Anda di halaman 1dari 34

“BERCAK MERAH & GATAL DI

SELANGKANGAN ”

SKENARIO 3 BLOK PANCAINDRA

Kelompok 01
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
JAKARTA
2020/2021
KETUA: Aindana Khoirunnisa 1102014009
SEKRETARIS: Novia Reski Erianti 1102015169

ANGGOTA: Fitrah Adhitya Abjan S. 1102014104

Sendri Segadi 1102014242

Dodi Kurniawan 1102015063

  Hielmy Aulia Hasyim 1102015091

Much. Hasyim Asyari 1102015142

Nusicha Siti Andriana 1102015173


BERCAK MERAH & GATAL DI
SELANGKANGAN
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan bercak merah &
gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan disertai
dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap.
Kelainan ini hilang timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi
atau menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan
setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologis :
Regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha atas tampak lesi multipel, berbatas tegas,
bentuk beraturan, ukuran bervariasi dari diameter 0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan
halus dengan efloresensi berupa plak eritem, sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi,
pada bagian tengah tampak central healing dengan ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta untuk kontrol rutin dan menjaga serta
memelihara kesehatan kulit sesuai tuntunan ajaran Islam.
KATA SULIT

• Likhenifikasi : Daerah penebalan kulit yang terlihat seperti garis-garis.


• Central healing : Wujud atau kelainan pada kulit dimana pada satu lesi bagian tengahnya
tampak seperti bersih, untuk tepinya terlihat eritem.
• Skuama : Lapisan stratum corneum yang terlepas dari kulit.
• Plak eritem : Peninggian diatas kulit.
• Efloresense : Kelainan kulit yang dapat dilihat dengan mata objektf.
PERTANYAAN
1. Apa tatalaksana untuk penyakit ini ?
2. Mengapa keluhan gatal dan timbul bercak merah ditemukan pada saat si pasien berkeringat?
3. Apakah ada hubungan kenaikan berat badan dengan penyakit pasien ?
4. Hubungan gejala hilang timbul dengan menstruasi ?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan ?
6. Apa yang menyebabkan kulit beruntus ?
7. Mengapa kelainan ini terjadi bilateral ?
8. Apa diagnosis sementara kasus ini ?
9. Bagaimana cara memelihara kesehatan kulit sesuai dengan tuntunan agama islam ?
JAWABAN
1. Membersihkan lipatan kulit,mengganti pembalut 3-4x sehari,mengeringkan alat vital setelah buang
air kecil atau buang air besar dengan baik .
Gejala simtomatis diberi antihistamin dan mikonazol (topical)
2. Karna saat berkeringat menyebabkan lembab terus bisa menyebabkan jamur berkembang biak dan
menyebabkan beruntusan saat keringetan makanya terjadi gatal.
3. Biasa naik berat badan meningkatkan metabolisme, banyak mengeluarkan keringat akhirnya lembab
4. Pada saat menstruasi tingkat kebersihan berkurang hal itu menyebabkan memicu infeksi jamur
5. Uji kelainan kulit : mengambil kerokan kulit atau lesi untuk mengetahui penyebab dan diagnosis
Eflorensensi
6. Karena adanya reaksi inflamasi yang disebabkan infeksi jamur
7. Karena adanya kemerahan pada lipatan paha yang kanan dan kiri sama tebalnya.
8. Dermatofitosis. Karena jamur dibagian superfisialis.
9. Caranya dengan berwudhu, mandi, dan tidak memakai pakaian yang ketat
HIPOTESIS
Perempuan yang sedang menstruasi akan terjadi perubahan hormonal yang
dapat mempengaruhi kelembapan kulit yang menyebabkan berkeringat.
Kelembapan pada lipatan kulit menimbulkan reaksi inflamasi berupa rasa
gatal,beruntus,central healing, dan likhenifikasi yang disebabkan oleh infeksi jamur.
Tatalaksana yang dapat dilakukan dengan pemberian antijamur dan anti histamin
serta menjaga kesehatan kulit sesuai dengan ajaran islam.
1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi
Kulit
Kulit terbagi menjadi 3 lapisan :
• Epidermis

Terbagi atas 5 lapisan:


1. Stratum korneum/Lapisan tanduk
2. Stratum Lusidum
3. Stratum granulosum / Lapisan Granular
4. Stratum spinosum / lapisan Malphigi
5. Stratum basale
• Dermis (korium). Merupakan
lapisan dibawah epidermis. Terdiri dari jaringan ikat
yang terdiri dari 2 lapisan:
1. Pars papilare
2. Pars retikulare
• Jaringan Subkutan atau Hipodermis / Subcutis Terdiri
atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya.
Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh
darah dan getah bening.
1. Sel lemak
2. Vaskularisasi
Adneksa Kulit

1) Kelenjar-Kelenjar Pada Kulit

a. Kelenjar keringat (glandula sudorifera)

Terdapat di lapisan dermis. Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:


- Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit
- Kelenjar Apokrin

b. Kelenjar Sebasea

Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang antara folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut
sehingga menjadi halus lentur dan lunak.

Turunan Kulit

Rambut

Rambut merupakan bangunan berzat tanduk yang diproduksi oleh folikel rambut yang merupakan pertumbuhan epitel
permukaan kedalam lapisan dermis dibawahnya.

Kuku

Kuku berasal dari sel yang sama pada epidermis, mempunyai matriks yang aktif bermitosis menghasilkan dasar kuku, yang
merupakan lanjutan stratum germinatif kulit.
2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi
Kulit
RESEPTOR

Jenis-jenis reseptor berdasarkan stimulus adekuatnya :


• Fotoreseptor : Peka terhadap gelombang cahaya
• Mekanoreseptor : Peka terhadap energy mekanis
• Termoreseptor : Peka terhadap panas dan dingin
• Osmoreseptor : Mendeteksi perubahan konsentrasi zat
terlarut dalam cairan tubuh
• Kemoreseptor : Peka terhadap bahan kimia spesifik yang
termasuk untuk reseptor penciuman dan
pengecapan
• Nosiseptor : Peka terhadap kerusakan jaringan
misalnya cubitan atau luka bakar
FUNGSI KULIT

1. Fungsi proteksi
2. Fungsi absorpsi
3. Fungsi ekskresi  
4. Fungsi persepsi
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi)
6. Fungsi pembentukan vitamin D
7. Fungsi pembentukan pigmen
8. Fungsi keratinisasi
3. Memahami dan Menjelaskan
Dermatomikosis
3.1 Definisi
Dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut, dan mukosa yang disebabkan infeksi
jamur (Madani, 2000).

Dermatomikosis mempunyai arti umum, yaitu semua penyakit jamur yang menyerang kulit
(Buldimulja, 2007).

Faktor yang mempengaruhi dermatomikosis adalah udara yang lembab, lingkungan yang padat,
sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik,
penggunaan obat antibiotik, steroid, sitostatika yang tidak terkendali. Dermatomikosis terdiri
dari dermatomikosis superfisialis, intermedia dan profunda.
3.2 Klasifikasi
Mikosis dibedakan menjadi dua yaitu mikosis profunda dan mikosis superficial.

Mikosis profunda adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis
tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius,
traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan
kadang kulit.
Mikosis superficial adalah penyakit jamur yang disebabkan oleh jamur yang hanya
menginvasi jaringan superfisialis yang terkeratinisasi (kulit, rambut dan kuku) dan
tidak ke jaringan yang lebih dalam, dan mempunyai dua golongan yaitu
dermatofitosis dan non-dermatofitosis, dermatofitosis mempunyai enzim yang dapat
mencerna keratin.
4. Memahami dan Menjelaskan Dermatofitosis
4.1 Definisi

Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat


tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku,
yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Dermatofitosis juga
dikenal sebagai tinea, ringworm, kurap, teigne, atau herpes sirsinata
4.2 Epidemiologi
Epidemiologi tinea corporis lebih tinggi pada area yang panas dan
lembap. Trichophyton rubrum dilaporkan menyebabkan 47% kasus tinea corporis.
Dermatofita yang menginfeksi manusia diklasifikasikan berdasarkan habitat mereka antara
lain sebagai berikut :
• a. Antrophophilic dermatophyta sering dikaitkan dengan manusia dan ditransmisikan
baik melalui kontak langsung atau melalui muntahan yang terkontaminasi
• b. Zoophilic dermatophyta sering dikaitkan dengan hewan-hewan, jamur ini
ditransmisikan kepada manusia baik melalui kontak langsung dengan hewan tersebut
misalnya hewan peliharaan dan melalui produksi hewan tersebut seperti wool.
• c. Geophilic dermatophyta addalah jamur tanah yang ditransmisikan kepada manusia
melalui paparan langsung ke tanah atau ke hewan yang berdebu.
4.3 Etiologi dan Patogenesis

Faktor yang mempengaruhi adalah udara yang lembab, lingkungan


yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber penularan
disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik,
steroid, sitostatika yang tidak terkendali.
4.3 Etiologi dan Patogenesis
Dermatofitosis disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang
teridiri dari tiga genus, yaitu genus Microsporum, Trichophyton, dan
Epidermofiton.
Dermatofita yang antropofilik terutama menyerang manusia karena
memilih manusia sebagai hospes tetapnya.
Golongan jamur ini dapat menyebabkan perjalanan penyakit menjadi
menahun dan residif karena reaksi penolakan tubuh yang sangat ringan.
Contoh jamur yang antropofilik ialah Microsporum audouinii dan
Trichophyton rubrum
M. audouinii T. rubrum
Makroskopis : Makroskopis :
Pertumbuhan lambat, permukaan datar. Pertumbuhan koloni lambat, koloni berbentuk kapas.
Warna koloni abuabu kuning sampai coklat keputihan, Warna depan putih sampai merah muda dan dasar koloni
dan dasar koloni merah coklat. warna merah.
Mikroskopis : Mikroskopis :
Makrokonidia jarang dan bentuk tidak teratur. Mikrokonidia banyak, berkelompok atau satu-satu
Sedangkan mikrokonidia sangat jarang dan ditemukan sepanjang hifa.
adanya racquet hifa.
4.4. Klasifikasi

Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah berdasarkan lokasi:

• Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala


• Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
• Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-
kadang sampai perut bagian bawah.
• Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
• Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
• Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
• Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5 bentuk tinea diatas.
4.5 Patofisiologi
• Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung. Penularan
langsung dapat secara fomitis, epitel, rambut yang mengandung jamur baik dari
manusia, binatang, atau tanah. Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman, kayu
yang dihinggapi jamur, pakaian debu. Agen penyebab juga dapat ditularkan melalui
kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita atau autoinokulasi dari tinea
pedis, tinea inguium, dan tinea manum.
• Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau
cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim
keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.
Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm). Reaksi kulit semula
berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.
4.6 Manifestasi Klinis
• Tinea Pedis
Infeksinya anthropophilic dermatophytes biasanya disebabkan oleh adanya elemen hifa dari jamur
yang mampu menginfeksi kulit
• Tinea unguium (dermatophytic onycomicosis, ringworm of the nail)
Trichophyton rubrum dan T. interdigitale adalah spesies yang sering menyebabkan tinea unguium.
• Tinea kruris (eczema marginatum, dhobie itch, ringworm of the groin)
Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum, dan sekitar anus.
• Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh spesies
dermatofita.
• Tinea korporis (tinea sirsinata, tinea glabrosa, scherende flechte, kurap, herpes sircine
trichophytique)
Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh yang tidak berambut (glabrous skin).
4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding

• Anamnesis
Keluhan penderita adalah rasa gatal dan kemerahan di regio inguinalis dan
dapat meluas ke sekitar anus, intergluteal sampai ke gluteus. Dapat pula
meluas ke supra pubis dan abdomen bagian bawah.
• Pemeriksaan Fisik dan Lab.
Efloresensi terdiri atas bermacam-macam bentuk yang primer dan
sekunder. Makula eritematosa, berbatas tegas dengan tepi lebih aktif terdiri dari
papula atau pustula. Jika kronis atau menahun maka efloresensi yang tampak
hanya makula hiperpigmentasi dengan skuama diatasnya dan disertai
likenifikasi. Garukan kronis dapat menimbulkan gambaran likenifikasi.
4.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Gejala Tinea capitis Allopecia Areata Trikotilomania Dermatitis
Seboroik

Allopecia + + + +
(pd kepala) (Pd kepala, alis, janggut)

Batas Tegas, eromatous Tegas, bulat/lonjong Tidak tegas Tegas, tidak


erimatous

Rambut Kusam, mudah patah patah putus tidak tepat pd Tidak patah
kulit kepala

Skuama + - - Berminyak dan


kekuningan

Nyeri -/+ - - -
Gatal + - - -
Papul eritem + - - eritema
Infeksi Rekomendasi Alternatif
Tinea unguium Terbinafine 250 mg/hr 6 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau 400 mg/hr

4.8 Tatalaksana (Onychomycosis) minggu untuk kuku jari


tangan, 12
minggu untuk kuku jari kaki
seminggu per bulan selama 3-4 bulan berturut-turut.
Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d sembuh (6-12 bln)
Griseofulvin 500-1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)

Tinea capitis Griseofulvin 500mg/day Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg


(≥ 10mg/kgBB/hari) s/d Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
sembuh (6-8 minggu) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg

Tinea corporis Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 minggu Itraconazole
sampai sembuh (4-6 minggu), 100 mg/hr selama 15  hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
sering Fluconazole 150-300 mg/mggu selama 4 mgg.
dikombinasikan dengan
imidazol.

Tinea cruris Griseofulvin 500 mg/hr Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole
sampai sembuh (4-6 minggu) 100
mg/hr selama 15 hr atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4 mgg.

Tinea pedis Griseofulvin 500mg/hr sampai Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg Itraconazole
sembuh (4-6 minggu) 100
mg/hr selama 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4 mgg.
 

Chronic and/or Terbinafine 250 mg/hr selama Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin
widespread 4-6 minggu 500-
non-responsive 1000 mg/hr sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.
4.9 Komplikasi

Organisme yang dapat dibiakkan dari sela jari kaki normal adalah
sejumlah mikroflora, termasuk Micrococcae (Staph), Coryneform
aerobik, dan sedikit bakteri gram negatif. Sela jari juga dikolonisasi oleh
dermatofita dan ragi misalnya Candida. Bila sawar stratum stratum
korneum rusak oleh karena drmatofita, yaitu terjadi inflamasi dan
maserasi, bakteri akan mempunyai kemampuan berproliferasi.
4.10 Prognosis

Infeksi jamur pada umumnya berlangsung kronis pada dermatofitosis


terutma bila disebabkan oleh T.rubrum. rekurensi dapat terjadi terutama
bila faktor predisposisinya sulit.
4.11 Pencegahan
• Tinea capitis
Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab
Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat
Hindari kontak dengan penderita/hewan piaraan.
• Tinea Cruris
Menjaga berat badan ideal
Mengeringkan badan setelah mandi
Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat
Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang
• Tinea Manus
Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya
Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab
5. Memahami dan Menjelaskan Menjaga Kesehatan
Kulit dan Menutup Aurat dalam Pandangan Islam
• Salah satu hadits yang terkait dengan hal itu adalah sebagai berikut. “Bersihkanlah dirimu karena
sesungguhnya Islam itu bersih.” (Riwayat Ibnu Hibban).
• Kebersihan bahkan merupakan salah satu prasyarat dari hadirnya cinta Allah Swt. kepada seorang
hamba, ”Innallâha yuhibbul mutathahirîna; sesungguhnya Allah sangat mencintai orang-orang
yang membersihkan dirinya.”
• Allah SWT berfirman :“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri orang-orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.
Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu.” (Al-
Ahzab: 59)
• Rasulullah saw bersabda, “Wahai Asma’, sesungguhnya wanita itu bila sudah menstruasi (baligh)
tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali ini dan ini. Dan beliau menunjukkan muka dan telapak
tangannya.” (HR Abu Dawud dan Aisyah)
DAFTAR PUSTAKA
Budimulja,U.: Penyelidikan dermatofitosis di RS Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta. Tesis (Jakarta 1980)

Boel,Trelia.Drg. M.Kes.2003

Conant,N.F: Smith,D.T,:Baker,R.D and Callaway,J.L: Manual of clinical mycology;3rd ed. (W.B.Saunders Company,Phidelphia,London,Tronto
1971)

Grunwald,M.H,: Adverse drug reaction of the new oral antifungial agents-terbinafine,gluconazol,and itraconazole,Int.J.Derm.37:410-4315

Harjandi: Widaty,S.:Bramono K,:Folikulitis pitisporum. Laporan kasus Kongres PMKI,2000

Hutapea,O.N,: Laporan pendahuluan mengenai cutaneous sporothricosis pada para petani di Sumatera Utara,KONAS
PADVI,Surabaya,1976,1 :340-348

Jacinto-Jamora,S,: Tamesis,J;Katigbak,M.L:Ptysporoum folikulitis in the Philippines;Diagnosis prevalance and


management.J.Am.Acad.Dermatol;695-6(1991)

Rippon,J.W.: Medical Mycology. The Pathogenic Fungi and Pathogenic Actinomycetes (W.B.Sauders Company,Phidelphia,London,Tronto 1982)

Anda mungkin juga menyukai