Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Acne vulgaris atau jerawat, selanjutnya disebut acne, adalah penyakit kulit
obstruktif dan inflamatif kronik pada unit polisebase yang sering terjadi pada
masa remaja. Acne sering menjadi tanda pertama pubertas dan dapat terjadi
satu tahun sebelum menarkhe atau haid pertama. Onset acne pada perempuan
lebih awal daripada laki-laki karena masa pubertas perempuan umumnya lebih
dulu daripada laki-laki pevalensi acne pada masa remaja cukup tinggi, yaitu
bekisar antara 47-90% selama masa remaja. perempuan rasa Afrika Amerika
dan Hispanik memiliki prevalensi acne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan
ras perempuan Asia 30%, Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras Asia, lesi
inflamasi lebih sering dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi
dan 10% lesi komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne komedonal lebih
sering dibandingkan acne inflmasi, yaitu 14% acne komedonal, 10% acne
inflamasi.
Acne memiliki gambaran klinis beragam, mulai dari komedo, papul,
pustul, hingga nodus dan jaringan parut, sehingga disebut dermatosis
polimorfik dan memiliki peranan poligenetik. Pola penurunannya tidak
mengikuti hukum Mendel, tetapi bila kedua orang tua pernah menderita acne
berat pada masa remajanya, anak-anak akan memiliki kecenderungan serupa
pada masa pubertas. Meskipun tidak mengancam jiwa, acne memengaruhi
kualitas hidup dan memberi dampak sosiekonomi pada penderitanya.

B. Rumusan masalah
Adapun Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana anatomi dan fisiologis kulit ?
2. Bagaimana definisi acne vulgaris ?
3. Bagaimana etiologi acne vulgaris ?
4. Bagaimana klasifikasi derajat acne vulgaris ?
5. Bagaimana patofisiologi acne vulgaris ?

1
6. Bagaimana manifestasi klinis acne vulgaris ?
7. Bagaimana epidemiologi acne vulgaris ?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic acne vulgaris ?
9. Bagaimana penatalaksanaan acne vulgaris ?
10. Bagaimana pencegahan acne vulgaris ?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada kasus acne vulgaris ?

C. Tujuan
Adapun tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologis kulit.
2. Untuk mengetahui dan memahami definisi acne vulgaris.
3. Untuk mengetahui dan memahami etiologi acne vulgaris.
4. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi derajat acne vulgaris.
5. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi acne vulgaris.
6. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis acne vulgaris.
7. Untuk mengetahui dan memahami epidemiologi acne vulgaris.
8. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik acne vulgaris.
9. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan acne vulgaris.
10. Untuk mengetahui dan memahami pencegahan acne vulgaris.
11. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada kasus acne
vulgaris.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Kulit
Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel
epidermis terus-menerus mengalamai mitosis, dan berganti dengan
yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung reseptor-reseptor
sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran, dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan
oleh sel-sel yang keratinosit. Keratin adalah bahan yang kuat dan
memiliki daya tahan tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin
mencegah hilangnya air tubuh dan melindungi epidermis dari iritan atau
mikroorganisme penyebab infeksi. Keratin adalah komponen utama
apendiks kulit : rambut dan kuku.
Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons
terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang
melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit
merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam
produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin
banyak melanin, semakin gelap warnanya. Sebagain besar orang yang
berkulit gelap dan bagian-bagian kulit yang bewarna gelap pada orang
yang berkulit cerah (misalnya : puting susu) mengandung pigmen ini
dalam jumlah yang lebih banyak. Warna kulit yang normal bergantung
pada ras dan bervariasi dari merah muda yang cerah hingga cokelat.
Penyakit sistemik juga akan memengaruhi warna kulit. Sebagai contoh,
kulit tampak akan kebiruan bila terjadi oksigenasi darah yang tidak
mencukupi, berwarna kuning-hijau pada penderita ikterus, atau merah
atau terlihat flushing bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin
diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan dengan demikian akan

3
melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam
sinar matahari yang berbahaya.
Sel-sel imun, yang disebut sel Langerhans, terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu
serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggung jawab mengenal
dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik atau neoplastik. Sel
Langerhans secara fisik berhubungan antara sistem saraf dan
kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres
dapat mempengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan
rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans,
mengurangi kemampuannya mencegah kanker.

Dermis
Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit di bawah
epidermis yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan
kekuatan dan struktur pada kulit.
Lapisan papila dermis berada langsung di bawah epidermis dan
tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang dapat menghasilkan salah
satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari jaringan ikat. Dermis
juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut saraf, kelenjar
keringat dan sebase, serta akar rambut. Suatu bahan mirip gel, asam
hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini
mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan
memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh
darah, saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut,
serta kelenjar keringat dan palit (sebase). Sel mast, yang mengeluarkan
histamin selama cedera atau peradangan, dan makrofag, yang
memfagositosis sel-sel mati dan mikroorganisme, juga terdapat di
dermis.
Pembuluh darah di dermis menyuplai makanan dan oksigen pada
dermis dan epidermis, serta membuang produk-produk sisa. Aliran

4
darah dermis memungkinkan tubuh mengontrol temperaturnya. Pada
penurunan suhu tubuh, saraf-saraf simpatis ke pembuluh darah
meningkatkan pelepasan norepinefrin. Pelepasan norepinefrin
menyebabkan konstriksi pembuluh sehingga panas tubuh dapat
dipertahankan. Apabila suhu tubuh terlalu tinggi, maka rangsangan
simpatis terhadap pembuluh darah dermis berkurang sehingga terjadi
dilatasi pembuluh sehingga panas tubuh akan dipindahkan ke
lingkungan. Hubungan arteriovena (AV), yang disebut anastomis,
dijumpai pada sebagian pembuluh darah. Anastomosis AV
mempermudah pengaturan suhu tubuh oleh kulit dengan
memungkinkan darah melewati bagian atas dermis pada keadaan yang
sangat dingin. Saraf simpatis ke dermis juga mempersarafi kelenjar
keringat, kelenjar sebase, serta folikel rambut.

Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis kulit terletak di bawah dermis. Lapisan ini terdiri
atas lemak dan jaringan ikat di mana berfungsi untuk memberikan
bantalan anatara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan
tulang, serta sebagai peredam kejut dan insulator panas. Jaringan ini
memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan
panas tubuh. Lemak yang bertumpuk dan tersebar menurut jenis
kelamin seseorang, secara parsial akan menyebabkan perbedaan bentuk
tubuh laki-laki dengan perempuan. Makan yang berlebihan akan
meningkatkan penimbunan lemak di bawah kulit. Jaringan subkutan
dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan faktor penting dalam
pegaturan suhu tubuh.

5
Gambar 2.1 Struktur kulit
Kelenjar pada kulit

Gambar 2.2 Folikel rambut


Kelenjar sebase. Kelenjar sebase menyertai folikel rambut.
Kelenjar ini mengeluarkan bahan berminyak yang disebut sebum ke

6
saluran di sekitarnya. Untuk setiap lembar rambut terdapat sebuah
kelenjar sebase yang sekretnya akan akan melumasi rambut dan
membuat rambut menjadi lunak, serta lentur. Kelenjar sebase terdapat
di seluruh tubuh, terutama di wajah, dada, dan punggung. Testosteron
meningkatkan ukuran kelenjar sebase dan pembentukan sebum. Kadar
testosteron meningkat pada pada pria dan wanita selama pubertas.

b. Fisiologi Kulit
Secara umum beberapa fungsi kulit adalah sebagai berikut :
1. Proteksi
2. Sensasi
3. Termoregulasi
4. Metabolisme, sintesis vitamin D
5. Keseimbangan air
6. Penyerapan zat atau obat
7. Penyimpanan nutrisi (Muttaqin & Sari, 2013)

B. Konsep Acne Vulgaris


a. Definisi
Bahasa Inggris dari ‘Jerawat’, yaitu ‘acne’ berasal dari Bahasa Yunani
‘acne’ yang artinya ‘awal dari kehidupan’. Penjelasan tersebut berkaitan
dengan pubertas sebagai tahap awal kedewasaan, terutama fisik, seseorang
(Tahir, 2010).
Jerawat merupakan peradangan pada kulit yang ditandai dengan
adanya komedo tertutup (white head), komedo terbuka (black head), bintil
(papula atau nodula) atau bintil bernanah (pustula atau kista) pada
permukaan kulit berwarna kemerahan dan berlemak yang disebut
seborrhea. Pada umumnya, masalah jerawat dialami oleh lebih dari 80%
populasi masyarakat yang berusia 12-44 tahun.
Acne vulgaris adalah jerawat yang dialami pada saat pubertas yang
biasanya disertai dengan kulit (terutama wajah) yang berminyak, adanya
komedo, dan sering kali meninggalkan bekas dari keberadaan pustula dan

7
papula. Acne vulgaris biasanya muncul pada bagian wajah, dada,
punggung, dan lengan atas (Winarno & Ahnan, 2014).

Gambar 2.3 Acne vulgaris


Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikuler umum yang
mengenai folikel pilosebase (folikel rambut) yang rentan dan paling sering
di temukan di derah muka, leher, serta badan bagian atas. Akne ditandai
dengan komedo tertutup (whitehead), komedo terbuka (blackhead),
papula, pustula, nodul, dan kista (Muttaqin & Sari, 2013).

b. Etiologi
1. Penyebab pasti timbulnya acne belum diketahui namun acne yang
terjadi pada usia pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko
yaitu: meningkatnya kadar hormon androgen, penggunaan, kosmetik,
stres, personal hygiene yang buruk dan pola tidur yang tidak baik
seperti tidur larut malam.
2. Adapun berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak
(multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin, faktor makanan,
keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, iklim, infeksi
bakteri (Propionibacterium acnes), dan kosmetika. (Hasan, Kepel &
Rompas, 2015)
3. Faktor-faktor mekanik, seperti mengusap, menggesek, tekanan, dan
meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebase dapat
memperburuk akne yang sudah ada. Dari penyebab mekanik yang
paling sering menimbulkan akne adalah helm yang dipakai pemain

8
football, plester operasi, kerah kemeja. Agen komedogenik seperti
petrolatum dan kosmetik yang mengandung minyak juga dapat
merangsang akne.
4. Obat-obatan juga dapat mencetuskan akne. Kortikosteroid oral kronik
yang dipakai untuk mengobati penyakit lain (seperti lupus
eritematosus sistemik atau tranplantasi ginjal), dapat menimbulkan
pustula di permukaan kulit wajah, dada dan punggung. Kontrasepsi
oral biasanya dapat membantu pengobatan akne karena mengandung
estrogen. Tetapi, pada beberapa perempuan, kontrasepsi oral justru
dapat memperburuk keadaan. Obat-obatan lain yang diketahui dapat
mempercepat atau memperberat akne adalah bromida, yodida,
difenition, litium dan hidrazid asam isonikotinat. Buruh pabrik bisa
terpapar hidrokarbon yang mengandung klor, yang merupakan suatu
zat aknegenik (Price & Wilson, 2005).

c. Klasifikasi Derajat Acne Berdasarkan Jumlah dan Tipe Lesi


Deraja Komedo Papul/ Nodul, Inflamasi Jaringan
t pustul kista, parut
sinus
Ringan <10 <10 - - -
Sedang <20 >10-50 - + ±
Berat >20-50 >50-100 ≤5 ++ ++
Sangat >50 >100 >5 +++ +++
Berat

9
10
d. Patofisiologi

Kelenjar sebum Herediter Kosmetik Bakteri

Peningkatan konvensi Aktivitas kelenjar Bahan dan campuran Berdiam dalam folikel
hormon androgen palit berlebih mengandung komedogenik (resident bacteri)

Eksaserbasi
Mengikat reseptor androgen di
sitoplasma berlebih
Kadar oksigen dalam
folikel berkurang
Proliferasi sel sebum

Kolonisasi bakteri
Sel sebum meningkat

Terjadi produksi
Peningkatan unsur komodogenik porfirin
(kolesterol,lipid, trigliserida )

Asam lemak bebas Kelenjar palit di


oksidasi dalam folikel
Folikel tersumbat

Hiperkeratinisasi pada saluran 11


pilosebasea

Peradangan
Komedo tersumbat Folikel ruptur dermis
Peradangan dermis

MK : Nyeri
Folikel pecah, Tersumbat
berdilatasi

Lesi hingga
Komedo terbuka Komedo tertutup
dermis
MK :Gangguan citra
tubuh

Peradangan
Jaringan parut, Sembuh
hiperpigmentasi

Papula, pustula, nodul, kista

MK : Resiko infeksi

12
e. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis akne dapat berupa lesi non inflamasi (komedo
terbuka dan komedo tertutup), lesi inflamasi (papul dan pustul) dan lesi
inflamasi dalam (nodul).
1. Komedo
Komedo adalah tanda awal dari akne. Sering muncul 1-2 tahun
sebelum pubertas. Komedogenic adalah proses deskuamasi korneosit
folikel dalam duktus folikel sebasea mengakibatkan terbentuknya
mikrokomedo (mikroskopik komedo) yang merupakan inti dari
patogenesis akne. Mikrokomedo berkembang menjadi lesi non
inflamasi yaitu komedo terbuka dan komedo tertutup atau dapat juga
berkembang menjadi lesi inflamasi.
1) Komedo terbuka
Disebut juga blackhead secara klinis dijumpai lesi berwarna hitam
berdiameter 0,1-3mm, biasanya berkembang waktu beberapa
minggu. Puncak komedo berwarna hitam disebabkan permukaan
lemaknya mengalami oksidasi dan akibat pengaruh melamin.
2) Komedo tertutup
Disebut juga whitehead secara klinis dijumpai lesinya kecil dan
jelas berdiameter 0,1-3mm, komedo jenis inidisebabkan oleh sel-
sel kulit mati dan kelenjar minyak yang berlebihan pada kulit.
Secara berkala pada kulit terjadi penumpukan sel-sel kulit mati,
minyak dipermukaan kulit kemudian menutup sel-sel kulit dan
terjadilah sumbatan.
2. Jerawat biasa
Jerawat jenis ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink atau
kemerahan. Terjadi karena terinfeksi dengan bakteri. Bakteri ini
terdapat dipermukaan kulit, dapat juga dari waslap, kuas make up, jari
tangan juga telepon. Stres, hormon dan udara lembab dapat
memperbesar kemungkinan infeksi jerawat karena kulit memproduksi
minyak yang merupakan perkembangbiakannya bakteri berkumpul
pada salah satu bagian muka.

13
1) Papula
Penonjolan padat diatas permukaan kulit akibat reaksi radang,
berbatas tegas dan berukuran diameter <5mm.Papul superfisial
sembuh dalam 5-10 hari dengan sedikit jaringan parut tetapi dapat
terjadi hiperpigmentasi pasca inflamasi terutama remaja dengan
kulit yang berwarna gelap. Papul yang lebih dalam
penyembuhannya memerlukan waktu yang lebih lama dan dapat
meninggalkan jaringan parut.
2) Pustula
Pustul akne vulgaris merupakan papul dengan puncak berupa pus.
Letak pustula bisa dalam ataupun superfisial. Pustula lebih jarang
dijumpai dibandingkan papula dan pustula yang dalam sering
dijumpai pada akne vulgaris yang parah.
3) Nodul
Nodul pada akne vulgaris merupakan lesi radang dengan diameter
1 cm atau lebih, disertai dengan nyeri.
3. Cystic Acne/jerawat Kista (jerawat batu)
Acne yang besar dengan tonjolan-tonjolan yang meradang hebat,
berkumpul diseluruh muka.19 Penonjolan diatas permukaan kulit
berupa kantong yang berisi cairan serosa atau setengah padat atau
padat. Kista jarang terjadi, bila terbentuk berdiameter bisa mencapai
beberapa sentimeter. Jika diaspirasi dengan jarum besar akan
didapati material kental berupa krem berwarna kuning. Lesi dapa
menyatu menyebabkan terbentuknya sinus, terjadi nekrosis dan
peradangan granulomatous. Keadaan ini sering disebut akne
konglobata. Penderita ini biasanya juga memiliki keluarga dekat
yang juga menderita akne yang serupa.
4. Parut
Jaringan ikat yang menggantikan epidermis dan dermis yang sudah
hilang.12 Sering disebabkan lesi nodulokistik yang mengalami
peradangan yang besar.2 Ada beberapa bentuk jaringan parut, antara
lain:

14
1) Ice-pick scar merupakan jaringan parut depresi dengan bentuk
ireguler terutama pada wajah
2) Fibrosis peri-folikuler ditandai dengan cincin kuning disekitar
folikel
3) Jaringan parut hipertrofik atau keloid, sering terdapat didada,
punggung, garis rahang (jaw line) dan telinga, lebih sering
ditemukan pada orang berkulit gelap

f. Epidemiologi
Angka kejadian acne vulgaris berkisar 85 % dan terjadi pada usia 14 -
17 tahun pada wanita dan 16 - 19 tahun pada laki laki, dengan lesi
predominan adalah komedo dan papul. Acne sudah timbul pada anak usia 9
tahun namun puncaknya pada laki - laki terutama usia 17- 18 tahun
sedangkan wanita usia 16 - 17 tahun. Acne vulgaris umumnya lebih
banyak terjadi pada laki - laki dibandingkan dengan wanita pada rentang
usia 15 - 44 tahun yaitu 34 % pada laki - laki dan 27 % pada wanita (Jurnal
Kedokteran Media Medika Indonesia, 2008).
Onset acne pada perempuan lebih awal daripada laki-laki karena masa
pubertas perempuan umumnya lebih dulu daripada laki-laki pevalensi acne
pada masa remaja cukup tinggi, yaitu bekisar antara 47-90% selama masa
remaja. perempuan rasa Afrika Amerika dan Hispanik memiliki prevalensi
acne tinggi, yaitu 37% dan 32%, sedangkan ras perempuan Asia 30%,
Kaukasia 24%, dan India 23%. Pada ras Asia, lesi inflamasi lebih sering
dibandingkan lesi komedonal, yaitu 20% lesi inflamasi dan 10% lesi
komedonal. Tetapi pada ras Kaukasia, acne komedonal lebih sering
dibandingkan acne inflmasi, yaitu 14% acne komedonal, 10% acne
inflamasi. (Movita, 2013)

i. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis akne vulgaris ditegakkan atas dasar klinis dan pemeriksaan
ekskohleasi sebum. Diagnosis klinis dimana pada pemeriksaan kulit
didapatkan erupsi kulit pada tempat predileksi yang bersifat polimorfi
15
yang terdiri dari komedo (tanda patognominik akne vulgaris), papul, pustul
dan nodul. Pemeriksaan ekskohleasi sebum adalah pengeluaran sumbatan
sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna).
Pada pemeriksaan histopatologi komedo sel keratin, sebum dan
beberapa mikroorganisme, memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik
berupa serbukan sel radang kronis disekitar folikel pilosebasea dengan
masa sebum didalam folike tetapi yang sering ditemukan hanyalah sel
keratin.
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface
lipida). Pada akne vulgaris kadar asam lemak bebas meningkat, oleh
karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk
menurunkannya.

g. Penatalaksanaan
Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan obat-obat topikal, obat
sistemik, bedah kulit ataupun kombinasi cara-cara tersebut
1. Pengobatan topikal
Dilakukan untuk mencegah pembentukan komedo, menekan
peradangan dan mempercepat penyembuhan lesi, obat topikal terdiri
atas:
1) Bahan iritan yang dapat melupas kulit (peeling), misalnya sulfur
(4-8%), resorsinol (1-5%), asam salisilat (2-5%), peroksida
benzoil (2,5-10%), asam vitamin A (0,025-0,1%) dan asam
azeleat (15-20%).Efek samping obat iritan dapat dikurangi
dengan cara pemakaian berhati-hati dimulai dengan konsentrasi
yang paling rendah.
2) Antibiotika topikal yang dapat mengurangi jumlah mikroba dalam
folikel, misalnya oksi tetrasiklin (1%), eritromisin (1%),
klindamisin fosfat (1%)
3) Anti peradangan topikal, salep atau krim kortikosteroid kekuatan
ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) atau suntikan intralesi

16
kortikosteroid kuat (triamsolon asetonid 10 mg/cc) pada lesi
nodulo-kistik
4) Lainnya, misalnya etil laktat 10% untuk menghambat
pertumbuhan jasad renik
2. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan terutama untuk menekan aktivitas
jasad renik, dapat juga mengurangi reaksi radang, menekan produksi
sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal. Golongan ini
terdiri atas:
a) Anti bakteri sistemik : tetrasiklin (250mg-1 g/hari), eritromisin
(4x250 mg/ hari), doksisiklin(50mg/hari), trimetoprim (3x100
mg/hari)
b) Obat hormonal untuk menekan produksi androgen dan secara
kompetitif menduduki reseptor organ target dikelenjar sebasea
misalnya estrogen (50mg/hari selama 21 hari dalam sebulan) atau
antiandrogen siproteron asetat (2mg/hari).
c) Vitamin A dan retinoid oral.
d) Obat lainnya, misalnya antiinflamasi non steroid ibuprofen
(600mg/hari),dapson (2 x100mg/hari),seng sulfat (2x200 mg/hari)
3. Dermabrasi/ Mikrodermabrasi
Dermabrasi adalah pengikisan lapisan kulit terluar untuk memicu
pertumbuhan kulit baru dibawahnya yang lebih sehat, mulus, dan
lembut. Namun, karena merupakan perlakuan terhadap lapisan luar,
bekas luka yang dalam tidak dapat dihilangkan seytuhnya. Pengikisan
tersebut biasanya dilakukan dengan menggunakan alat khusus yang
memiliki semacam jarum-jarum mikro pada bagian ujungnya. Oleh
karena itu, dermabrasi juga sering disebut dengan mikrodermabrasi.
Setelah dermabrasi, kulit menjadi sangat sensitif terhadap radiasi sinar
dan kotoran. Oleh karena itu, pada umumnya setelah dermabrasi
pasien akan diberikan krim khusus sebagai pelindung, kulit akan pulih
kembali setelah 2-3 hari.

17
Dermabrasi umumnya tidak menimbulkan perubahan warna
maupun luka. Namun, pada kebanyakan pasien berkulit gelap
dermabrasi dapat menimbulkan sedikit luka dan penurunan
pigmentasi.
4. Pengupasan secara Kimia (chemical peeling)
Chemical peeling memiliki prinsip yang mirip dengan
mikrodermabrasi, namun karena menggunakan cairan kimia, dampak
chemical peeling dapat bekerja sampai lapisan kulit yang lebih dalam.
Dengan kata lain, meskipun menyebabkan pengelupasan, lebih
ditujukan untuk perawatan lapisan-lapisan kulit hingga bagian dalam.
Daya pengelupasan chemical peeling lebih rendah dibandingkan
dengan dermabrasi.
Zat yang digunakan biasanya berupa asam yang digolongkan
dalam kategori alfa hidroksi dan beta hidroksi. Alfa hidroksi seperti
asam karboksilat dan glikolat yang terdapat pada susu asam dan jus
tomat memiliki daya kelupas yang lebih kuat namun daya penetrasi
(peresapan ke dalam kulit) yang lebih lemah, sedangkan beta hidroksi
seperti asam salilisat memiliki daya kelupas yang lemah namun daya
penetrasi yang lebih kuat sehingga dapat mengkontrol ekskresi sebum.
Selain kedua asam tersebut, terdapat juga larutan jessner, asam
retinoat, dan trikloroasetat, yang secara berurutan memiliki daya serap
yang semakin kuat dan lenih kuat dari beta hidroksi. Namun,
trikloroasetat memiliki resiko efek samping ditimbulkannya luka.
5. Krioterapi
Krioterapi merupakan pengelupasan secara fisik karena
melibatkan pengeringan lapisan kulit terluar dengan cara pembekuan.
Pembekuan tersebut biasanya dilakukan dengan cara spray maupun
pengolesan menggunakan nitrogen cair (-1980C), salju karbondioksida
(-78,50C), atau DMEP (-570C) (NZDSI 2011).
6. Bedah kulit
Tindakan bedah kulit kadang-kadang diperlukan terutama untuk
memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris meradang yang berat

18
yang sering menimbulkan jaringan parut, baik yang hipertrofik
maupun hipotrofik. Jenis bedah kulit dipilih disesuaikan dengan
macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi.Tindakan dilakukan
setelah akne vulgaris sembuh.

h. Pencegahan
Meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan
usaha untuk menghilangkan akne yang terjadi (kuratif).

1) Menghindari peningkatan jumlah sebum dan perubahan isi sebum


1) Diet rendah lemak dan karbohidrat.
2) Minum air putih minimal 8 gelas sehari, dengan air putih yang
cukup kulit akan lebih elastis dan metabolisme tubuh menjadi
lancar dan normal dan detokfikasi tubuh dari dalam keluar
3) Melakukan perawatan kulit.
4) Mandi sesegera mungkin setelah aktifitas berkeringat.
5) Cuci muka dengan sabun dan air hangat 2 kali sehari. Jangan
mencuci muka berlebihan dengan sabun (6-8 kali sehari) karena
dapat menyebabkan akne detergen
6) Dapat juga menggunakan cairan cleanser, tetapi hindari
menggunakan scrub yang malah dapat mengiritasi kulit dan dapat
memperparah akne.
7) Hindari pemakaian anti septik atau medicated soap yang sering
mengakibatkan kulit menjadi iritasi
2) Menghindari faktor pemicu terjadinya akne
a) Hidup teratur dan sehat, cukup istirahat, olahraga sesuai kondisi
tubuh.
b) Penggunaan kosmetika secukupnya
c) Bersihkan kuas kosmetika secara teratur dengan air sabun dan
membuang alat make up yang sudah lama dan sudah tidak layak
pakai.
d) Hindari bahan kosmetika yang berminyak, tabir surya, produk
pembentuk rambut atau penutup jerawat.
19
3) Menjauhi terpacunya kelenjar minyak, misalkan minuman keras, rokok,
polusi debu,lingkungan yang tidak sehat dan sebagainya
4) Hindari penusukan,pemencetan lesi, mencongkel dan sebagainya karena
dapat menyebabkan infeksi, menimbulkan bekas, memperparah akne
dan bahkan membuat kesembuhan lebih lama.

C. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian

Pada pengkajian, penting untuk ditanyakan mengenai adanya


program pengobatan akne atau pasien berusaha mengobati sendiri dengan
berbagai produk komersial yang terdapat di pasaran.
Buat daftar lengkap yang memuat nama-nama preparat kosmetik,
krim, obat pelembab kulit, dan preparat akne yang dibeli di toko-toko
obat, serta baru saja digunakan oleh pasien harus diperoleh.
Dalam melakukan pengkajian anamnesis, perawat perlu menggali
persepsi pasien mengenai faktor-faktor yang memicu peningkatan
intensitas akne atau yang membuat lesi semakin parah, seperti makanan
dan minuman, gesekan atau tekanan dari pakaian seperti kerah baju, hel,
tali helm atau pita kepala, atau trauma akibat upaya untuk memijat keluar
komedo dengan tangan. Adanya ketidaksesuain atau kesalahan persepsi
dari pasien tentang faktor-faktor tersebut dapat menjadi data dasar dalam
memberikan intervensi keperawatan pada masalah keperawatan
Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif.
Pada pemeriksaan status lokalis kulit pasien diregangkan dengan
hati-hati dan kemudian lesinya diinspeksi pada saat melakukan
pemeriksaan jasmani. Komedo yang tertutup (yang merupakan prekusor
untuk terjadinya lesi inflamatori yang lebih besar) tampak seperti papula
kecil yang agak menonjol. Komedo yang terbuka akan terlihat datar atau
agak menonjol dengan pemadatan bagian tengah folikel. Ciri-ciri lesi
inflamatori (papula, pustula, nodul, kista) harus dicatat.
Apabila lesi utama akne mengalami peradangan akan disertai papula,
pustul, nodula, dan kista. Lesi nodulo-kistik yang mengalami peradangan
20
dapat terasa gatal dan nyeri tekan, bila pecah dapat mengeluarkan pus.
Lokasi terutama pada muka, dada, dan punggung.
Lakukan pemeriksaan untuk menentukan derajat akne
Akne ringan Komedo <20, atau lesi
inflamasi <15, atau total
lesi <30
Akne Komedo 20-100 atau lesi
sedang inflamasi 15-50, atau
total lesi 30-125
Akne berat Kista >5 atau komedo
>100, atau lesi inflamasi
>50, atau total lesi >125

b. Diagnosa Keperawatan
1. Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif b.d. pengetahuan
yang tidak memadai mengenai keadaan tersebut (penyebab,
perjalanan penyakit, pencegahan, pengobatan, dan perawatan
kulitnya).
2. Gangguan citra tubuh b.d. rasa malu dan frustasi terhadap tampilan
dirinya.

c. Intervensi
Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif b.d pengetahuan yang tidak
memadai mengenai keadaan tersebut (penyebab, perjalanan penyakit,
pencegahan, pengobatan, dan perawatan kulitnya).

Tujuan : terlaksananyaprogram terapi.


Kriteria evaluasi :
1. Termotivasi untuk melaksanakan program terapi secara komprehensif.
2. Terpenuhinya pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan, jadwal kontrol
ke dokter ahli kulit, pencegahan, dan perawatan kulit.
3. Mengenal perubahn gaya hidup/tingkah laku untuk pelaksanaan program terapi.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Pengetahuan tentang penyakit akne, program
tentang akne vulgaris. pengobatan akne yang rasional, upaya
21
pencegahan, dan perawatan kulit yang
komprehensif dapat membantu peningkatan
proses penyembuhan.
Kaji program pengobatan masa Pada pengkajian penting ditanyakan tentang
lalu dan tekanan untuk tidak adanya program pengobatan akne atau pasien
mengobati diri sendiri tanpa berusaha sendiri mengobati dirinya dengan
bantuan dokter ahli kulit. berbagai produk komersial yang terdapat di
pasaran.
Buat daftar preparat yang Daftar lengkap yang memuat nama-nama
digunakan pasien. preparat kosmetik, krim, obat, pelembab kulit dan
preparat akne yang dibeli di toko-toko obat, serta
baru saja digunakan oleh pasien harus diperoleh.
Semakin lengkap daftar yang disusun akan
memudahkan ahli kulit untuk memberikan
program pengobatan.
Nilai persepsi pasien tentang akne Sebagian besar pasien akne vulgaris mempunyai
vulgaris. persepsi yang salah terhadap bagaimana cara
dalam menurunkan kondisi akne sehingga
kondisi ini dapat memicu peningkatan intensitas
akne atau yang membuat lesi semakin parah
dengan manifestasi pada infeksi kulit melalui lesi
dari akne vulgaris
Jelaskan mengenai pentingnya Pemberian pengobatan di rumah dibutuhkan
pengobatan topikal dan sistemik. untuk mengurangi kerusakan kulit.
Jelaskan pentingnya istirahat. Seseorang dengan akne vulgaris memerlukan
nasihat untuk menghilangkan iritan eksternal dan
menghindari panas yang berlebihan, serta
perspirasi. Kebiasaan menggaruk dan menggosok
bagian yang gatal akan memperpanjang lamanya
penyakit.
Tingkatkan pengetahuan dan Dengan meningkatkan kepatuhan dan
pemahaman akan terapi. pemahaman akan terapi akan menurunkan
22
intensitas akne dan menurunkan risiko infekikulit
pada lesi akne vulgaris. Perawat berupaya dengan
memberikan penjelasan bahwa kondisi akne
vulgaris tidak berhubungan dengan
ketidakbersihan, kesalahan makan, masturbasi,
aktivitas seksual ataupun kesalahan konsep
lainnya yang lazim dijumpai. Upaya penjelasan
yang diberikan perawat ini akan meningkatkan
kepatuhan pasien akan penatalaksanaan program
terapeutik. Dermabrasi, yang taraf abrasinya
melampui jaringan parut, juga berpotensi untuk
meningkatkan pembentukan sikatriks. Di
samping itu, hiper atau hipopigmentasi dapat
mengenai jaringan yang mengalami lesi. Pasien
harus mendapatkan informasi dahulu mengenai
potensi hasil akhir intervensi bedah efektif akne
sebelum tindakan tersebut dilakukan.
Anjurkan pada pasien yang Kepada pasien wanita yang mendapatkan terapi
menggunakan antibiotik jangka antibiotik jangka panjang dengan tetrasiklin harus
panjang untuk segera disarankan untuk terus mengamati dan
memeriksakan diri bila ada melaporkan tanda-tanda, serta gejala kandidiasis
perubahan. oral atau vaginal, yaitu suatu infeksi jamur mirip
ragi.
Meningkatkan cara hidup sehat Meningkatkan sistem imun dan pertahanan
seperti intake makanan yang baik, terhadap infeksi.
keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, serta monitor status
kesehatan dan adanya infeksi.
Identifikasi sumber-sumber Keterbatasan aktivitas dapat menganggu
pendukung yang memungkinkan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan
untuk mempertahankan perawatan sehari-hari.
di rumah yang di butuhkan.

23
Kolaborasi dengan dokter ahli kulit Memudahkan dalam memberikan pengobatan
hasil pengkajian dan daftar secara topikal dan sistemik.
preparat.

Gangguan citra tubuh b.d. rasa malu dan frustasi terhadap tampilan dirinya.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam menyusun
persepsi dan hubungan dengan rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
derajat ketidakmampuan.
Identifikasi arti dari kehilangan Beberapa pasien dapat menerima secara efektif
atau disfungsi pada pasien. kondisi perubahan fungsi yang dialaminya,
sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam
menerima perubahan fungsi yang dialaminya,
sehingga memberikan dampak pada kondisi
koping maladaptif.
Anjurkan orang yang terdekat Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
untuk mengizinkan pasien membentu perkembangan harga diri, serta
melakukan sebanyak-banyaknya memengaruhi proses rehabilitasi.
hal-hal untuk dirinya.
Dukung perilaku atau usaha Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
seperti peningkatan minat atau pengertian tentang peran individu masa
partisipasi dalam aktivitas mendatang.
rehabilitasi.
Monitor gangguan tidur atau Dapat mengindikasikan terjadinya depresi di mana
adanya peningkatan kesulitan memerlukan intervensi dan evaluasi lebih lanjut.
konsetrasi.
d. Evaluasi
1. Mengembangkan peningkatan pemahaman terhadap masalah kulit.
a. Meninjau gambaran lesi akne yang obstruktif dan inflamatori.
b. Membaca brosur pendidikan pasien.

24
c. Membaca brosur informasi produk dan instruksi tertulis tentang
obat yang diresepkan.
2. Mematuhi terapi yang diresepkan.
a. Mengutarakan dengan kata-kata komitmen pasien pada terapi yang
diperlukan yang dapat berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-
tahun.
b. Mengekspresikan bahwa terapi harus terus berlanjut ketika kulit
sudah bersih.
c. Mengikuti program pencucian muka.
3. Mengembangkan kemampuan untuk menerima keadaan diri.
a. Mengidentifikasi orang yang bisa diajak bicara mengenai masalah
pasien.
b. Mengekspresikan optimisme tentang hasil-akhir terapi.
4. Memperlihatkan tidak adanya komplikasi.
a. Melaporkan tidak adanya tanda-tanda infeksi.
b. Mengutarakan dengan kata-kata bahwa memegang dan memijit
jerawat/lesi akan memperburuk keadaan dan dapat menyebabkan
sikatriks.
5. Melaporkan tidak adanya sikatriks atau peningkatan intensitas lesi dan
mematuhi terapi.

25
BAB III
APLIKASI TEORI

A. Kasus
An. R seorang perempuan berusia 18 tahun mengeluh terdapat bercak
kemerahan di area wajah, leher, punggung dan dada. Ditemukan lesi dengan
bentuk bervariasi, ada yang mengeluarkan nanah, bintik hitam, di permukaan
lesi, ada bila ditekan mengeluarkan bentuk seperti margarine dan berbau
tengik. Klien mengatakan nyeri pada jerawat bagian wajah dan lehernya.
Klien mengatakan sedang dalam persiapan ujian tes masuk perguruan
tinggi. Klien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini. Klien mengatakan
sering memencet jerawatnya tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Klien
sudah menggunakan berbagai obat yang dijual bebas di pasaran selama 2
bulan, namun belum menunjukkan hasil dan semakin parah 1 minggu terakhir
ini. Klien tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah
yang dialaminya. Saat dilakukan pemeriksaan ditemukan kista >5, komedo
>100 dan total lesi inflamasi >50

B. Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas pasien
Nama : An. R
Umur : 18 tahun
Alamat : Jalan A Kota B
Pendidikan : SMA
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk : 02 Oktober 2015
Tanggal Pengkajian : 02 Oktober 2015
No. Register : 01.01.50.05
26
Diagnosa Medis : Acne vulgaris

Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. E
Umur : 40 tahun
Hub. Dengan Pasien : Ibu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jalan A Kota B

I. Riwayat Keperawatan (Nursing History)


I.1 Riwayat Sebelum Sakit:
Penyakit berat yang penah diderita : klien mengatakan tidak pernah sakit
berat
Obat-obat yang biasa dikonsumsi : klien mengatakan tidak mengkonsumsi
obat apapun
Kebiasaan berobat : klien mengatakan berobat ke
puskesmas
Alergi : klien mengatakan tidak mempunyai
alergi
Kebiasaan merokok/alkohol : klien mengatakan tidak merokok

I.2 Riwayat Penyakit Sekarang :


Keluhan utama :
P: Klien mengatakan sering memencet jerawatnya tanpa mencuci tangan
terlebih dahulu dan setelah dipencet nyerinya semakin bertambah
Q: Klien mengatakan nyerinya seperti terbakar
R: Klien mengatakan nyeri pada bagian wajah dan leher
S: Klien mengatakan nyerinya skala 3
T: Klien mengatakan sejak 1 minggu terakhir ini

27
Riwayat keluhan utama : Klien mengatakan nyeri pada jerawat bagian
wajah, leher, punggung dan dadanya dan sering memencet jerawatnya tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu.
Upaya yang telah dilakukan:
Klien sudah menggunakan berbagai obat yang dijual bebas di pasaran, namun
belum menunjukkan hasil
Terapi/operasi yang pernah dilakukan:
Klien mengatakan tidak melakukan terapi apapun
I.3 Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan keluarganya dulu pernah ada yang mengalami penyakit
kulit seperti dirinya
I.4 Riwayat Kesehatan Lingkungan
Klien mengatakan bahwa ia tinggal di daerah pinggiran kota yang berdebu
dan banyak asap kendaraan
I.5 Riwayat Kesehatan Lainnya:
Alat bantu yang dipakai:
-Gigi palsu :  ya  tidak
-Kaca mata :  ya  tidak
-Pendengaran :  ya  tidak
-Lainnya (sebutkan) :

II. Observasi dan Pemeriksaan Fisik


2.1 Keadaan umum :
Klien tampak sadar penuh dan wajahnya tampak meringis menahan nyeri
2.2 Tanda-tanda vital, TB dan BB:
S : 37 0C N : …. x/mnt TD : 110/70 mmHg RR: 16 x/mnt
HR:….x/mnt
 axilla teratur  lengan kiri  normal  teratur
 rectal  tidak teratur  lengan kanan  cyanosis tidak teratur
 oral  kuat  berbaring  cheynestoke
 lemah  duduk  kusmaul
Lainnya(sebutkan)……………
28
TB : 160 cm BB : 52kg.

2.3 Body Systems:


2.3.1 Pernapasan (B1: Breathing)
Hidung : tidak ada pernapasan cuping hidung, tidak ada benjolan
Trachea : tidak ada nyeri tekan saat menelan
 nyeri  dyspnea  orthopnea  cyanosis  batuk
darah
 napas dangkal  retraksi dada  sputum  tracheostomy 
respirator
Suara nafas tambahan :
 wheezing : lokasi …………………………
 ronchi : lokasi …………………………
 rales : lokasi …………………………
 crackles : lokasi …………………………

Bentuk dada :
 simetris  tidak simetris
 lainnya (sebutkan) ……………………………….
2.3.2 Cardiovaskuler (B2: Bleeding)
 nyeri dada  pusing  sakit kepala  kram kaki  palpitasi  clubbing
finger
Suara jantung:
 normal
 ada kelainan (sebutkan) ………………………………
Edema:
 palpebra  anasarka  extremitas atas  ekstremitas bawah 
ascites tdk ada
 lainnya (sebutkan) ……………………………

29
2.3.3 Persyarafan (B3: Brain)
 composmentis  apatis  somnolent  sopor  koma 
gelisah
Glasgow Coma Scale (GCS):
E:4 V:5 M:6 Nilai total : 15
Kepala dan wajah :
Mata:
Sklera : putih  icterus  merah  perdarahan
Conjungctiva :  pucat merah muda
Pupil :  isokor  anisokor  miosis  midriasis
Leher (sebutkan) ……………………………………...
Refleks (spesifik) : …………….....……………………
- Lainnya (sebutkan) …………………......…………..
Persepsi sensori:
Pendengaran :
- kiri : tidak ada gangguan pendengaran
- kanan : tidak ada gangguan pendengaran
Penciuman : tidak ada gangguan penciuman
Pengecapan :  manis: ………… asin: ……………… pahit: ………
Penglihatan :
- kiri : tidak ada gangguan pengelihatan
- kanan : tidak ada gangguan pengelihatan
Perabaan :  panas: …………  dingin: ……………  tekan: ada
nyeri saat di tekan pada bagian wajah yang terdapat akne
2.3.4 Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder)
Produksi urine : ……… ml Frekuensi : …… x/hari
Warna : …………. Bau : ………
 oliguri  poliuri  dysuri  hematuri  nocturi  nyeri 
dipasang kateter
 menetes  panas  sering  inkotinen  retensi 
cystotomi
 tidak ada masalah
30
 Alat Bantu (sebutkan) …………………………………
 lainnya (sebutkan) ……………………………………..
2.3.5 Pencernaan-Eliminasi Alvi (B5: Bowel)
Mulut dan tenggorok : …………………………………
Abdomen : …………………………………
…………………………………
Rectum : …………………………………
BAB : ……. x/ … hari Konsistensi ………………..
 diare  konstipasi  feses berdarah  tidak terasa 
kesulitan
 melena  colostomi  wasir  pencahar 
lavament
 tidak ada masalah
 Alat Bantu (sebutkan) ……………………………………
 lainnya (sebutkan) ………………………………..………
Diet khusus: ………………………...………………………
2.3.6 Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone)
Kemampuan pergerakan sendi  bebas  terbatas
- Parese :  ya  tidak
- Paralise :  ya  tidak
- Parese :  ya  tidak
- Lainnya (sebutkan) …………………………………………………
Extremitas:
- Atas :  tidak ada kelainan  peradangan  patah tulang 
perlukaan
Lokasi ……………………………………………………
- Bawah :  tidak ada kelainan  peradangan  patah tulang 
perlukaan
Lokasi……………………………………………………..
Tulang belakang : ………………………………………..

31
Kulit :
-Warna kulit :  ikterik  cyanotik  pucat  kemerahan 
pigmentasi
-Akral : hangat  panas  dingin kering  dingin basah
-Turgor : baik  cukup  jelek/menurun
2.3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : terapi hormon androgen
Karakteristik sex sekunder: ………………………
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik:
 Perubahan ukuran kepala, tangan atau kaki pada waktu dewasa
 Kekeringan kulit atau rambut
 Exopthalmus
 Goiter
 Hipoglikemia
 Tidak toleran terhadap panas
 Tidak toleran terhadap dingin
 Polidipsi
 Poliphagi
 Poliuria
 Postural hipotensi
 Kelemahan
2.3.8 Sistem Reproduksi
Laki-laki :
- Kelamin : Bentuk  normal  tidak normal (jelaskan) ..............…
Kebersihan  bersih  kotor (jelaskan) ………………

Perempuan :
- Payudara :Bentuk  simetris  asimetris (jelaskan) ….………
Benjolan  tidak ada  ada (jelaskan) ………..………
32
- Kelamin : Bentuk  normal  tidak normal (jelaskan) …….
Keputihan  tidak ada  ada (jelaskan) ………………
- Siklus haid: …… hari  teratur  tidak teratur (jelaskan)......

III. Pola Aktivitas ( Di Rumah dan RS)


3.1 Makan:
Rumah Rumah Sakit
Frekuensi 3 kali/sehari 3 kali/sehari
Jenis menu Soto, bakso, mie ayam sayur bening, ikan mujair
Porsi 1p ½p
Yang disukai Coklat, susu, keju, makanan Buah-buahan
pedas
Yang tidak disukai - -
Pantangan Cokelat, susu, keju, makanan -
pedas, kacang, gorengan, bakso
dan mie ayam (makanan yang
berlemak)
Alergi - -
Lain-lain - -

3.2 Minum:
Rumah Rumah Sakit
Frekuensi ½-1jam/sekali ½ jam/sekali
Jenis minuman Air ptutih, soda, teh, susu Air putih
Jumlah (Lt/gelas) 3L 8L
Yang disukai Susu cokelat -
Yang tidak disukai - -
Pantangan Susu putih dan cokelat -
Alergi - -
Lain-lain - -

3.3 Kebersihan diri:


33
Rumah Rumah Sakit
Mandi 2x/sehari 2x/sehari
Keramas 2 hari/sekali -
Sikat gigi 3 kali/sehari 3 kali/sehari
Memotong kuku 1 minggu sekali -
Ganti pakaian 2 kali 2 kali
Lain-lain - -

3.4 Istirahat dan aktivitas:


3.4.1 Istirahat Tidur
Rumah Rumah Sakit
Tidur Siang Lama 2 jam Lama 4 jam
Jam 13.00 s/d jam 15.00 wib jam 10.00 s/d jam 13.00 wib
Tidur Malam Lama 3 jam Lama 9 jam
jam 01.00 s/d jam 04.00 wib Jam 20.00 s/d jam 04.00 wib
Gangguan Tidur insomnia -

3.4.2 Aktivitas
Rumah Rumah Sakit
Aktivitas sehari-hari Lama 7 jam Lama......jam
Jam 07.00 s/d jam 13.00 wib jam …......... s/d jam …............
Jenis Aktifitas -
Sekolah
Tingkat - -
ketergantungan

IV. PSIKOSOSIAL SPIRITUAL


4.1 Sosial/Interaksi:
Hubungan dengan klien :
 kenal  tidak kenal  lainnya (sebutkan) ……
Dukungan keluarga :
 aktif  kurang  tidak ada
34
Dukungan kelompok/teman/masyarakat :
 aktif  kurang  tidak ada
Reaksi saat interaksi :
 tidak kooperatif  bermusuhan  mudah tersingung 
defensif
 curiga  kontak mata  lainnya (sebutkan) :
kooperatif
Konflik yang terjadi terhadap :
 Peran  Nilai  lainnya (sebutkan) ……
4.2 Spiritual :
Konsep tentang penguasa kehidupan :
 Tuhan  Allah  Dewa  Lainnya (sebutkan)
Sumber kekuatan/harapan saat sakit :
 Tuhan  Allah  Dewa  Lainnya (sebutkan)
………….
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini :
 Sholat  Baca kitab suci  Lainnya (sebutkan) ……………….
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual
agama yang diharapkan saat ini :
 Lewat ibadah  Rohaniawan  Lainnya (sebutkan) ………….
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama :
Makanan  Tindakan  Obat-obatan  Lainnya (sebutkan) : tidak
ada
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam
menghadapi situasi sakit saat ini :
 Ya  Tidak
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan :
 Ya  Tidak
Persepsi terhadap penyebab penyakit :
 Hukuman  Cobaan/peringatan  Lainnya (sebutkan)……………

35
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
5.1 Laboratorium :
a. Pemeriksaan hispatologi : ditemukan komedo tertutup, papul, pustul,
nodul dan kista.
b. Pemeriksaan mikbiologi : ditemukan bakteri propionibacterium acnes

VI. TERAPI
a. Diet makanan rendah lemak dan karbohidrat
b. Menghindari stress, istirahat yang cukup dan penggunaan kosmetik
secukupnya
c. Memberikan informasi mengenai penyebab, pencegahan, pengobatan
penyakitnya
d. Obat-obatan : ertiromisin gel 1%, hidrokortison 1-2%, tetrasiklin 3 x 250
mg/hr, siproteron asetat 2 mg, antalgin 2 x 500 mg
e. Dermabrasi

IV. Analisa Data


NO DATA (DS/DO) ETIOLOGI MASALAH
1. Ds : Agen penyebab cedera Nyeri akut
P: Klien mengatakan sering biologis
memencet jerawatnya tanpa
mencuci tangan terlebih dahulu
dan setelah dipencet nyerinya
semakin bertambah
Q: Klien mengatakan nyerinya
seperti terbakar.
R: Klien mengatakan nyeri pada
bagian wajah dan leher
S: Klien mengatakan nyerinya
skala 3

36
T: Klien mengatakan sejak 2
bulan terakhir.
Do :
- Klien tampak meringis
menahan nyeri
- Kulit wajah dan leher
kemerahan
- Klien tampak lesu akibat
kurang istirahat
- Saat dilakukan pemeriksaan
ditemukan kista >5, komedo
>100 dan total lesi inflamasi
>50
- Pemeriksaan hispatologi :
ditemukan komedo tertutup,
papul, pustul, nodul dan kista.
- Pemeriksaan mikbiologi :
ditemukan bakteri
propionibacterium acnes

2. Ds : Faktor mekanis Risiko kerusakan


- Klien mengatakan sering (penekanan) integritas kulit
memencet jerawatnya tanpa
mencuci tangan terlebih
dahulu.
Do :
- Wajah dan leher klien tampak
kemerahan
- Pemeriksaan hispatologi :
ditemukan komedo tertutup,
papul, pustul, nodul dan kista.
- Pemeriksaan mikbiologi :

37
ditemukan bakteri
propionibacterium acnes
- Saat dilakukan pemeriksaan
ditemukan kista >5, komedo
>100 dan total lesi inflamasi
>50

3. Ds : Pertahanan primer tidak Risiko infeksi


- Klien mengatakan sering adekuat (kulit luka)
memencet jerawatnya tanpa
mencuci tangan terlebih
dahulu.
Do :
- Wajah dan leher klien tampak
kemerahan
- Pemeriksaan hispatologi :
ditemukan komedo tertutup,
papul, pustul, nodul dan kista.
- Pemeriksaan mikbiologi :
ditemukan bakteri
propionibacterium acnes
- Saat dilakukan pemeriksaan
ditemukan kista >5, komedo
>100 dan total lesi inflamasi
>50

4. Ds : Penyakit (Acne Gangguan citra


Klien mengatakan malu dengan vulgaris) tubuh
kondisinya saat ini.
Do :
- Klien tampak menutupi
bagian tubuhnya yang

38
terdapat akne

V. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d Agen penyebab cedera biologis
2. Kerusakan integritas kulit b.d faktor mekanis (penekanan)
3. Risiko infeksi b.d Pertahanan primer tidak adekuat (kulit luka)
4. Gangguan citra tubuh b.d penyakit (Acne vulgaris)

39
VI. Intervensi Keperawatan

No Tujuan dan Rencana Keperawatan Rasional


Kriteria Hasil
1. Tujuan : 1. Observasi tingkat 1. Mengetahui berapa berat
Setelah dilakukan nyeri pasien (pada nyeri yang dialami oleh
tindakan keperawatan skala 0-10) pasien.
selama 1x24 jam 2. Ajarkan pasien 2. Distraksi relaksasi dapat
diharapkan nyeri tehnik distraksi dan membantu meringankan
hilang. relaksasi. nyeri yang dialami oleh
Kriteria Hasil : 3. .Beri posisi yang pasien.
1. Pasien tidak nyaman. 3. .Memberikan
meringis kesakitan 4. Kolaborasi dengan kenyamanan pada pasien
lagi. dokter dalam sehingga dapat
2. Penurunan skala pemberian analgetik. mengurangi nyeri yang
nyeri dirasakan.
menunjukkan 4. Pemberian analgetik
skala 1 dapat membantu
meringankan derajat
nyeri pasien.

2.
Setelah dilakukan 1. Beri antibiotik
1. Untuk membunuh bakteri
tindakan keperawatan topikal pada area
patogen dia area akne
selama 14 x 24 jam akne

diharapkan tidak terjadi 2. Beri antiinflamasi


2. Untuk mengurangi
kerusakan integritas topikal pada area
pembengkakan pada area
kulit. akne
akne
Kriteria Hasil : 3. Beri antibiotik
sistemik 3. Untuk menekan jasad
1. Suhu kulit normal
4. Periksa kulit setiap renik, mengurangi reaksi
2. Jaringan parut
40
tidak ada hari untuk yang radang dan menekan
3. Integritas kulit berisiko mengalami produksi sebum
normal kerusakan 4. Untuk mengetahui
4. Lesi kulit tidak ada 5. Catat derajat perubahan pada kulit
5. Eritema tidak ada kerusakan kulit

6. Periksa kulit dan 5. Untuk mengetahui


membran mukosa tingkat keparahan
terkait adanya kerusakan integritas kulit
kemerahan, hangat 6. Untuk mengetahui
dan drainase adanya gangguan pada
7. Pantau warna dan membran mukosa
suhu kulit

8. Catat perubahan 7. Untuk mengetahui

kondisi kulit dan temperatur kulit

membran mukosa
8. Mendokumentasikan
kondisi kulit dan
membran mukosa
9. Kolaborasi
Lakukan dermabrasi 9. Pengikisan kulit terluar
untuk memicu
pertumbuhan kulit baru
di bawahnya yang lebih
sehat, mulus, dan lembut

VII.Implementasi Keperawatan

41
No Hari/Tanggal/ Rencana Keperawatan Respon Paraf
Dx Jam
1. Sabtu, 02 1. Mengobservasi 1. Ds : Nurul
Oktober 2015
tingkat nyeri pasien Klien
08.00 wib
(pada skala 0-10) mengatakan

08.03 wib nyeri pada


skala 3
08.08 wib 2. Ajarkan pasien tehnik 2. Do: Nurul
distraksi dan Klien terlihat
relaksasi. lebih nyaman.

3. Ds : klien Nurul
3. Kolaborasi : mengatakan
Memberikan antalgin susah minum
2 x 500 mg obat tanpa
digerus

2. Sabtu, 02 1. Memberikan 1. Do : Ida


Oktober 2015
ertiromisin gel 1%, Klien kooperatif
10.00 wib saat diberikan
obat oles

10.03 wib
2. Memberikan 2. Do : Ida
hidrokortison 1-2% Klien kooperatif
saat diberikan
obat oles
3. Memberikan
10.06 wib tetrasiklin 3 x 250 3. Do :
Ida
mg/hr, siproteron Klien mampu
asetat 2 mg minum obat
dengan digerus
terlebih dahulu
10.11 wib
42
Ida
4. Memeriksa kulit 4. Do :
setiap hari untuk yang Kulit klien
berisiko mengalami tampak ada lesi
kerusakan akibat klien suka
10.13 wib
memencet akne
5. Mencatat derajat 5. Do : Ida

kerusakan kulit Derajat


kerusakan kulit
klien derajat 2 Ida
10.15 wib
6. Memeriksa kulit dan 6. Do :
membran mukosa Tampak
terkait adanya kemerahan dan
kemerahan, hangat bernanah
dan drainase
10.17 wib Ida

7. Memantau warna dan 7. Do :


suhu kulit Tampak
kemerahan pada
wajah dan leher
10.19 wib
dan perabaan
Ida
8. Mencatat perubahan terasa hangat

kondisi dan 8. Do :
kulit
membran mukosa Kondisi kulit
tampak berisiko
tinggi infeksi
10.21 wib pada area kulit
yang sehat Ida
9. Kolaborasi :
Melakukan 9. Ds :
dermabrasi Klien
mengatakan

43
setuju dilakukan
tindakan
dermabrasi
Do :
Klien tanda
tangan lembar
persetujuan

VIII. Evaluasi

No Hari/Tanggal/ Evaluasi Paraf


Dx Jam
1. 3 Oktober 2015 S: Nurul
08.00 wib Klien mengatakan nyerinya berkurang
pada skala 1

O
klien tampak rileks dan tidak
menunjukkan tanda-tanda nyeri

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana tindakan nomor 1-4


dihentikan

44
2. Jumat, 16 Oktober S: Ida
2015 Klien mengatakan kulit wajah dan
10.00 wib lehernya tampak lebih baik dari
sebelumnya.

O
Suhu kulit normal, Jaringan parut masih
terlihat, integritas kulit belum pulih
seutuhnya, eritema sudah nampak
berkurang

A : Masalah belum teratasi

P : Rencana tindakan 1-9 di lanjutkan

45
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. Acne vulgaris (jerawat) merupakan kelainan folikuler umum yang
mengenai folikel pilosebase (folikel rambut) yang rentan dan paling
sering di temukan di derah muka, leher, serta badan bagian atas. Akne
ditandai dengan komedo tertutup (whitehead), komedo terbuka
(blackhead), papula, pustula, nodul, dan kista (Muttaqin & Sari, 2013).
2. Penyebab pasti timbulnya acne belum diketahui namun acne yang terjadi
pada usia pubertas dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko yaitu:
meningkatnya kadar hormon androgen, penggunaan kosmetik, stres,
personal hygiene yang buruk dan pola tidur yang tidak baik seperti tidur
larut malam. Adapun berbagai faktor. Penyebab acne sangat banyak
(multifaktorial), antara lain : genetik, endokrin, faktor makanan, keaktifan
dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, iklim, infeksi bakteri
(Propionibacterium acnes), dan kosmetika. (Hasan, Kepel & Rompas,
2015) dan faktor-faktor mekanik, seperti mengusap, menggesek, tekanan,
dan meregangkan kulit yang kaya akan kelenjar sebase dapat
memperburuk akne yang sudah ada. Obat-obatan juga dapat mencetuskan
akne seperti kortikosteroid
3. Klasifikasi derajat akne meliputi : akne ringan ; komedo <20, atau lesi
inflamasi <15, atau total lesi <30, akne sedang ; Komedo 20-100 atau lesi
inflamasi 15-50, atau total lesi 30-125, akne berat ; Kista >5 atau komedo
>100, atau lesi inflamasi >50, atau total lesi >125
4. Faktor pencetus akne yang berisiko, multifaktor dan faktor mekanis
menyebabkan peningkatan sebum sehingga folikel rambut tersumbat
sampai menonjol menjadi komedo terbuka (whitehead) dan komedo
tertutup (blackhead), jika terjadi peradangan sampai timbul menjadi
papula, pustula, nodul hingga kista (jerawat batu) jika terjadi lesi
menimbulkan rasa nyeri, resiko tinggi infeksi pada area kulit yang sehat
dan menimbulkan lesi hingga merusak integritas kulit
46
5. Manifestasi klinis acne vulgaris meliputi : komedo, jerawat biasa, jerawat
kista (jerawat baru) dan parut
6. Epidemiologi Angka kejadian acne vulgaris berkisar 85 % dan terjadi
pada usia 14 - 17 tahun pada wanita dan 16 - 19 tahun pada laki laki,.
Acne vulgaris umumnya lebih banyak terjadi pada laki - laki
dibandingkan dengan wanita pada rentang usia 15 - 44 tahun yaitu 34 %
pada laki - laki dan 27 % pada wanita (Jurnal Kedokteran Media Medika
Indonesia, 2008).
7. Pemeriksaan Diagnostik yaitu Pemeriksaan ekskohleasi sebum adalah
pengeluaran sumbatan sebum dengan komedo ekstraktor (sendok Unna),
pemeriksaan histopatologi memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik
berupa serbukan sel radang kronis disekitar folikel pilosebasea
Pemeriksaan susunan dan kadar lipid permukaan kulit (skin surface lipida
8. Penatalaksanaan yaitu Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan
obat-obat topikal, obat sistemik, chemical peeling, Krioterapi, dan bedah
kulit.
9. Pencegahan yaitu Meliputi usaha untuk mencegah terjadinya erupsi
(preventif) dan usaha untuk menghilangkan akne yang terjadi (kuratif).
Meliputi Menghindari peningkatan jumlah sebum dan perubahan isi
sebum, Menghindari faktor pemicu terjadinya akne. Menjauhi terpacunya
kelenjar minyak, Hindari penusukan,pemencetan lesi, mencongkel dan
sebagainya karena dapat menyebabkan infeksi dan menimbulkan bekas.

47
B. Saran
1. Individu :
Hendaknya kita sebagai individu menjaga kebersihan kulit selama masa
pubertas agar tidak sampai menimbulkan jerawat.
2. Masyarakat :
Hendaknya masyarakat juga mengetahui betapa pentingnya menjaga
personal hygine dan penyakit kulit yang diakibatkan personal hygine
yang kurang.
3. Instansi :
Hendaknya instansi-instansi yang ada di Indonesia alat-alatnya untuk
mengobati penyakit kulit seperti akne dilengkapi lagi, dan melaksanakan
penyuluhan-penyuluhan memberikan informasi seputar akne yang masih
dianggap remeh masyarakat awam.

48
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, Florentius Gregorius, dan Amadeus Driando Ahnan. 2014. “Jerawat :


yang masih anda perlu ketahui”. Yogyakarta : Graha ilmu
Muttaqin, Arif, dan Kumala Sari. 2013. “Asuhan keperawatan gangguan sistem
integumen”. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A, dan Lorraine M. Wilson. 2005. “Patofisiologi: konsep klinis
proses-proses penyakit”. Jakarta : EGC
Movita, Theresia. 2013. “Acne Vulgaris”. Continuing Medical Education. Volume
40. No 8. Diunduh dari www.kalbemed.com, 03 Oktober 2015
Hasan, Sitti Hardianti, Billy J. Kepel dan Sefty S. Rompas. 2015. “Hubungan
Pola Makan dengan Kejadian Acne Vulgaris Pada Mahasiswa Semester V
(lima) Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
SAM Ratulangi Manado”. ejournal Keperawatan (e-Kep) Volume 3. Nomor
1. Diunduh dari Ejournal.unsrat.ac.id, 03 Oktober 2015.
Wilkinson, Judith M, dan Nancy R. Ahern. 2011. BUKU SAKU ; Diagnosis
Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

INUING MEDICAL EDUCATION

49

Anda mungkin juga menyukai