DEFINISI
Itegritas kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan
membatasinya dari lingkungan hidup manusia.Kulit merupakan organ yang esensial
dan vital serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat
kompleks,elastis dan sensitive,bervanasi pada keadaan iklim,umur,seks,ras dan juga
bergantung pada lokasi tubuh. (Brunner and Suddarth, 2011).
an Dermis.
Kulit dibagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Epidermis tersusun atas epitelium berlapis dan terdiri atas sejumlah lapisan sel
yang tersusun atas dua lapisan tampak : selapis lapisan tanduk dan selapis zona
germinalis. Lapisan tanduk terletak paling luar dan tersusun atas tiga lapisan sel
yang membentuk epidermis yaitu :
a. Stratum Korneum : Selnya tipis, datar, seperti sisik dan terus menerus
dilepaskan
b. Stratum Lusidum : Selnya mempunyai batas tegas tetap tidak ada
intinya.
c. Statum granulosum : Selapis sel yang jelas tampak berisi inti dan juga
granulosum.
Zona Germinalis : Terletak dibawah lapisan tanduk dan terdiri atas dua lapis
sel epitel yang berbentuk tegas yaitu
a. Sel berduri : Sel dengan fibril halus yang menyambung sel satu dengan
yang lainnya.
b. Sel basal : Sel ini terus memproduksi sel epidermis baru.
2. Dermis adalah lapisan kulit yang tersusun atas jaringan fibrus dan jaringan ikat
yang elastik. Lapisan kulit yang lebih tebal berisi ikatan kolagen dan serat elastis
menyokong epidermis. Ujung akhir saraf sensoris, yaitu puting peraba, terletak
di dalam dermis.
Pelengkap Kulit : rambut, kuku, dan kelenjar sebaseus. Kulit mempunyai fungsi
( Wikipedia, 2010 ) yaitu :
a. Perlindungan
Lapisan epidermis atau lapisan terkematu merupakan lapisan
perlindungan daripada kemasukan bakteria, ini merupakan
perlindungan tahap pertama. Lapisan berkematu yang senantiasa gugur,
menyebabkan bakteria sukar membiak dan bertapak tetap pada kulit.
b. Mencegah Dehidrasi
Lapisan berkematu mencegah kehilangan air kepersekitaran. Lapisan ini
amat berkesan untuk mencegah kehilangan air.
c. Rangsangan luar
Lapisan kulit atau lapisan dermis yang mempunyai banyak reseptor,
membolehkan kulit peka terhadap perubahan persekitaran. Reseptor-
reseptor ini boleh mengesan pelbagai rangsang seperti tekanan, suhu,
sentuhan dan sebagainya.
d. Menyimpan lemak
Lapisan paling bawah kulit merupakan lapisan lemak subkulitan. Lapisan ini
merupakan lapisan yang kaya dengan lemak. Lapisan lemak ini juga
merupakan penebat haba.
e. Sintesis vitamin D
Apabila lapisan kulit ini terdedah kepada sinaran ultraungu, sinaran
ultraungu ini akan diserap oleh kulit dan bertindak ke atas prekursor,
seterusnya menukarkannya kepada vitamin D.
f. Menghasilkan bau dan penyamaran
Bau berguna untuk tujuan pertahanan terutama bagi haiwan yang diburu oleh
pemangsa. Bau juga bertujuan untuk membeza antara haiwan-haiwan lain.
Pigmen dalam kulit sesetengah haiwan, mampu meniru atau mengikut
perubahan warna persekitaran.
g. Pengaturan suhu
Ini adalah proses homeostasis.
B. ETIOLOGI
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
integritas kulit menurut NANDA (2018) ,yaitu agen cedera kimiawi, ekskresi,
kelembapan, hipertermia, hipotermia, lembab, tekanan pada tonjolan tulang, sekresi,
gangguan volume cairan, nutrisis yang tidak adekuat, dan faktor psikogenik.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi menjadi tiga
kategori:
a. mikroorganisme pathogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder
pada kulit
b. penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme pathogen yang
menyebabkan kelainan pada kulit
c. penyakit sistemik yang menimbulkan kelainan kulit karena proses
imunologik
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
a. Gatal
b. Terdapat lesi
c. Infeksi
d. kemerahan (rubor)
e. rasa hangat (kalor)
f. nyeri (dolor)
g. pembengkakan (tumor)
h. Gangguan fungsi kulit (fungsio laesa)
i. Eritema
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya
gangguan integritas kulit yaitu:
a. Pemeriksaan lampu wood
Untuk membantu mengevaluasi penyakit kulit
b. Pemeriksaan diaskopi
Diaskopi membantu pemeriksa menilai seberapa banyak darah intravaskular
sebuah lesi yang merah atau ungu
c. Dermoskopi
Untuk menbantu inspeksi terhadap lapisan kulit epidermis yang lebih dalam
dan dalam lagi secara non-invasif. Dermoskopi sangat berguna untuk lesi
pigmentasi bagi membedakan corak pertumbuhan yang jinak atau ganas.
d. pemeriksaan PA seperti biopsi kulit
e. pemeriksaan mikrobiologi
f. pemeriksaan labolatorium
1) Lab darah
2) Urin
3) Serologic
g. Radiologi
h. tes alergi
H. DIAGNOSA BANDING
a. Bercak eritem
1) Psoriasis
2) Tinea circinata
3) Dermatitis seboroik
b. Bercak putih
1) Vitiligo
2) Pitiriasis versikolor
3) Pitiriasis alba
c. Nodula
1) Neurofibromatosis
2) Sarkoma Kaposi
3) Veruka vulgaris
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
a. ENL
1) Antipiretik dan analgetik : paracetamol atau metampiron 4x500 mg
2) Kortikosteroid seperti prednisone dengan dosis permulaan 20-
40mg/hari dibagi dalam 4 dosis
3) Klofazimin 300 mh/hari
4) Obat antikusta yang lain diteruskan
b. Reaksi reversal
1) Jika timbul neuritis berikan kortikosteroid : prednisone 30-60mg/hari
2) Obat antikusta yang lain diteruskan
3) Analgetik dan antipiretik jika perlu
4) Penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit
c. Konseling dan edukasi
1) Individu dan keluarga diberikan penjelasan tentang lepra, terutama
cara penularan dan pengobatannya
2) Dari keluarga diminta untuk membantu memonitor pengobatan
pasien sehingga dapat tuntas sesuai waktu pengobatan.
3) Apabila terdapat tanda dan gejala serupa pada anggotakeluarga
lainnya, perlu dibawa dan diperiksakan kepelayanan kesehatan.
J. KOMPLIKASI
1. Ulserasi
2. Mutilasi
3. deformitas.
K. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada
tipe I, reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanya gangguan
saraf tepi motorik.
1) System Pengelihatan
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi sehingga
reflek kedip berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan, dan
saraf tepi motorik terjadi kelemahan mata akan lagophthalmos jika ada
infeksi akan buta. Pada morbus hansen tipe II reaksi berat, jika terjadi
peradangan pada organ-organ tubuh akan mengakibatkan irigocyclitis.
Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata akan
rontok.
2) System Pernafasan
Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapat
gangguan pada tenggorokan.
3) System Persarafan
a. Kerusakan Fungsi Sensorik
Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya kurang/ mati rasa.
Akibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi luka,
sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
b. Kerusakan Fungsi Motorik
Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/ lumpuh dan lama-
lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan. Jari-jari
tangan dan kaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan
pada sendi (kontraktur), bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata
tidak dapat dirapatkan (lagophthalmos).
c. Kerusakan Fungsi Otonom
Terjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan
sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan
akhirnya dapat pecah-pecah.
4) System Musculoskeletal
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan atau
kelumpuhan otot tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
5) System Integumen
Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem
(kemerah-merahan), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika ada
kerusakan fungsi otonom terjadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar
minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit kering, tebal, mengeras
dan pecah-pecah. Rambut: sering didapati kerontokan jika terdapat bercak.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit (00046)
b. Defisit perawatan diri (00110)
c. Resiko infeksi (00004)
d. Ketidakseimbangan nutrisi dari kebutuhan tubuh (00002)
3. Intervensi keperawatan
D. Discharge Planning
Discharge planning pada itergritas kulit adalah kulit akan menggambarkan pentingnya menjaga kulit dalam
kondisi utuh dan sehat. Dengan memahamitentang struktur kulit, kita akan selalu mempertahankan kesehatan
kulit dan mendukung penyembuhan luka. Kulit yang utuh dan sehat akan melindungi kita dari cedera
kimiawi dan mekanik. Saat kulit cedera, epidermis berfungsi melindungi dari serangan mikroorganisme
pathogen. pencegahan kelainan kulit yang ditimbulkan infeksi dapat dibagi menjadi tiga kategori:
a. mikroorganisme pathogen dari aliran darah menyebabkan infeksi sekunder pada kulit
b. penyebaran toksin spesifik yang berasal dari mikroorganisme pathogen yang menyebabkan kelainan pada
kulit
c. penyakit sistemik yang menimbulkan kelainan kulit karena proses imunologik
DAFTAR PUSTAKA
Octa. 2010. Itergritas Kulit Masalah Kesehatan Masyarakat Yang Serius. Diakses tanggal 06 November 2017.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G, Bare. 2011. Keperawatan Itergritas Kulit Brunner & Suddarth, Vol 2. Jakarta
: EGC
Sustrani Lanny Dkk. 2012. Diabetes. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Timby, Barbara K & Nancy E, Smith. 2010. Introductory Medical-Surgical Nursing 9th Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins
Wilkinson, Judith M. 2012. Nursing Diagnosis Handbook With NIC Interventions And NOC Outcomes. New
jersey : pearson prentice hall