ERITRODERMA
A. DEFINISI
Eritroderma ( dermatitis eksfoliativa ) adalah kelainan kulit yang ditandai dengan
adanya eritema seluruh / hampir seluruh tubuh , biasanya disertai skuama ( Arief
Mansjoer , 2000 : 121 ).
Eritroderma merupakan inflamasi kulit yang berupa eritema yang terdapat hampir
atau di seluruh tubuh ( www. medicastore . com ).
Dermatitis eksfoliata generalisata adalah suatu kelainan peradangan yang ditandai
dengan eritema dan skuam yang hampir mengenai seluruh tubuh ( Marwali
Harahap , 2000 : 28 )
Dermatitis eksfoliata merupakan keadaan serius yang ditandai oleh inflamasi yang
progesif dimana eritema dan pembentukan skuam terjadi dengan distribusi yang
kurang lebih menyeluruh ( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 ).
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebabnya , penyakit ini dapat dibagikan dalam 2 kelompok :
1. Eritrodarma eksfoliativa primer
Penyebabnya tidak diketahui. Termasuk dalam golongan ini eritroderma iksioformis
konginetalis dan eritroderma eksfoliativa neonatorum(50 % ).
C. ANATOMI
Kulit mepunyai tiga lapisan utama : Epidermis , Dermis dan Jaringan sub kutis.
Epidermis ( lapisan luar ) tersusun dari beberapa lapisan tipis yang mengalami
tahap diferensiasi pematangan.
Kulit ini melapisi dan melindungi organ di bawahnya terhadap kehilangan air ,
cedera mekanik atau kimia dan mencegah masuknya mikroorganisme penyebab
penyakit. Lapisan paling dalam epidermis membentuk sel sel baru yang
bermigrasi kearah permukaan luar kulit. Epidermis terdalam juga menutup luka dan
mengembalikan integritas kulit sel sel khusus yang disebut melanosit dapat
ditemukan dalam epidermis. Mereka memproduksi melanin , pigmen gelap kulit.
Orang berkulit lebih gelap mempunyai lebih banyak melanosit aktif.
D. PATOFISIOLOGI
Pada dermatitis eksfoliatif terjadi pelepasan stratum korneum ( lapisan kulit yang
paling luar ) yang mencolok yang menyebabkan kebocoran kapiler ,
hipoproteinemia dan keseimbangan nitrogen yang negatif . Karena dilatasi
pembuluh darah kulit yang luas , sejumlah besar panas akan hilang jadi dermatitis
eksfoliatifa memberikan efek yang nyata pada keseluruh tubuh.
Pada eritroderma terjadi eritema dan skuama ( pelepasan lapisan tanduk dari
permukaan kult sel sel dalam lapisan basal kulit membagi diri terlalu cepat dan sel
sel yang baru terbentuk bergerak lebih cepat ke permukaan kulit sehingga tampak
sebagai sisik / plak jaringan epidermis yang profus.
Mekanisme terjadinya alergi obat seperti terjadi secara non imunologik dan
imunologik ( alergik ) , tetapi sebagian besar merupakan reaksi imunologik. Pada
mekanismee imunologik, alergi obat terjadi pada pemberian obat kepada pasien
yang sudah tersensitasi dengan obat tersebut. Obat dengan berat molekul yang
rendah awalnya berperan sebagai antigen yang tidak lengkap ( hapten ). Obat /
metaboliknya yang berupa hapten ini harus berkojugasi dahulu dengan protein
misalnya jaringan , serum / protein dari membran sel untuk membentuk antigen
obat dengan berat molekul yang tinggi dapat berfungsi langsung sebagai antigen
lengkap.
( Brunner & Suddarth vol 3 , 2002 : 1878 )
E. PATHWAY
F. MANIFESTASSI KLINIS
Eritroderma akibat alergi obat , biasanya secara sistemik. Biasanya timbul
secara akut dalam waktu 10 hari. Lesi awal berupa eritema menyeluruh , sedangkan
skuama baru muncul saat penyembuhan.
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit yang tersering addalah psoriasis
dan dermatitis seboroik pada bayi ( Penyakit Leiner ).
Eritroderma karena psoriasis
Ditemukan eritema yang tidak merata. Pada tempat predileksi psoriasis dapat
ditemukan kelainan yang lebih eritematosa dan agak meninngi daripada sekitarnya
dengan skuama yang lebih kebal. Dapat ditemukan pitting nail.
Penyakit leiner ( eritroderma deskuamativum )
Usia pasien antara 4 -20 minggu keadaan umum baik biasanya tanpa keluhan.
Kelainan kulit berupa eritama seluruh tubuh disertai skuama kasar.
Eritroderma akibat penyakit sistemik , termasuk keganasan. Dapat ditemukan
adanya penyakit pada alat dalam , infeksi dalam dan infeksi fokal. ( Arif Masjoor ,
2000 : 121 )
G. KOMPLIKASI
Komplikasi eritroderma eksfoliativa sekunder :
- Abses - Limfadenopati
- Furunkulosis - Hepatomegali
- Konjungtivitis - Rinitis
- Stomatitis - Kolitis
- Bronkitis
( Ruseppo Hasan , 2005 : 239 : Marwali Harhap , 2000 , 28 )
H. PENGKAJIAN FOKUS
Pengkajian keperawatan yang berkelanjutan dilaksanakan untuk mendeteksi infeksi.
Kulit yang mengalami disrupsi , eritamatosus serta basah amat rentan terhadap
infeksi dan dapat menjadi tempat kolonisasi mikroorganisme pathogen yang akan
memperberat inflamasi antibiotik , yang diresepkan dokter jika terdapat infeksi ,
dipilih berdasarkan hasil kultur dan sensitivitas.
I. BIODATA
Jenis Kelamin
Biasnya laki lak 2 -3 kali lebih banyak dari perempuan.
Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit dahulu ( RPM )
Meluasnya dermatosis keseluruh tubuh dapat terjadi pada klien planus , psoriasis ,
pitiasis rubra pilaris , pemfigus foliaseus , dermatitis. Seboroik dan dermatosiss
atopik , limfoblastoma.
Riwayat Penyakit Sekarang
Mengigil panas , lemah , toksisitas berat dan pembentukan skuama kulit.