Disusun Oleh:
FADILA PEBRIA ANANDA RAHMAWATI
21.049
II A
a. Epidermis
Epidermis sering kita sebut sebagai kulit luar. Epidermis merupakan
lapisan teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda :
400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-
150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki
rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan :
a) Melanosit, yaitu sel yang menghasilkan melanin melalui proses
melanogenesis.Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis.
Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons
terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang
melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan
sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen
melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin,
semakin gelap warnanya. Sebagian besar orang yang berkulit gelap dan
bagian-bagian kulit yang berwarna gelap pada orang yang berkulit cerah
(misal puting susu) mengandung pigmen ini dalam jumlah yang lebih
banyak. Warna kulit yang normal bergantung pada ras dan bervariasi dari
merah muda yang cerah hingga cokelat. Penyakit sistemik juga akan
memengaruhi warna kulit . Sebagai contoh, kulit akan tampak kebiruan
bila terjadi inflamasi atau demam. Melanin diyakini dapat menyerap
cahaya ultraviolet dan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek
pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya.
b) Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan
sumsum tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat,
mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T.
Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi
kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh
epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau
mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan suatu
serangan imun. Sel Langerhans mungkin bertanggungjawab
mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan neoplastik.
Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf- sarah
simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf
dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit.
Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan
meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak
sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker.
c) Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor
sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin
difus.
d) Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga
paling dalam
b. Dermis
Dermis atau cutan (cutaneus), yaitu lapisan kulit di bawah epidermis.
Penyusun utama dari dermis adalah kolagen. Membentuk bagian terbesar
kulit dengan memberikan kekuatan dan struktur pada kulit, memiliki
ketebalan yang bervariasi bergantung pada daerah tubuh dan mencapai
maksimum 4 mm di daerah punggung.
Dermis terdiri atas dua lapisan dengan batas yang tidak nyata, yaitu
stratum papilare dan stratum reticular.Stratum papilare, yang merupakan
bagian utama dari papila dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar. Pada
stratum ini didapati fibroblast, sel mast, makrofag, dan leukosit yang
keluar dari pembuluh (ekstravasasi). Lapisan papila dermis berada
langsung di bawah epidermis tersusun terutama dari sel-sel fibroblas yang
dapat menghasilkan salah satu bentuk kolagen, yaitu suatu komponen dari
jaringan ikat. Dermis juga tersusun dari pembuluh darah dan limfe, serabut
saraf , kelenjar keringat dan sebasea, serta akar rambut. Suatu bahan mirip
gel, asam hialuronat, disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat. Bahan ini
mengelilingi protein dan menyebabkan kulit menjadi elastis dan memiliki
turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah, saraf
sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar
keringat dan palit.Stratum retikulare, yang lebih tebal dari stratum papilare
dan tersusun atas jaringan ikat padat tak teratur (terutama kolagen tipe I).
c. Hipodermis atau Subkutan
Jaringan Subkutan atau hipodermis merupakan lapisan kulit yang paling
dalam. Lapisan ini terutama berupa jaringan adiposa yang memberikan
bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang.
Banyak mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan syaraf juga
terdapat gulungan kelenjar keringat dan dasar dari folikel rambut. Jaringan
ini memungkinkan mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan
penyekatan panas tubuh (Holbrook,1991). Lemak atau gajih akan
bertumpuk dan tersebar menurut jenis kelamin seseorang, dan secara
parsial menyebabkan perbedaan bentuk tubuh laki-laki dengan perempuan.
Makan yang berlebihan akan meningkatkan penimbunan lemak di bawah
kulit. Jaringan subkutan dan jumlah lemak yang tertimbun merupakan
faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. Tidak seperti epidermis dan
dermis, batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas.
Pada bagian yang banyak bergerak jaringan hipodermis kurang, pada
bagian yan melapisi otot atau tulang mengandung anyaman serabut yang
kuat. Pada area tertentu yng berfungsi sebagai bantalan (payudara dan
tumit) terdapat lapisan sel-sel lemak yang tipis. Distribusi lemak pada
lapisan ini banyak berperan dalam pembentukan bentuk tubuh terutama
pada wanita.
2) Fisiologi
Terdapat sebuah tanda bekas gigitan/taring, serta edem lokal, tidak disertai gejala
sistemik dan koagulopati.
Di klinik diagnosa mesti ditetapkan dan pasien segera memasang dua jalan
intravena untuk mengalirkan larutan intravena dan jalan lain disediakan waktu
darurat. cepat dilakukan analisis laboratorium seperti darah tepi lengkap, PT,
APTT, fibrinogen, elektrolit, urinalisis serta kadar ureum dan kreatinin darah.
Pasien diberi injekan toksoid tetanus dan serum anti bisa ular
dipertimbangkan. Perhitungan di situs patokan mesti dinilai untuk menentukan
perkembangan. Terkadang mesti dilakukan eksisi dan suction racun saat
membersihkan luka. Saat ini masih menjadi perdebatan tentang pembedahan
(fasciotomy) pada pasien patokan ular beracun. Fasiotomi dilakukan bila
terjadi edema yang meluas dan terjadi sindrom kompartemen (kondisi
penyumbatan berat pada tungkai yang mengalami revaskularisasi serta
menyebabkan edema, akibat kenaikan permeabilitas kapiler dan hiperemia).
Pada semua kejadian patokan ular, mesti diberikan antibiotik spektrum luas
serta kortikosteroid, walaupun pembagian kortikosteroid belum terselesaikan
(Furqon et al., 2022)
Pada tahun 2000 di bulan Desember ada produk baru yaitu Crotalinae
Polyvalent Immune Fab (ovine) anti racun yang tebuat dari serum domba.
Serum Fab ini ternyata lima kali lebih kuat dan efektif sebagai anti racun ular
dan langka terjadi komplikasi akibat pemberiannya. Pemakaian serum Fab
disarankan dilarutkan memakai 250 ml NaCl 0,9% dan diberikan lebih dari
satu jam secara intravena. Untuk penderita yang kecil (bobot kurang dari 10
kg), volume cairan bisa menyesuaikan. Jumlah pemakaian anti racun ular
tersangkut pada tingkat keparahan kasusnya. Kasus dengan grade none tidak
diberikan antivenom, untuk kasus grade minimal 1-5 vial, sedang serta berat
lebih dari 15 vial (Kurniawan et al., 2017).
Antibiotik diberikan secara rutin, karena infeksi bisa terjadi di area patokan.
Pemberian antibiotik masih kontroversial, tetapi Blaylock pada tahun 1999
dari analisisnya menemukan bahwa 18 dari 20 pasien memiliki kultur darah
positif bakteri gram negatif aerobik
(k) PemeriksaanGenetalia
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen nyeri
fisiologi (iskemia) ….x.. jam pasien diharapkan tingkat nyeri 1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
(tim pokja SDKI PPNI, 2017) menurun dibuktikan dengan kriteria hasil : frekuensi, kulaitas, intensitas nyeri
a. Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri
b. Meringis menurun 3) identifikasi respon nyeri non verbal
c. Gelisah menurun 4) Berikan posisi yang nyaman
d. Ttv membaik 5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
(Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018) mengurangi nyeri (misalnya relaksasi nafas
dalam)
(Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
Hipertermi berhubungan dengan proses Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1) Observasi suhu tubuh pasien
inflamasi aktif ….x24 jam Suhu tubuh pasien turun dengan 2) Beri kompres air hangat
(tim pokja SDKI PPNI, 2017) kriteria hasil : 3) Berikan/anjurkan pasien untuk banyak minum
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 – 37 oc) 1500-2000 cc/hari (sesuai toleransi)
4) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang
tipis dan mudah menyerap keringat
5) Observasi intake dan output, tanda vital (suhu,
nadi, tekanan darah) tiap 3 jam sekali atau sesuai
indikasi
6) Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan
pemberian obat sesuai program.
DAFTAR PUSTAKA
Furqon, M. R. N., Fitriani, A., & Rahmat, G. (2022). Assistancy in Nursing Care of
Medical Surgical Nursing for Patients with Integument System Problem (Snake
Bite) in Anggrek Room, General Hospital of Banjar. Kolaborasi Inspirasi
Masyarakat Madani, 002(002), 160–175.
Kurnia Putra, D. D. (2019). Gambaran Kasus Kejadian Gigitan Ular di Instalansi Gawat
Darurat Rumah Sakit Perifer di Jember. Jurnal Reptilia, 2(1), 1–99.
https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/92874
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
(Edisi 1). Persatuan Perawat Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) (Edisi
1). Persatuan Perawat Indonesia.
Wintoko, R., & Prameswari, N. P. (2020). Manajemen Gigitan Ular. Jurnal Kesehatan
Universitas Lampung, 4(1), 45–52.