Anda di halaman 1dari 46

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK PANCA INDERA


“BERCAK MERAH & GATAL DI
SELANGKANGAN”

Kelompok A5

Ketua : Aswan Bagastoro (1102014045)


Sekretaris : Andinnya Cesalia Putri (1102014028)
Anggota : Nurhalimah (1102010212)
Roesa Dahliana Ibrahim (1102011243)
Ahmad Fauzi (1102014006)
Aminatuz Zahrah (1102014028)
Hilda Utami (1102014121)
Kinanthi Setya P (1102014145)
Kurnia Hasanah (1102014146)

Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi


Jakarta
2017
SKENARIO 3

BERCAK MERAH & GATAL DI SELANGKANGAN

Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan bercak merah
& gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang
timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau
menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan
setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal
Pada pemeriksaan dermatologis : Regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha
tampak lesi multiple, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukura bervariasi dari diameter
0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan efloresensi berupa plak eritem,
sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central
healing dengan ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta control rutin dan menjaga serta
memelihara kesehatan kulit sesuai tuntutan ajaran Islam.
Kata Sulit

1. Efloresensi : Perubahan warna kulit yang dapat diamati dengan mata telanjang (cth:
macula, papula, nodul)
2. Likhenifikasi: Pengerasan dan penebalan kulit.
3. Central healing: Suatu kelianan kulit dimana lesi pada bagian tengah tampak seolah
olah sembuh, sedangkan bagian tepi terlihat aktif.
4.Skuama: Pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit
5. Regioner: Daerah yang terlokalisir
6. Eritem : Perubahan warna kulit tanpa diikuti perubahan bentuk menjadi warna
merah
7. Bruntus : Papula yaitu penonjolan kuit yang solid dengan diameter dibawah 1 c,
8. Hiperpigmentasi : Penimbunan pigmen berlebih yang membuat kulit tampak lebih
gelap
PERTANYAAN

1) Apa hubungan menstruasi dengan keluhan pasien?


2) Mengapa keluhan meningkat saat berkeringat, berat badan meningkat serta
mengenakan celana berlapis?
3) Mengapa timbul rasa gatal saat berkeringat?
4) Mengapa central healing dapat muncul?
5) Apa diagnosis dari scenario ini?
6) Mengapa kulitnya menjadi gelap?
7) Mengapa keluhan dirasakan di selangkangan?
8) Bagaimana cara menjaga kesehatan kulit secara Islam?
9) Adakah hubungan usia dengan penyakit ini?
10) Mengapa gejala hilang timbul?
11) Apa kemungkinan penyebab dari scenario ?
12) Apakah penyakit ini menular?
13) Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis?
14) Tatalaksana yang dilakukan?
15) Komplikasi yang terjadi pada scenario?
16) Pencegahan yang dilakukan untuk menangani penyakit ini?
JAWABAN

1. Menstruasi menyebabkan daerah tersebut lebih lembab


2. Berat badan meningkat sehingga bagian paha menjadi lembab karena adanya
lipatan pada tempat tersebut serta Berat badan berlebih menghasilkan keringat
lebih.
3. Gatal karena adanya proses inflamasi oleh hifa jamur yang dapat melepaskan
histamine
4. Central healing merupakan tanda khas infeksi jamur
5. Dermatomikosis merupakan tiper dermatofitosis
6. KArena proses penyembuhan dari stratum korneum yang mati lalu menumpuk dan
menebal
7. Selangkangan merupakan daerah yang tertutup, menybabkan kelembapan.
Daerah lain pun bisa

8. Berwudhu, menutup aurat, mandi, melakukan mandi wajib setelah menstruasi,


menjaga kebersihan seluruh anggota tubuh.

9. Tidak ada hubungan. Asalkan dapat menjaga kebersihan


10. Hilang timbul akibat pengobatan yang tidak adekuat, bisa juga karena pengaruh
menstruasi yang tidak mejaga kebersihan
11. Jamur
12. Menular, melalui kontak langsung dan tidak langsung
13. Inspeksi, pemeriksaan kultur, dan swab
14. Antihistamin (simpatik), anti jamur biasanya topical (salep)
15. Infeksi sekunder oleh bakteri
16. Menjaga higenitas, sering mengganti celana dalam, jaga asupan makanan,
menggunakan pakaian yang nyaman yang bisa menyerap keringat
HIPOTESIS

Keringat berlebih, menstruasi dan berat badan berlebih dapat meningkatkan


kelembaban di daerah kulit. Kelembaban ini memicu pertumbuhan jamur. Hifa Jamur
dapat memicu proses inflamasi sehingga timbul central healing, rasa gatal, beruntus
dan likhenifikasi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan inspeksi, kultur, dan swab.
Penanganan untuk pasien tersebut adalah antihistamin dan anti jamur. Jika tidak
ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi seperti infeksi sekunder yang
disebabkan oleh bakteri. Untuk mencegahnya dapat menjaga higenitas, sering
mengganti celana dalam, menjaga asupan makanan, dan menggunakan pakaian yang
nyaman yang dapat menyerap keringat.
SASARAN BELAJAR

LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit


LO.2 Fisiologi Kulit
LO.3 Memahami dan Menjelaskan Dermatofitosis
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Epidemiolgi
3.5 Patofisiologi & Patogenesis
3.6 Manifestasi Klinis
3.7 Diagnosis & Dagnosis Banding
3.8 Tatalaksana
3.9 Komplikasi
3.10 Pencegahan
3.11 Prognosis

LO.4 Menjaga Kebersihan Kulit Menurut Islam


LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Kulit
Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,
yang terdiri atas 3 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium
3. Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau
subkutis)

Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah
kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang
pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.
Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu
perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat
ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit merupakan
bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat
tubuh.
Maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi
bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi; glandula sudorifera
(kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit
tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian
kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5
cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah
1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi
menjadi:

A. Kulit Tebal
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki
folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan
crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi
kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah
papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis. Pada tonjolan epidermis
antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera
untuk menembus epidermis.

1. Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami
keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan
melanosit untuk sintesa melanin.

Struktur histologis

Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum
germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel
– sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan
berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir –
butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum
malpighi atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan
adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel –
sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang
berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri.
Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan
interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang
menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum.
Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel
yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya
didalamnya mengandung butir-butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan
hematoxylin (butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan
pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan
dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses
tersebut, misalnya pada kuku. Makin ke arah permukaan butir – butir
keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali,
sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum
granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang
telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung
zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri
atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami
kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri
pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi. Pada permukaan,
lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang
disebut sebagai stratum disjunctivum.

2. Dermis

Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :


1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang
membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang
terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut –
serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar
dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan
pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung
butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung
glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.

B. Kulit tipis
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang
merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis, sedangkan ketebalan kulitnya
tergantung dari daerah di tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat
beberapa perbedaan:
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis


Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis. Demikian
pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis. Pada
daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3 cm
atau lebih,misalnya pada perut. Di dalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan
syaraf.
Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga
berasal dari jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan
yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.
Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi
Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom
bebas dan sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi
sangat jarang. Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam
sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.
Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di
sekresikan dan nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal
sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim
fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.
Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam
bentuknya juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron
di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam
sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya
sudah hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang
terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.
Apendiks Kulit

a. Glandula Sudorifera
Bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal
terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria
dan ductus ekskretorius.
Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis.
Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir
pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang
bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi
untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius.
Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis
dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat
yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula
mammae dan glandula areolaris Montogomery

b. Glandula Sebacea

Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan
berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan
kulit. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan
folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya
terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.

c. Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut
pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat
dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh
hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah
invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya
mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus
rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler
yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.

Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak
papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang
akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari
akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok
padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke
tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar
menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari
dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy
membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut
dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan
tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian
yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang
terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat
butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi
keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang
terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi
dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung
akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan
dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan
batang rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin,
ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga
menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga
menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut
disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel
medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan
memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan
yang dibahas bagi epidermis.
d. Kuku

Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs
distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan
yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan
terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan
mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai
keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed.
Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alurkuku adalah akar
kuku(radix unguis).

Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum
basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal
kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat
penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.
LO.2 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan
dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan
membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang segar,
lembab, halus, lentur dan bersih. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang
melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di
dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika
ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 %
dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari
berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.

Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme biologis, seperti


pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi dan pelepasan sel-sel
kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan
keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar
ultra violet matahari. Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan
seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak
dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak
dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan
pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam
maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar
kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah
kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan
dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit. Sifat-sifat
anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat
anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di
masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki,
kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya.

Fungsinya masing - masing. Kulit di daerah – daerah tersebut berbeda


ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula
dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada
permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola
yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti
yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan
pola sidik jari (dermatoglifi).

Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luar dari kepala
sampai ke kaki. Kulit wajah yang sehat dan cantik akan tampak kencang, lentur, dan
lembab, kondisi ini tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan
usia, ketika kondisi tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga suram
dan berkeriput. Keadaan ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan.
Saat itu fungsi kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering
dibandingkan dengan sebelumnya.
Diduga dengan bertambahnya usia, kadar asam amino pembentuk kalogen pun
berkurang sehingga kalogen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen
kehilangan kelembaban dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang
itu tak mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua
yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan molekul
kalogen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih
cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas. Kapan
tanda-tanda penuaan itu muncul, tergantung pada usaha kita untuk melindungi dan
merawatnya secara baik.

Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :

Fungsi Proteksi

Kulit melindungi bagian dalam tubuh manusia terhadap gangguan fisik


maupun mekanik, misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi, seperti zat-
zat kimia iritan (lisol, karbol, asam, atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau
dingin, gangguan sinar radiasi tau sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur, bakteri
atau virus.

Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak


subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai
pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang
menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya
lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0
– 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang
ingin masuk ke dalam kulit.

Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk


melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit
berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke
dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-
sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit
dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut.
Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling permeabel,
disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak tangan dan telapak
kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya sehingga hampir tidak dapat
dilalui komponen apapun.

Fungsi Absorpsi

Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang
larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan
kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi,


kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit.
Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.
Fungsi Ekskresi

Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau


sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak.
Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari
ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion
yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa.

Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara
meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk
keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi
secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi
sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss)
dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.

Fungsi Pengindra (Sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan


Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan rangsangan panas
diperankan oleh badan Krausse. Badan taktil Meissner yang terletak di papil dermis
menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-Renvieryang terletak di
epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.

Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan


mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat,
kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan
penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi
pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan
panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini
cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang
mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada bayi
belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum berjalan
dengan baik

Fungsi Pembentukan Pigmen (Melanogenesis)

Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel
ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta
jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat
dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh
sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari
mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan
meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-
tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar
melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya
kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
Fungsi Keratinisasi

Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang
kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum,
terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum.
Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang
menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati,
protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel
tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang
terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk
berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna
untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik.
Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat
bersisik, tebal, dan kering.

Fungsi Produksi Vitamin D

Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah
dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari
luar melaui makanan.

Fungsi Ekspresi Emosi

Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,
kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan
dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah
kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan
pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah,
berminyak, dan menyebarkan bau khas.
Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama
seperti organ tubuh lain.

Pembentukan warna pada kulit

Warna pada kulit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pigmentasi epidermis dan
sirkulasi kapiler yang ada di lapisan dermis. Pigmentasi epidermis dipengaruhi oleh
dua pigmen, yaitu karoten dan melanin.

Karoten merupakan pigmen merah-jingga yang berakumulasi di epidermis.


Paling banyak terdapat di stratum korneum pada orang berkulit terang, juga di
jaringan lemak pada lapisan dermis dan subkutis. Perubahan warna yang diakibatkan
oleh karoten paling terlihat pada orang berkulit pucat, sedangkan pada orang berkulit
gelap sulit terlihat. Karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A yang diperlukan
untuk pemeliharaan epitel dan sintesis fotoreseptor di mata.
Melanin merupakan pigmen kuning-coklat, atau hitam yang diproduksi oleh
melanosit. Melanosit sendiri berada di antara sel-sel basal dan memiliki juluran ke
sel-sel di atasnya. Perbandingan jumlah melanosit dan sel basal bervariasi, mulai dari
1:20 sampai 1:4. Badan Golgi melanosit membentuk melanin dari tyrosin dengan
bantuan Cu dan oksigen, lalu mengemasnya menjadi vesikel-vesikel melanosom.
Melanosom ini akan dihantarkan melalui juluran melanosit dan mewarnai sel-sel
keratin di atasnya sampai didegradasi oleh lisosom.

Jumlah melanosit baik pada orang kulit hitam maupun kulit putih adalah sama, yang
berbeda adalah aktivitas dan produksi pigmennya (melanosit). Pada orang kulit pucat
transfer melanosom hanya sebatas stratum spinosum, sedangkan pada orang berkulit
gelap melanosom dapat dihantarkan hingga ke stratum granulosum.

LO.3 Memahami dan Menjelaskan Dermatofitosis


3.1 Definisi
Dermatofitosis (Tinea) adalah infeksi jamur dermatofit (species
microsporum, trichophyton, dan epidermophyton) yang menyerang epidermis
bagian superfisial (stratum korneum), kuku dan rambut. Microsporum
menyerang rambut dan kulit. Trichophyton menyerang rambut, kulit dan kuku.
Epidermophyton menyerang kulit dan jarang kuku.

3.2 Etiologi
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi:
microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak
ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah:
E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum,
T.schoeleini dan T. tonsurans.
Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh
manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual
dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:

SPECIES CLASSIFICATION (NATURAL RESERVOIR)


Microsporum audouinii Anthropophilic
Microsporum canis Zoophilic (Cats and dogs)
Microsporum cooeki Geophilic (also isolated from furs of cats, dogs, and rodents)
Microsporum ferrugineum Anthropophilic
Microsporum gallinae Zoophilic (fowl)
Microsporum gypseum Geophilic (also isolated from fur of rodents)
Microsporum nanum Geophilic and zoophilic (swine)
Microsporum persicolor Zoophilic (vole and field mouse)
Tabel 2.1 Spesies Microsporum.
Koloni mikrosporum adalah glabrous, serbuk halus, seperti wool atau
powder. Pertumbuhan pada agar Sabouraud dextrose pada 25°C mungkin
melambat atau sedikit cepat dan diameter dari koloni bervariasi 1- 9 cm
setelah 7 hari pengeraman. Warna dari koloni bervariasi tergantung pada jenis
itu. Mungkin saja putih seperti wol halus yang masih putih atau menguning
sampai cinamon.

Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton
floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai
non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan
infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering
dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis,
tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada
lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam
10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni
kuning kecoklat-coklatan.
Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang
atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic,
zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau
Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu
penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.

NATURAL HABITATS OF TRICHOPHYTON SPECIES

Species Natural Reservoir

Ajelloi Geophilic

Concentricum Anthropophilic

Equinum zoophilic (horse)

Erinacei zoophilic (hedgehog)

Flavescens geophilic (feathers)

Gloriae Geophilic

Interdigitale Anthropophilic

Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) /
anthropophilic

Phaseoliforme Geophilic

Rubrum Anthropophilic

Schoenleinii Anthropophilic

Simii zoophilic (monkey, fowl)

Soudanense Anthropophilic

Terrestre Geophilic

Tonsurans Anthropophilic

Vanbreuseghemii Geophilic

Verrucosum zoophilic (cattle, horse)

Violaceum Anthropophilic

Yaoundei anthropophilic

Tabel 2.2 Spesies Trichophyton.

3.3 Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah
berdasarkan lokasi
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,
dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5
bentuk tinea diatas.

Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti
khusus, yaitu:
a. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris
dan disebabkan oleh tricophyton concentricum.
b. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh
tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan
berbau seperti tikus (mousy odor).
c. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari
morfologinya.
d. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh
karena telah diobati dengan steroid topical kuat.

Dermatofitosis

Tinea Kapitis

Biasanya penyakit ini banyak menyerang anak-anak dan sering


ditularkan melalui binatang- binatang peliharaan seperti kucing, anjing dan
sebagainya.
Berdasarkan bentuk yangkhas Tinea Kapitis dibagi dalam 4 bentuk :

Gray pacth ring worm


Penyakit ini dimulai dengan papel merah kecil yang melebar ke
sekitarnya dan membentuk bercak yang berwarna pucat dan bersisik. Warna
rambut jadi abu-abu dan tidak mengkilat lagi, serta mudah patah dan terlepas
dari akarnya, sehingga menimbulkan alopesia setempat. Dengan pemeriksaan
sinar wood tampak flourisensi kekuning-kuningan pada rambut yang sakit
melalui batas “Grey pacth” tersebut. Jenis ini biasanya disebabkan spesies
mikrosporon dan trikofiton.

Black dot ring worm


Terutama disebabkan oleh Trikofiton Tonsurans, T. violaseum,
mentagrofites. infeksi jamur terjadi di dalam rambut (endotrik) atau luar
rambut (ektotrik) yang menyebabkan rambut putus tepat pada permukaan kulit
kepala. Ujung rambut tampak sebagai titik-titik hitam diatas permukaan ulit,
yang berwarna kelabu sehingga tarnpak sebagai gambaran ” back dot”.
Biasanya bentuk ini terdapat pada orang dewasa dan lebih sering pada wanita.
Rambut sekitar lesi juga jadi tidak bercahaya lagi disebabkan kemungkinan
sudah terkena infeksi penyebab utama adalah Trikofiton tonsusurans dan
T.violaseum

Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang
hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil
yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di
daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan
meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik.
Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum ,
T.tonsurans dan T. Violaseum.

Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit
yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus
“moussy odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak
mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan
alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T.
violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai
penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini
harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis
vulgaris dan Dermatitis seboroika.

Tinea Korporis

Penyakit ini banyak diderita oleh orang-orang yang kurang mengerti


kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat serta
kelembaban kulit yang lebih tinggi. Predileksi biasanya terdapat dimuka,
anggota gerak atas, dada, punggung dan anggota gerak bawah.

Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong
dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-
bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis,
arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda
eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama
dengan Tinea kruris.

Penyebab utamanya adalah : T.violaseum, T.rubrum, T.metagrofites.


Mikrosporon gipseum, M.kanis, M.audolini. Penyakit ini sering menyerupai :
1) Pitiriasis rosea, 2) Psoriasis vulgaris, 3) Morbus hansen tipe tuberkuloid,
dan 4) Lues stadium II bentuk makulo-papular.

Tinea Kruris

Penyakit ini memberikan keluhan perasaan gatal yang menahun,


bertambah hebat bila disertai dengan keluarnya keringat. Kelainan yang
timbul dapat bersifat akut atau menahun. Kelainan yang akut memberikan
gambaran yang berupa makula yang eritematous dengan erosi dan kadang-
kadang terjadi ekskoriasis. Pinggir kelainan kulit tampak tegas dan aktif.
Apabila kelainan menjadi menahun maka efloresensi yang nampak hanya
makula yang hiperpigmentasi disertai skuamasi dan likenifikasi. Gambaran
yang khas adalah lokalisasi kelainan, yakni daerah lipat paha sebelah dalam,
daerah perineum dan sekitar anus. Kadang-kadang dapat meluas sampai ke
gluteus, perot bagian bawah dan bahkan dapat sampai ke aksila. Penyebab
utama adalah Epidermofiton flokkosum, Trikofiton rubrum dan
T.mentografites.

Tinea Pedis

Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”.
Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di
tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang
yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara.
Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang
hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.

Ada 3 bentuk Tinea pedis yaitu sebagai berikut :


Bentuk intertriginosa
Keluhan yang tampak berupa maserasi, skuamasi serta erosi, di celah-
celah jari terutama jari IV dan jari V. Hal ini terjadi disebabkan kelembaban di
celah-ceIah jari tersebut membuat jamur-jamur hidup lebih subur. Bila
menahun dapat terjadi fisura yang nyeri bila kena sentuh. Bila terjadi infeksi
dapat menimbulkan selulitis atau erisipelas disertai gejala-gejala umum.

Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya
hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.

Bentuk vesikuler subakut


Kelainan-kelainan yang timbul di mulai pada daerah sekitar antar jari,
kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Tampak ada vesikel dan
bula yang terletak agak dalam di bawah kulit, diserta perasaan gatal yang
hebat. Bila vesikel-vesikel ini memecah akan meninggalkan skuama
melingkar yang disebut Collorette. Bila terjadi infeksi akan memperhebat dan
memperberat keadaan sehingga dapat terjadi erisipelas. Semua bentuk yang
terdapat pada Tinea pedis, dapat terjadi pada Tinea manus, yaitu
dermatofitosis yang menyerang tangan. Penyebab utamanya ialah : T .rubrum,
T .mentagrofites, dan Epidermofiton flokosum

Tinea Unguium

Penyakit ini dapat dibedakan dalam 3 bentuk tergantung jamur


penyebab dan permulaan dari dekstruksi kuku. Subinguinal proksimal bila
dimulai dari pangkal kuku, Subinguinal distal bila di mulai dari tepi ujung dan
Leukonikia trikofita bila di mulai dari bawah kuku. Permukaan kuku tampak
suram tidak mengkilat lagi, rapuh dan disertai oleh subungual hiperkeratosis.
Dibawah kuku tampak adanya detritus yang banyak mengandung elemen
jamur. Onikomikosis ini merupakan penyakit jamur yang kronik sekali,
penderita minta pertolongan dokter setelah menderita penyakit ini setelah
beberapa lama, karena penyakit ini tidak memberikan keluhan subjektif, tidak
gatal, dan tidak sakit. Kadang-kadang penderita baru datang berobat setelah
seluruh kukunya sudah terkena penyakit. Penyebab utama adalah : T.rubrum,
T.metagrofites

Tinea Imbrikata

Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang
disebabkan oleh Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula
yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas
skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi
tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi
oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh
permukaan tubuh sehingga menyerupai:
Eritrodemia
Pempigus foliaseus
Iktiosis yang sudah menahun
Tinea Barbae

Penderita Tinea barbae ini biasanya mengeluh rasa gatal di daerah


jenggot, jambang dan kumis, disertai rambut-rambut di daerah itu menjadi
putus.
Ada 2 bentuk yaitu superfisialis dan kerion
Superfisialis : kelainan-kelainan berupa gejala eritem, papel dan skuama yang
mula-mula kecil selanjutnya meluas ke arab luar dan memberi gambaran
polisiklik, dengan bagian tepi yang aktif. Biasanya gambaran seperti ini
menyerupai tinea korporis.
Kerion : bentuk ini membentuk lesi-lesi yang eritematous dengan ditutupi
krusta atau abses kecil dengan permukaan membasah oleh karena erosi.
Penyebab utama : Berbagai spesies jamur yang zoofilik misalnya
T.verrucosum

Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit
yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :

Tinea Versikolor

Tinea versikolor/Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering


terjadi disebabkan oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah
penyakit yang kronik dan asimtomatik ditandai oleh bercak putih sampai
coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan dan kadang-
kadang terlihat di ketiak, sela paha, tungkai atas, leher, muka dan kulit kepala.

Pertumbuhannya pada kulit (stratum korneum) berupa kelompok sel-


sel bulat, bertunas, berdinding tebal dan memiliki hifa yang berbatang pendek
dan bengkok, biasanya tidak menyebabkan tanda-tanda patologik selain sisik
halus sampai kasar. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai difus dan
ukuran lesi dapat milier,lentikuler, numuler sampai plakat.

Ada dua bentuk yang sering dijumpai:


Bentuk makuler : Berupa bercak-bercak yang agak lebar, dengan sguama
halus diatasnya dan tepi tidak meninggi.
Bentuk folikuler : Seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut
Mallasezia furfur, merupakan organisme saprofit pada kulit normal.
Bagaimana perubahan dari saprofit menjadi patogen belum diketahui.
Organisme ini merupakan “lipid dependent yeast”. Timbulnya penyakit ini
juga dipengaruhi oleh faktor hormonal, ras, matahari,peradangan kulit dan
efek primer pytorosporum terhadap melanosit.

Timbul bercak putih atau kecoklatan yang kadang-kadang gatal


bila,berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali, tetapi penderita
mengeluh karena malu oleh adanya bercak tersebut. Pada orang kulit
berwarna, lesi yang terjadi tampak sebagai bercak hipopigmentasi, tetapi pada
orang yang berkulit pucat maka lesi bisa berwarna kecoklatan ataupun
kemerahan. Di atas lesi terdapat sisik halus

Piedra

Merupakan infeksi jamur pada rambut sepanjang corong rambut yang


memberikan benjolan-benjolan di luar permukaan rambut tersebut.
Ada dua macam:

Piedra putih

Disebabkan oleh jamur jenis Trikosporon beigelii erupakan yang


terdapat pada rambut. Piedra putih ditemukan pada rambut ketiak dan pubis,
jarang mengenai rambut kepala. Piedra putih terutama terdapat didaerah
subtropis, daerah dingin, (di Indonesia belum ditemukan). Jamur penyebab
piedra putih mempunyai hifa yang tidak berwarna, termasuk moniliaceae.
Jamur berbentuk hifa berukuran 2-4 mikron, artokondria dan blastokonidia.
Benjolan pada piedra putih terlihat lebih memanjang pada rambut dan
anyaman hifa tidak padat. Benjolan mudah dilepas dari rambut. Tidak terlihat
askus pada massa jamur.

Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari
orang yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak
sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala,
dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.

Piedra hitam

Merupakan jamur penyebab piedra hitam (infeksi pada rambut berupa


benjolan yang melekat erat pada rambut, berwarna hitam) yang disebabkan
oleh jamur Piedraia hortae. Penyakit ini umumnya terdapat di daerah tropik,
terutama Indonesia. Jamur ini tergolong kelas ascomycetes dan membentuk
spora seksual. Piedraia hortae, termasuk jamur Dematiaceae. Pada sediaan
langsung dari koloni yang padat ini terlihat hifa hitam berseptum. Dalam
koloni yang padat tersebut juga dibentuk askus yang berisi askospora.

Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan
jamur akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis
piedra hitam ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut.

Otomikosis

Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur
dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk
mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air.
Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada
liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan
ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun
telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi
skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani,
maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada
infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur
kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus, Candida dan
Penicillium.

Jamur penyebab otomikosis merupakan jamur kontaminan yang


terdapat di udara bebas. Aspergillus dan Penicillium membentuk spora
aseksual yang tersusun seperti rantai yang disebut konidia (aleuriospora).
Konidia dibentuk pada ujung hifa khusus yang disebut konidiofor. Spora
aseksual yang dibentuk oleh Mucor dan Rhizopus, ialah sporangiospora yang
letaknya di dalam gelembung sporangium. Rhizopus membentuk rizoid (akar
semu), sedangkan Mucor tidak. Semua jamur ini membentuk koloni filamen
pada biakan.jamur Candida terdiri atas sel-sel ragi yang kadang-kadang
bertunas (blastospora) dan hifa semu (yaitu hifa yang terbentuk dari rantai
blastopora) yang memanjang dan menyempit pada sekatnya. Jamur ini
membentuk koloni :seperti ragi” pada biakan.

Tinea Nigra Palmaris

Tinea nigra ialah infeksi jamur superfisialis yang biasanya menyerang


kulit telapak kaki dan tangan dengan memberikan warna hitam sampai coklat
pada kulit yang terserang dan kadang-kadang tampak bersisik. Penyebabnya
adalah Cladosporium wemecki atau Cladosporium mansoni jamur ini banyak
menyerang anak-anak dengan higiene kurang baik dan orang-orang yang
banyak berkeringat. Tinea nigra palmaris banyak ditemukan di Amerika
Selatan dan Tengah. Penyakit ini jarang ditemukan di Indonesia.

Jamur ini termasuk Dematiaceae yang membentuk koloni berwarna


coklat hitam. Pada biakan tumbuh koloni berwarna hitam dan padat. Sediaan
langsung koloni ini menunjukkan hifa berseptum dan berwarna coklat/hitam
3.4 Epidemiolgi
Indonesia termasuk wilayah yang baik untuk pertumbuhan jamur,
sehingga dapat ditemukan hampir di semua tempat. Menurut Adiguna MS,
insidensi penyakit jamur yang terjadi di berbagai rumah sakit pendidikan di
Indonesia bervariasi antara 2,93%-27,6%. Meskipun angka ini tidak
menggambarkan populasi umum.

Dermatomikosis atau mikosis superfisialis cukup banyak diderita


penduduk negara tropis. Di Indonesia angka yang tepat, berapa sesungguhnya
insiden dermatomikosis belum ada. Di Denpasar, golongan penyakit ini
menempati urutan kedua setelah dermatitis. Angka insiden tersebut
diperkirakan kurang lebih sama dengan di kota-kota besar Indonesia lainnya.
Di daerah pedalaman angka ini mungkin akan meningkat dengan variasi
penyakit yang berbeda.

Sebuah penelitian retrospektif yang dilakukan pada penderita


dermatomikosis yang dirawat di IRNA Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya dalam kurun waktu antara 2 Januari 1998 sampai dengan
31 Desember 2002. Dari pengamatan selama 5 tahun didapatkan 19 penderita
dermatomikosis. Kasus terbanyak terjadi pada usia antara 15-24 tahun
(26,3%), penderita wanita hampir sebanding dengan laki-laki(10:9).
Dermatomikosis terbanyak ialah Tinea Kapitis, Aktinomisetoma, Tinea Kruris
et Korporis, Kandidiasis Oral, dan Kandidiasis Vulvovaginalis.

Jenis organisme penyebab dermatomikosis yang berhasil dibiakkan


pada beberapa rumah sakit tersebut yakni: T.rubrum, T.mentagrophytes,
M.canis, M.gypseum, M.tonsurans, E.floccosum, Candida albicans,
C.parapsilosis, C.guilliermondii, Penicillium, dan Scopulariopsis. Menurut
Rippon tahun 1974 ada 37 spesies dermatofita yang menyebabkan penyakit di
dunia.

Di luar seperti India, berdasarkan penelitian di India yang mengambil


sampel sebanyak 121 kasus (98 pria & 23 perempuan), dermatomikosis
menempati urutan pertama untuk kasus penyakit kulit, 103 kasus (70,5%),
diikuti candidiasis 30 kasus (20,5%) dan pitiriasis versikolor. Di Amerika
endemik dermatomikosis di daerah Utara dan barat Venezuela, brasil, dan
beberapa kasus di laporkan di Columbia dan argentina. Di Eropa infeksi tinea
adalah hal yang umum. Perkiraan insidensi penyakit ini sekitar 10-20%. Di
Eropa dermatomikosis merupakan penyakit kulit yang menempati urutan
kedua. Penyakit ini disebabkan oleh tinea pedis, tinea corporis, tinea cruris,
dan tinea rubrum. Tinea rubrum ditemukan pada 76,2% kasus dermatomikosis
melalui pemeriksaan sampel di Eropa.

Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers)
dan anak usia sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan
juga pada usia dewasa.9
Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:
• Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum
• 27% Trichophyton mentagrophytes
• 7% Trichophyton verrucosum
• 3% Trichophyton tonsurans
• Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii,
Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum
versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii,
and Trichophyton violaceum.

3.5 Patofisiologi & Patogenesis


Terjadinya penularan dermatof itosis adalah melalui 3 cara yaitu:
1. Antropofilik, transmisi dari manusia ke manusia. Ditularkan baik secara
langsung maupun tidak langsung melalui lantai kolam renang dan udara
sekitar rumah sakit/klinik, dengan atau tanpa reaksi keradangan (silent carrier)
2. Zoofilik, transmi si dari hewan ke manusia. Ditularkan melalui kontak
langsung maupun tidak langsung melalui bulu binatang yang terinfeksi dan
melekat di pakaian, atau sebagai kontaminan pada rumah / tempat tidur
hewan, tempat makanan dan minuman hewan. Sumber penularan utama
adalah anjing, kucing, sapi, kuda dan mencit.
3. Geofilik, transmisi dari tanah ke manusia. Secara sporadis menginfeksi
manusia dan menimbulkan reaksi radang.
Untuk dapat menimbulkan suatu penyakit, jamur harus dapat mengatasi
pertahanan tubuh non spesifik dan spesifik. Jamur harus mempunyai kemampuan
melekat pada kulit dan mukosa pejamu, serta kemampuan untuk menembus jaringan
pejamu, dan mampu bertahan dalam lingkungan pejamu, menyesuaikan diri dengan
suhu dan keadaan biokimia pejamu untuk dapat berkembang biak dan menimbul kan
reaksi jaringan atau radang.
Terjadinya infeksi dermatofit melalui tiga langkah utama, yaitu: perlekatan pada
keratinosit, penetrasi melewati dan di antara sel, serta pembentukan respon pejamu.

PERLEKATAN DERMATOFIT PADA KERATINOSIT


Perlekatan artrokonidia pada jaringan keratin tercapai maksimal setelah 6 jam,
dimediasi oleh serabut dinding terluar dermatofit yang memproduksi keratinase
(keratolitik) yang dapat menghidrolisis keratin dan memfasilitasi pertumbuhan jamur
di stratum korneum. Dermatofit juga melakukan aktivitas proteolitik dan lipolitik
yang menyebabkan katabolisme protein ekstrasel di pejamu.
PENETRASI DERMATOFIT MELEWATI DAN DIANTARA SEL
Proses penetrasi menghasilkan sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik 
nutrisi bagi jamur. Diperlukan 4-6 jam untuk penetrasi ke stratum korneum setelah
spora melekat ke keratin.
Dalam upaya bertahan menghadapi imun pejamu, jamur patogen punya
mekanisme,yaitu:
1. Penyamaran
Kapsul polisakarida yang tebal dibentuk  memicu pertumbuhan filamen hifa dan
membentuk biofilamen  bertahan terhadap fagositosis.
2. Pengendalian
Peangaktifan mekanisme  hambat imun pejamu atau mengendalikan respon imun
 pertahanan pejamu tidak efekktif
Contoh: Adhesin di dinding jamur berikatan dengan CD14 dan C3 pada dinding
makrofag aktivasi makrofag terhambat
3. Penyerangan
Produksi molekul perusak pertahanan sistem imun yaitu sekresi toksin atau protease.
Contoh: Katalase dan superoksida dismutase  menurunkan barrier jaringan 
invasi jamur dipermudah.

PERTAHANAN DARI PEJAMU: PERTAHANAN NON SPESIFIK


1. Struktur, keratinisasidan proliferasi epidermis  Barrier masuknya dermatofit.
Stratum korneum secara kontinu diperbarui  keratinisasi sel epidermis 
menyingkirkan dermatofit
2. Akumulasi neutrofil di epidermis menghambat pertumbuhan dermatofit
melalui mekanisme oksidatif.
3. Substansi antijamur  transferrindan a2-makroglobulin keratinase inhibitor
 melawan invasi dermatofit.

PERTAHANAN SPESIFIK
Imunitas humoral maupun cell-mediated immunity (CMI). CMI berhubungan
dengan Delayed Type Hypersensitivity (DTH)  berhubungan dengan penyembuhan
klinis dan pembentukan stratum korneum pada bagian yang terinfeksi.
Kekurangan CMI  mencegah respon efektif infeksi dermatofit kronis atau
berulang.
A) Respon T helper (Th1)  produksi sitokin Th1  respon DTH
B) Sel langerhans.
Infiltrasi radang pada dermatofitosis terdiri dari sel TCD4 dan T CD8
dilengkapi makrofag T CD68 dan sel langerhans Cda1+  pengambilan dan
pemrosesan antigen pada respon Th1
C) Imunitas humoral
Pejamu membentuk berbagai macam antibiotik terhadap infeksi dermatofit.

3.6 Manifestasi Klinis


Timbul akibat substansi-substansi yang dihasilkan oleh jamur seperti :
1. Papul, vesikel, eritema, batas tegas dengan pinggir meninggi
2. Pruritus
3. Likenifikasi (karena garukan berulang)
4. Epidermophyton floccosum: central healing, terbatas
pada genitocruris dan medial paha
5. Trichophyton rubrum: dapat menyebar, mengenai daerah pubis, perianal,
gluteal, dan perut bagian bawah, dapat menjadi Majocchi’s
granuloma (infeksi jamur mencapai dermis dan jaringan subkutan,
ditandai dengan nodul subkutan dan abses)
6. Trichophyton mentagrophytes: penyebaran infeksi rendah, inflamasi akut,
dan lesi dapat hilang spontan
3.7 Diagnosis & Dagnosis Banding

1. Pemeriksaan Lampu Wood


 Prinsip:
- Sinar Wood diarahkan ke lesi akan dipantulkan berdasarkan
perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab,
sehingga menimbulkan indeks bias berbeda, dan menghasilkan
pendaran warna tertentu.
 Alat : Lampu Wood dan ruangan kedap cahaya
 Cara :
- Kulit dan rambut yang akan diperiksa harus dalam keadaan
sealamiah mungkin.
- Obat topikal, bahan kosmetik, lemak, eksudat harus
dibersihkan terlebih dahulu karena dapat memberikan hasil
positif palsu.
- Pemeriksaan harus dilakukan di dalam ruangan kedap cahaya
agar perbedaan warna lebih kontras.
- Jarak lampu Wood dengan lesi yang akan diperiksa ± 10-15 cm
- Lampu Wood diarahkan ke bagian lesi dengan pendaran paling
besar/jelas.

 Interpretasi
 Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M.
ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang.
 Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning
keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin).
 Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram
(akibat metabolit pteridin)
 Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit
porfirin).
 Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
 Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.
2. Pemeriksaan KOH
 Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
 Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke
bagian tengah dengan pisau tumpul steril
 Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
 Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
 Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik
kulitnya
 Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk
kulit.
c) Kuku
 Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan
daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di
bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku
proksimal
 Gunakan larutan KOH 40%

 Teknik pemeriksaan preparat KOH :


- Teteskan setetes larutan KOH 10-30 % di atas kaca obyek
bersih.
- Tambahkan sejumlah spesimen yang akan diperiksa.
- Tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan hati-hati dengan melewatkan di atas api bunsen
beberapa kali, tetapi jangan sampai mendidih (biasanya 2-4
kali).
- Tekan kaca penutup perlahan-lahan agar sediaan yang sudah
lisis menipis dan rata.
- Periksa dibawah mikroskop cahaya menggunakan pembesaran
10 kali lalu dikonfirmasi dengan pembesaran 40 kali.
- Jika diperlukan (preparat belum jernih), dapat dipanaskan
kembali sehingga visualisasi menjadi lebih baik

 Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan
artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
 Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
 Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan
memiliki indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak
tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir
bersambung seperti rantai (artrospora).
- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok
dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek
(sphaghetti and meatballs)
- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat,
blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.
3. Pemeriksaan dengan pembiakan
Pemeriksaan pembiakan dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan
sediaan langsung dan menentukan spesies dermatofita.Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menanam bahan klinis dalam media buatan, medium agar
dekstrosa Sabouraud. Pada medium ditambahkan antibiotic, Kloramfenikol
untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.
Diagnosis Banding

1. Allopecia Areata kebotakan rambut yang penyebabnya belum diketahui.


Dengan gejala adanya bercak kerontokan/kebotakan rambut pada daerah kulit
kepala, alis, janggut. Batasnya tegas bulat/lonjong, tapi tidak ada
sisik/skuama.
2. Trikotilomania  kelainan berupa keinginan atau kesenangan menarik
rambut sendiri sehingga terjadi kebotakan rambut. Hal ini diduga dipengaruhi
oleh faktor psikis.
3. Dermatitis Seboroik  peradangan kulit pada daerah yang banyak terdapat
kelenjar sebasea. Gejalanya dapat berupa eritema, skuama yang berminyak
berwarna kekuningan, dan batasnya tidak tegas.
3.8 Tatalaksana
Pengobatan dermatofitosis sering tergantung pada klinis. Sebagai
contoh lesi tunggal pada kulit dapat diterapi secara adekuat dengan antijamur
topikal. walaupun pengobatan topikal pada kulit kepala dan kuku sering tidak
efektif dan biasanya membutuhkan terapi sistemik untuk sembuh. Infeksi
dermatofitosis yang kronik atau luas, tinea dengan implamasi akut dan tipe
"moccasin" atau tipe kering jenis t.rubrum termasuk tapak kaki dan dorsum
kaki biasanya juga membutuhkan terapi sistemik. Idealnya, konfirmasi
diagnosis mikologi hendaknya diperoleh sebelum terapi sistemik antijamur
dimulai.
Pengobatan oral, yang dipilih untuk dermatofitosis adalah

Infeksi Rekomendasi Alternatif

Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau
(Onychomycosis) mg/hr 6 minggu 400 mg/hr seminggu per bulan selama
untuk kuku jari 3-4 bulan berturut-turut.
tangan, 12 minggu Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
untuk kuku jari kaki sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)

Tinea capitis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr/4 mgg


500mg/day Itraconazole 100 mg/hr/4mgg
(≥ 10mg/kgBB/hari) Fluconazole 100 mg/hr/4 mgg
sampai sembuh (6-8
minggu)

Tinea corporis Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4


mg/hr sampai sembuh minggu Itraconazole 100 mg/hr selama
(4-6 minggu), sering 15 hr atau 200mg/hr selama 1 mgg.
dikombinasikan Fluconazole 150-300 mg/mggu selama
dengan imidazol. 4 mgg.

Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
mg/hr sampai sembuh Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
(4-6 minggu) atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.

Tinea pedis Griseofulvin Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg


500mg/hr sampai Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
sembuh (4-6 minggu) atau 200mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/mgg selama 4
mgg.

Chronic and/or Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr selama 4-6


widespread mg/hr selama 4-6 mgg. Griseofulvin 500-1000 mg/hr
non-responsive minggu sampai sembuh (3-6 bulan).
tinea.
Tabel 2.3 Pilihan terapi oral untuk infeksi jamur pada kulit
Pada pengobatan kerion stadium dini diberikan kortikosteroid sistemik
sebagai antiinflamasi, yakni prednisone 3x5 mg atau prednisolone 3x4 mg
sehari selama dua minggu, bersamaaan dengan pemberian grisiofulvine yang
diberikan berlanjut 2 minggu setelah lesi hilang. Terbinafine juga diberikan
sebagai pengganti griseofulvine selama 2-3 minggu dosis 62,5-250 mg sehari
tergantung berat badan.
Efek samping griseofulvine jarang dijumpai, yang merupakan keluhan
utama ialah sefalgia yang didapati pada 15% penderita. Efek samping lain
berupa gangguan traktus digestifus yaitu: nausea, vomitus, dan diare. Obat
tersebut bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.
Efek samping terbinafine ditemukan kira-kira 10% penderita, yang
tersering gangguan gastrointestinal diantaranya nausea, vomitus, nyeri
lambung, diarea, konstipasi, umumnya ringan. Efek samping lain berupa
ganguan pengecapan, persentasinya kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian
atau keseluruhan setelah beberapa minggu minum obat dan hanya bersifat
sementara. Sefalgia ringan dilaporrkan pula 3,3%-7% kasus.
Pada kasus resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan ketokonazol
sebagai terapi sistemik 200 mg per hari selam 10 hari sampai 2 minggu pada
pagi hari setelah makan. Ketokonazol kontraindikasi untuk kelainan hepar.
Pengobatan topical yang diberikan adalah :
a. Obat antifungal Topikal
- Imidazol:
o Miconazol : 1-2x /hari, selama 2-3 minggu
Sediaan : krim 2%, bedak kocok ataupun bedak
o Klotrimazol : 2x /hari, selama 4 minggu
Sediaan: krim 1%, solusio, atau bedak kocok
o Ketokonazol : 2-4x /hari, selama 2-4 minggu
Sediaan: krim 1%
- Allilamin
o Nafritin : 4x /hari selama 4 minggu
Sediaan : krim, gel, atau solusio 1%
o Terbinatin : 4x /hari selama 1-4 minggu
Catatan :
1. Obat topikal kurang efektif digunakan pada tinea capitis & cruris
2. Untuk tinea capitis
Rehabilitasi : shampoo Selenium  menurunkan penyebaran spora dan hifa

3.9 Komplikasi
 Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida
 Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
 Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit
 Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
Onychomycosis (tinea manus/pedis)
3.10 Pencegahan
Tinea capitis

 Jaga kebersihan diri, terutama terhadap lembab


 Jaga imun tubuh dengan konsumsi makanan bergizi dan hidup sehat
 Hindari kontak dengan pernderita/hewan piaraan.
Tinea Cruris

 Menjaga berat badan ideal


 Mengeringkan badan setelah mandi
 Hindari memakai pakaian yang terlalu ketat
 Bedak antijamur untuk mengurangi resiko berulang

Tinea Manus

 Menjaga kebersihan tangan dan kaki dengan sering mencucinya


Menjaga kaki agar tetap kering, dan tidak lembab

3.11 Prognosis
Bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis dapat
sembuh total.
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Tentang Menjaga Kulit Menurut
Pandangan Islam
Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam
merusak kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan
pada kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan
membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta
penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.

Perintah menutup aurat


Aurat diambil dari perkataan Arab 'Aurah' yang berarti keaiban. Manakala
dalam istilah fiiah aurat diartikan sebagai bagian tubuh badan seseorang yang wajib
ditutup atau dilindungi dari pandangan.
Perintah menutup aurat telah difirmankan oleh Allah s.w.t dalam surah al-ahzab ayat
33

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Manfaat menutup aurat:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok
laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia
dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan
menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-
wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.
Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-
wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian
tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan
kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku
mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman
sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada
wanita.” (HR. Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada
lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah
menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.

1. Aurat Ketika Sembahyang


Aurat wanita ketika sembahyang adalah menutup seluruh badan kecuali muka dan
tapaktangan.

2. Aurat Ketika Sendirian


Aurat wanita ketika mereka bersendirian adalah bahagian anggota pusat dan lutut. Ini
bererti bahagian tubuh yang tidak boleh dilihat antara pusat dan lutut.

3. Aurat Ketika Bersama Mahram


Pada asasnya aurat seseorang wanita dengan mahramnya adalah antara pusat dan
lutut. Walau pun begitu wanita dituntut agar menutup mana-mana bahagian tubuh
badan yang boleh menaikkan syahwat lelaki walaupun mahram sendiri.
Perkara ini dilakukan bagi menjaga adab dan tatsusila wanita terutana dalam menjaga
kehormatan agar perkara-perkara sumbang yang tidak diingini tidak akan berlaku.

Syarak telah menggariskan golongan yang dianggap sebagai mahram kepada


seseorangwanitayaitu:

1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun
begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita
dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.

Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan
konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih
supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan
demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan
karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata
“membersihkan/melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan
slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik
manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam.
Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok
ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).
Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya
kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau
orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah
tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih.
Jadi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya.
Disinilah letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain
tentunya peran utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.
Daftar Pustaka

Abdurrahim, Sulaiman.2013.Manfaat wudhu: menjaga kesehatan kulit.


http://syaamilquran.com/manfaat-wudu-menjaga-kesehatan-kulit.html on March 19th

Bennet, J.E.: Antumicrobial agents; in: Goodman & Gilman’s. Brunton, L.L: Lazo,
J.S. and Parker, K.L: The Pharmacological Basis of Therapeutics; 11th ed.pp. 1232
(McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York 2006)

Cholis M. Imunologi Dermatomikosis SuperfisialisDalam: Budimulya U, Kuswadji,


Bramono K, MenaldSL, Dwihastuti P, Widati S, editor. DermatomikosiSuperfisialis.
Edisi ketiga. Jakarta: Balai PenerbiFKUI; 2004. h. 7–18.

Hordinsky, MK. and Soutor, C. (2013). CLINICAL DERMATOLOGY. New York:


McGraw-Hill Education. 352.

Kosasih. Kusta. 2002. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 139-142

Kurnitati, Cita Rosita SP. Etiopatogenesis Dermatofitosis ( Etiopathogenesis of


Dermatphytosis).Berkala Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin. Vol. 20 No. 3 Desember
2008

Sherwood, Lauralee.2001.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakrta:EGC

Anda mungkin juga menyukai