf sel
proksimal lalu ke lokasi infeksi): Pada infeksi HSV orofasial, yang terlibat yaitu ganglia
trigeminal sedangkan pada infeksi HSV genital, yang terlibat ganglia akar saraf sacral
(S2-S5 )
- Reactivation: reaktivasi dan replikasi masa laten dari HSV selalu terjadi di area yang
dipersarafi ganglia yang dapat disebabkan oleh berbagai stimulasi (seperti demam,
trauma, emotional stres, sinar matahari, dan menstruasi). Stimulasi tersebut
mengakibatkan infeksi yang terjadi secara berulang dan HSV kemudian menetap dan
menginfeksi daerah tersebut. Klien dengan imunokompresi lebih berisiko tertular HSV-1
dan HSV-2.
Penularan infeksi herpes simpleks dapat terjadi pada klien yang mengalami gangguan
kekebalan T-sel, seperti pada klien penerima transplantasi organ dan pada klien dengan AIDS.
Penyebaran infeksi herpes simpleks dapat terjadi pada orang dengan kekebalan T-sel
gangguan, seperti dalam organ penerima transplantasi dan pada individu dengan AIDS.
Penularan HSV yaitu melalui ciuman, sentuhan, pemakaian handuk bersama, hubungan

13
seksual, inoklusi ke permukaan mukosa (seperti oropharynx, cervix, conjunctiva). Manusia
merupakan satu-satunya host bagi HSV. HSV dapat mati pada suhu ruangan.

4) Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang ditemukan pada klien dengan HS yaitu:
- Timbul vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri setelah kontak primer dengan HSV
- Infeksi primer dapat terjadi pada sembarang tempat di kulit walaupun biasanya timbul
pada daerah sekitar mulut dan hidung yang menyebabkan gingivostomatitis, disekeliling
mata yang menyebabkan konjungtivitis, pada jari tangan menyebabkan herpes jari
tangan, di daerah bokong dan genitalia menyebabkan vulvovaginitis.
- Pada infeksi primer yang berat menyebabkan terjadinya oedema kulit yang berat,
vesikulasi dan nyeri berat.
- Pada klien dengan reaktivasi rekuren tidak begitu nyeri dan sering terjadi pada bibir dan
daerah genitalia.
5) Pemeriksaan diagnostik
Diagnostik dari HS ditegakkan dengan anamnesis dan penampilan yang klinis yang khas.
Diagnosa HS dapat diperkuat dengan melakukan biakan herpes yang diketahui positif pada
80% pasien Herpes. Tes Tzanck positif pada 50%-80% pada pasien herpes. Pada Tes ini,
bahan dari vesikel diletakkan pada gelas obyek dan diwarnai dengan toluidin biru 1%. Dari
hapusan yang diambil dari pasien herpes simpleks dapat terlibat terlihat sel-sel raksasa yang
berinti banyak dan besar.
4. Herpes Zoster
1) Pengertian
Herpes Zoster (HZ) atau juga dikenal dengan shingles merupakan suatu bentuk infeksi
kulit. Hz merupakan hasil dari reaktivasi laten virus varicella Zoster pada akar saraf sensori
dorsal atau saraf cranial ganglia. (Australian Prescriber, 2012). Hz terdapat di seluruh dunia
dan tidak ada perbedaan ras dan jenis kelamin untuk terinfeksi virus ini. Insiden untuk
kejadian HZ meningkat sesuai dengan pertambahan usia, sangat jarang menyerang anak-
anak, namun dapat terjadi pada bayi yang lahir dari ibu yang menderita Hz. biasanya
meyerang pasien lansia > 60 tahun (Australian Prescriber, 2012 dan Price and Wilson, 2006).

2) Penyebab
Penyebab Hz yaitu varicella Zozter Virus (VZV) yang merupakan famili human ()
herpes virus. Virus ini merupakan virus DNA dengan double stranded yang tertutup inti dan
14
mengandung protein dan dibungku soleh glikoprotein. (Lichenstein R. Pediatrics, 2002 dalam
Ramona SL, 2008)
3) Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke tubuh hospes (penerima virus).
Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi
atau replikasi sehingga menimbulkan kelainan pada kulit. Virus akan menjalar melalui
serabut saraf sensorik ke ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten.
Infeksi hasil reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anakanak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita
shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. (VZV) yang dorman berarti virus
tersebut tidak lagi menular dan bermultiplikasi namun tetap memiliki kemampuan untuk
menjadi infeksius apabila teraktifasi. Virus dapat teraktifasi jika hospes mengalamu
penurunan imunitas seluler seperti pada penderita kanker, HIV, klien yang mengalami
pengobatan imunosuppressive dan klien penerima organ transplantasi. Saat terjadi akifasi
kembali virus kemudian akan bermultiplikasi, merusak ganglion sensoris. Virus lalu
menyebar ke sumsum tulang belakang serta batang otak dan melaui saraf sensoris akan
sampai ke kulit dan kemudian akan menimbulkan gejala-gejala klinis. (Price and Wilson,
2006 ; Mc Cary M L. 1999 dalam Ramona SL, 2008).
4) Manifestasi klinis
Hz biasanya dimulai dengan gejala prodomal seperti adanya nyeri, gatal atau
kesemutan, di daerah yang terinfeksi. Hal ini mendahului timbulnya rash berhari-hari atau
bahkan berminggu-minggu sebelumnya. Selain itu klien dengan Hz juga mengalami sakit
kepala, malaise, kadang photophobia. Sensasi nyeri sering digambarkan dengan rasa terbakar,
berdenyut atau terasa seperti tertusuk-tusuk yang terjadi pada sekitar 75% pasien dan dapat
merupakan ciri pertama yang mencolok. Pada daerah yang terinfeksi sering terjadi pruritus.
Pada beberapa kasus juga terdapat edema dan perdarahan sekitar vesikel. Setiap saraf dapat
terkena tetapi saraf torakal, lumbal atau karnial merupakan saraf paling sering terserang
(dermatom T3 hingga L2 dan Nervus V dan VIII). (Price and Wilson, 2006)
Lesi kulit yang khas pada Hz yaitu lokalisasinya biasanya unilateral dan jarang
melewati garis tengah tubuh. Lesi awal berupa makula dan papula yang eritematous,
kemudian dalam waktu 12 sampai 24 jam akan berkembang menjadi vesikel yang berlanjut
pada pustula pada hari 3 sampai 4. Pada hari ke 7 sampai 10 akan terbentuk krusta dan dapat
sembuh tanpa jaringan parut kecuali jika terinfeksi sekunder bakterial. Pada klien dengan
imunikompresi seperti klien dengan limfoma atau leukimia dapat mengalami infekis herpes
15
zozter desiminata dan dapat mengenai alat visceral seperti paru, hati, otak dan dissminated
intravascular coagulophaty yang dapat berakibat fatal. Nyeri yang timbul sesudah serangan
disebut neuralgia pascaherpetica dan biasanya berlangsung selama beberapa bulan bahkan
pada beberapa kasus sampai bertahun-tahun. neuralgia pasca herpetica biasanya dialami oleh
klien lansia. (Price and Wilson, 2006 ; Sugito T L., 2003 dalam Ramona SL, 2008)
5) Pemeriksaan diagnostik
Diagnosis klinis dari Hz biasanya dengan melihat manifestasi klinis. Untuk
pemeriksaan laboratorium biasanya dilakukan pada kasus yang tidak khas. Spesimen yang
paling ideal adalah swab dari vesikel yang pecah. Pengujian ini untukmelihat adanya antibodi
(waktu pengerjaan 1-2 jam), tes DNA dengan PCR ( waktu pengerjaan 1 hari, namun lebih
sensitif terutama pada lesi yang sudah tua), kultur virus (waktu pengerjaaan 1-2 minggu,
kurang sensitif dibandingkan PCR). Serologi VZV biasanya akan membantu dalam diagnosis
awal namun kemungkinan menghasilkan negative palsu karena adanya IgG. (Australian
Prescriber, 2012).
5. Varicella
Varisela (cacar air) disebabkan oleh virus varicella zoster
Manifestasi yang muncul antara lain.
1) Gejala Prodromal
Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodromal yang dapat berlangsung selama 1-4
hari berupa nyeri pada daerah dermatom yang akan timbul lesi. Nyeri bersifat segmental dan
dapat berlangsung terus-menerus atau sebagai serangan yang hilang timbul. Keluhan
bervariasi dari rasa gatal, kesemutan, panas, pedih, nyeri tekan, hiperestesi sampai rasa
ditusuk-tusuk.
2) Gejala konstitusi
Gejala konstitusi berupa malaise, sefalgia, rangsang meningeal dan nausea, yang
biasanya akan menghilang setelah erupsi kulit timbul. Kadang-kadang terjadi limfadenopati
regional.
3) Erupsi kulit
Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafi oleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang
tersering di daerah ganglion torakalis. Lesi dimulai dengan makula eritroskuamosa, kemudian
terbentuk papul-papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada
hari ketiga berubah menjadi pustul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari.
Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini biasanya nyeri
segmental juga menghilang.
16
Lesi baru dapat terus muncul sampai hari keempat dan kadang-kadang sampai hari
ketujuh. Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi dan jaringan
parut (pitted scar)

2.2.2 Infeksi Jamur


2.2.2.1 Infeksi Jamur
Jamur dapat menginfeksi bagian-bagian integumen seperti kulit, rambut dan kuku.
Terdapat 3 cara penularan jamur yaitu ditularkan dari manusia ke manusia (antropofilik), dari
binatang ke manusia (zoofilik), dari tanah ke manusia (geofilik).

1. Jamur Dermatofit
Infeksi Jamur Dermatofit
1) Infeksi jamur kulit kepala/ Tinea Kapitis
Tinea kapitis (ringworm) merupakan infeksi jamur superfisialis kulit pada folikel
rambut kulit kepala, alis dan bulu mata yang ditandai oleh pembentukan kerak kecil di dasar
folikel. Kondisi ini juga disebut kurap kulit kepala. Organisme yang paling umum
menghasilkan kondisi ini adalah Trichophyton tonsurans atau Mikrosporum canis, Tinea
tonsurans. (Price and Wilson, 2006 ; Kamus kesehatan 2015; Kao, 2014). Tinea tonsurans,

17
ditularkan melalui kontak dari anak ke anak. M. canis biasanya ditularkan dari anak kucing
ke anak-anak (Price and Wilson, 2006).
Tinea Kapitis diketahui sering menyerang anak-anak dan merupakan infeksi yang paling
sering dijumpai. Hal ini disebabkan oleh adanya Pityrosporum orbiculare yang merupakan
flora normal yang berasal dari sifat fungistatik dari asam lemak rantai pendek dan menengah
di dalam sebum paskapubertas (Kao, 2014).
Terdapat tiga jenis invasi in vivo yang dikenali yaitu : 1) invasi ektotriks yang ditandai
dengan perkembangan arthroconidia pada bagian luar batang rambut. Kutikula rambut hancur
dan rambut yang terinfeksi biasanya akan terlihat seperti berwarna kuning kehijauan di
bawah sinar lampu ultraviolet. 2) Invasi Endothrix ditandai dnegan perkembangan
arthroconidia dalam batang rambut saja. Kutikula rambut tetap utuh dan rambut yang
terinfeksi tidak bercahaya dibawah sinar lampu ultraviolet. 3) favus (kulit kepala yang
bersisik, bintil-bintil pada kulit kepala disertai bercak) menghasilkan kerak favuslike atau
scustula dan kerontokan pada rambut.
Tinea kapitis ditandai dengan munculnya sisik yang menebal dan kadang terjadi
pembengkakan yang berawa. Biasanya disertai dengan gatal-gatal yang berat, ketombe dan
patah rambut dengan panjang yang berbeda atau terjadinya kerontokan rambut pada daerah
yang terinfeksi. Pada infeksi oleh Tinea tonsurans, permukaan kulit kepeala bersisik dan
berkrusta dengan papula yang diskret. Pada infeksi Mikrosporum canis, menimbulkan pitak-
pitak yang purulen. Pitak tersebut biasanya berkrusta dengan banyak pustula dan dapat
menimbulkan alopesia permanen. Lesi yang meradang dapat menimbulkan massa yang besar,
disebut kerion. (Price and Wilson, 2006 ; Persifi 2014).
Untuk memastikan diagnosis Tinea kapitis dilakukan pemeriksaan dengan cara mencabut
rambut dan diperiksa di bawah mikroskop setelah pemberian kalium hidroksida dan dibiakan.
(Price and Wilson, 2006).

2) Tinea Korporis
Tinea korporis merupakan infeksi jamur dermatofit superfisialis pada kulit. Bisa
menyerang seluruh tubuh dan ekstermitas kecuali kulit kepala, pangkal paha telapak tangan
dan telapak kaki. Skuama seringkali disertai dengan adanya eritema dan pustula yang terlihat
dengan bentuk seperti cincin dan berbatas tegas (Price and Wilson, 2006 dan Lesher, 2014).
Tinea korporis dapat ditularkan oleh hewan pada manusia, manusia ke manusia atau dari
tanah ke manusia. Penularan dari hewan pada manusia contohnya melalui M. canis, atau
Trichophyton mentagrophytes. Dari manusia ke manusia melalui Trichophyton rubrum. (Price
18
and Wilson, 2006). Selain itu jamur penyebab tinea korporis ini yaitu epidermophyton
(Lesher, 2014).
Tinea korporis merupakan infeksi kulit yang sering terjadi dan biasanya menyerang klien
yang tinggal di daerah panas atau daerah dengan iklim lembab. Tinea Rubrum diketahui
merupakan sumber dari 47% kasus tinea korporis. Tinea korporis menyerang semua
kelompok umur, namun diketahui prevelensi terbanyak didapat pada klien praremaja. Tinea
korporis dapat menyerang pria dan wanita dengan prevelensi yang sama. (Lesher, 2014).
Manifestasi klinis dari Tinea korporis yaitu:
- Biasanya lesi dimulai dengan adanya eritematosa, bersisik yang dengan cepat memburuk
dan membesar

Gambar : lesi eritematosa


Sumber : Lesher, 2014
- Setelah itu menyusul adanya resolusi, lesi kemudian menjadi melingkar

Gambar : lesi yang melingkar


Sumber : Lesher, 2014

- Selanjutnya sebagai akibat peradangan muncul kerak, papula, vesikel dan bula dapat
terjadi, selain itu muncul juga batas yang tegas dengan kulit sekitarnya

- Makula sangat jarang muncul pada tinea corporis

19
- Gejala subyektif yang muncul yaitu adanya rasa gatal dan terutama jika berkeringat dan
kadang-kadang terlihat adanya erosi dan krusta akibat garukan.

Pemeriksaan diagnostik selain dengan gejala klinis yang khas juga dapat dilakukan
dengan (Lesher, 2014):

Pemeriksaan Laboratorium

- Pemeriksaan dengan potassium hydroxine (KOH)

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan mikroskopik yang digunakan untuk medeteksi


adanya elemen-elemen jamur yang diambil dari kulit stratum korneum. Sampelnya
diambil dari batasan terluar yang aktif karena daerah ini merupakan tempat fungi
terbanyak.

- Kultur fungi merupakan pemeriksaan tambahan dari pemeriksaan potasium hidroxine


dan hasilnya lebih spesifik. Jika tanda klinik menunjukan gejala Tinea karporis namun
pemeriksaan dengan potassium hydroxine negative maka perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur fungi.

- Jika dengan melakukan evaluasi klinis dari pemeriksaan fisik dan jenis pemeriksaan
laboratorium diatas tidak mendapatkan hasil maka dapat dilakukan dengan polimerase
chain reaction untuk identifikasi DNA jamur.

- Jika terdapat gejala yang tidak ada khas pada tinea korporis maka dapat dirujuk
untukpemeriksaan HIV atau status imunokompresif.

Pemeriksaan histologi

Pemeriksaan histologi dapat dilakukan dengan biopsi. Pada pemeriksaan ini dapat ditemukan
neotrofil pada stratum korneum yang merupakan petunjuk infeksi yang signifikan.

3) Tinea Pedis

Tinea pedis atau dikenal dengan athleles foot merupakan infeksi jamur pada area kaki
terutama pada daerah telapak kaki dan cela-cela jari. Jamur penyebab tinea pedis yaitu
Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan E. floccosum. Yang paling sering menginfeksi
yaitu Trichophyton rubrum. Tinea pedis diketahui lebih menyerang laki-laki dibanding
wanita. Prevelensi infeksi meningkat sesuai umur. Kebanyakan kasus muncul setelah puber.

20
Terdapat beberapa tipe Tinea pedis yaitu: interdigitalis, chonik hiperkeratotic,
inflamatori/vesicular, ulcerative.

Faktor suhu dan serum seperti beta globulin dan ferritin merupakan inhibit faktor
pertumbuhan pada infeksi dermatophyte. Sebum juga merupakan inhibitor, namun kelenjar
sebum tidak terdapat pada kaki. Beberapa faktor dari host juga sangat berpengaruh seperti
kulit yang pecah, kering memungkinkan masuknya dermatophyte. Adanya tinea pedis juga
tergantung pada sistem imun host

Manifestasi klinisnya berupa:

- Adanya keluhan gatal, telapak kaki yang tampak bersisik, adanya nyeri pada celah
antara jari kaki, walau jarang terdapat pula keluhan adanya lesi versikuler atau ulceratif.
Pada pasien usia lanjut terdapat keluhan adanya keluhan kai kering dan pecah-pecah.

- Pada tipe interdigitalis terdapat karakteristik tanda seperti: adanya eritema, terdapat
maserasi, sering terjadi pada sela jari ke empat dan lima. Tipe ini biasanya disertai
dengan pruritus dan bau yang tidak enak. Lesi dapat meluas ke daerah bawa jari dan
telapak kaki. Tipe jenis ini dapat diikuti dengan infeksi oleh bakteri.

- Pada tipe kronik hiperkeratotic, karakteristiknya berupa kronik plantar eritema yang
dapat berujung pada hiperkeratosis. Lesi juga dapat berupa bercak dan skuama putih
agak mengkilat, melekat, dan relative tidak meradang Tipe ini mungkin saja tanpa
gejala atau mungkin juga timbul pruritus. Tipe ini disebut juga moccasin tinea pedis
karena terkena menutupi seluruh telapak kaki (dapat terdapat pada telapak, tumit dan
lateral kaki). Bagian dorsal kaki biasanya tidak terkena namun pada kasus-kasus berat
dapat menjalar ke daerah tersebut.

- Tipe inflamatori/vesikuler, karakteristiknya berupa terdapat rasa nyeri, pruritik vesikel


atau bulla, lebih sering terjadi pada daerah punggung kaki atau pada anterior plantar.
Lesinya dapat bersih atau terdapat cairan purulen. Papula, pustula, vesikel, bula dapat
muncul. Bila vesikel pecah akan meninggalkan bekas melingkar yang disebut koloret.

- Tipe ulcerative, karakteritiknya ditandai dengan penyebaran yang sangat cepat dari lesi
vesiculopustular, ulcer dan erosi yang biasanya terdapat pada cela jari.

Selain dengan melihat tanda dan gejala yang muncul, untuk penegakkan diagnosa juga
dapat dilakukan dengan pemeriksaan diagnostik dapat berupa pemeriksaan laboratorium dan
21
pemeriksaan histologi. Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan dengan pewarnaan untuk
melihat elemen-elemen jamur dengan menggunakan potasium hydroxine. Selain itu dapat
pula dilakukan kultur jamur untuk menemukan dan menentukan spesies jamur (Robbins,
2014).

4) Tinea kruris

Tinea kruris (Jock Itch) merupakan infeksisuperfisialis jamur pada daerah kruris yaitu
lipatan paha, perineum, gluteus, pubis dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya (Price &
Wilson, 2006, Muttaqin, 2011, Wiederkehr, 2014). Tinea kruris (Tk) disebabkan oleh jamur
dermatofit seperti Tinea rubrum, T. Tonsurans, T. Metagrophyte, E floccosum dan T.
Verrucosum. (Wiederkehr, 2014). Infeksi Tk lebih sering dialami laki-laki ini. Penderita yang
mengalami tinea kruris diketahui memiliki kebiasaan seperti menggunakan pakaian ketat
dalam jangka waktu yang lama, mengenakan pakaian secara bergantian, sering berolahraga,
obesitas.

Penularan Tk yaitu melalui fomites (benda mati, bahan yang menjadi perantara transmisi
tidak langsung) seperti pada handuk atau pakaian yang terkontaminasi, autoinokulasi dari
reservoir sendiri pada tangan atau kaki ( tinea pedis, tinea unguium). Jamur ini menghasilkan
keratinase (pemecah kreatinin) yang mencernah kreatinin host sehingga memudahkan invasi
ke stratum korneum. Infeksi kemudian didahuluii dengan kolonisasi hifa di dalam jaringan
keratin mati. Hifa ini kemudian menghasilkan enzim keratolik yang berdifusi ke jaringan
epidermis dan kemudian menimbulkan reaksi radang. Reaksi kulit semula berbentuk papula.

Manifestasi klinis Tk yaitu: Lesinya berbentuk anular (lingkaran) atau lengkung besar
dengan eritema perifer dan skuama/bersisik yang sering menyebar sampai paha; berbatas
tegas; rasa gatal yang hebat; pada infeksi akut didapatkan ruam yang basah dan eksudatif;
pada infeksi kronis biasanya kering, bersisik, anular, batas pinggir hampir tak terlihat;
hiperpigmentasi pada daerah sentral lesi, terdapat papula; memiliki riwayat terkena tinea
pedis.

Mendiagnostik Tk, dapat ditentukan dari tanda dan gejala klinis yang khas dengan tempat
infeksi yang terbatas. Namun, untuk memastikan infeksi jamur dan jenisnya dapat dilakukan
melalui pemeriksaan dengan potassium hydroxine (KOH), pemeriksaan kultur
untukidentifikasi jamur namun dapat memakan waktu 3 sampai 6 minggu.

5) Tinea barbae
22
Tinea barbae yaitu infeksi jamur yang ditandai dengan adanya bercak berkusta dan
berskuama yang disertai dengan pustula diseluruh daerah yang berjenggot dagu dan leher.
Pada beberapa kasus ditemukan adanya infeksi tinea barbae yang meutupi seluruh wajah dan
leher dan kadang menyebabkan nmbulnya nodul. (Price & Wilson, 2006 dan Schwartz,
2014).

Tinea barbae (Tb) disebabkan oleh jamur dermatofit yang ditularkan dari binatang dan
tumbuhan. Spesies Trichophyton diketahui sebagai penyebab Tb contohnya: T.
mentagrophytes, T. verrucosum T. rubrum yang merupakan penyebab tersering.

Manifestasi klinis dari Tb tergantung dari patogen penyebab. Manifestasi tinea ini dapat
dibagi ke dalam dua bagian besar yaitu inflamatori dan non inflamatori. Reaksi Inflamatori
disebabkan oleh adanya infeksi dermatofit zoophilic. Kebanyakan klien menunjukan adanya
soliter plak dan adanya nodul. Terlokalisasi di dagu, pipi atau leher. Keterlibatan bibir atas,
sangat jarang. Karakteristik lesi yaitu suatu nodul yang kemerahan, terdapat pustula dan
mengalirkan cairannya ke permukaan. Rambut pada daerah tersebut jarang dan mudah rusak,
pencabutan rambut tidak akan menimbulkan rasa sakit. seiring waktu permukaan nodul
ditutupi oleh eksudat dan kerak. Pada inflamais Tb dapat dikaitkan dengan gejala umum
seperti adanya imfadenopati regional, malaese dan demam.

Non-inflamasi superfisialis Tb disebabkan oleh antropophilic. Jenis ini jarang ditemukan.


Manifestasinya sama seperti pada Tinea corporis. Karakteristik lesi: bagian margin aktif yang
terdiri dari papula, vesikel dan/atau adanya krusta. Rambut daerah ini rusak, mudah dicabut.

Pemeriksaan diagnostik dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikologis, penggunaan wood


lamp dan kultur.

Patofisiologi jamur dermatofit

Infeksi ini diawali dengan perlekatan jamur atau elemen jamur yang dapat tumbuh dan
berkembang pada stratum korneum. Setelah masa inkubasi selama 1-3 minggu, dermatofit
kemudian menyerang perifer dengan pola sentrifugal. Pada saat perlekatan, jamur dermatofit
tahan terhadap sinar ultraviolet, karena adanya suhu udara panas dan kelembaban, spingosin
dan asam lemak. Hal inilah yang menyebabkan jamur sangat mudah berkembang pada daerah
panas dengan kelembaban yang tinggi.

23
Dengan menggunakan enzym kreatinases, dermatofit fungi kemudian menginvasi bagian
superficialis keratinin kulit dan sekaligus menginfeksi secara terbatas pada daerah ini.
Dinding sel dermatofit juga memproduksi mannans yang dapat menghambat respon imun
tubuh. T. rubrum secara partikular memproduksi mannans yang juga dapat merusak sel
kreatininocyte proliferasi yang dapat mengakibatkan peningkatan infeksi dan status kronik
infeksi. Kerusakan stratum korneum pada tempat yang tertutup dan maserasi memudahkan
masuknya jamur ke epidermis. Masuknya dermatofitke epidermis menimbulkan adanya
respon imun pejamu baik respon imun nonspesifik maupun respon imun spesifik. Respon
imun nonspesifik merupakan pertahanan lini pertama melawan infeksi jamur. Mekanisme ini
dapat dipengaruhi faktor umum (seperti gizi, keadaan hormonal, usia) dan faktor khusus
(seperti penghalang mekanik dai kulit dan mukosa, adanya sekresi permukaan dan respon
radang). Sebagai respon adanya infeksi batas aktif epidermis antara kulit yang terinfeksi
dengan yang tidak mengalami terjadi ploriferasi yang meningkat (tepi daerah sangat aktif
dengan perkembangan ke arah luar). Keadaan ini akhirnya membentuk pertahanan parsial
dengan cara mengeluarkan kulit yang terinfeksi dan menyisahkan kulit baru. Eliminasi
dermatofik dapat diperoleh dengan imunitas seluler. Trichophyton rubrum merupakan
dermatofit paling umum penyebab infeksi karena memiliki dinding sel yang tahan terhadap
eradikasi. Dinding selnya mengandung mannan, yang dapat menghambat imunitas seluler,
menghambat proliferasi keratinosit, dan meningkatkan resistensi organisme dari pertahanan
alami kulit. (Verma dan Heffernan, 2008; Lesher, 2014).
2. Infeksi Jamur Mallassezia
Tinea versikolor
Tinea vesikolor (Tv) merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh Malassezia,
sebelumnya dikenal sebagai pityrosporum. Malassezia merupakan flora normal yang berada
di permukaan kulit baik pada hewan maupun pada manusia. Ditemukan 18 %pada bayi dan
90-100% pada orang dewasa. (Price & Wilson, 2006 & Burkhart, 2014).
Malassezia dapat ditemukan pada kulit sehat maupun kulit yang menunjukan adanya
penyakit kulit ini (Tv). Faktor yang menyebabkan terjadinya konversi dari ragi saprofit
menjadi patogen yaitu bentuk morfologi miselium jamur (hifa yang membentuk jamur)
adanya kecenderungan genetik, cuaca panas, lingkungan yang lembab, imunosuprensi,
malnutrisi dan penyakit cusing. Infeksi jamur ini terjadi di epidermis khususnya pada lapisan
stratum korneum
Manifestasi yang ditimbulkan yaitu adanya bercak yang berbatas tegas dan sangat jelas,
berskuama, bewarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dan terlihat
24
pada tubuh, leher dan ekstremitas, gatal ringan. Hipopigmentasi terjadi akibat inhibitor
tyrosinase (sebagai hasil aksi inhibitor tirosinase dari asam dikarboksilat yang terbentuk
melalui oksidasi beberapa asam lemak tak jenuh di lemak permukaan kulit) yang kemudian
menghambat enzim yang diperlukan untukpembentukan pigmen melanosit. Hiperpigmentasi
terjadi karena organisme menginduksi pembesaran melanosom yang dibuat oleh melanosit
pada lapisan epidermis. (Burkhart, 2014).

Gambar : Tinea vesicolor


sumber : Craig G Burkhart, 2014

Diagnosis dapat ditegakkan hanya dengan melihat tanda dan gejala, pemeriksaan
laboratorium sering tidak dilakukan. Dalam pemeriksaan mikroskopis dengan kalium
hidroksida pada kerokan kulit akan ditemukan hifa pendek majemuk dan terdapatnya spora.
Selain itu bercak-bercak akan berfluorensi bila dilihat dengan lampu wood.
3. Kandidiasis
Kandidiasis merupakan infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida spp, dan paling
sering adalaha candida albicans yang adalah flora normal namun dapat menyebabkan
terjadinya infeksi oprtunistik. (Price & Wilson, 2006). Selain candida albicans, terdapat juga
berbagai spesies lain yang juga dapat menginfeksi yaitu candida krusei, candida stellatoide,
candida pseudotropicalis, candida parapsilosis. Infeksi jamur ini akan menunjukkan berbagai
variasi manifestasi klinis tergantung pada jenis infeksi pada bagian tubuh manusia dan derajat
imunosupresi klien.
Candida dapat hidup dalam tubuh manusia baik sebagai parasit maupun saprofi yaitu di
dalam alat pencernaan, alat pernapasan, atau pada daerah genital orang sehat. Terdapat
beberapa faktor predisposisi yang mempermudah terjadinya infeksi kandida pada seseorang.
Faktor-faktor ini dapat digolongkan dalam dua golongan yaitu endogen dan eksogen.
a. Faktor endogen
a) Perubahan fisiologis tubuh
- Kehamilan. Terjadi perubahan keasaman vagina
25
- Obesitas. Kegemukan mengakibatkan keringat banyak, mudah terjadi maserasi
kulit dan memudahkan terjadinya infeksi
- Endokrinopati. Gangguan konsentrasi glukosa yang pada kulit akan menyuburkan
pertumbuhan kandida
- Penyakit menahun seperti TBC, SLE, karsinoma dan leukimia
- Pengaruh pemberian obat-obatan seperti antibiotik, kortikosteroid
- Pemakaian alat-alat dalam tubuh seperti gigi palsu, kateter
b)Usia
lansia dan bayi lebuh mudah terkena infeksi akibat status imunologisnya yang tidak
sempurna
c) Gangguan imunologis
Gangguan imunologis dapat menyebabkan infeksi kandida menjadi lebih mudah.

b..Faktor eksogen
a) iklim panas dan kelembaban menyebabkan banyak keringat terutama pada lipatan
kulit, menyebabkan kulit maserasi dan mempermudah invasi kandida
b) kebiasaan dan pekerjaan yang berhubungan dengan air mempermudah invasi kandida
c) kebersihan dan kontak dengan penderita.
Sumber : R.S. Siregar, 2005
Klasifikasi Kandidiasis. Connat (1971) dalam siregar (2005) membagi kandidiasis
sebagai berikut:
a) Kandidiasis mukosa:
- Kandidiasis oral
Disebut juga oral trush, memberi gambaran klinis berupa stomatitis akut. Pada
selaput lendir tampak bercak-bercak putih kekuningan ynag timbul dari dasar
selaput lendir merah yang disebut membran palsu yang dapat meluas sampai
menutupi lidah dan palatum mole. Lesi ini dapat terlepas dari selaput lendir
sehingga dasarnya tampak merah dan mudah berdarah. Klien akan mengeluh nyeri
terutama jika menyentuh makanan.
- Percele
Kelainan tampak pada sudut mulut yang terjadi perlukaan kulit yang mengalami
erosi. Dasarnya merah dan bibir pecah-pecah.
- Kandidiasos Vaginistis dan vulvovaginistis

26
Vaginistis karena kandidia selalu disertai dnegan vulvovaginistis. Hal ini
disebabkan karena terjadi kontak langsung dari sekret vagina yang juga mengenai
vulva. Pada mukosa vagina akan terlihat bercak putih kekuningan, meninggi dari
permukaan. Bercak-bercak ini terdiri dari gumpalan jamur kandida, jaringan
nekrotik, dan sel-sel epitel. Dari introitus vagina keluar sekret yang mula-mula
encer kemudian menjadi kental dan pda keadaan yang menahun dapat tampak
seperti butir-butir tepung halus. Dalam gumpalan sekret tersebut terdapat elemen
kandida dan epitel. Labia mayora dan minora membengkak dnegan ulkus kecil
berwarna merah dan disertai dengan daerah erosi. Kelainan ini dapat menjalar
sampai di kulit sekitar hingga kulit lipat paha dan perineum menjadi merah,
bengkak, erosi, dan terdapat lesi satelit. Klien akan merasa gatal panas, dan sakit
pada waktu BAK.

- Kandidiasis balanitis dan balapnoptisis


Balanitis tampak berupa bercak-bercak eritema dan erosi pada glan penis dan
sering dijumpai terdapat pustulasi. Kelainan ini dapat meluas sampai ke skrotum,
perineum dan kulit di lipat paha yang terlihat sebagai daerah-daerah eritematosa
dan lesi satelit disertai rasa gatal, panas.
- Kandidiasis Mukokutan kronis
Biasa dijumpai pada anak. Kelainan yang timbul dapat berupa bercak-bercak
merah pada daerah mukotan, erosi, rasa gatal dan panas.
b) Kandidiasis kutis
- Intertriginosa. Kandidiasis timbul pada daerah predileksi seperti daerah lipatan :
ketiak, bawah payudara, lipat paha, intergluteal, antara jari-jari tangan dan jari-jari
kaki, sekitar pusat dan lipat leher. Kelainan tampak berupa kemerahan yang
berbatas tegas, erosi dan bersisik. Lesi dikelilingi oleh lesi yang bersatelit berupa
vesikel yang bila pecah meninggalkan daerah-daerah yang erosi dan selanjutnya
dapat berkembang menyerupai lesi primer.
Kandidiasis pada jari kaki sering dikenal dengan kutu air. Kulit disela jari
menjadi lunak, terjadi maserasi dan dapat mengelupas.
- Kandidiasis perianal
Infeksi kandida pada kulit sekitar anus yang banyak ditemukan pada bayi yang
dikenal sebagai kandidiasis popok. Hal ini diakibatkan oleh popok basah yang
27
tidak segera diganti. Popok yang basah menyebabkan maserasi kulit dan karena
adanya anus yang banyak mengandung kandida maka kandida dapat tumbuh
dengan subur dan terjadilah kandidiasis perianal.
Kulit disekitar anus, lipat paha, kemaluan, perineum, dan lipatan pantat menjadi
merah, erosi, dan bersisik halus putih.
c) Reaksi Id
Merupakan reaksi alergi dari kandida. Infeksi kandida dari suatu tempat dapat
memberikan reaksi alergi di tempat lain. Kelaianan yang timbul berupa vesikel yang
keras, gatal dan terdapat pada telapak kaki dan tangan, sepanjang jari-jari. Apabila
vesikel ini pecah maka akan terjadi skuamasi atau kulit yang mengelupas. Kelainan
ini tidak dapat disembuhkan selama penyakit primernya belum sembuh. Infeksi
primernya dapat ditemukan pada usus, vagiana atau sela-sela jari kaki dan tangan.

Menegakkan diagnosis pada kandida dapat dilakuakan dengan melihat gambaran klinik
dan pemeriksaan laboratorium yang dilakuakan untuk mendapatkan elemen jamur baik secara
langsung maupung dengan biakan yang selanjutnya dapat dilakukan dengan pemeriksaan
histopatologi. Pemeriksaan langsung dapat dilakuakan dengan kerokan kulit atau swab
mukokutan yang ditetesi dengan KOH 10% atau dapat diwarnai dengan pewarnaan gram dan
selanjutnya dapat dilihat dibawah mikroskop (yang dilihat yaitu sel-sel ragi, blastospora,
pseudohifa). Pada pemeriksaan biakan, bahan yang dapat diambil yaitu kerokan kulit, kuku,
dahak, air seni, feces, usap vagina tergantung pada tempat infeksi.
Sumber : R.S. Siregar, 2005 & Hidalgo, 2014

2.2.2.2 Pengobatan

Nama infeksi Penatalaksanaan


Tinea Versikolor 1. Topikal
Ditujukan untuk penderita dengan lesi minimal. Dapat diberikan obat
golongan azol
(ketokonazol, bifonazol, tiokonazol) dalam bentuk krim yang
diaplikasikan selama 2-3 minggu.
Pada lesi yang lebih luas dapat diberikan ketokonazol 2% dalam bentuk
sampo, sampo selenium sulfide 1,8%. Dapat pula diberikan solusio
sodium tiosulfat 20% namun menimbulkan bau yang kurang sedap dan
dapat timbul efek iritasi.
2. Sistemik
Dapat digunakan ketokonazol atau itrakonazol. Dosis ketokonazol dapat
diberikan 200 mg/hari selama 7-10 hari atau dosis tunggal 400 mg.
Itrakonazol diberikan pada kasus kambuhan atau tidak berespon
28
terhadap pengobatan lain, yang diberikan dengan dosis 200 mg/hari
selama 5-7 hari.
Tinea Kapitis 1. Griseovulfin.
(penyakit jamur Aman dan dapat ditoleransi dengan baik untuk anak. Dosisnya apabila
kulit kepala) digunakan dalam bentuk ultramicrosize adalah dosis tunggal 10-15
mg/kgBB, sedangkan microsize 15-25 mg/kgBB.
Griseofulvin diberikan bersamaan dengan makanan yang mengandung
lemak. Lama pengobatan tergantung keadaan klinis dan mikologik,
minimal 6-8 minggu sampai 3-4 bulan.
2. Ketokonazol
Efektif pada tinea kapitis yang terutam disebabkan oleh Trichophyton
dan kurang efektif apabila disebabkan oleh M. canis.Dosis yang
diberikan adalah 3,3-6,6 mg/kgBB selama 3-6 minggu. Ketokonazol
bersifat hepatotoksik.
3. Itrakonazol
Diberikan dengan dosis 3-5 mg/kgBB atau 100 mg/hari selama 5
minggu. Dapat pula diberikan dengan dosis denyut. Itrakonazol sangat
efektif untuk tinea kapitis baik spesies Microsporum maupun
Trichophyton.
4. Flukonazol
Efektif untuk tinea kapitis. Pemberiannya tidak bergantung dari
makanan, relative aman dan ditoleransi dengan baik
5. Terbinafin
Dosis 62,5-250 mg/hari selama 6 minggu, atau 3-6 mg/kgBB/hari
selama 4 minggu. Efek sampingnya dapat berupa gangguan
gastrointestinal, pusing, urtikaria, reaksi morbili, sakit kepala, hilangnya
rasa pengecap, pansitopenia.
6. Topikal
Dapat diberikan sampo ketokonazol 2% atau selenium sulfide 2,5%
yang diaplikasikan 3x/minggu dan didiamkan pada kulit kepala
sedikitnya 5 menit.
Tinea Korporis 1. Topikal
dan Tinea Kruris Dapat digunakan preparat imidazol dan alilamin yang dioleskan pagi
dan sore selama 2-4 minggu dan dioleskan sampai 3 cm diluar batas lesi
hingga sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh.
2. Sistemik
Griseofulvin microsize 500-1000 mg/hari selama 2-6 minggu,
ketokonazol 200 mg/hari selama 4 minggu, itrakonazol 100 mg/hari
selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu, dan terbinafin 250
mg/hari selama 1-2 minggu.
Tinea Pedis Pada fase peradangan akut dapat dilakukan kompres atau rendam
dengan larutan kalium permanganate 1:5000 atau larutan karbonas
natricus. Pengobatan topikal dapat diberikan golongan imidazol maupun
salep whitfield tergantung pada tipe dan keparahan lesi. Dapat pula
diaplikasikan bedak antijamur yang ditabur pada kaki untuk mengurangi
pertumbuhan jamur.
Sistemik dapat diberikan terbinafin 250 mg/hari, atau itrakonazol 200
mg dua kali sehari, atau flukonazol 150 mg per minggu
Kandidosis Menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.
Untuk lesi basah dapat digunakan kompres dengan larutan kalium
29
permanganas 1/5000 atau larutan Burowi selama 20-30 menit beberapa
kali sehari.
Topikal
Untuk selaput lendir larutan gentian violet 0,5-1% dioleskan sehari 2
kali selama 3 hari.
Krim, salep dan emulsi nistatin; krim imidazol 2x/hari untuk lesi
kulit terbatas, dan imidazol supositoria1x/hari selama 1-3 hari untuk
kandidiasis vulvovaginalis.
Sistemik :
Flukonazol 50 mg/hari atau 150mg/minggu, atau itrakonazol 2x100
mg/hari atau ketokonazol 200 mg/ hari. Griseofulvin tidak efektif
pada infeksi kandida.

2.2.3 Infeksi Bakteri


2.2.3.1 Infeksi Bakteri
Terdapat berbagai macam bakteri yang dapat menginfeksi kulit pada manusia. Infeksi
bakteri dapat ditularkan melalui udara, air, tanah, hewan, makanan, cairan dan jaringan tubuh
serta benda mati. Bakteri patogen memiliki kemampuan untuk menularkan, melekat dan
menginvasi ke sel inang, toksikasi, serta mampu mengelabuhi sistem imun, beberapa
memiliki gejala dan beberapa lagi asimptomatik.
1) Selulitis
Selulitis merupakan suatu peradangan pada kulit epidermis dan dermis serta jaringan
subcutan. Proses infeksi biasanya terkait dengan adanya infeksi akut. Infeksi kulit pada
selulitis menyerupai erisipelas. Selulitis disebabkan oleh Streptococcus hemolyticus. Gejala
konstitusi dan tempat predileksi sama dengan erisipelas, tetapi pada selulitis kelainan kulit
berupa infiltrat difus di subkutan disertai tanda radang akut.
Selulitis biasanya didahului dengan adanya fisura, luka gores, gigitan serangga atau luka
tusuk. Namun, pada beberapa kasus tidak diketahui portal masuk. Organisme pada kulit
kemudian akan masuk ke dermis dan kemudian berkembang biak menyebabkan selulitis.
Manifestasi yang ditimbulkan berupa kemerahan, terasa panas, dan bengkak, lembut jika
ditekan, serta terjadi pelepuhan. Klien menjadi maliase, demam, limfadenopati pada deaerah
regional, terdapat bulla terjadi kekakuan, bila menyerang orang tua dapat terjadi penurunan
kesadaran.

30
Pada beberapa kasus yang parah terdapat bula. Perdarahan dan pengelupasan kulit, kulit
menjadi mati rasa, terdapat gas. Jika terdapat tanda-tanda seperti itu maka dapat dievaluasi
untuk dipertimbangkan dilakukan pembedahan.
Umumnya tidak diperlukan pemeriksaan khusus jika memenuhi kriteria:
- Terbatasnya area yang terinfeksi
- Nyeri minimal
- Tidak ada tanda-tanda infeksi sistemik (seperti demam, menggigil, dehidrasi, perubahan
kesadaran, takipnea, takikardi dan hipotensi)
- Tidak ada faktor resiko penyakit seperti usia lanjut, kelemahan umum, status
imunokomprosi
Untuk infeksi yang serius, dapat dilakukan kultur darah, pewarnaan gram, cultur aspirasi
jarum, atau biopsi untuk menentukan etiologi.

Gambar : selulitis
2) Impetigo
Impetigo merupakan infeksi bakteri gram positif yang paling umum pada anak-anak,
terutama yang tinggal di tempat yang panas, atau iklim lembab. Infeksi akut superfisialis
epidermis yang sangat menular ini, disebabkan oleh bakteri Streptococcus aureus dan
Steptococcus pyogenes.
Impetigo terbagi dalam dua yaitu impetigo nonbullosa dan bulosa. Impetigo nonbulosa
diketahui paling sering terjadi sekitar 70% dibanding impetigo bulosa dan diketahui lebih
mudah menular. Impetigo merupakan infeksi sekunder yang terjadi setelah adanya gigitan,
luka, luka lecet, berbagai trauma lainnya atau pun varicela. Daerah yang sering terinfeksi
yaitu kulit pada wajah atau ekstremitas.
Impetigo non bulosa, disebabkan oleh S. aureus dan Steptococcus pyogenes atau
merupakan penggabungan dari keduanya. Infeksi Impetigo nonbulosa, berupa peradangan
superficial folikel pilosebasea bagian atas.

31
Perlekatan asam teikoik dari S. aureus atau Steptococcus pyogenes memerlukan
komponen reseptor sel epitel, fibronekin, untukkolonisasi. Reseptor fibronekin tidak tersedia
pada kulit yang utuh. Dengan adanya gangguan pada kulit dapat memunculkan reseptor
fibronekin dan kemudian akan memungkinkan invasi dan kolonisasi. Kulit biasanya tidak
akan terinfeksi S. aureus atau Steptococcus pyogenes, kecuali jika telah terjadi adanya
gangguan kulit seperti adanya goresan, perlukaaan, varicella, kudis, herpes simpleks,
dermatofitosis, operasi, luka bakar, terapi radiasi, trauma, terapi radiasi atau gigitan serangga.
Faktor-faktor predisposisi yang memungkinkan kolonisasi yaiti cuaca panas atau
kelembaban yang sebelumnya pada klien sudah terdapat penyakit/gangguan kulit, usia muda
atau pengobantan antibiotik. Imunisupresi oleh obat-obatan (misalnya kortikosteroid
sistemik, kemoterapi). Penyakit sistemik (infeksi HIV, DM), penyalagunaan obat intravena
akan mendorong pertumbuhan bakteri ini.
Pada impetigo nonbulosa terbentuk bula atau vesikopustula subkornea yang berisi kokus
serta debris berupa leukosit dan sel epidermis. Pada lapisan dermis didapatkan reaksi
peradangan ringan berupa dilatasi pembuluh darah, edema dan infiltrasi PMN. Krusta tebal
kekuningan seperti madu disekitar mulut. Tampak vesikel dan pustul.
Impetigo bulosa, disebabkan terutama oleh racun eksfoliatif staphylococcus aureus
yang disebut exofoliatins A dan B. Racun ini kemudian mengakibatkan kerusakan adhesi sel
pada lapisan dermis superfisial yang akhirnya menimbulkan lepuh dan pengelupasan kulit
dengan cara membelah lapisan sel granular epidermis. Vesikel serta bulla timbul mendadak
pada kulit sehat, bervariasi mulai miliari hingga lentikular, dapat bertahan 2-3 hari. Tersa
nyeri pada daerah vesikel. Lesi berdinding tebal, jika pecah menimbulkan krusta yang
berwarna coklat datar dan tipis. Daerah sekitar lepuhan akan bewarna merah dan terasa gatal,
tidak nyeri. Pada Impetiga bulosa bisa disertai dengan adanya ektima yaitu infeksi yang lebih
dalam ke lapisan kulit dermis.
Sumber : lewis, 2014

Gambar : Impetigo bulosa

32
Diagnosa Impetigo diketahui melalui tanda klinis. Kultur dan pemeriksaan sensitifitas
bakteri direkomendasikan untuk mengidentifikasi kemungkinan resisten pada S. aureus,
adanya wabah impetigo, terjadinya glomerulonefritis poststreptococal.
3) Ektima
Ektima merupakan infeksi pada kulit yang disebabkan oleh Streptococcus -hemolyticus,
S. aureus atau kombinasi keduanya. Infeksi ini dapat terjadi baik epidermis maupun dermis.
Ektima sering ditemukan pada anak-anak dengan hygene kurang baik yang menyebabkan
mudah terinfeksi bakteri. (Hunter, 2003 dalam Arta, 2012).
Infeksi diawali dengan adanya vesikel atau pustula di kulit sekitar yang mengalami
inflamasi yang kemudian membesar dan pecah. Pecahnya vesikel akan menyebabkan kulit
mengalami ulserasi dengan ditutupi oleh krusta. Bila krusta akhirnya terlepas maka akan
timbul ulkus superfisialis berbentuk cawan dengan dasar merah dan tepi yang meninggi.
(Craft, 2008 dalam Arta, 2014) Lesi pada umumnya ditemukan pada ekstremitas bawah
tetapi dapat pula terjadi pada ekstremitas atas. Lesi dimulai dengan adanya trauma pada kulit
seperti adanya ekskoriasi, varicela atau gigitan serangga. Klien akan datang dengan keluhan
dengan adanya bengkak yang disertai krusta berwarna coklat kehitaman yang awalnya hanya
dirasakan gatal kemudian digaruk sampai timbul luka. (Arta, 2014).
Jika keadaan umum baik akan sembuh sendiri dalam waktu 3 minggu, meninggalkan
jaringan parut yang tidak berarti. Jika keadaan umum buruk dapat menjadi gangrene.

Gambar : Ektima Tampak erosi, ekskoriasi,


krusta warna merah-kehitaman,
pada kedua tungkai bawah

Diagnosa ektima dapat dilakukan dengan anamnese dan melihat gejala klinis.
Pemeriksaan penunjang diagnosa dapat dilakukan dengan pengecetan gram yang diambil
dari dasar ulkus. (Arta, 2014)
4) Folikulitis

33
Folikulitis merupakan infeksi pada bagian superfisialis dari folikel rambut oleh
Staphylococcu aureus gram positif atau akibat adanya peradangan sekunder trauma atau
oklusi. Lesi berbentuk bulat atau pustul dengan dasar eritematosa (kemerahan) pada tengah
folikel. Dapat terbentuk pustul berwarna kuning yang dapat menghilang dalam 7 hingga
10 hari tanpa membentuk sikatrik. Biasanya disertai rasa gatal. Pertumbuhan rambut
sendiri tidak terganggu kadang-kadang penyakit ini ditimbulkan oleh discharge (sekret) dari
luka dan abses.

Gambar : Folikulitis Papul-papul eritematosa,


diskret, diatasnya terdapat pustul

5) Furunkel (bisul)
Furunkel merupakan infeksi dalam folikel rambut oleh S. aureus yang melibatkan
lapisan subcutan. Timbul akses yang nyeri pada tempai infeksi, dan sesudah beberapa hari
terjadi fluktuasi dan titik-titik yang merupakan pusat pustula. Begitu inti dari bagian tengah
nekrosis hancur, maka secara bertahap lesi tersebut akan hilang. Klien juga mungkin akan
mengalami gejala konstitusional yang sedang seperti adanya malaise, mual, badan panas.
Tempat predileksi yaitu muka leher, lengan, pergelangan tangan, pantat dan daerah
anogenital. Organisme dapat menyebabkan penyakit melalui invasi dan kolonisasi pada
jaringan dan produksi toksin.
Sumber: Graham &Burns, 2005; Baorto 2014
Cara mendiagnosa furunkel dapat dilakukan dengan gejala klinis mengingat
gambarannya yang khas yaitu lesi awal yang berupa infiltrat kecil, membesar membentuk
nodul eritematosa berbentuk kerucut, nyeri, terdapat core (mata bisul), yang kemudian
melunak menjadi abses, pecah dan terbentuk ulkus. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan
dengan pengecatan gram kultur untukmengetahui etiologi.

34
Gambar : Furunkel Nodus eritematosa multipel dengan pustul diatasnya.

6) Karbunkel
Kaburkel merupakan infeksi kulit dan jaringan sub cutan oleh S. aureus pada
kelompok folikel rambut yang berdekatan. Tempat yang sering terkena infeksi yaitu tengkuk
dan leher. Lesi mula-mula berupa infiltrate kecil, dalam waktu singkat membesar menjadi
nodus-nodus eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian pada tempat rambut keluar tampak
bintik putih sebagai mata bisul. Nodus-nodus tadi akan melunak menjadi abses yang akan
memecah melalui lokus minoris resitensie yaitu muara-muara folikel. Terdapat juga keluhan
berupa nyeri pada lesi dan malaise.
Karbunkel biasanya ditemukan pada klien berusia pertengahan atau berusia lanjutdan
biasanya berkaitan dengan DM.
Pemeriksaan diagnostik dilakuakan dengan melihat histori klien, tanda-tanda fisik
dan adanya pemeriksaan laboratorium untukmemastikan etiologi yaitu dengan cultur gram.
2.2.3.2 Pengobatan
Jenis Penatalaksanaan
Infeksi
Selulitis Topikal dapat diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik, misalnya permanganas kalikus 1/5000 atau
1/10000, yodium povidon 7,5% diencerkan 10x, atau rivanol 1 .
Sistemik dengan antibiotik misalnya golongan penisilin, linkomisin,klindamisin, eritromisin, atau sefalosporin
Impetigo Menjaga kebersihan kulit dengan mandi pakai sabun 2 kali sehari. Jika krusta banyak, dikeluarkan dengan
krutosa mencuci dengan H2O2 dalam air, lalu diberi salep antibiotic seperti kloramfenikol 2% ,teramisin 3%, dan
mupirocin ointment. Jika lesi banyak dan disertai gejala konstitusi (demam, dll), berikan antibiotic sistemik,
misalnya penisilin, kloksasilin, atau sefalosporin.
Impetigo Topikal : Mupirocin, Asam Fusidat.
bulosa Sistemik : oral
First line
Dicloxacin 250-500 mg 4 kali sehari selama 5-7 hari
Amoksisilin+asam klavulanat 25 mg.kgBB, 250-500 mg 4 kali sehari
Second line
Azthromycin 500 mg x 1, 250 mg/hr selama 4 hari
Clindamycin 15 mg/kg/hr 3 kali sehari
Ektima Terapi topikal dangan kompres terbuka untuk melunakkan krusta dan membersihkan debris
Jika lesi sedikit : salep kloramfenikel 2%;
Jika luas diberi antibiotic sistemik: penisilin 600000-1,5 juta IU intramuscular selama 5-10 hari.

35
Folikulitis Ointment antibakteri (bacitracin atau mupirocin 2%) juga dapat digunakan selama 7-10 hari terbatas pada daerah
lesi.
Apabila terjadi kasus folikulitis stafilokokus yang menyebar luas pada tubuh atau rekuren, dapat diberikan
antibiotik golongan -lactam, macrolides

Furunkel Topikal dapat diberikan kompres salep iktiol 5% atau salep antibiotic.
Antibiotic sistemik: eritromisin 4 x 250 mg atau penisilin masih merupakan obat terpilih atau antibiotic
berspektrum luas member hasil yang baik.
Jika lesi matang, lakukan insisi dan aspirasi, selanjutnya dikompres atau diberi salep kloramfenikol 2 %.
Karbunkel Topikal: jika masih infiltrate diberi salep iktiol 10%; jikalesi matang lakukan insisi dan aspirasi, dipasang
drainase lalu dikompres. Antibiotic sistemik: eritromisin 4 x 250 mg selama 7-14 hari, pensilin 600.000 IU
selama 5-10 hari.
Antibiotika yang masih sensitive memberikan hasil yang memuaskan seperti sefalosporin atau glongan
kuinolon.

36
WOC Infeksi Virus trauma, transplantasi organ,
emotional stres, sinar
matahari, gangguan Varicela
kekebalan T-sel, zoster
HPV MCV HVS-1 & HSV-2 Menetap pada akar saraf
Saraf dermatom
sensori
Reaktivasi
Inokulasi Masuk dalam Akar saraf sacrum
Inokula
virus nukleus sel S2-S5
si
Menyebar ke
Saraf trigeminal HSV genital sumsum tulang
Berikatan dengan Epidermis bagian Reaksi
sel granular dan belakang, batang
heparat sulfat inflamasi otak
permukaaan sel malpigi
Gatal atau HSV Menyerang dan
orofasial replikasi Melalui saraf
nyeri
Menetap di dinding sel, Hiperplasia atau sensorik
keratinosit basal hipertropi MK : gangguan ( dermatom T3-L2
Mk: nyeri akut Reaksi
epidermis epidermis rasa nyaman dan NV dan VIII)
inflamasi

Ketika sel berdiferensiasi Nodul khas, papul meninggi, Nyer Pruritus,


Vesikel atau Akit kepala, i Vesikel,
dan migrasi ke umbilikus
adanya oedema malaise, suhu
permukaan
kulit berat meningkat Oedema,
MK: resiko perdarah
Virus penularan infeksi an
memperbanyak hiperterm
diri i

Mengubah epidermis Mk: gangguan


menghasilkan wart/kutil citra tubuh MK: Kerusakan
intergritas kulit

MK: resiko
penularan infeksi
37
WOC Infeksi Bakteri

Steptococcus pyogenes S. aureus cuaca panas, kelembaban yang pada klien sudah
terdapat penyakit/gangguan kulit, usia muda atau
pengobantan antibiotik. Imunisupresi oleh obat-
obatan Penyakit sistemik, penyalagunaan obat IV,
masuk melalui fisura, luka gores, gigitan serangga,
trauma, luka tusuk, kudis, herpes simpleks, hyg ene yang buruk
dermatofitosis, operasi, luka bakar, terapi radiasi

Invasi dan kolonisasi bakteri


Bakteri berikatan dengan Invasi dan kolonisasi bakteri
di sel epidermis dan dermis
Reseptor fibronekin di sel epidermis dan dermis Inflama Limfadeni
dan subcutan
pada ekstremitas atas dan si tis
bawah
Aktifasi Inflama Vesikel atau
Leukositosis makrofa si pustula
g
Membesar dan
Malaise, demam,
berupa kemerahan, terasa panas, dan pecah
bengkak, lembut jika ditekan, pelepuhan limfadenopati
pada daerah infeksi Kulit ulserasi dengan
MK: Gatal,
ditutupi krusta bewarna
Hipertermi bengkak
MK: hitam
SELULITI
Kerusakan
S EKTIMA Krusta terlepas,
intergritas
timbul ulkus
Perdarahan, pengelupasan
superfisialis dasar
kulit, kulit mati rasa, terdapat
MK: merah berbentuk
gas
Kerusakan
Tindakan
intergritas Risiko
bedah
infeksi

38
cuaca panas, kelembaban yang pada klien sudah
terdapat penyakit/gangguan kulit, usia muda atau
pengobantan antibiotik. Imunisupresi oleh obat-
obatan Penyakit sistemik, penyalagunaan obat IV,
hygene yang buruk
Steptococcus pyogenes S. aureus

masuk melalui fisura, luka gores, gigitan serangga,


trauma, luka tusuk, kudis, herpes simpleks,
dermatofitosis, operasi, luka bakar, terapi radiasi

Inflamasi dermis di
daerah wajah dan Bakteri berikatan dengan Streptococcus aureus mengeluarkan exofoliatins
ekstremitas Reseptor fibronekin

Terbentuk bula atau Kerusakan adhesi


vesikopustula Dilatasi MK: resiko
sel dermis
pembuluh penularan infeksi
superfisialis
darah, edema
Impetigo
Krusta tebal bulosa
kekuningan
seperti madu MK: Lepuh dan pengelupasan kulit
Kerusakan dengan cara membelah sel granular
Impetigo non bulosa
intergritas epidermis
bulosa
Vesikel dan Nyeri
MK: S. aureus bula
Kerusakan Risiko infeksi
Merah, gatal, tidak Pecah
intergritas sekunder
nyeri
Bakteri berikatan dengan
Reseptor fibronekin Krusta coklat Ektim
a
Infasi dan kolonisasi pada folikel rambut39
dan lapisan subcutan
pada muka, leher, lengan, pergelangan tangan, pantat, anogenital
Furunkel MK:
Kerusakan
intergritas
Gangguan Malaese, Reaksi
rasa nyaman badan panas inflamasi

Infiltrat kecil

nyeri pada tempat Membesar membentuk nodul


infeksi eritematosa

Munculnya fluktuasi dan titik pusat pustula

Inti bagian
tengah nekrosis

WOC Infeksi Jamur Pecah terbentuk


ulkus

Jamur Dermatofit

Muncul kerak, Respon infeksi terbatas, aktifasi


papul, vesikel, epidermis kulit yang tidak
bula 40 mengalami infeksi
Perlekatan jamur atau elemen jamur
yang dapat tumbuh dan berkembang
pada stratum korneum
Ploriferasi yang MK:
Resolusi lesi, lesi
meningkat Kerusakan
melingkar
intergritas
Adanya suhu udara panas dan kelembaban, Eritematosa, Lesi berbatas
spingosin dan asam lemak, kulit yang pecah bersisik, dan tegas
membesar
Gatal , erosi, Gangguan rasa
Pecah terbentuk ulkus T. mentagrophytes, T. krusta akibat nyaman
Rubrum penyebab TINEA garukan
KORPORIS

Jamur berkembang dan Rusaknya Statum Masuknya MK: resiko


menetap pada stratum korneum dan dermatofitpada ke penularan infeksi
korneum maserasi epidermis

favus (kulit kepala yang bersisik, MK:


Trichophyton tonsurans Mikrosporum canis penyebab bintil-bintil pada kulit kepala
kulit kepeaa bersisik dan berkrusta gangguan
TINEA KAPITIS disertai bercak) menghasilkan
kerak favuslike atau scustula dan dengan papula yang diskret., citra diri
kerontokan pada rambut. menimbulkan pitak-pitak yang purulen.
invasi ektotriks: Kutikula rambut
Invasi Endothrix ditandai dgn
hancur dan rambut yang terinfeksi
perkembangan arthroconidia Pitak tersebut biasanya berkrusta
Kandida
biasanya akan terlihat seperti
dalam batang rambut saja. dengan banyak pustula dan dapat
berwarna kuning kehijauan di
bawah sinar lampu spp
ultraviolet
Kutikula rambut tetap utuh dan menimbulkan alopesia permanen
rambut yang terinfeksi tidak
bercahaya dibawah sinar lampu
ultraviolet
Faktor Endogen: Faktor Endogen:
Perubahan fisiologis, Iklim panas dan kelembaban,
usia, gangguan kebiasaan dan pekerjaan yang
imunologis berhubungan dnegan air, 41
kebersihan dan kontak dengan
penderita
kemerahan yang berbatas tegas, erosi dan
Kandidiasis bersisik. Lesi dikelilingi oleh lesi yang
kutis bersatelit berupa vesikel yang bila pecah
meninggalkan daerah-daerah yang erosi dan
selanjutnya dapat berkembang menyerupai
Mukosa : oral, percele, lesi primer.
Vaginistis dan vulvovaginistis,
Kulit disekitar anus, lipat paha, kemaluan,
balanitis dan balapnoptisis
perineum, dan lipatan pantat menjadi merah,
erosi, dan bersisik halus putih

stomatitis akut, tampak bercak-bercak putih perlukaan kulit sudut mulut yang Pada mukosa vagina akan terlihat
kekuningan timbul dari dasar selaput lendir mengalami erosi. Dasarnya merah dan bercak putih kekuningan, meninggi
merah yang disebut membran palsu yang bibir pecah-pecah.
dari permukaan. Bercak-bercak ini MK: Gangguan rasa
dapat meluas sampai menutupi lidah dan terdiri dari gumpalan jamur kandida,
jaringan nekrotik, dan sel-sel epitel. nyaman
palatum mole. Lesi ini dapat terlepas dari
Dari introitus vagina keluar sekret
selaput lendir sehingga dasarnya tampak yang mula-mula encer kemudian
merah dan mudah berdarah. menjadi kental dan pda keadaan yang
menahun dapat tampak seperti butir-
butir tepung halus. Dalam gumpalan Mk : risiko infeksi
sekret tersebut terdapat elemen
Nyeri saat Balanitis tampak berupa bercak-bercak kandida dan epitel. Labia mayora dan
eritema dan erosi pada glan penis dan minora membengkak dnegan ulkus
makan kecil berwarna merah dan disertai
sering dijumpai terdapat pustulasi.
dengan daerah erosi Mk : gangguan
Kelainan ini dapat meluas sampai ke
skrotum, perineum dan kulit di lipat paha BAB III intergritas kulit
Risiko nutrisi kurang yang terlihat sebagai daerah-daerah
dari keburuhan tubuh ASUHAN
eritematosa dan lesi satelit disertai rasa KEPERAWATAN
gatal, panas
3.1 Pengkajian
Pengkajian Infeksi virus Infeksi Jamur Infeksi Bakteri

1. Identitas Infeksi virus banyak dijumpai pada segala usia. Infeksi jamur dijumpai pada : Infeksi Bakteri :
klien -Veruka vulgaris banyak ditemukan pada usia
anak dan dewasa muda. - Tine kapitis: sering terjadi pada anak-anak dengan - Selulitis: dapat menyerang semua usia
-Moluskun Kontagiosum sering dijumpai pada
42
anak-anak, usia dewasa dengan aktifitas seksual kebiasaan yang suka bermain bersama kucing dengan kebiasaan hygene yang kurang
tinggi dan pada mereka dengan imunodefisiensi.
Bersifat endemis padakomunitas padat penduduk - Tinea korporis: menyerang pria dan wanita dengan - Impetigo : umunya terjadi pada anak-anak
dengan hygene buruk dan daerah miskin. prevelansi yang sama, menyerang semua kelompok usia terutama yang tinggal di tempat yang panas,
- Herpes simpleks menyerang klien dengan namun diketahui prevelensi terbanyak didapatkan pada atau iklim lembab.
status imunodefisiensi dan pada mereka dengan klien praremaja. Tinggal di lingkungan yang panas dan
aktifitas seksual tinggi lembab. - Ektima: sering terjadi pada anak-anak
- Herpes Zozter, diketahui jarang menyerang dengan hygene yang kurang
anak-anak, namun dapat terjadi pada bayi baru - Tinea pedis: lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada
lahir yang ibunya menderita Hz. Kasus infeksi Hz wanita. Prevelensi infeksi meningkat sesuai umur. - Furunkel dapat terjadi pada semua usia
meningkat dengan bertambahnya usia, biasanya Kebanyakan muncul setelah puber.
menyerang klien berusia > 60 tahun, klien dengan - Karbunkel : ditemukan pada klien berusia
penurunan imunitas. - Tinea kruris: lebih sering terjadi pada laki-laki, tinggal di pertengahan atau berusia lanjutdan biasanya
lingkungan yang panas dan lembab. berkaitan dengan DM.

- Tinea barbae: lebih sering terjadi pada laki-laki.


- Tinea versikolor: terjadi lebih sering pada usia dewasa,
status imunisuprensi, malnutrisi. Lebih sering terjadi pada
klien yang tinggal di daerah dengan cuaca panas dan
lingkungan lembab.

- Kandidiasis : lansia dan bayi lebih mudah terserang


penyaki ini, tinggal di daerah dengan iklim yang panas
dan lembab, pekerjaan yang berhubungan dengan air.

2. Keluhan Utama Keluhan utama yang biasa dikeluhkan klien Keluhan Utama : Keluhan Utama :
yaitu :
- Veruka Vulgaris : terdapat nodul yang kasar - Tine kapitis: terdapatnya kerak, sisik yang menebal dan - Selulitis: kemerahan, terasa panas, dan
pada bagian tubu tungkai, jari kaki, jari tangan, kadang berawa yang disertai dengan gatal yang berat, bengkak, lembut jika ditekan, serta terjadi
lengan, genitalia dan membran mukosa mulut. ketombe pada kulit kepala, alis dan bulu mata. pelepuhan. Klien menjadi maliase, demam,
Nodul dapat tunggal atau berkelompok. limfadenopati pada deaerah regional,
- Moluskum Kontagiosum: terdapat nodul - Tinea korporis: adanya eritematosa yang bersisik, terdapat bulla terjadi kekakuan
berwarna putih atau pink atau warna daging berbatas tegas dan melingkar, timbul rasa gatal, bisa
pada bagian tubuh. Sering asimtomatik namun menyerang seluruh tubuh dan ekstermitas kecuali kulit - Impetigo : lepuh dan pengelupasan kulit.
beberapa kasus ditemukan adanya eksema kepala, pangkal paha telapak tangan dan telapak kaki Vesikel serta bulla timbul mendadak pada
disekitar lesi dan pasien dapat mengeluh gatal kulit sehat, bervariasi mulai miliari hingga
dan nyei - Tinea pedis: terdapat lesi bersisik, eritema, lentikular, dapat bertahan 2-3 hari. Terasa
43
- Herpes Simpleks : timbul vesikel yang hiperkeratonis, nyeri, gatal, vesikel atau bula pada kaki, nyeri pada daerah vesikel. Lesi berdinding
berkelompok pada daerah sekitar mulut dan cela jari tebal, jika pecah menimbulkan krusta yang
hidung, mata, jari di daerah bobong dan genital. berwarna coklat datar dan tipis. Daerah
Vesikel dapat disertai dengan oedema kulit - Tinea kruris: lesi yang berbentuk anular atau lengkung, sekitar lepuhan akan bewarna merah dan
yang berat dan nyeri hebat. Nyeri bisa tidak eritema dengan skuama, terasa gatal pada daerah kruris: terasa gatal, tidak nyeri. Pada Impetiga
dirasakan pada infeksi rekuren. lipatan paha, perineum, gluteus, pubis dan menyebar ke bulosa bisa disertai dengan adanya ecthyma
- Herpes zozter : muncul vesikel yang daerah sekitar.
terlokalisasi dengan bentuk yang unilateral - Ektima : adanya vesikel atau pustula di kulit
yang disertai dengan rasa nyeri, terbakar pada - Tinea barbae: bercak berkrusta dan berskuama yang sekitar yang mengalami inflamasi yang
daerah lesi dan sering terjadi pada bagian disertai dengan pustula diseluruh daerah yang berjengot kemudian membesar dan pecah. Pecahnya
tubuh yang dilalui oleh saraf dermatom T3-L2 dan leher kadang menimbulkan nodul, rambut di daerah vesikel akan menyebabkan kulit mengalami
dan Nervus V dan VIII ini rusak mudah dicabut. ulserasi dengan ditutupi oleh krusta. Bila
krusta akhirnya terlepas maka akan timbul
- Tinea versikolor : munculnya bercak yang berbatas tegas ulkus superfisialis berbentuk cawan dengan
dan sangat jelas, berskuama, hipopigmentasi atau dasar merah dan tepi yang meninggi.
hiperpigmentasi gatal ringan terlihat pada tubuh, leher dan
ekstremitas. - Folikulus: lesi berbentuk bulat atau pustul
dengan dasar eritematosa (kemerahan) pada
- Kandidiasis: pada oral: gambaran stomatitis akut, tengah folikel. Dapat terbentuk pustul
tampak bercak-bercak putih kekuningan yang timbul dari berwarna kuning yang dapat menghilang
dasar selaput lendir merah, berdarah atau nyeri jika dalam 7 hingga 10 hari tanpa
makan. Percele: luka pada sudut mulut. Kandidiasis membentuk sikatrik. Biasanya disertai
Vaginistis dan vulvovaginistis: pada mukosa vagina akan rasa gatal
terlihat bercak putih kekuningan, meninggi dari
permukaan, keluar sekret yang kental atau seperti butir- - Furunkel lesi awal yang berupa infiltrat
butir tepung halus. Kandidiasis balanitis dan kecil, membesar membentuk nodul
balapnoptisis: bercak eritema dengan erosi pada glan penis eritematosa berbentuk kerucut, nyeri,
dan terdapat pustulasi bisa sampai di daerah perineum dan terdapat core (mata bisul), yang kemudian
kulit di lipat paha yang terlihat sebagai daerah-daerah melunak menjadi abses, pecah dan terbentuk
eritematosa dan lesi yang disertai rasa gatal, panas. ulkus, nyeri.
Kandidiasis Mukokutan kronis: bercak-bercak merah pada
daerah mukotan, erosi, rasa gatal dan panas. - Karbunkel : Lesi mula-mula berupa
infiltrate kecil, dalam waktu singkat
- Kandidiasis kutis: kemerahan yang berbatas tegas, erosi membesar menjadi nodus-nodus eritematosa
dan bersisik sering terjadi pada jari kaki. berbentuk kerucut. Kemudian pada tempat
rambut keluar tampak bintik putih sebagai
- Kandidiasis perianal: Kulit disekitar anus, lipat paha, mata bisul.
kemaluan, perineum, dan lipatan pantat menjadi merah,

44
erosi, dan bersisik halus putih

3.Riwayat kronologi atau perjalanan penyakit: Kronologi atau perjalanan penyakit: Kronologi atau perjalanan penyakit:
keluhan Utama
- Veruka Vulgaris : Vv merupakan penyakit Infeksi jamur merupakan penyakit menular yang dapat Infeksi bakteri baik stretococcus ataupun
menular yang dapat ditularkan oleh hospes lain ditularkan baik oleh manusia atau pun binatang karenanya, stapilococcus didahului dengan adanya trauma
atau penularan dengan autoinuklasi. Karenanya kaji kemungkinan adanya kontak dengan hospes atau pada kulit baik itu berupa goresan, luka,
tanyakan riwayat kontak dengan penderita yang kekambuhan. Infeksi jamur dapat disebabkan oleh adanya trauma, gigitan serangga. Pada beberapa kasus
memiliki masalah yang sama. Nodul dapat imunosuprensi, jadi perlu ditanyakan tentang adanya infeksi dapat disertai dengan malaise, nyeri
tunggal atau berkelompok kemungkinan menderita penyakit yang mempengaruhi dan suhu tubuh yang meningkat. m
- Moluskum Kontagiosum: Mk juga sistem imun bila perlu lakukan pemeriksaan lanjutan.
merupakan penyakit menular. Tanyakan adanya
Tanyakan juga pada klien tentang usaha-usaha yang telah
riwayat kontak dengan klien yang mengalami
dilakuakan
kelainan yang sama atau pemakaian alat-alat
pribadi secara bergantian. Penularan dapat
terjadi secara autoinokulasi.
- Herpes Simpleks : adanya riwayat kontak
dengan klien yang menderita Hs atau terkena
sengatan matahari, atau pengguanaan barang-
barang pribadi secara bergantian. Gejala
didahului dengan adanya rasa gatal, nyeri pada
daerah yang nantinya akan timbul vesikel.
- Herpes zozter :
Gejala didahului dengan adanya rasa gatal,
nyeri dan kesemutan pada daerah yang terkena
yang juga diertai dengan sakit kepala, malaise
atau fotophobia

Tanyakan pada klien apakah klien menderita


penyakit yang menurunkan imun klien seperti
HIVusaha-usaha pengobatan yang telah
dilakukan.

4.Riwatat - Infeksi virus bisa merupakan infeksi ulangan - Infeksi jamur bisa merupakan infeksi ulangan dari Adanya riwayat gangguan pada kulit seperti
Kesehatan dari sebelumnya. sebelumnya. alergi, luka bakar, terapi radiasi, riwayat
penyakit herpes, dermatofitosis, penyakit
- Inveksi virus berkaitan dengan status imun - Inveksi jamur berkaitan dengan status imun klien. sistemik (HIV, DM), klien yang mengalami

45
klien. Tanyakan adanya riwayat transplantasi Tanyakan penyakit-penyakit yang berkaitan seperti HIV, Imunisupresi oleh obat-obatan
organ atau pun penyakit-penyakit yang DM, TBC, karsinona, penggunaan obat-obat antibiotik
berkaitan seperti HIV dsb dan kortikosteroid dsb

- Tanyakan apakah klien pernah menderita - Tanyakan adanya riwayat alergi pada klien
varicella

- Tanyakan adanya riwayat alergi pada klien


5.Riwayat Infeksi virus merupakan penyakit menular, Infeksi jamur merupakan penyakit menular. Tanyakan Tanyakan adanya riwayat alergi keluarga.
penyakit keluarga tanyakan adakah anggota keluarga khususnya adakah anggota keluarga, khususnya yang tinggal serumah,
yang tinggal serumah, menderita penyakit yang menderita penyakit yang sama berkaitan dengan penularan
sama berkaitan dengan penularan akibat akibat penggunaan barang-barang pribadi yang sama.
penggunaan barang-barang pribadi yang sama.

6.Riwayat - tanyakan pada klien mengenai kebiasaan, - tanyakan pada klien mengenai kebiasaan, perilaku seks Tanyakan pada klien tentang pola hygene
kebiasaan sosial perilaku seks yang tinggi, gunakan komunikasi yang tinggi, gunakan komunikasi teraupeutik
teraupeutik
- adanya pengguanaan barang-barang secara bergantian
-adanya pengguanaan barang-barang secara
bergantian - Hygene klien

-Adanya kebiasaan ke kolam renang

-Hygene klien

-Pengguanan obat-obatan terlarang suntik

7.Paparan - Kaji adanya kebiasaan sering terpapar sinar - _


lingkungan matahari dan penggunaan sun blok

- Kaji adanya kebiasaan yang sering beraktifitas


di air.

Pemeriksaan Infeksi virus Infeksi Jamur Infeksi Bakteri


Fisik

Inspeksi Keluhan utama yang biasa dikeluhkan klien Pada infeksi dermatofit : Inspeksi dan Palpasi
yaitu :

46
- Veruka Vulgaris : - Tine kapitis: terdapatnya kerak, sisik yang menebal dan - Selulitis:
Verika vulgaris tampak sebagai nodul yang kasar kadang berawa yang disertai dengan gatal yang berat,
pada badan, tungkai, tangan, lengan, genitalia dan ketombe pada kulit kepala, alis dan bulu mata. Pada kulit yang terinfeksi terdapat
membran mukosa mulut. kemerahan, teraba panas, dan bengkak,
Veruka yang datar dan panjang lebih banyak - Tinea korporis: adanya eritematosa yang bersisik, lembut jika ditekan, serta terjadi pelepuhan,
terlihat pada daerah wajah dibanding dengan berbatas tegas dan melingkar, timbul rasa gatal, bisa terdapat bulla terjadi kekakuan.
daerah tubuh yang lainnya. menyerang seluruh tubuh dan ekstermitas kecuali kulit
Veruka Plantaris tumbuh pada daerah stratum kepala, pangkal paha telapak tangan dan telapak kaki Pada beberapa kasus yang parah pada
korneum kaki yang tebal dengan bintik-bintik daerah yang terinfeksi terdapat bula,
hitam kecil di bagian dalammnya, yang - Tinea pedis: terdapat lesi bersisik, eritema, perdarahan kulit, pengelupasan kulit, kulit
sesungguhnya merupakan kapiler yang infark. hiperkeratonis, nyeri, gatal, vesikel atau bula pada kaki, menjadi mati rasa, terdapat gas.
bentuknya biasanya mendatar karena mengalami cela jari
penekanan akibat berjalan dan dikelilingi oleh Gejala lain yang ditemukan yaitu demam,
kulit yang tebal. limfadenopati pada deaerah regional,
- Tinea kruris: lesi yang berbentuk anular atau lengkung,
Kutil ini berbentuk bulat berwarna abu-abu, eritema dengan skuama, terasa gatal pada daerah kruris:
besarnya lentikuler atau kalau berkonfluensi lipatan paha, perineum, gluteus, pubis dan menyebar ke
berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa). daerah sekitar.
Dengan goresan dapat menimbulkan
- Impetigo :
autoinokulasi sepanjang goresan - Tinea barbae: bercak berkrusta dan berskuama yang Impetigo nonbulosa: tempat infeksi
(fenomenakobner). Kutil biasanya bersisik, kasar, disertai dengan pustula diseluruh daerah yang berjengot pada daerah wajah sekitar mulut, tubuh
papula berduri atau nodul dan rentang ukuran dari dan leher kadang menimbulkan nodul, rambut di daerah dan ekstremitas. Lesi tampak sebagai
kecil 1 mm sampai lebih besar 1 cm yang dapat ini rusak mudah dicabut. bula atau vesikopustula subkornea yang
ditemukan pada permukaan kulit. Biasanya terjadi berisi kokus serta debris berupa leukosit
sebagai papula tunggal atau berkelompok pada Infeksi Jamur Mallassezia dan sel epidermis. Pada lapisan dermis
daerah sekitar jari tangan dan kaki. didapatkan reaksi peradangan ringan
Tinea versikolor : munculnya bercak yang berbatas tegas berupa dilatasi pembuluh darah, edema
dan sangat jelas, berskuama, hipopigmentasi atau dan infiltrasi PMN. Krusta tebal
hiperpigmentasi gatal ringan terlihat pada tubuh, leher dan kekuningan seperti madu disekitar mulut.
- Moluskum Kontagiosum: ekstremitas. Tampak vesikel dan pustul.
Moluskum kongiosum (Mk) tampak berupa
nodul seperti kubah dengan permukaan terlihat Kandidiasis
Impetigo Bulosa:
licin dan terdapat lekukan khas di bagian
tengah. Penyakit ini berkembang dari lesi Kandidiasi oral: gambaran stomatitis akut, tampak bercak-
Dapat terjadi pada seluruh bagian tubuh:
berpedunkel. Lesi yang ditimbulkan oleh MCV bercak putih kekuningan yang timbul dari dasar selaput
pada daerah yang terinfeksi dapat ditemukan
biasanya berwarna putih, pink, atau warna lendir merah, Lesi ini dapat terlepas dari selaput lendir
lesi khas berupa lepuh dan pengelupasan
daging, umbilikasi, papul yang meninggi sehingga dasarnya tampak merah dan mudah berdarah
kulit. Vesikel serta bulla timbul mendadak
(diameter 15 mm) atau nodul (diameter 610 berdarah.
pada kulit sehat, bervariasi mulai miliari
mm). Lesi Mk dapat berupa lesi multipel atau hingga lentikular, dapat bertahan 2-3 hari.
47
single (<30 papul). Walaupun pada pasien Terdapat keluhan nyeri jika makan, yang memungkinkan Lesi berdinding tebal, jika pecah
biasanya asimtomatis, namun pada beberapa munculnya anoreksia. menimbulkan krusta yang berwarna coklat
kasus dapat muncul ekzema di sekitar lesi dan datar dan tipis. Daerah sekitar lepuhan akan
pasien bisa mengeluhkan gatal atau nyeri. Lesi Percele: luka pada sudut mulut. bewarna merah dan terasa gatal, tidak nyeri.
moluskum kontagiosum pada pasien HIV tidak Bisa ditemukan adanya ektima. Ektima :
sembuh secara cepat, dan mudah menyebar ke Kandidiasis Vaginistis dan vulvovaginistis: pada mukosa adanya vesikel atau pustula di kulit sekitar
bagian tubuh lainnya. vagina akan terlihat bercak putih kekuningan, meninggi dari yang mengalami inflamasi yang kemudian
permukaan, keluar sekret yang kental atau seperti butir-butir membesar dan pecah. Pecahnya vesikel
Herpes Simpleks : tepung halus. Labia mayora dan minora membengkak akan menyebabkan kulit mengalami ulserasi
dengan ulkus kecil berwarna merah dan disertai dengan dengan ditutupi oleh krusta. Bila krusta
- Timbul vesikel-vesikel berkelompok yang daerah erosi. Kelainan ini dapat menjalar sampai di kulit akhirnya terlepas maka akan timbul ulkus
sekitar hingga kulit lipat paha dan perineum menjadi merah, superfisialis berbentuk cawan dengan dasar
nyeri setelah kontak primer dengan HSV
bengkak, erosi, dan terdapat lesi satelit. merah dan tepi yang meninggi.
- Infeksi primer dapat terjadi pada sembarang Klien akan merasa gatal, mungkin akan ada lesi bekas
tempat di kulit walaupun biasanya timbul - Ektima :
garukan. Terasa panas, dan sakit pada waktu BAK.
pada daerah sekitar mulut dan hidung yang
menyebabkan gingivostomatitis, disekeliling Infeksi diawali dengan adanya vesikel atau
Kandidiasis balanitis dan balapnoptisis: bercak eritema
mata yang menyebabkan konjungtivitis, pustula di kulit sekitar yang mengalami
dengan erosi pada glan penis dan terdapat pustulasi bisa
pada jari tangan menyebabkan herpes jari inflamasi yang kemudian membesar dan
sampai di daerah perineum dan kulit di lipat paha yang
tangan, di daerah bokong dan genitalia pecah. Pecahnya vesikel akan menyebabkan
terlihat sebagai daerah-daerah eritematosa dan lesi yang
menyebabkan vulvovaginitis. kulit mengalami ulserasi dengan ditutupi
disertai rasa gatal, panas.
oleh krusta. Bila krusta akhirnya terlepas
- Pada infeksi primer yang berat Kandidiasis Mukokutan kronis: bercak-bercak merah pada maka akan timbul ulkus superfisialis
menyebabkan terjadinya oedema kulit yang daerah mukotan, erosi, rasa gatal dan panas. berbentuk cawan dengan dasar merah dan
berat, vesikulasi dan nyeri berat. tepi yang meninggi. Lesi pada umumnya
Kandidiasis kutis: ditemukan pada ekstremitas bawah tetapi
dapat pula terjadi pada ekstremitas atas.
- Pada klien dengan reaktivasi rekuren tidak
begitu nyeri dan sering terjadi pada bibir dan Intertriginosa: timbul pada daerah predileksi seperti daerah
daerah genitalia. lipatan, ketiak, bawah payudara, lipat paha, intergluteal, - Folikulus:
antara jari-jari tangan dan jari-jari kaki, sekitar pusat dan
Herpes zozter : lipat leher. Kelainan tampak berupa kemerahan yang Pada daerah yang terinfeksi terdapat lesi
Hz biasanya dimulai dengan gejala prodomal berbatas tegas, erosi dan bersisik. Lesi dikelilingi oleh lesi berbentuk bulat atau pustul dengan dasar
seperti adanya nyeri, gatal atau kesemutan, di yang bersatelit berupa vesikel yang bila pecah meninggalkan eritematosa (kemerahan) pada tengah
daerah yang terinfeksi. daerah-daerah yang erosi dan selanjutnya dapat berkembang folikel. Dapat terbentuk pustul berwarna
menyerupai lesi primer. Kulit disela jari menjadi lunak, kuning yang dapat menghilang dalam 7
Hal ini mendahului timbulnya rash berhari-hari hingga 10 hari tanpa membentuk sikatrik.
terjadi maserasi dan dapat mengelupas. Biasanya disertai rasa gatal. Pertumbuhan
atau bahkan berminggu-minggu sebelumnya.
rambut sendiri tidak terganggu kadang-
Pada daerah yang terinfeksi sering terjadi kadang penyakit ini ditimbulkan oleh
48
pruritus. Pada beberapa kasus juga terdapat Kandidiasis perianal: Kulit disekitar anus, lipat paha, discharge (sekret) dari luka dan abses.
edema dan perdarahan sekitar vesikel. Setiap kemaluan, perineum, dan lipatan pantat menjadi merah,
saraf dapat terkena tetapi saraf torakal, lumbal erosi, dan bersisik halus putih - Furunkel lesi awal yang berupa infiltrat
atau karnial merupakan saraf paling sering kecil, membesar membentuk nodul
terserang (dermatom T3 hingga L2 dan Nervus V eritematosa berbentuk kerucut, terdapat core
dan VIII). (mata bisul), yang kemudian melunak
menjadi abses, pecah dan terbentuk ulkus.
Lesi kulit yang khas pada Hz yaitu lokalisasinya Lesi nyeri jika di palpasi, teraba hangat.
biasanya unilateral dan jarang melewati garis Dapat diikuti dengan infeksi sistemik seperti
tengah tubuh. Lesi awal berupa makula dan peningkatan suhu tubuh
papula yang eritematous, kemudian dalam waktu
12 sampai 24 jam akan berkembang menjadi - Karbunkel : Tempat yang sering terkena
vesikel yang berlanjut pada pustula pada hari 3 infeksi yaitu tengkuk dan leher. Lesi mula-
sampai 4. Pada hari ke 7 sampai 10 akan mula berupa infiltrate kecil, dalam waktu
terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa jaringan singkat membesar menjadi nodus-nodus
parut kecuali jika terinfeksi sekunder bakterial. eritematosa berbentuk kerucut. Kemudian
pada tempat rambut keluar tampak bintik
Selain itu klien dengan Hz juga mengalami sakit putih sebagai mata bisul.
kepala, malaise, kadang photophobia. Sensasi
nyeri sering digambarkan dengan rasa terbakar, Terdapat keluhan nyeri
berdenyut atau terasa seperti tertusuk-tusuk
pertama yang mencolok.

Nyeri yang timbul sesudah serangan disebut


neuralgia pascaherpetica dan biasanya
berlangsung selama beberapa bulan bahkan pada
beberapa kasus sampai bertahun-tahun. neuralgia
pasca herpetica biasanya dialami oleh klien
lansia.

49
3.2 Diagnosa Keperawatan
3.2.1 Diagnosa Keperawatan pada Infeksi Virus
Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat akibat infeksi virus yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi herpez yang mengenai persarafan
dermatom
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
3. Gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit : adanya lesi perlukaan makula
eritematous, lesi pada kulit, papul vesikel, pembentukan skuoma.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
5. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan: pencegahan
penularan

3.2.2 Diagnosa Keperawatan pada Infeksi Jamur


1. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan adanya inflamasi jamur:
perubahan pigmentasi
2. gangguan citra diri berhubungan dengan penyakit : adanya perubahan pigmentasi,
lesi.
3. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan: pencegahan
penularan
4. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu
makan akibat nyeri (kandidiasis oral)
5. Gangguan rasa nyaman : gatal, perasaan panas pada daerah lesi berhubungan
dengan proses inflamasi

3.2.3 Diagnosa Keperawatan pada Infeksi Bakteri


1. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan kerusakan jaringan terlokalisir
2. Gangguan citra tubuh adanya lesi perlukaan makula eritematous, lesi pada kulit, papul
vesikel, pembentukan skuoma.
3. Gangguan rasa nyaman : gatal, perasaan panas pada daerah lesi berhubungan dengan
4. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan: pencegahan
penularan

50
3.3 Intervensi Keperawatan

1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan, kerusakan jaringan terlokalisir, lesi


dan proses inflamasi, adanya perubahan pigmentasi
Kriteria hasil:

Pasien dan keluarga menunjukkan rutinitas perawatan kulit atau


luka yang optimal.
Tidak ada lepuh atau maserasi pada kulit.
Perluasan erupsi atau lesi berkurang atau tidak ada.
Eritema kulit minimal.
NOC:

Integritas Jaringan: membran mukosa, keutuhan struktural dan fungsi fisiologis kulit
dan membran mukosa meningkat
NIC:

Ajarkan klien dan keluarga untuk tidak menggaruk daerah lesi dan sekitarnya
mnggunakan kuku tetapi dengan menggunakan buku-buku jari. Gunting kuku.
Manajemen Pruritus: Mencegah dan mengobati gatal.
Ajarkan klien dan keluarga untuktidak memanipulasi daerah lesi dengan
menggunakan obat-obatan atau perlakukan yang belum teruji secara klinis atau yang
dapat memperberat infeksi
Ajarkan pada klien dan keluarga tentang perawatan area lesi: Membersihkan,
memantau, dan meningkatkan proses penyembuhan lesi atau erupsi.
Pemberian Obat:
Mempersiapkan, memberikan, dan mengevaluasi keefektifan obat resep dan nonresep.
Ajarkan pada klien dan keluarga tentang dosis, cara pemberian dan efek samping obat.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya gangguan pigmentasi, makula
eritematous, lesi pada kulit, papul vesikel, pembentukan skuoma.
Kriteria hasil:

Mengidentifikasi kekuatan personal.


Mengenali dampak situasi pada hubungan personal dan gaya
hidup.
Mengenali perubahan aktual pada penampilan tubuh.
Menunjukkan penerimaan penampilan.
Menggambarkan perubahan aktual pada fungsi tubuh.

51
Bersikap realistik mengenai hubungan antara tubuh dan
lingkungan.
Mengungkapkan keinginan untuk menggunakan sumber yang disarankan setelah
dipulangkan dari rumah sakit.
Mengambil tanggung jawab untuk perawatan diri.
Memelihara interaksi sosial yang adekuat dan hubungan personal.
NOC:

Citra Tubuh: Persepsi terhadap penampilan dan fungsi tubuh sendiri.


Penyesuaian Psikososial: Perubahan Hidup: Respon psikososial yang adaptif pada
individu terhadap perubahan hidup yang bermakna.
Harga Diri: Penilaian diri terhadap harga diri.
NIC:

Bimbingan Antidipasi: Mempersiapkan pasien terhadap krisis perkembangan atau


krisis situasional.
Peningkatan Citra Tubuh: Meningkatkan persepsi sadar dan tak sadar pasien serta
sikap terhadap tubuh pasien.
Peningkatan Koping: Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor,
perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup.
Identifikasi Resiko: Menganalisis faktor resiko potensial, menetapkan resiko
kesehatan, dan memprioritaskan strategi menurunkan resiko untuk individu atau
kelompok.
Peningkatan Harga Diri: Membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personal
terhadap harga diri.

3. Gangguan pola tidur b/d puritus yang dirasakan.


Kriteria hasil:

Mengidentifikasi tindakan yang akan meningkatkan istirahat atau


tidur
Mendemonstrasikan kesejahteraan fisik dan psikologis.
Mencapai tidur yang adekuat tanpa menggunakan obat.
NOC:

Tingkat Kenyamanan: Tingkat persepsi positif tentang kenyamana fisik dan


psikologis.
Istirahat: Kuantitas dan pola penurunan aktivitas untuk penyegaran fisik dan jiwa.
52
Tidur: Terputusnya kesadaran periodik dan alami saat tubuh dipulihkan.
NIC:

Manajemen Lingkungan: Kenyamanan: Memanipulasi lingkungan sekitar pasien


untuk meningkatkan kenyamanan optimal.
Peningkatan Tidur: mandi air hangat sebelum tidur, gunakan obat-obatan anti gatal
kecuali jika terdapat kontraindikasi, memfasilitasi siklus tidur-bangun yang teratur.

4. Nyeri akut b/d adanya. infeksi herpez yang mengenai persarafan dermatom
Kriteria hasil:

Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri.
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri).
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

NOC:

Pengendalian Nyeri: Tindakan individu untuk mengendalikan nyeri.


Tingkat Nyeri: Keperawatan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan.

NIC:

Pemberian Analgesik: Menggunakan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau


menghilangkan nyeri.
Manajemen Medikasi: Memfasilitasi penggunaan obat resep atau obat bebas secara
aman dan efektif.
Manajemen Nyeri: Meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
.

5. Resiko penularan infeksi berhubungan dengan kurang pengetahuan: pencegahan


penularan
Kriteria hasil : setelah dilakuakan tindakan keperawatan klien dan keluarga dapat
meningkatkan pengetahuan mengetahui konsep penyakit, tidak terjadi penularan infeksi

53
Intervensi keperawatan :
Diskusikan bersama klien dan keluarga tentang konsep penyakit: pengertian,
penyebab, pencegahan dan konsep penularan
Diskusikan bersama klien dan keluarga tentang pentingnya kebersihan diri dan
lingkungan untuk mempercepat penyembuhan, memutuskan rantai penularan,
Diskusikan bersama klien dan keluarga tentang penggunaan barang-barang pribadi
secara bergantian dapat menjadi salah satu cara penularan penyakit
Diskusikan bersama klien dan keluarga tentang tidak boleh melakukan hubungan
seksual selama sedang terinfeksi atau pentingnya penggunaan kondom selama
berhubungan seksual saat sedang terinfeksi.
Diskusikan kepada klien dan keluarga tentang penitingnya nutrisi yang memeadai
untuk mempercepat proses penyembuhan
Diskusikan bersama klien dan keluarga tentang pentingnya keteraturan pengobatan.
Pada beberapa infeksi akan lama proses penyembuhannya.

BAB 4
Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan

54
Kulit sebagai organ tubuh terluar sangat mudah terkena penyakit infeksi baik yang
disebabkan oleh infeksi virus, jamur maupun bakteri. Sebagian besar infeksi selalu diawali
dengan adanya gangguan pada kulit berupa trauma, goresan dan sebagainya yang
memudahkan mikroorganisme menginvasi dan berkolonisasi. Adapun faktor-faktor
predisposisi dapat dibagi menjadi dua yaitu endogen maupun eksogen. Faktor endogen
berkaitan erat dengan status imun klien dan keberadaan penyakit lain dalam tubuh. Faktor
eksogen meliputi cuaca panas dan lembab, hygene yang buruk dan sebagainya.

Masalah keperawatan yang dapat ditimbulkan akibat adanya infeksi ini berupa Nyeri
akut, kerusakan integritas kulit, gangguan citra diri, gangguan pola tidur, risiko penularan
infeksi, risiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, gangguan rasa nyaman : gatal, perasaan
panas pada daerah lesi. Masalah keperawataan lain bisa saja muncul sesuai dengan reaksi
yang muncul pada klien.

Berkaitan dengan berbagai masalah fisik dan psikis yang dapat ditimbulkan sebagai
akibat infeksi, perawat ditutntut agar mampu merencanakan asuhan keperawatan yang tepat.
Pilihan intervensi harus disesuaikan dengan keadaan klien, keluarga sehingga dapat
diimplementasikan dan menjadikan kesehatan klien meningkat. Pendidikan kesehatan pada
klien dan keluarga juga perlu dipertimbngkan sebagai upaya pencegahan kekambuhan dan
penularan infeksi.

4.2 Saran

Mahasiswa diharapkan dapat menguasai konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem integumen karena infeksi mikroorganisme karena infeksi jamur,
bakteri dan virus guna memberikan pelayanan asuhan keperawtan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Arta, I Gde Julia. 2014. Laporan Kasus : Ektima. Ojs.unud.ac.id . Diakses tanggal 24 April
2015 pukul 18:56 WIB

55
Baorto, Elizabeth. 2014. Infection OF Staphylococcus aureus.
http://emedicine.medscape.com. Diakses tanggal 24 April 2015 pukul 19:11 WIB

Burkhart , Craig G 2014. Tinea Vesikolor. http://emedicine.medscape.com diakses tanggal 17


April 2015 pukul 21:45 WIB

Centrel for Disease Control and Prevention, 2014, Human Papillomavirus. www.cdc.gov
diakses tanggal 16 Maret 2015, pukul 10:46 WIB

Fox, Gary N & Mathew Brier, 2008 Veruca Vulgaris http://www.clinicaladvisor.com/verruca-


vulgaris/article/120799 diakses tanggal 16 Maret jam 11:15

Gearhart, Peter A 2014, Human Papillomavirus, http://emedicine.medscape.com diakses


pada tanggal 18 Maret 2015, pukul 20:16 WIB
Graham, Robin & Brown T. Burns, 2005. Lecture Notes: Dermatologi. Erlangga: Jakarta

Handoko RP. Penyakit Virus. Dalam: Djuanda A. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke5.
Jakarta:FakultasKedokteranUniversitas Indonesia ; 2007. h. 112-3

Hanson, Daniel & Dayna G. Diven. Molluscum Contagiosum. Dermatology Online Journal.
http://dermatology.cdlib.org/92/reviews/molluscum/diven.html. Diakses pada tanggal
13 Desember 2011 pukul 23:21 WIB

Hermana, Asep 2012. Verica Vulgaris. www. Bedahminor.com. Diaskes pada tanggal 15
Maret 2015 pukul 23:59 WIB.
Hidalgo, Jose A. 2014. Candidiasis. http://emedicine.medscape.com diakses tanggal 23 April
2015 pukul 18:44WIB
Leeson C. Roland, Thomas S. L & Anthony A. Paparo 2012. Buku Ajar Histologi edisi 5.
EGC : Jakarta
Lewis, Lisa S. 2014. Impetigo. http://emedicine.medscape.com. Diakses tanggal, 24 April
2015 pukul 14:10 WIB

McPhee, S. J & William F Ganong.2011. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju


Kedokteran Klinis. EGC : Jakarta

Nasar, I Made dkk 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus) edisi 1. Sagung Seto : Jakarta.
Robbins, Coutney 2014. Tinea Pedis. http://emedicine.medscape.com/article/1091684-
workup. Diakses tanggal 14 April 2015 pukul 16:13 WIB

Schwartz, Robert, 2014. Tinea Barbae. http://emedicine.medscape.com/article/1091252-


overview diakses tanggal 14 April 2015 pukul 20:19 WIB
Siregar, R.S. 2005. Penyakit Jamur Kulit edisis 2. ECG: Jakarta Wiederkehr, Michael. 2014.
Tinea Cruris. http://emedicine.medscape.com/article/1091806-overview#a0104.
Diakses tanggal Diakses tanggal 14 April 2015 pukul 18:43 WIB

56
57
58

Anda mungkin juga menyukai