Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGKAJIAN PADA SISTEM INTEGUMEN

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ns. Ginanjar Sasmito Adi., S. Kep., M. Kep., Sp. Kep. M.B.

Disusun Oleh Kelompok 9:

Virna Damayanti 1511011082


Nada Azhar Prandini 1511011083
Moch. Rizki Maulana 1511011084

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

Tahun Akademik 2016/ 2017


1.1 Kulit
A. Anamnesis
Secara ringkas, pengkajian riwayat kesehatan integumen, meliputi hal- hal
sebagai berikut:
1. Tanyakan pada pasien tentang persepsi yang berkaitan tentang pola hidup sehat
2. Tanyakan apakah pasien mempunyai binatang peliharaan.
3. Tanyakan apakah pola nutrisi dan ragam diet yang digunakan dapat mengubah
kondisi kulit pasien.
4. Tanyakan dalam pola sehari-hari kondisi kulit tentang kekeringan atau kondisi
produksi keringat berlebih.
5. Tanyakan pada pasien akan adanya lesi, kemerahan, atau memar. Bisa jadi
merupakan gangguan dari panas, dingin, atau stress, keterbukaan terhadap materi
toksik, berjalan- jalan ke tempat yang terbuka, atau hasil perawatan kulit.
6. Apakah pasien memperhatikan adanya perubahan warna kulit.
7. Tanyakan apakah pasien banyak bekerja atau menghabiskan waktu berlebihan di
luar. Bila iya, apakah menggunakan pelindung matahari dan seberapa banyak
efeknya.
8. Tanyakan tentang frekuensi mandi dan jenis sabun yang digunakan.
9. Tanyakan adakah terjadi trauma kulit akhir- akhir ini.
10. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat alergi yang menyebabkan kemerahan
atau bintik- bintik merah dan gatal.
11. Tanyakan apakah pasien menggunakan obat- obatan topikal atau ramuan sendiri.
12. Tanyakan apa pasien pergi ke salon perawatan kulit, menggunakan lampu pemanas,
atau memakai pil perawatan kulit.
13. Tanyakan apakah pasien mempunyai riwayat keluarga dengan gangguan kulit yang
serius, seperti kanker kulit atau psoriasis.
14. Tanyakan kondisi psikososial dengan kondisi gangguan kulit, mekanisme koping
yang digunakan pada setiap ada permasalahan
15. Tanyakan pola kepercayaan yang digunakan pada pasien dengan masalah yang
sedang dirasakan.
B. Pemeriksaan fisik
Kaji seluruh area kulit, yang meliputi membran mukosa, kulit kepala, rambut, dan
kuku. Kulit merupakan indikator kesehatan seseorang secara keseluruhan dan adanya
tanda tertentu dari sebuah penyakit yang muncul. Inspeksi dan palpasi adalah tekhnik
yang bisa digunakan dalam pemeriksaan kulit. Saat pemeriksaan ruangan harus
mendapatkan pencahayaan yang cukup dan suhu yang optimal. Senter digunakan untuk
memeriksa lesi. Gunakan sarung tangan saat mempalpasi lesi pada kulit.
1. Warna kulit
Warna kulit normal bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, dan berkisar
dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka, khususnya
dikawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya mathari, cenderung lebih
berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek vasodilatasi yang ditimbulkan oleh
demam, sengatan matahari, dan inflamasi akan menimbulkan bercak merah muda
atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan tidak adanya atau
berkurangnya tonus, serta vaskularitas kulit yang normal dan paling jelas terlihat
pada konjungtiva. Warna kebiruan pada sianosis menunjukkan hipoksia seluler yang
mudah terlihat pada ekstremitas, dasar kuku, bibir, serta membran mukosa. Ikterus,
yaitu kulit yang menguning, berhubungan langsung dengan kenaikan kadar bilirubin
serum dan sering kali terlihat pada sklera serta membran mukosa.
2. Efloresensi
Efloresensi adalah pengkajian kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata
telanjang (secara objektiv), dan bila perlu dapat diperiksa dengan perabaan. Terdapat
dua macam pengkajian efloresensi, meliputi:
a. Efloresensi primer adalah kelainan kulit yang terjadi pada permulaan penyakit.
b. Efloresensi sekunder adalah kelainan kulit yang terjadi selama perjalanan
penyakit.
Efloresensi primer
Lesi Karakteristik Ilustrasi
Makula Perubahan warna kulit yang
tegas dengan ukuran dan
bentuk bervariasi tanpa
disertai peninggian atau
sekungan (bila diameter > 1
cm disebut patch.)

Papula Peninggian kulit yang solid


dengan diameter < 1 cm
dan bagian terbesarnya
berada diatas permukaan
kulit (bila papula
bergabung dengan diameter
> 1 cm dan permukaan
datar disebut plakat)
Nodul Seperti papula, berbentuk
kubah, ukuran > 1 cm dan
lebih dalam.

Tumor Tumor merupakan istilah


umum untuk menunjukkan
adanya suatu masa baik
jinak maupun ganas yang
ukurannya lebih dari 2 cm.
Berbentuk seperti nodul
tetapi lebih besar dari
nodul.
Vesikula Peninggian kulit berbatas
tegas berisi cairan denga
ukuran < 1 cm, dapat pecah
menjadi erosi, dapat
bergabung menjadi bula.

Bula Peninggian kulit berbatas


tegas berisi cairan dengan
ukuran > 1 cm.

Pustula Seperti halnya vesikula,


tetapi isinya pus dan berada
di atas kulit yang
meradang.

Urtika Peninggian kulit yang datar


oleh karena oedema pada
dermis bagian atas. Bersifat
gatal, timbulnya cepat,
hilangnya cepat, pori- pori
lebar, warna pucat.
Efloresensi Sekunder
Lesi Karakteristik Ilustrasi
Skuama Partikel epidermal dapat
kering atau berminyak, tipis
ataupun tebal dan dilapisi
masa keratin. Warnanya
bervariasi putih, keabu-
abuan, kuning atau cokelat

Erosi Hilangnya lapisan kulit


sebatas epidermis dan
sembuh tanpa meninggalkan
jaringan parut,
Ekskoriasi Hilangnya jaringan sampai
dengan stratu papilare.
Ulkus Hilangnya kontinuitas
jaringan pada dermis atau
lebih dalam, sembuh dengan
meninggalkan jaringan
parut.
Krusta Pengeringan cairan tubuh
bercampur epitel debris
bakteri.
Sikatriks Pembentukan jaringan baru
yang sifatnya lebih banyak
mengandung jaringan ikat
untuk mengganti jaringan
yang rusak akibat penyakit
atau trauma pada dermis
yang lebih dalam. Dapat
terjadi atrofi disebut
sikatriks atrofi, bila
membesar disebut sikatriks
hipertrofi.
Fisura Adalah retakan kulit yang
linier sepanjang epidermis
atau sampai dermis, dapat
multipel.

3. Tekstur kulit
Tekstur kulit normalnya lembut dan kencang. Pajanan sinar matahari, proses
penuaan, dan perokok berat akan membuat kulit sedikit lembut. Normalnya kulit
adalah elastis dan dapat cepat kembali apabila dilakukan pencubitan yang sering
disebut dengan turgor kulit baik.
4. Suhu
Suhu kulit normalnya hangat, walaupun pada beberapa kondisi pada bagian perifer
seperti, tangan dan telapak kaki akan teraba dingin akibat suatu kondisi
vasokonstriksi.
5. Kelembapan
Secara normal kulit akan teraba kering apabila disentuh. Pada beberapa kondisi,
seperti adanya kondisi peningkatan aktivitas dan pada peningkatan kecemasan,
kelembapan akan meningkat.
6. Bau busuk
Kulit normalnya bebas dari segala bau yang tidak mengenakkan. Bau yang tajam
secara normal dapat ditemukan pada peningkatan produksi keringat terutama pada
area aksila dan lipat paha.
C. Prosedur Pemeriksaan Fisik Integumen
1. Alat Khusus
a. Stetoskop
b. Pencahayaan yang cukup
c. Sarung tangan sekali pakai
2. Persiapan Pasien
a. Untuk pengkajian total seluruh area permukaan kulit, pasien harus melakukan
beberapa posisi.
b. Area yang diperiksa sebaiknya terbuka penuh.
c. Bila area yang hendak diperiksa tidak bersih atau tertutup kosmetik, mungkin
kulit perlu dibersihkan untuk memungkinkan inspeksi yang adekuat.
3. Teknik pengkajian
Prosedur Rasional
Cuci tangan; bila pasien memiliki lesi Menghindari kontak langsung dengan lesi
yang lembab atau terbuka gunakan sarung kulit dari pasien pada perawat.
tangan
Inspeksi warna dan pigmentasi kulit. Pigmentasi normal berkisar antara merah
Bandingkan warna dari bagian yang muda ringan sampai kemerahan adalah
simetris tubuh. Beri perhatian lebih pada sehat pada kulit putih, cokelat samar
area seputar pemasangan gips, sampai cokelat pekat atau berminyak pada
pascaamputasi, pembebatan atau balutan. kulit gelap.
Perhatikan bidang atau area kulit dimana Dengan pemajanan terhadap cahaya
terjadi variasi warna. matahari beberapa area tubuh seperti
wajah dan legan mempunyai pigmentasi
lebih besar.
Kaji adanya hiperemi atau kemerahan Reaksi hiperemi normal adalah indurasi
pada kulit. dan vasodilatasi yang berlebihan dalam
respon terhadap tekanan. Kulit tampah
mulai dari merah muda terang sampai
merah. Indurasi adalah area oedema
setempat di bawah kulit. Reaksi hiperemia
abnormal dapat bertahan lebih dari 1 jam
sampai 2 minggu setelah terlupakannya
tekanan. Pada area peradangan akibat
infeksi lokal atau adanya tumor akan ada
perbedaan warna.
Palpasi suhu kulit dengan bagian dorsal Kulit secara normal hangat.
atau punggung tanagan. Bandingkan
bagian tubuh yang simetris. Bandingkan
bagian tubuh atas dan bagian tubuh
bawah.
Palpasi dengan ujung jari daerah Kulit secara normal kering. Lipatan kulit
permukaan kulit untuk merasakan seerti aksila normalnya lembab. Setelah
kelembapan. latihan yang berlebihan atau terpajan
langsung terhadap suhu hangat, kulit
mungkin menjadi lembab.
Palpasi suhu kulit dengan bagain dorsal Kulit secara normal hangat.
atau punggung tangan. Bandingkan bagian
tubuh yang simetris. Bandingkan bagian
tubuh atas dan bagian tubuh bawah.
Tekan ringan kulit dengan ujung jari untuk Secara normal tekstur kulit halus, lembut,
menentukan keadaan teksturnya. dan lentur pada anak dan dewasa.
Bagaimanapun tekstur kulit tidak serupa
pada seluruh tubuh. Kulit telapak tangan
dan telapak kaki lebih tebal.
Palpasi ringan kulit untuk memeriksa Untuk menilai struktur dari kulit.
kelembutan, ketegangan, dan kedalaman
lesi permukaan. Palpasi lebih dalam pada
area yang tampak tidak biasa.
Kaji turgor dengan mencubit kulit pada Normalnya kulit segera kembali ke posisi
punggung tangan pada dewasa, bagian awal sebelum dua detik.
dada atau perut pada lanjut usia dan
bagian kening bayi atau anak usia dibawah
dua tahun dan lepaskan. Perhatikan
seberapa mudah kulit kembali ke tempat
semula.
Kaji kondisi kulit, beri perhatian khusus Untuk memprediksi beberapa area yang
pada bagian yang terpajan terhadap mempunyai risiko tinggi terhadap cidera
tekannterutama pada klien yang tekan.
mengalami gangguan mobilisasi untuk
mendeteksi adanya gejala lesi tekan
sampai ulkus tekan.
Inspeksi adanya lesi untuk warna, ukuran, Palpasilah dengan lembut, lesi untuk
lokasi, jenis, kelompok, dan cara menentukan mobilitas, garis bentuk,
penularan. (ceper, menebal, atau cekung) dan
konsistensi ( lunak atau keras). Catat bila
pasien mengeluh adanya nyeri tekan
selama palpasi.
Inspeksi setiap area oedema mengenai Secara normal kulit bebas dari oedema.
lokasi, warna, ukuran, lokasi, jenis,
kelompok, dan cara penularan.
Palpasi setiap area oedema tentang Adanya pitting oedema berhubungan
mobilitas, konsistensi, dan nyeri tekan. dengan adanya gangguan pada sistem
Untuk mengkaji pitting oedema, tekan kardiovaskuler. Oedema adalah akumulasi
kuat area tersebut selama lima detik dan cairan pada jaringan. Kulit tampak
lepaskan. teregang dan mengilap. Oedema dependen
terutama terdapat pada kaki, mata kaki,
dan sakrum dapat menunjukkan aliran
balik vena buruk. Trauma langsung juga
akan menyebabkan oedema.
Catat kelainan warna kulit. Variasi kultur kulit memengaruhi
kemampuan utuk mendeteksi kelainan;
pada kulit putih kepucatan dapat berarti
kepucatan kulit ekstrem. Dimana pada
kulit gelap berarti hilangnya nuansa
kemerahan. Eritrema terlihat pengan
palpasi atau peningkatan kehangatan pada
pasien berkulit gelap. Pemeriksaan dapat
dilakukan lebih mudah dengan mendeteksi
sianosis di bibir dan lidah pada pasien
berkulit gelap, dimana sianosis berwarna
kelabu muda.
Kaji tekstur kulit. Kulit yang kering dapat mengindikasikan
adanya dehidrasi atau penggunaan sabun
pengering. Perspitasi menandakan usaha
tubuh untuk menghilangkan panas.
Perubahan tekstur kulit setempat dapat
terjadi akibat trauma atau lesi.
Kaji suhu pada pasien yang berisiko Adanya kehangatan setempat di sekitar
gangguan sirkulasi, yaitu mereka dengan luka dapat mengindikasi infeksi atau
gips atau balutan yang ketat. inflamasi. Rasa dingin pada jari- jari dapat
menandakan penurunan aliran darah yang
disebabkan oleh suhu ekstrem, penyakit
vaskuler, atau bedah vaskuler.
Rekam warna, bau, jumlah, dan Reaksi hiperemia abnormal adalah
konsistensi dari setiap cairan yang keluar indurasi dan vasodilatasi yang berlebihan
dari lesi. dalam respon terhadap tekanan.
Kulit tampak mulai dari merah muda
terang sampai merah. Indurasi adalah area
oedema setempat dibawah kulit.
Reaksi hiperemia abnormal dapat bertahan
lebih dari 1 jam sampai 2 minggu setelah
terlupakannya tekanan.
Jangan memijat area kemerahan Pijatan menambah kerusakan pada kapiler
jaringan di bawah kulit dan menaikkan
risiko terbentuknya luka tekan.
Catat adanya pucat, lecet, dan bintil- Perubahan setempat seperti kemerahan,
bintil, atau tak adanya lapisan superfisial inflamasi, atau pembengkakan dapat
kulit (tanda awal terbebtuknya luka tekan) disebabkan dari reaksi alergi terhadap
kosmetik.

1.2 Kuku
A. Pengkajian Kuku
Kondisi kuku mencerminkan status kesehatan umum, status nutrisi, pekerjaan,
dan tingkat perawatan diri seseorang. Bahkan status psikologis juga dapat dungkapakan
dari adanya bukti gigitan kuku. Sebelum mengkaji, perawat mengumpulkan riwayat
singkat. Bagian kuku yang paling dapat dilihat adalah plat kuku, lapisan transparan sel
epitel yang menutupi bagian bantalan kuku. Vaskularitas bantalan kuku memberi
lapisan warna di bawah kuku. Semilunar, area putih di bagioan dasarbantalan kuku
disebut lanula, yaitu merupakan dari mana plat kuku terbentuk.
B. Inspeksi dan Palpasi
Perawat menginspeksi warna bantalan kuku, kebersihan, panjang, ketebalan, dan
bentuk plat kuku, tekstur kuku, sudut antara kuku dan bantalan kuku, serta kondisi
lipatan kuku lateral dan proksimal di sekitar kuku. Perawat juga memalpasi bagian dasar
kuku.
Pada pandangan pertama, perawat mungkin mendapat kesan tentang praktik
hygine pasien. Kuku normalnya transparan, halus, melengkung dengan baik, dan
cembung dengan sudut bantalan kuku sekitar 160 derajat. Kutikula disekelilingnya
halus, utuh, dan tanpa inflamasi. Jika kuku tidak baik, kotor, dan tidak dirawat dengan
baik, maka terdapat indikasi bahwa pasien jarang melakukan perawatan kuku atau
secara fisik tidak mampu melakukan perawatan.
Perubahan pada derajat kuku merupakan tanda adanya kelainan atau gangguan
pada sistem tubuh lain. Jari tabuh (clubbing finger) dengan sudut kuku lebih dari 180
derajat merupakan manifestasi dari kondisi hipoksia yang lama pada pasien dengan
gangguan respirasi.
Pada orang kulit putih, bantalan kuku berwarna merah muda dengan ujung putih
tembus cahaya. Hemoragi serpihan dapat disebabkan oleh trauma, sirosis, diabetes
miletus dan hipertensi. Perubahan vitamin, protein, dan elektrolit dapat juga
menyebabkan garis atau berkas pada bantalan kuku
Kuku normalnya tumbuh dengan kecepatan konstan, tetapi cidera langsung atau
penyakit umum dapat mengganggu pertumbuhan. Dengan bertambahnya usia, kuku jari
tangan dan kuku jari kaki membentuk stria longitudinal dari tumbuh dengan kecepatan
yang sangat lambat. Oleh karena kalsium yang tidak mencukupi, kuku dapat berubah
menjadi kuning pada lansia.
Untuk memepalpasi, perawat memegang jari pasien dengan hati- hati dan
mengobservasi warna bantalan kuku. Kemudian, beri tekanan lembut, kuat, dan cepat
dengan ibu jari pada bantalan kuku kemudian lepaskan. Pada saat ditekan, bantalan
kuku tampak memutih atau memucat, tetapi warna merah muda harus segera kembali
saat tekanan dilepaskan (< 2 detik). Jika warna merah muda tersebut tidak segera
kembali, maka mengindikasikan adanya insufisiensi sirkulasi. Warna kebiruan atau
keunguan pada bantalan kuku memberitahukan adanya sianosis. Warna putih atau pucat
terjadi karena anemia.

Bentuk kuku pada manusia


1.3 Rambut
Penilaian rambut dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi. Gunakan sarung tangan dan
atur pencahayaan pada ruang pemeriksaan secara optimal. Buka helaian rambut untuk
memeriksa warna rambut, tekstur, dan distribusi rambut pada kulit kepala. Catat apabila
terdapat lesi yang abnormal, bukti gatal, peradangan, atau tanda-tanda adanya kutu.
A. Warna dan Tekstur
Warna rambut alami berkisar dari putih menjadi hitam. Pada dasarnya warna rambut
seseorang adalah abu- abu, dan hal itu mulai terjadi pada dekade ketiga kehidupan saat
kadar melanin mulai turun. Perubahan warna rambut pada usia muda dapat terjadi karena
faktor genetik. Orang albino memiliki rambut berwarna putih sejak lahir. Adanya
penggunaan produk pewarna rambut pada pasien juga perlu identifikasi selama
pengkajian.
Tekstur dari kulit kepala berkisar dari baik sampai kasar, halus sampai rapuh, berminyak
sampai kering, berkilau sampai kusam, rambut kuat, keriting, atau lurus. Rambut kering
dapat terjadi karena penggunaan alat pengering rambut secara berlebihan. Rambut kering
dan keriting juga dapat terjdi karena gangguan sitem endokrin seseorang, sepertin pada
kasus penyakit hipertiroid. Rambit berminyak terjadi karena peningkatan sekresi kelenjar
sebasea pada kulit kepala. Jika pasien mengeluh adanya perubahan tekstur rambut,
alasan utama hal tersebut adalah karena penggunaan produk kecantikan rambut atau
karena pergantian sampo baru dari sampo lama.
B. Distribusi
Distribusi rambut tergantung pada letak lokasi. Kelebihan pertumbuhan rambut pada
daerah tertentu di tubuh adalah hal yang biasa, seperti pada daerah axila dan area pubis.
Rambut pada daerah pubis akan muncul pada masa pubertas, rambut tersebut tumbuh
pada daerah pubis sampai daerah umbilikus pada laki- laki. Sementara pada perempuan
adalah sebaliknya. Jika hal tersebut terjadi dapat mengindikasi adanya gangguan pada
sistem endokrin. Perbedaan ras juga menentukan jenis rambut pula. Seperti rambut lurus
bergelombang pada orang asia dan ikal pada ras afrika.
Laki- laki cenderung memiliki distribusi rambut lebih banyak pada area wajah dan badan
daripada perempuan. Kebotakan atau alopecia dapat terjadi pada area tertentu tubuh atau
keseluruhan. Kulit kepala rambut rontok dapat berawal dari menipisnya distribusi
rambut sampai akhirnya terjadi kebotakan total. Ketika menilai kulit kepala rambut
rontok, penting untuk menyelidiki penyebab yang mendasari pada pasien. rambut rontok
mungkin terjadi karean kebiasaan menarik rambut, misalnya, mengepang terlalu ketat,
penggunaan pewarna, pelurus berlebihan, dan minyak, agen kemoterapi (misalnya,
doxorubicin, siklofosfamid), infeksi jamur, lesi pada kulit kepala. Pertumbuhan kembali
tidak menentu, dan distribusi mungkin tidak pernah mencapai ketebalan sebelumnya.
C. Kerontokan Rambut
Penyebab paling umum kehilangan rambut adalah kebotakan laki-laki, yang menyerang
lebih dari setengah dari penduduk laki-laki dan diyakini terkait dengan faktor keturunan,
penuaan, dan tingkat hormon androgen. Pola kerontokan rambut dimulai dengan surut
dari garis rambut di daerah frontal-temporal dan berkembang menjadi penipisan bertahap
dan hilangnya seluruh rambut dari atas yang kulit kepala dan mahkota.

Proses terjadinya kebotakan pada pria.


D. Perubahan Lain- lain
Distribusi pola rambut pada pria dapat dilihat pada beberapa perempuan di saat
menopause, ketika hormon estrogen tidak lagi diproduksi oleh indung telur. Pada wanita
dengan hirsutisme, rambut yang berlebihan dapat tumbuh di wajah, dada, bahu, dan
daerah kemaluan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2004. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif & Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai