Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan bercak merah &
gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai
dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang timbul selama 6
bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau menggunakan celana berlapis.
Riwayat keputihan disangkal. Kelainan di rasakan setelah berat badan bertambah. Pada
pemeriksaan generalis : dalam batas normal.
Pada pemeriksaan dermatologis : regioner, bilateral pada ke -2 sisi medial paha atas
tampak lesi multiple, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter 0,003
cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan eflorosensi berupa plak eritem, sebagian
likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central healing dengan
ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk control rutin dan menjaga serta
memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran Islam.
1
KATA-KATA SULIT
2
PERTANYAAN
1. Apa hubungan peningkatan berat badan dengan gejala yang dialami pasien?
Jawab : Berat badan meningkat sehingga paha pasien membesar dan dapat terjadi
gesekan antara kedua paha.
9. Apa terapi yang dapat diberikan untuk pasien pada skenario ini?
Jawab : anti jamur.
3
HIPOTESIS
Jamur dapat menyebabkan dermatomikosis pada stratum korneum kulit dengan gejala bercak
merah dan gatal dan dapat disertai kulit yang menebal dan berwarna gelap pada bagian yang
sakit. Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksaan menggunakan kerokan kulit.
Tatalaksana yang dapat diberikan adalah anti-jamur. Untuk mencegah penyakit timbul
kembali pasien disarankan untuk menjaga kebersihan diri, tidak menggunakan pakaian ketat
dan menjauhi faktor resiko. Dalam islam menjaga kebersihan dapat dilakukan dnegan
berwudhu, mandi, dll.
4
SASARAN BELAJAR
5
LI 1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi kulit
Anatomi kulit manusia terdiri dari beberapa macam organ. Kulit merupakan selimut
yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai
macam gangguan dan rangsangan dari luar (Tranggono, 2007). Kulit adalah suatu organ
pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari
tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6
kg dan luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm
sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. (Ganong, 2008).
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat.
Secara alamiah kulit memiliki lapisan lemak tipis di permukaannya. Lapisan lemak
tersebut terutama berfungsi untuk melindungi kulit dari kelebihan penguapan air yang akan
menyebabkan dehidrasi kulit. Kulit juga mengandung air sebagai pelembab alami, meskipun
sedikit (hanya 10%) tetapi sangat penting karena kelembutan dan elastisitas kulit tergantung
pada air yang dikandungnya dan bukan pada kandungan lemaknya. Bila kadar air di dalam
kulit sedikit maka kulit akan kering dan pecah-pecah. Keadaan ini menyebabkan
mikroorganisme, kotoran, sisa sabun, dan lain-lain akan masuk pada kulit yang pecah-pecah
tersebut sehingga menimbulkan berbagai gangguan kebersihan dan kesehatan serta menjadi
sumber infeksi (Tranggono, 2007).
6
- Telapak tangan
- Telapak kaki
- punggung, bahu dan bokong. (Ganong, 2008)
2. Kulit tipis
- Bagian tubuh lainnya (kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial
lengan atas.) (Ganong, 2008).
- Mempunyai tebal berbeda-beda
Secara anatomi, kulit terbagi atas tiga lapisan utama, yaitu: epidermis, dermis, dan
subkutis (subkutan).
Lapisan Epidermis
Lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler.
Merupakan Epitel berlapis gepeng dengan lapisan tanduk
Berasal dari ectoderm
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang
paling atas sampai yang terdalam):Terletak di permukaan
Mempunyai 4 macam sel :
- Keratinosit
- Melanosit
- Sel langhans
- Sel merkel
Adalah lapisan kulit yang paling luar. Lapisan ini terdiri atas:
1. Stratum corneum (lapisan tanduk)
Terdiri atas beberapa lapis sel yang pipih, mati seperti sisik yg semakin menggepeng
dan menyatu, tidak memiliki inti sel, tidak mengalami proses metabolisme, tidak
berwarna (jernih) dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar
terdiri atas keratin , yaitu jenis protein yang tidak larut dalam air, dan sangat resisten
terhadap bahan-bahan kimia. Hal ini berkaitan dengan fungsi kulit untuk
memproteksi tubuh dari pengaruh luar. Sel2 tersusun padat tanpa batas yg tegas.
Lpsn paling luar selalu mengelupas STRATUM DISJUNCTUM. Terdiri dari sel
keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
7
4. Stratum spinosum (lapisan malphigi) / lapisan taju
Sel berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan oval. Setiap sel berisi
filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein yang dinamakan tonofibril,
dianggap filamenfilame tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan
kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi.. Makin ke permukaan sel2 makin
gepeng. Sel-sel mempunyai tonjolan2 sitoplasma seperti SPINA, bertemu dg
tonjolan2 sitoplasma sel disebelahnya, membentuk jembatan interseluler. Dengan
M.E jembatan ini membentuk kontak dg desmosome. Epidermis pada tempat yang
terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih
banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan
Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
Lapisan Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True
Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Terletak di bawah epidermis
Jaringan penyambung padat yg vaskular
Berasal dari mesoderm
Tebal rata2 0,5-3 mm atau lebih
Anyaman padat tersusun tak teratur
Dermis mengandung beberapa derivate epidermis :
- Folikel rambut
- Kelenjar keringat
- Kelenjar sebacea
8
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang jauh lebih tebal dari pada epidermis.
Lapisan ini terdiri atas lapisan elastis dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan
folikel rambut.
Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan adalah kelanjutan dermis atas jaringan ikat longgar, berisi sel-sel
lemak didalamnya. Fungsi dari lapisan hipodermis yaitu membantu melindungi tubuh dari
benturan-benturan fisik dan mengatur panas tubuh. Jumlah lemak pada lapisan ini akan
meningkat apabila makan berlebihan. Jika tubuh memerlukan energi ekstra maka lapisan ini
akan memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Wirakusumah, 1994).
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan
di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan
nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi
Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol
bentuk tubuh dan mechanical shock absorber. (Wasitaatmadja, 1997).
Penyakit pada kulit yang disebabkan oleh jamur. Penyakit jamur atau mikosis
dibagi menjadi : mikosis profunda dan mikosis superfisialis.
A.Mikosis profunda
9
intestinalis, traktus respiratorius, traktus urogenitalis, susunan saraf sentral, otot,
tulang, susunan kardiovaskular. Kelainan kulit pada mikosis profunda dapat berupa
afek primer, maupun akibat proses dari jaringan di bawahnya (per kontinuitatum).
Mikosis profunda biasanya dalam klinik sebagai penyakit kronik dan residif.
Manifestasi klinik morfologik dapat ebrupa tumor, infiltasi peradangan vegetatif,
fistel, ulkus, atau sinus, tersendiri maupun bersamaan. Mengingat banyaknya penyakit
yang dapat memenuhi kedua syarat tersebut, misalnya tuberculosis, lepra, sifilis,
frambusia, keganasan, sarcoidosis, dan pioderma kronik, maka pemeriksaan tambahan
untuk verifikasi sangat diperlukan.
10
histopatologik, dan pemeriksaan tes serologic untuk sifilis yang spesifik, maupun
yang non spesifik. Demikian pula pemeriksaan pemeriksaan khusus untuk penyakit
tertentu.
MISETOMA
Definisi:
Misetoma adalah penyakit kronik, supuratif granulomatosa yang dapat disebabkan
Actinomyces, Nocardia , dan Eumycetes atau jamur berpigmen.
Etiologi :
Actinomyces disebut Actinomycotic mycetoma
Botryomycosis yang disebabkan oleh bakteri
Madurromycosis yang disebabkan oleh jamur berfilamen
Gejala klinis :
Pembengkakan
Abses
Sinus, didalamnya ditemukan butir-butir (granula) yang berpigmen kemudian
dikeluarkan melalui eksudat
Fistel multiple
Diagnosis:
Diagnosis dibuat berdasarkan klinis morfologik sesuai dengan uraian diatas.
Namun bila disokong dengan gambaran histologic dan hasil biakan, diagnosis akan
lebih mantap. Lagi pula penentuan spesies penyebab sangat penting untuk terapi dan
prognosis
Tatalaksana:
Pengobatan misetoma biasanya harus disertai radikal, bahkan amputasu
kadang –kadang perlu dipertimbangkan. Obat – obat , misalnya kombinasi
kotrimoksazol dengan streptomisin dapat bermanfaat , bila penyakit yang dihadapi
adalah misetoma aktinomikotik, tetapi pengobatan memerlukan waktu lama ( 9bulan-
1tahun) dan bila kelainan belum meluas benar. Obat – obat baru antifungal , misalnya
itrakonazol dapat dipertimbangkan untuk misetoma maduromikotik.
Prognosis:
Quo ad vitam umumnya baik. Pada maduromikosis prognosis quo ad
sanationam tidak begitu baik bila dibandingkan dengan aktinomikosis/botriomikosis.
Diseminasi limfogen atau hematogen dengan lesi pada alat – alat dalam merupakan
kecualian
SPOROTRIKOSIS
Infeksi koronis yang disebabkan Sporotrichium schenkii dan ditandai dengan
pembesaran kelenjar getah bening. Kulit dan jaringan subkutis di atas nodus sering
11
melunak dan pecah membentuk ulkus yang indolen. Penyakit jamur ini mempunyai
insidens yang cukup tinggi pada daerah tertentu, dan ditemukan pada pekerja hutan
maupun petani (HUTAPEA,1978;SIREGAR dan THAHA 1978)
Bila tidak terjadi diseminasi melalui saluran getah bening diagnosis agak sukar
dibuat. Selain gejala klinis, yang dapat menyokong diagnosis adalah pembiakan
terutama pada mencit atau tikus, dan pemeriksaan histopatologik. Pernah dilaporkan
sekali-sekali selain bentuk kulit yang khas, beberapa bentuk di paru dan alat dalam
lain. Pada kasus-kasus ini rupanya terjadi infeksi melalui inhalasi.
KROMOMIKOSIS
Kromomikosis atau kromoblastomikosis atau dermatitis verukosa adalah
penyakit jamur yang disebabkan bermacam-macam jamur berwarna (dematiaceous).
Penyakit ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan,
sehingga akhirnya membentuk vegetasi papilomatosa yang besar. Pertumbahan ini
dapat menjadi ulkus atau tidak, biasanya ada di kaki dan tungkai, namun lokalisasi di
tempat lain pernah ditemukan, misalnya pada tangan, muka, telinga, leher, dada, dan
bokong. Penyakit ini kadang-kadang dilihat di Indonesia. Sumber penyakit biasanya
dari alam dan terjadi infeksi melalui trauma.
12
zigomikosis generalisata. Golongan penyakit jamur ini dapat dinamakan juga sesuai
dengan jamur penyebabnya, misalnya mukomikosis dan sebagainya.
Oleh karena penyakit ini disebabkan jamur yang pada dasarnya oportunistik,
maka pada orang sehat jarang ditemukan. Diabetes mellitus, misalnya merupakan
factor predisposisi. Demikian pula penyakit primer berat yang lain.
Fikomikosis subkutan adalah salah satu bentuk penyakit golongan ini yang
kadang-kadang dilihat di bagian kulit dan kelamin. Penyakit ini untuk pertama kali
dilaporkan di Indonesia pada tahun 1956. Setelah itu banyak kasus dilaporkan di
Indonesia, Afrika, dan India. Kelainan timbul di jaringan subkutan Antara lain di
dada, perut, atau lengan atas sebagai nodus subkutan yang perlahan-lahan membesar
setelah sekian waktu. Nodus tersebut konsistensinya keras dan kadang-kadang dapat
terjadi infeksi sekunder. Penderita pada umumnya tidak demam dan tidak disertai
pembesaran kelenjar getah bening regional.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologik dan biakan. Jamur agak
khas, hifa lebar 6-50 miu, seperti pita, tidak bersepta dan coenocytic.
B.Mikosis superfisialis
Terbagi menjadi :
1. Dermatofitosis
2. Non-dermatofitosis, terdiri atas pelbagai penyakit:
- Pitriasis versikolor
- Piedra hitam
- Piedra putih
- Tinea nigra palmaris
- Otomikosis
- Keratomikosis
13
Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur, sehingga
dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS, insidensi penyakit
jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di Indonesia bervariasi antara
2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak menggambarkan populasi umum.
Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers) dan
anak usia sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan juga pada
usia dewasa.9
Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:
• Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum
• 27% Trichophyton mentagrophytes
• 7% Trichophyton verrucosum
• 3% Trichophyton tonsurans
• Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii,
Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum
versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii,
and Trichophyton violaceum.
14
LO 3.3 Etiologi dermatofitosis
15
Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut,
kulit, dan kuku pada manusia.
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan
lokasi
16
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan
kadang-kadang sampai perut bagian bawah
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk
tinea diatas.
Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti khusus, yaitu:
a. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris dan
disebabkan oleh tricophyton concentricum.
b. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh
tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan berbau
seperti tikus (mousy odor).
c. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari morfologinya.
d. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah
diobati dengan steroid topical kuat.
Dermatofitosis
Tinea Kapitis
Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang hebat yang
bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil yang berkelompok
dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di daerah ini putus-putus dan
17
mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan meninggalkan suatu daerah yang botak
permanen oleh karena terjadi sikatrik. Bentuk ini terutama disebabkan oleh
Mikosporon kanis, M.gipseum , T.tonsurans dan T. Violaseum.
Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit yang
berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang berbentuk cawan
(skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus “moussy odor”. Rambut di atas
skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak mengkilat lagi. Bila menyembuh akan
meninggalkan jaringan parut dan alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah
Trikofiton schoenleini, T. violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini
sering menyerupai penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka
penyakit ini harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti:
Psoriasis vulgaris dan Dermatitis seboroika.
Tinea Korporis
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong dengan
tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-bercak bisa melebar
dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis, arsiner, atau sinsiner. Pada
bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda eritema, adanya papel-papel dan vesikel,
sedangkan pada bagian tengah lesi relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini
menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-
daerah yang hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama
dengan Tinea kruris.
Tinea Kruris
Tinea Pedis
18
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”. Penyakit
ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di tempat basah
seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang yang setiap hari harus
memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara. Keluhan subjektif bervariasi
mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang hebat dan nyeri bila ada infeksi
sekunder.
Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik terutama
ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya hebat dapat
terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
Tinea Unguium
Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur penyebab dan
permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila dimulai dari pangkal
kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan Leukonikia trikofita bila di
mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak suram tidak mengkilat lagi, rapuh
dan disertai oleh subungual hiperkeratosis. Dibawah kuku tampak adanya detritus
yang banyak mengandung elemen jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur
yang kronik sekali, penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini
setelah beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak
gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah seluruh
kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum, T.metagrofites
Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang disebabkan
oleh Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula yang eritematous
dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas skuamanya menghadap ke
dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi tidak menunjukkan daerah yang
19
lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini
sering menyerang seluruh permukaan tubuh sehingga menyerupai:
Eritrodemia
Pempigus foliaseus
Iktiosis yang sudah menahun
Tinea Barbae
Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah jenggot,
jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang mula-
mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran polisiklik, dengan
bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini menyerupai tinea korporis.
Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi krusta atau
abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi. Penyebab utama :
Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya T.verrucosum
Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang paling
luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat yang dapat
mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :
Tinea Versikolor
20
karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit berwarna, lesi yang terjadi
tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada orang yang berkulit pucat maka
lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus
Piedra
Piedra putih
Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang terdapat pada
rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis, jarang mengenai
rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah subtropis, daerah dingin, (di
Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab piedra putih mempunyai hifa yang
tidak berwarna, termasuk moniliaceae. Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4 mikron,
artokondria dan blastokonidia. Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang
pada rambut dan anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas dari rambut.
Tidak terlihat askus pada massa jamur.
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari orang
yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak sebagai
benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala, dapat juga
menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.
Piedra hitam
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan jamur
akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis piedra hitam
ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut.
Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur dapat
masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk mengorek-ngorek
telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air. Penderita akan mengeluh
merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada liang telinga akan tampak
berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan ini ke bagian luar akan dapat
meluas sampai muara liang telinga dan daun telinga sebelah dalam. Tempat yang
terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam,
sampai ke membrana timpani, maka daerah ini menjadi merah, berskuama,
21
mengeluarkan cairan srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan
pendengaran. Bila ada infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab
biasanya jamur kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus, Candida dan
Penicillium.
Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang kulit
telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat pada kulit
yang terserang dan kadang-kadang tampak bersisik. Penyebabnya adalah
Cladosporium wemecki atau Cladosporium mansoni jamur ini banyak menyerang
anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang banyak berkeringat.
Tinea nigra palmaris banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Penyakit ini
jarang ditemukan di Indonesia.
22
LO 3.5 Patofisiologi dermatofitosis
23
PERLEKATAN DERMATOFIT PADA KERATINOSIT
Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6 jam,
dimediasi oleh serabut dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase
(keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi pertumbuhan jamur
ini di stratum korneum. Dermatofit juga melakukan aktivitas proteolitik dan lipolitik
dengan mengeluarkan serine proteinase (urokinase dan aktivator plasminogen
jaringan) yang menyebabkan katabolisme protein ekstrasel dalam menginvasi pejamu.
Proses ini dipengaruhi oleh kedekatan dinding dari kedua sel, dan pengaruh sebum
antara artrospor dan korneosit yang dipermudah oleh adanya proses trauma atau
adanya lesi pada kulit. Tidak semua dermatofit melekat pada korneosit karena
tergantung pada jenis strainnya.
24
dapat larut) yang digunakan untuk menangkap zat besi untukkehidupan aerobik.
Kemampuan spesies dermatofit menginvasi stratum korneum bervariasi dan
dipengaruhi oleh daya tahan pejamu yang dapat membatasi kemampuan
dermatofit dalam melakukan penetrasi pada stratum korneum.
ANTIGEN DERMATOFIT
Dermatofit memiliki banyak antigen yang tidak spesifik menunjukkan spesies
tertentu. Dua kelas utama antigen dermatofit adalah: glikopeptida dan keratinase, di
mana bagian protein dari glikopeptida menstimulasi CMI, dan bagian polisakarida
dari glikopeptida menstimulasi imunitas humoral. Antibodi menghambat stimulasi
aktivitas proteolitik yang disebabkan oleh keratinase, yang dapat memberikan respons
DTH yang kuat.
BEBERAPA FAKTOR LAIN YANG BERKAITAN DENGAN
DERMATOFITOSIS
25
Produksi substansi mannan, yaitu suatu komponen glikoprotein dinding sel
jamur, dapat menekan respons inflamasi terutama pada kondisi atopik atau kondisi
lain. Mannan dapat menekan pembentukan limfoblast, menghambat respon proliferasi
limfosit terhadap berbagai rangsangan antigenik, serta menghambat proliferasi
keratinosit yang memperlambat pemulihan epidermis.7
Tidak ada bukti yang menyokong adanya kerentanan secara khusus pada
kelompok golongan darah ABO, dan pada penderita diabetes. Pada kondisi malnutrisi
dan sindroma Chusing mudah mengalami
Infeksi dermatofit dimungkinkan karena depresi imunitas seluler.3,5
Kemampuan spesies dermatofit tertentu untuk memproduksi penicillin-like antibiotics
memungkinkan jamur ini memanfaatkan flora normal, Staphylococcus aureus dapat
betindak sebagai ko-patogen yang men in gk atka n dera ja t ke radan ga n i nf eksi
dermatofit. Gambaran klinis yang bervariasi pada infeksi dermatofit merupakan hasil
dari kombinasi kerusakan jaringan keratin secara langsung oleh karena dermatofit,
dan proses keradangan akibat respon pejamu Pada bentuk klasik tinea yang annular,
tepi lingkaran lesi ditandai oleh adanya infiltrat limfosit perivaskular, karena proses
pembersihan jamur dari stratum korneum akibat surveilans sistem imun, dan
pertumbuhan jamur yang sentrifugal. Kecepatan epidermal turn over berjalan normal
di dalam area cincin, namun pada daerah infeksi bisa menjadi lebih dari 4 kali lipat.
Pada tinea imbrikata karena T. concentricum, terjadi semacam gelombang
pertumbuhan jamur pada kulit dengan perluasan infeksi yang sentrifugal.
26
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan sealamiah
mungkin.
- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus dibersihkan
terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil positif palsu.
- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya agar
perbedaan warna lebih kontras.
- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm
- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling
besar/jelas.
Interpretasi
Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M.
ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang.
Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning keemasan,
atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin).
Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram (akibat
metabolit pteridin)
Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit porfirin).
Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.
2. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke bagian
tengah dengan pisau tumpul steril
Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik kulitnya
Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk kulit.
c) Kuku
Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan daerah
hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di bagian proksimal
kutikula atau lipatan kuku proksimal
Gunakan larutan KOH 40%
Teknik pemeriksaan preparat KOH :
- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen beberapa
kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4 kali).
- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah lisis
menipis dan rata.
- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran 10 kali
lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali.
- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan kembali
sehingga visualisasi menjadi lebih baik
Interpretasi
27
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan
artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan memiliki
indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak tertentu dipisahkan
oleh sekat dan dijumpai butir – butir bersambung seperti rantai
(artrospora).
- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok dengan
miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek (sphaghetti and
meatballs)
- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat, blastospora
(sel ragi bertunas) dan pseudohifa.
Tinea capitis
Ciri-ciri case:
Botak/allopecia (rambut mudah patah)
Rambut kusam, rapuh, tidak mengkilat
Kulit bersisik abu-abu (gray patch type)
Papul yang eritem
Ada faktor resiko (kontak dengan teman, hewan, dll)
Diagnosis Banding
Diagnosis Kerja
Tinea Capitis kelainan pada kulit kepala dan rambut yang disebabkan oleh
dermatofita.
Etiologi biasanya disebabkan oleh dermatofita jenis Microsporum dan
Trichophyton
Epidemiologi paling sering terjadi pada anak-anak umur 3-14 tahun, dan
perempuan lebih banyak menderita penyakit ini.
Faktor resiko:
- Kebersihan/higienis tubuh kurang
- Daerah padat penduduk
- Malnutrisi dan sistem imun menurun
- Penularan, melalui ; kontak langsung dengan penderita, dan kontak tak langsung
(melalui sisir, kursi bioskop, bantal).
Ada 3 bentuk Tinea Capitis berdasarkan manifestasi klinisnya, yaitu:
28
1. Bentuk Gray patch :
- inflamasi ringan /minimal
- kulit kepala bersisik, rambut mudah putus, warna rambut menjadi abu-abu,
mudah dicabut dari akarnya, kemudian terjadi alopesia.
- Kadang terdapat keluhan adanya papul merah dan gatal
- Biasa disebabkan oleh Microsporum audouinii dan Microsporum canis, yang
bersifat antropofilik ektotrik.
2. Bentuk Black Dot ringworm :
- tampak alopesia dengan titik-titik hitam di tengahnya, yang terdiri dari batang
rambut yang patah tepat pada permukaan kulit atau di bawah permukaan kulit
kepala.
- Biasa disebabkan oleh Trichophyton tonsurans dan Trychophyton violaceu,
bersifat antropofilik endotrik
3. Bentuk Kerion Selsi :
- Dimulai dengan ruam eritematosa, skuama, papul, disertai rambut yang putus,
dapat disertai peradangan akut berupa indurasi yang mengeluarkan pus, keadaan
ini disebut sebagai kerion selsi.
- Reaksi peradangan berat, dam pada penyembuhan akan menimbulkan jaringan
parut serta alopecia yang permanen.
- Biasa disebabkan oleh Microsporum canis dan Microsporum cani, bersifat zoofili
atau geofilik.
Tinea Kruris
Ciri-ciri kasus:
- Gatal, dan sensari terbakar pada daerah inguinal, lipatan paha, anus, bawah perut.
Diagnosis Banding
1. Dermatitis Seboroik peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat kelenjar
sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak berwarna
kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
2. Erythrasma batas lesi tegas, jarang disertai infeksi, pada fluoresensi berwarna
merah bata yang khas dengan sinar Wood.
3. Candidiasis lesi relativ lebih basah, berbatas jelas disertai lesi-lesi satelit
4. Psoriasis skuama lebih tebal dan berlapis-lapis
Diagnosis Kerja
Tinea Cruris: inflamasi yang disebabkan jamur dermatofita pada superfisial terutama
di daerah inguinal, gluteal, dan suprapubik.
Etiologi T. rubrum, T. mentagrophytes, E. floccosum
Epidemiologi:
- Pada 10-20% pasien dermatofita
- Laki:perempuan = 3:1
- Lebih sering pada dewasa dan pada daerah yang lembab
Faktor Resiko:
- Orang yang gemuk dan atlet yang banyak berkeringat
- Kontak langsung atau tak lanfsung melalui pakaian
- Orang-orang yang berpakaian ketat
- Riwayat DM atau HIV/AIDS
Manifestasi klinis
29
- Lesi pada genitokrural saja, atau meluas ke anus, gluteal, atau perut
bagian bawah
- Gatal dan rasa terbakar pada lesi
- Biasanya kulit berwarna lebih terang
- Lesi berbatas tegas dan inflamasi pada bagian tepi lebih nyata
- Jika lesi menahun, tampak bercak hitam disertai sisik
- Erosi dan cairan bisa keluar akibat garukan
Tinea Manum
Ciri-ciri case:
- Telapak tangan gatal
- Kulit telapak serta jari mengelupas dan ada lesi putih di sela-sela jari
Diagnosis Banding
1. Psoriasis :
Bercak-bercak eritema berbatas tegas
Skuama kasar berlapis-lapis
Gatal
2. Keratoderma palmaris
Pembentukan keratin yang berlebihan pada telapak tangan
3. Dermatitis
Batasnya tidak tegas
Bagian tepi tidak lebih aktif dari bagian tengah
Adanya vesikel-vesikel steril pada jari-jari kaki dan tangan
Diagnosis Kerja
Tinea Manus
Merupakan dermatofitosis pada daerah palmar dan interdigital di tangan.
Etiologi
Penyebab tersering adalah Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes, dan
Epidermophyton floccosum.
Epidemiologi:
o Merupakan dermatofitosis terbanyak di dunia
o Ditularkan melalui kontak langsung dengan orang atau hewan yang terinfeksi, dari
tanah atau melalui autoinokulasi.
o Hampir selalu bersamaan dengan tinea pedis/unguinum
Faktor resiko:
o Menderita dermatofitosis jenis lainnya seperti tinea pedis
o Higienitas kurang terjaga
o Sanitasi lingkungan yang buruk
o Imunitas yang menurun
Manifestasi Klinis
o Gatal (++)
o Telapak tangan yang hiperkeratotik kalau sudah kronik
o Kulit kering
o Skuama (+)
30
o Biasanya unilateral
o Inflamasi berupa vesikel atau bullae yang jarang ditemukan
Tinea unguium Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400
(Onychomycosis) 6 minggu untuk kuku mg/hr seminggu per bulan selama 3-4 bulan
jari tangan, 12 minggu berturut-turut.
untuk kuku jari kaki Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-
12 bln) Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d
sembuh (12-18 bulan)
Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu
mg/hr sampai sembuh Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau
(4-6 minggu), sering 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
dikombinasikan mg/mggu selama 4 mgg.
dengan imidazol.
Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
mg/hr sampai sembuh Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau 200
(4-6 minggu) mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
mg/hr selama 4 mgg.
Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
sampai sembuh (4-6 Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr atau
minggu) 200mg/hr selama 1 mgg. Fluconazole 150-300
mg/mgg selama 4 mgg.
Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg.
widespread selama 4-6 minggu Griseofulvin 500-1000 mg/hr sampai sembuh
non-responsive (3-6 bulan).
tinea.
31
Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik sebagai
antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg sehari selama dua
minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang diberikan berlanjut 2
minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan sebagai pengganti griseofulvine
selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari tergantung berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan utama
ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain berupa gangguan
traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat tersebut bersifat fotosensitif
dan dapat mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang tersering
gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri lambung, diarea,
konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa ganguan pengecapan,
persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian atau keseluruhan setelah
beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat sementara. Sefalgia ringan
dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol sebagai
terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada pagi hari setelah
makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
Pengobatan topical yang diberikan adalah :
a. Obat antifungal Topikal
- Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
- Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
Catatan :
1. Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris
2. Untuk tinea capitis
Rehabilitasi : shampoo Selenium menurunkan penyebaran spora dan hifa
32
LO 3.10 Pencegahan dermatofitosis
Tinea capitis
Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam merusak
kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan pada kulit.
Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan membuat warna
kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta penyakit kulit yang
berhubungan dengan paparan sinar matahari.
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku
seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan
ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa
dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Manfaat menutup aurat:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok laki-
laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia dengannya. Dan
33
wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan menyesatkan, yang dikepala
mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-wanita seperti ini) tidak akan masuk
surga dan tidak akan mencium baunya. Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang
jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-wanita
yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian tubuhnya dan
menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku mereka
sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman sabda Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada wanita.” (HR.
Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada lelaki
adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah menutup seluruh
badan kecuali muka dan tapak tangan.
Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada seseorang
wanita yaitu :
1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun begitu,
34
bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita dilarang
menampakkan aurat terhadap mereka.
Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan konsekusensi dari
pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih supaya Ia berpeluang
mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan
demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu
sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata “membersihkan/melakukan
kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus
dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan
dikembangkan dalam hukum Islam. Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan
yang termasuk kelompok ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan
gigi (siwak).
Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya
kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau orang
terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah tersebut baru
sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih. Jadi jaminan
kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya. Disinilah letaknya
ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain tentunya peran utamanya
membina kesehatan jiwa/rohani manusia.
35
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, J.E.: Antumicrobial agents; in: Goodman & Gilman’s. Brunton, L.L: Lazo, J.S. and
Parker, K.L: The Pharmacological Basis of Therapeutics; 11th ed.pp. 1232 (McGraw-Hill,
Medical Publishing Division, New York 2006)
Budimulja, U.: Penyelidikan dermatofitosis di RS Dr.Cipto Mangunkusomo Jakarta. Tesis
(Jakarta 1980)
Boel, Trelia.Drg. M.Kes.2003
Conant, N.F.: Smith, D.T.: Baker, R.D. and Callaway, J.L: Manual of clinical mycology; 3 rd
ed. (W.B. Saunders Company, Philadelphia, London, Tronto 1971)
Grunwald, M.H.: Adverse drug reacions of the new oral antifungial agents-terbinafine,
gluconazole, and itraconazole. Int. J. Derm. 37: 410-4315
Harjandi: Widaty, S.: Bramono K.: Folikulitis pitisporum. Laporan kasus Kongres
PMKI,2000.
Hutapea, O.N,: LAporan pendahuluan mengenai cutaneous sporothricosis pada para petani di
Sumetera Utara, KONAS PADVI, Surabaya, 1976, 1: 340-348
http://www.bekamhijamah.com/index.php?Sehat_secara_Islam_dengan_dr.Aldjoefrie:Menja
ga_kesehatan_kulit_badan_dan_wajah_dengan_sistem_Islam
Indraini : Pravelensi folikulitis pitisporum diantara pasien akne vulgaris dan erupsi di
Poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUPN Dr.Cipto Mangunkusomo, Jakrta: tesis,
Program Pendidikan Dokter Spesialis FKUI, Jakarta (2001)
Jacinto-JAmora, S.: Tamesis, J; Katigbak, M.L.: Ptyrosporoum folikulitis in the Philippines;
Diagnosis prevalence and management. J. Am. Acad. Dermatol;695-6 (1991)
Rippon, J.W.: Medical Mycology. The Pathogenic Fungi and the Pathogenic Actinomycetes
(W.B. Sauders Company, Philadelphia, London, Toronto 1982)
Siregar, R. dan Thaha, M.A.: Sporothricosis kulit pada RSUP Palembang, jilid I, hal 334-339
(KONAS PADVI,Surabaya 1976)
36