Kelompok A5
Seorang wanita berusia 28 tahun datang ke Poliklinik dengan keluhan bercak merah
& gatal terutama bila berkeringat di selangkangan sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan
disertai dengan beruntus dan kulit yang menebal berwarna gelap. Kelainan ini hilang
timbul selama 6 bulan, hilang apabila diobati dan timbul saat menstruasi atau
menggunakan celana berlapis. Riwayat keputihan disangkal. Kelainan ini dirasakan
setelah berat badan penderita bertambah.
Pada pemeriksaan generalis : dalam batas normal
Pada pemeriksaan dermatologis : Regioner, bilateral pada ke-2 sisi medial paha
tampak lesi multiple, berbatas tegas, bentuk beraturan, ukura bervariasi dari diameter
0,03 cm sp 0,1 cm, kering, permukaan halus dengan efloresensi berupa plak eritem,
sebagian likhenifikasi yang hiperpigmentasi, pada bagian tengah tampak central
healing dengan ditutupi skuama halus.
Setelah mendapatkan terapi, penderita diminta control rutin dan menjaga serta
memelihara kesehatan kulit sesuai tuntutan ajaran Islam.
Kata Sulit
1. Efloresensi : Perubahan warna kulit yang dapat diamati dengan mata telanjang (cth:
macula, papula, nodul)
2. Likhenifikasi: Pengerasan dan penebalan kulit.
3. Central healing: Suatu kelianan kulit dimana lesi pada bagian tengah tampak seolah
olah sembuh, sedangkan bagian tepi terlihat aktif.
4.Skuama: Pelepasan lapisan tanduk dari permukaan kulit
5. Regioner: Daerah yang terlokalisir
6. Eritem : Perubahan warna kulit tanpa diikuti perubahan bentuk menjadi warna
merah
7. Bruntus : Papula yaitu penonjolan kuit yang solid dengan diameter dibawah 1 c,
8. Hiperpigmentasi : Penimbunan pigmen berlebih yang membuat kulit tampak lebih
gelap
PERTANYAAN
Epidermis berasal dari ectoderm dan dermis berasal dari mesoderm. Dibawah
kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang
pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.
Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu
perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction). Perbatasan tersebut dapat
ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit merupakan
bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat
tubuh.
Maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi
bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi; glandula sudorifera
(kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.
Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit
tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian
kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5
cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah
1-2 mm. Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi
menjadi:
A. Kulit Tebal
Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki
folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan
crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi
kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah
papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis. Pada tonjolan epidermis
antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera
untuk menembus epidermis.
1. Epidermis
Dalam epidermis terdapat dua sistem :
1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami
keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan
melanosit untuk sintesa melanin.
Struktur histologis
1. Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum
germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel
– sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan
berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir –
butir pigmen.
2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum
malpighi atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan
adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel –
sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang
berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya
pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri.
Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan
interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang
menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.
3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum.
Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel
yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya
didalamnya mengandung butir-butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan
hematoxylin (butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan
pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan
dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses
tersebut, misalnya pada kuku. Makin ke arah permukaan butir – butir
keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali,
sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.
4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum
granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang
telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung
zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.
5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri
atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami
kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri
pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi. Pada permukaan,
lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang
disebut sebagai stratum disjunctivum.
2. Dermis
2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut –
serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar
dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan
pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung
butir – butir pigmen.
Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung
glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.
B. Kulit tipis
Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang
merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis, sedangkan ketebalan kulitnya
tergantung dari daerah di tubuh.
Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat
beberapa perbedaan:
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
a. Glandula Sudorifera
Bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal
terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria
dan ductus ekskretorius.
Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan
bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis.
Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir
pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang
bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi
untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius.
Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis
dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat
yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula
mammae dan glandula areolaris Montogomery
b. Glandula Sebacea
Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan
berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan
kulit. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan
folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya
terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.
c. Rambut
Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel
epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan,
telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut
pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat
dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh
hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah
invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya
mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus
rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler
yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.
Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak
papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang
akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari
akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok
padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke
tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar
menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari
dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy
membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut
dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan
tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian
yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang
terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat
butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi
keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang
terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi
dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung
akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan
dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.
Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan
batang rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin,
ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga
menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga
menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut
disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel
medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan
memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan
yang dibahas bagi epidermis.
d. Kuku
Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs
distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan
yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan
terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan
mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai
keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed.
Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alurkuku adalah akar
kuku(radix unguis).
Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar
epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum
basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal
kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat
penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.
LO.2 Fisiologi Kulit
Kulit merupakan bagian tubuh yang paling utama yang perlu diperhatikan
dalam tata kecantikan kulit. Pemahaman tentang anatomi dan fisiologi kulit akan
membantu mempermudah perawatan kulit untuk mendapatkan kulit wajah yang segar,
lembab, halus, lentur dan bersih. Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang
melapisi seluruh bagian tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di
dalamnya. Luas kulit pada manusia rata-rata + 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika
ditimbang dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 %
dari berat badan seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari
berbagai macam gangguan dan rangsangan luar.
Kulit menutup tubuh manusia pada daerah tubuh yang paling luar dari kepala
sampai ke kaki. Kulit wajah yang sehat dan cantik akan tampak kencang, lentur, dan
lembab, kondisi ini tidak akan menetap selamanya, sejalan dengan perkembangan
usia, ketika kondisi tubuh menurun, kulit tidak hanya menjadi kering tapi juga suram
dan berkeriput. Keadaan ini makin mudah terjadi setelah melewati usia tiga puluhan.
Saat itu fungsi kelenjar minyak mengendur, sehingga kulit terasa lebih kering
dibandingkan dengan sebelumnya.
Diduga dengan bertambahnya usia, kadar asam amino pembentuk kalogen pun
berkurang sehingga kalogen yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kalogen
kehilangan kelembaban dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang
itu tak mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang tua
yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan molekul
kalogen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat kulit manusia lebih
cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan kelembaban dan elastisitas. Kapan
tanda-tanda penuaan itu muncul, tergantung pada usaha kita untuk melindungi dan
merawatnya secara baik.
Fungsi Proteksi
Fungsi Absorpsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat.
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang
larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan
kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi.
Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara
meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak
menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk
keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi
secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi
sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss)
dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.
Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel
ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta
jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat
dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh
sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari
mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan
meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-
tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar
melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya
kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
Fungsi Keratinisasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang
kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum,
terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum.
Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang
menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati,
protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel
tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang
terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk
berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna
untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik.
Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat
bersisik, tebal, dan kering.
Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi
kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah
dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari
luar melaui makanan.
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia.
Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum,
kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan
dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah
kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan
pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah,
berminyak, dan menyebarkan bau khas.
Semua fungsi kulit pada manusia berguna untuk mempertahankan kehidupannya sama
seperti organ tubuh lain.
Warna pada kulit dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pigmentasi epidermis dan
sirkulasi kapiler yang ada di lapisan dermis. Pigmentasi epidermis dipengaruhi oleh
dua pigmen, yaitu karoten dan melanin.
Jumlah melanosit baik pada orang kulit hitam maupun kulit putih adalah sama, yang
berbeda adalah aktivitas dan produksi pigmennya (melanosit). Pada orang kulit pucat
transfer melanosom hanya sebatas stratum spinosum, sedangkan pada orang berkulit
gelap melanosom dapat dihantarkan hingga ke stratum granulosum.
3.2 Etiologi
Berdasarkan sifat makro dan mikro, dermatofita dibagi menjadi:
microsporum, tricopyton, dan epidermophyton. Yang paling terbanyak
ditemukan di Indonesia adalah T.rubrum. dermatofita lain adalah:
E.floccosum, T.mentagrophytes, M. canis, M. gypseum, T.cocentricum,
T.schoeleini dan T. tonsurans.
Microsporum
Kelompok dermatofita yang bersifat keratofilik, hidup pada tubuh
manusia (antropofilik) atau pada hewan (zoofilik). Merupakan bentuk aseksual
dari jamur. Terdiri dari 17 spesies, dan yang terbanyak adalah:
Epidermophyton
Jenis Epidermophyton terdiri dari dua jenis; Epidermophyton
floccosum dan Epidermophyton stockdaleae. E. stockdaleae dikenal sebagai
non-patogenik, sedangkan E. floccosum satu-satunya jenis yang menyebabkan
infeksi pada manusia. E. floccosum adalah satu penyebab tersering
dermatofitosis pada individu tidak sehat. Menginfeksi kulit (tinea corporis,
tinea cruris, tinea pedis) dan kuku (onychomycosis). Infeksi terbatas kepada
lapisan korneum kulit luar.koloni E. floccosum tumbuh cepat dan matur dalam
10 hari. Diikuti inkubasi pada suhu 25 ° C pada agar potato-dextrose, koloni
kuning kecoklat-coklatan.
Tricophyton
Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang
atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic,
zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau
Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu
penyebab infeksi pada rambut, kulit, dan kuku pada manusia.
Ajelloi Geophilic
Concentricum Anthropophilic
Gloriae Geophilic
Interdigitale Anthropophilic
Megnini Anthropophilic
Mentagrophytes zoophilic (rodents, rabbit) /
anthropophilic
Phaseoliforme Geophilic
Rubrum Anthropophilic
Schoenleinii Anthropophilic
Soudanense Anthropophilic
Terrestre Geophilic
Tonsurans Anthropophilic
Vanbreuseghemii Geophilic
Violaceum Anthropophilic
Yaoundei anthropophilic
3.3 Klasifikasi
Klasifikasi yang paling sering dipakai oleh para spesialis kulit adalah
berdasarkan lokasi
a. Tinea kapitis, tinea pada kulit dan rambut kepala
b. Tinea barbe, dermatofitosis pada dagu dan jengggot.
c. Tinea kruris, dermatofita pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong,
dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah
d. Tinea pedis et manum, dermatofitosis pada kaki dan tangan.
e. Tinea unguium, tinea pada kuku kaki dan tangan.
f. Tinea facialis, tinea yang meliputi bagian wajah
g. Tinea korporis, dermatofitosis pada bagian lain yang tidak termasuk 5
bentuk tinea diatas.
Selain 6 bentuk tinea di atas masih dikenal istilah yang mempunyai arti
khusus, yaitu:
a. Tinea imbrikata: dermatofitosis dengan susunan skuama yang kosentris
dan disebabkan oleh tricophyton concentricum.
b. Tinea favosa atau favus: dermatofitosis yang terutama disebabkan oleh
tricophyton schoenleini: secara klinis antara lain berbentuk skutula dan
berbau seperti tikus (mousy odor).
c. Tinea sirsinata, arkuata yang merupakan penamaan deskriptif dari
morfologinya.
d. Tinea incognito: dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh
karena telah diobati dengan steroid topical kuat.
Dermatofitosis
Tinea Kapitis
Kerion
Bentuk ini adalah yang serius, karena disertai dengan radang yang
hebat yang bersifat lokal, sehingga pada kulit kepala tampak bisul-bisul kecil
yang berkelompok dan kadang-kadang ditutupi sisik-sisik tebal. Rambut di
daerah ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila kerion ini pecah akan
meninggalkan suatu daerah yang botak permanen oleh karena terjadi sikatrik.
Bentuk ini terutama disebabkan oleh Mikosporon kanis, M.gipseum ,
T.tonsurans dan T. Violaseum.
Tinea favosa
Kelainan di kepala dimulai dengan bintik-bintik kecil di bawah kulit
yang berwarna merah kekuningan dan berkembang menjadi krusta yang
berbentuk cawan (skutula), serta memberi bau busuk seperti bau tikus
“moussy odor”. Rambut di atas skutula putus-putus dan mudah lepas dan tidak
mengkilat lagi. Bila menyembuh akan meninggalkan jaringan parut dan
alopesia yang permanen. Penyebab utamanya adalah Trikofiton schoenleini, T.
violasum dan T. gipsum. Oleh karena Tinea kapitis ini sering menyerupai
penyakit-penyakit kulit yang menyerang daerah kepala, maka penyakit ini
harus dibedakan dengan penyakit-penyakit bukan oleh jamur seperti: Psoriasis
vulgaris dan Dermatitis seboroika.
Tinea Korporis
Bentuk yang klasik dimulai dengan lesi-lesi yang bulat atau lonjong
dengan tepi yang aktif. Dengan perkembangan ke arah luar maka bercak-
bercak bisa melebar dan akhirnya dapat memberi gambaran yang polisiklis,
arsiner, atau sinsiner. Pada bagian tepi tampak aktif dengan tanda-tanda
eritema, adanya papel-papel dan vesikel, sedangkan pada bagian tengah lesi
relatif lebih tenang. Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi
menghilang selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang
hiperpigmentasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat teIjadi bersama-sama
dengan Tinea kruris.
Tinea Kruris
Tinea Pedis
Tinea pedis disebut juga Athlete’s foot = “Ring worm of the foot”.
Penyakit ini sering menyerang orang-orang dewasa yang banyak bekerja di
tempat basah seperti tukang cuci, pekerja-pekerja di sawah atau orang-orang
yang setiap hari harus memakai sepatu yang tertutup seperti anggota tentara.
Keluhan subjektif bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai rasa gatal yang
hebat dan nyeri bila ada infeksi sekunder.
Bentuk hyperkeratosis
Disini lebih jelas tampak ialah terjadi penebalan kulit disertai sisik
terutama ditelapak kaki, tepi kaki dan punggung kaki. Bila hiperkeratosisnya
hebat dapat terjadi fisurafisura yang dalam pada bagian lateral telapak kaki.
Tinea Unguium
Tinea Imbrikata
Penyakit ini adalah bentuk yang khas dari Tinea korporis yang
disebabkan oleh Trikofiton consentricum. Gambaran klinik berupa makula
yang eritematous dengan skuama yang melingkar. Apabila diraba terasa jelas
skuamanya menghadap ke dalam. Pada umumnya pada bagian tengah dari lesi
tidak menunjukkan daerah yang lebih tenang, tetapi seluruh makula ditutupi
oleh skuama yang melingkar. Penyakit ini sering menyerang seluruh
permukaan tubuh sehingga menyerupai:
Eritrodemia
Pempigus foliaseus
Iktiosis yang sudah menahun
Tinea Barbae
Non Dermatofitosis
Infeksi non-dermatofitosis pada kulit biasanya terjadi pada kulit yang
paling luar. Hal ini disebabkan jenis jamur ini tidak dapat mengeluarkan zat
yang dapat mencerna keratin kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit
yang paling luar. Yang masuk ke dalam golongan ini adalah :
Tinea Versikolor
Piedra
Piedra putih
Biasanya penyakit ini dapat timbul karena adanya kontak langsung dari
orang yang sudah terkena infeksi. Pada piedra putih, kelainan rambut tampak
sebagai benjolan yang berwarna putih kekuningan. Selain pada rambut kepala,
dapat juga menyebabkan kelainan pada rambut kumis dan rambut janggut.
Piedra hitam
Infeksi terjadi karena rambut kontak dengan spora jamur penyebab dan
jamur akan tumbuh membentuk koloni di sepanjang batang rambut. Diagnosis
piedra hitam ialah dengan memeriksa benjolan pada rambut.
Otomikosis
Otomikosis adalah infeksi jamur pada liang telinga bagian luar. Jamur
dapat masuk ke dalam liang telinga melalui alat-alat yang dipakai untuk
mengorek-ngorek telinga yang terkontaminasi atau melalui udara atau air.
Penderita akan mengeluh merasa gatal atau sakit di dalam liang telinga. Pada
liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama, dan kelainan
ini ke bagian luar akan dapat meluas sampai muara liang telinga dan daun
telinga sebelah dalam. Tempat yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi
skuama halus. Bila meluas sampai ke dalam, sampai ke membrana timpani,
maka daerah ini menjadi merah, berskuama, mengeluarkan cairan
srousanguinos. Penderita akan mengalami gangguan pendengaran. Bila ada
infeksi sekunder dapat terjadi otitis ekstema. Penyebab biasanya jamur
kontaminasi yaitu Aspergillus, sp, Mucor, Rhizopus, Candida dan
Penicillium.
Onset usia terjadi pada anak kecil yang baru belajar berjalan (toddlers)
dan anak usia sekolah. Paling sering menyerang anak berusia 6-10 tahun dan
juga pada usia dewasa.9
Frekuensi infeksi pada spesies tertentu antara lain:
• Sekitar 58% dermatofita yang terisolasi adalah trichophyton rubrum
• 27% Trichophyton mentagrophytes
• 7% Trichophyton verrucosum
• 3% Trichophyton tonsurans
• Kecil dari 1 % yang terisolasi: Epidermophyton floccosum, Microsporum audouinii,
Microsporum canis, Microsporum equinum, Microsporum nanum, Microsporum
versicolor, Trichophyton equinum, Trichophyton kanei, Trichophyton raubitschekii,
and Trichophyton violaceum.
PERTAHANAN SPESIFIK
Imunitas humoral maupun cell-mediated immunity (CMI). CMI berhubungan
dengan Delayed Type Hypersensitivity (DTH) berhubungan dengan penyembuhan
klinis dan pembentukan stratum korneum pada bagian yang terinfeksi.
Kekurangan CMI mencegah respon efektif infeksi dermatofit kronis atau
berulang.
A) Respon T helper (Th1) produksi sitokin Th1 respon DTH
B) Sel langerhans.
Infiltrasi radang pada dermatofitosis terdiri dari sel TCD4 dan T CD8
dilengkapi makrofag T CD68 dan sel langerhans Cda1+ pengambilan dan
pemrosesan antigen pada respon Th1
C) Imunitas humoral
Pejamu membentuk berbagai macam antibiotik terhadap infeksi dermatofit.
Interpretasi
Tinea kapitis (M canis, M. audouinii, M.rivalieri, M. distortum, M.
ferrugineum dan M. gypseum) : hijau terang.
Pitiriasis versikolor : putih kekuningan, orange – tembaga, kuning
keemasan, atau putih kebiruan (metabolit koproporfirin).
Tinea favosa (Trichophyton schoenleinii ) : biru suram / hijau suram
(akibat metabolit pteridin)
Eritrasma (Corynebacterium minutissimum) : merah koral (metabolit
porfirin).
Infeksi pseudomonas : hijau (metabolit pioverdin atau fluoresein).
Hasil positif palsu :
- salep dan krim di kulit atau eksudat : biru - jingga
- tetrasiklin, asam salisilat dan petrolatum : kuning.
2. Pemeriksaan KOH
Cara pengambilan spesimen :
a) Kulit tidak berambut :
Dari bagian tepi kulit yang mengalami lesi dikerok ke
bagian tengah dengan pisau tumpul steril
Menggunakan larutan KOH 10%
b) Kulit yang berambut :
Rambut yang ada pada daerah lesi dicabut dengan pinset
Kulit di daerah lesi dikerok untuk dikumpulkan sisik
kulitnya
Gunakan KOH 20% untuk rambut, KOH 10% untuk
kulit.
c) Kuku
Potongan bagian belakang kuku terinfeksi atau kerokan
daerah hiperkeratotik dan penebalan dasar kuku di
bagian proksimal kutikula atau lipatan kuku
proksimal
Gunakan larutan KOH 40%
Interpretasi
- Dermatofitosis : hifa panjang bersepta, bercabang-cabang dan
artrospora
- Pada spesimen rambut terinfeksi dermatofita :
Jamur di sekeliling batang rambut (ektotriks)
Jamur di dalam batang rambut (endotriks)
- Pada pemeriksaan, elemen jamur tampak seperti garis dan
memiliki indeks bias berbeda dengan sekitarnya, pada jarak
tertentu dipisahkan oleh sekat dan dijumpai butir – butir
bersambung seperti rantai (artrospora).
- Pitiriasis versikolor : spora bulat berdinding tebal, berkelompok
dengan miselium kasar dan terputus-putus/ pendek-pendek
(sphaghetti and meatballs)
- Kandidosis : tampak sel ragi berbentuk lonjong atau bulat,
blastospora (sel ragi bertunas) dan pseudohifa.
3. Pemeriksaan dengan pembiakan
Pemeriksaan pembiakan dapat dilakukan untuk menyokong pemeriksaan
sediaan langsung dan menentukan spesies dermatofita.Pemeriksaan ini
dilakukan dengan menanam bahan klinis dalam media buatan, medium agar
dekstrosa Sabouraud. Pada medium ditambahkan antibiotic, Kloramfenikol
untuk menghindarkan kontaminasi bakterial maupun jamur kontaminan.
Diagnosis Banding
Tinea unguium Terbinafine 250 Itraconazole 200 mg/hr /3-5 bulan atau
(Onychomycosis) mg/hr 6 minggu 400 mg/hr seminggu per bulan selama
untuk kuku jari 3-4 bulan berturut-turut.
tangan, 12 minggu Fluconazole 150-300 mg/ mgg s.d
untuk kuku jari kaki sembuh (6-12 bln) Griseofulvin 500-
1000 mg/hr s.d sembuh (12-18 bulan)
Tinea cruris Griseofulvin 500 Terbinafine 250 mg/hr selama 2-4 mgg
mg/hr sampai sembuh Itraconazole 100 mg/hr selama 15 hr
(4-6 minggu) atau 200 mg/hr selama 1 mgg.
Fluconazole 150-300 mg/hr selama 4
mgg.
3.9 Komplikasi
Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri atau candida
Hiperpigmentasi karena infeksi jamur kronik
Efek samping pemakaian obat steroid topikal dapat mengakibatkan
eksaserbasi penyakit
Allopecia permanen &kerion (tinea capitis)
Onychomycosis (tinea manus/pedis)
3.10 Pencegahan
Tinea capitis
Tinea Manus
3.11 Prognosis
Bila penatalaksaan dilakukan dengan rutin dan tepat maka dermatofitosis dapat
sembuh total.
LO.4 Memahami dan Menjelaskan Tentang Menjaga Kulit Menurut
Pandangan Islam
Menjaga kulit dari sinar Matahari – Matahari memiliki peran utama dalam
merusak kulit. Anda perlu melindungi kulit dari matahari guna mencegah penuaan
pada kulit. Matahari sangat berpengaruh dalam membuat kulit berkerut, kering, dan
membuat warna kulit berubah; Penjarangan kulit, tekstur kulit, penipisan kulit serta
penyakit kulit yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.
“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah
laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”.
Manfaat menutup aurat:
1. Selamat dari adzab Allah (adzab neraka)
“Ada dua macam penghuni Neraka yang tak pernah kulihat sebelumnya; sekelompok
laki-laki yang memegang cemeti laksana ekor sapi, mereka mencambuk manusia
dengannya. Dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang, sesat dan
menyesatkan, yang dikepala mereka ada sesuatu mirip punuk unta. Mereka (wanita-
wanita seperti ini) tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya.
Sedangkan bau surga itu tercium dari jarak yang jauh” (HR. Muslim).
Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Wanita-
wanita yang berpakaian namun telanjang” ialah mereka yang menutup sebagian
tubuhnya dan menampakkan sebagian lainnya dengan maksud menunjukkan
kecantikannya.
2. Terhindar dari pelecehan
Banyaknya pelecehan seksual terhadap kaum wanita adalah akibat tingkah laku
mereka sendiri. Karena wanita merupakan fitnah (godaan) terbesar. Sebagaiman
sabda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam,
“Sepeninggalku tak ada fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki daripada
wanita.” (HR. Bukhari)
Islam telah menggariskan batasan aurat pada lelaki dan wanita.Aurat asas pada
lelaki adalah menutup antara pusat dan lutut. Manakala aurat wanita pula adalah
menutup seluruh badan kecuali muka dan tapak tangan.
1.Suami
2.Ayah mertua
3.Anak-anak lelaki termasuk cucu sama ada dari anak lelaki atau perempuan
4. Saudara lelaki kandung atau seibu atau sebapak
5. Anak saudara lelaki karena mereka ini tidak boleh dinikahi selama-lamanya
6. Anak saudara dari saudara perempuan
7. Sesama wanita sama ada kaitan keturunan atau seagama
8. Hamba sahaya
9. Pelayan yang tidak ada nafsu syahwat
10. Anak-anak kecil yang belum mempunyai syahwat terhadap wanita. Walau pun
begitu, bagi kanak-kanak yang telah mempunyai syahwat tetapi belum baligh,wanita
dilarang menampakkan aurat terhadap mereka.
Berwudhu
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
menyucikan/membersihkan diri”. (Al-Baqarah : 222)
Ajaran kebersihan dalam Agama Islam berpangkal atau merupakan
konsekusensi dari pada iman kepada Allah, berupaya menjadikan dirinya suci/bersih
supaya Ia berpeluang mendekat kepada Allah SWT.
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan
demikian kebersihan dalam Islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan
karena itu sering juga dipakai kata “bersuci” sebagai padanan kata
“membersihkan/melakukan kebersihan”. Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan
slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik
manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum Islam.
Dalam rangka inilah dikenal sarana-sarana kebersihan yang termasuk kelompok
ibadah, seperti : wudhlu, tayamum, mandi (ghusl), pembersihan gigi (siwak).
Adanya kewajiban shalat 5 waktu sehari merupakan jaminan terpeliharanya
kebersihan badan secara terbatas dan minimal, karena ibadah shalat itu baru sah kalau
orang terlebih dahulu membersihkan diri dengan berwudhlu. Demikian juga ibadah
tersebut baru sah jika pakaian dan tempat dimana kita melakukannya memang bersih.
Jadi jaminan kebersihan diri, pakaian dan lingkungan mereka yang melaksanakannya.
Disinilah letaknya ibadah itu ikut berperan membina kesehatan jasmani selain
tentunya peran utamanya membina kesehatan jiwa/rohani manusia.
Daftar Pustaka
Bennet, J.E.: Antumicrobial agents; in: Goodman & Gilman’s. Brunton, L.L: Lazo,
J.S. and Parker, K.L: The Pharmacological Basis of Therapeutics; 11th ed.pp. 1232
(McGraw-Hill, Medical Publishing Division, New York 2006)
Kosasih. Kusta. 2002. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Bagian Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal 139-142