Anda di halaman 1dari 27

SINDROMA

KOMPARTEMEN

Pembimbing:
Dr. Carles Siagian, SpOT (K) Spine
Aswan Bagastoro 1102014045
Rayyan Fitriasa 1102014223
DEFINISI

• Sindroma kompartemen adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan intertisial di
dalam ruangan yang terbatas, yaitu di dalam kompartemen osteofasial yang tertutup.
• Ruangan tersebut berisi otot, saraf dan pembuluh darah.
• Tekanan intrakompartemen meningkat  perfusi darah ke jaringan akan berkurang dan otot di
dalam kompartemen akan menjadi iskemik.
EPIDEMIOLOGI
Di Amerika, ekstremitas bawah distal anterior adalah yang paling banyak dipelajari untuk sindroma
kompartemen. Dianggap sebagai yang kedua paling sering untuk trauma sekitar 2-12%.

Dari penelitian McQueen (2000), sindroma kompartemen lebih sering didiagnosa pada pria daripada
wanita, tapi hal ini memiliki bias, dimana pria lebih sering mengalami luka trauma.

McQueen memeriksa 164 pasien yang didiagnosis sindroma kompartemen, 69% berhubungan
dengan fraktur dan sebagian adalah fraktur tibia.

Menurut Qvarfordt, sekelompok pasien dengan nyeri kaki, 14% pasien dengan sindroma
kompartemen anterior. Sindroma kompartemen ditemukan 1-9% fraktur pada kaki
ANATOMI

• Kompartemen adalah daerah tertutup yang dibatasi oleh


tulang, interosseus membran, dan fascia, yang melibatkan
jaringan otot, syaraf dan pembuluh darah.
• Berdasarkan letaknya:
– Anggota gerak atas:
• Lengan atas: kompartemen volar, kompartemen
dorsal.
• Lengan bawah: kompartemen volar, kompartemen
dorsal, dan kompartemen mobile wad of henry.
ANATOMI

• Wrist joint:
– Kompartemen I, berisi otot abduktor pollicis longus dan
otot ekstensor pollicis brevis.
– Kompartemen II, berisi otot ekstensor carpi radialis
brevis, otot ekstensor carpi radialis longus.
– Kompartemen III, berisi otot ekstensor pollicis longus.
– Kompartemen IV, berisi otot ekstensor digitorum
communis, otot ekstensor indicis.
– Kompartemen V, berisi otot ekstensor digiti minimi.
– Kompartemen VI, berisi otot ekstensor carpi ulnaris.
ANATOMI

• Tangan:
– Dorsal interosseus (4 kompartemen).
– Palmar interosseus (3 kompartemen).
– Kompartemen abductor pollicis.
– Kompartemen thenar.
– Kompartemen hypothenar.
c

Sindrom kompartemen paling sering terjadi pada daerah


tungkai bawah (yaitu kompartemen anterior, lateral, posterior
superfisial dan posterior profundus) serta lengan atas
(kompartemen volar dan dorsal).
ETIOLOGI
Sindroma kompartemen

Volume kompartemen : Tekanan eksternal :


• Penutupan defek fasia • Balutan yang terlalu
ketat Tekanan internal pada
• Traksi internal yang struktur kompartemen :
belebihan pada fraktur • Berbaring di atas lengan
ekstremitas • Gips • Pendarahan atau Trauma
vaskuler
• Peningkatan
permeabilitas kapiler
• Penggunaan otot yang
berlebihan
• Luka bakar
• Operasi
• Gigitan ular
• Obstruksi vena
KLASIFIKASI
• merupakan suatu tanda kegawatan medis.
Sindroma • Ditandai dengan pembengkakan dan nyeri yang terjadi dengan cepat.
• Tekanan dalam kompartemen yang meningkat dengan cepat dapat menyebabkan tekanan
Kompartemen pada saraf, arteri dan vena sehingga tanpa penanganan yang tepat akan terjadi paralisis,
iskemik jaringan bahkan kematian.
Akut • Penyebab umum terjadinya sindroma kompartemen akut adalah fraktur, trauma jaringan
lunak, kerusakan pada arteri dan luka bakar.

• Sindroma kompartemen kronik bukan merupakan suatu kegawatan medis dan seringkali
Sindroma dikaitkan dengan nyeri ketika aktivitas olahraga.
• Ditandai dengan meningkatnya tekanan kompartemen ketika melakukan aktivitas
Kompartemen olahraga saja. Gejala ini dapat hilang dengan hanya menghentikan aktivitas olahraga
tersebut .
Kronik • Penyebab umum sindroma kompartemen kronik biasa terjadi akibat melakukan aktivitas
berulang – ulang, misalnya pelari jarak jauh, pemain basket, sepak bola dan militer
GEJALA KLINIK
Pain

Paralisis Pallor

5P

Parestesia Pulselesness
PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI

Peningkatan tekanan yang berkelanjutan intra


kompartemen sampai melebihi tekanan arteri
intramuskular >30 mmHg sehingga darah tidak dapat
mencapai pembuluh darah kapiler.

Ischemic Injury

Necrosis
PATOFISIOLOGI

• Kompensasi tubuh terhadap keadaan ini:


– Mekanisme autoregulasi ( cascade of injury)
• Penurunan resistensi pembuluh darah kapiler.
• Peningkatan ekstraksi oksigen.

• Keadaan ini masih berkelanjutan  tubuh kewalahan:


Keadaan kritis berupa tekanan yang tinggi
Perfusi jaringan ≠,  kematian jaringan
PATOFISIOLOGI
Terdapat tiga teori yang menyebabkan hipoksia
pada kompartemen sindrom:
• Spasme arteri akibat peningkatan tekanan
kompartemen
• Theori of critical closing pressure
Bila tekanan jaringan meningkat atau tekanan
arteriol menurun maka tidak ada lagi perbedaan
tekanan  arteriol menutup
• Tipisnya dinding vena
DIAGNOSIS
• Riwayat
trauma
Anamnesis • Nyeri
• Parestesi

• Look
• Feel
Px Fisik • Movement
• 5P

Px • Foto rontgent
• Pengukuran
Penunjang tekanan
kompartemen
DIAGNOSIS
• Patut di ingat!!!
– Nadi ”masih teraba” pada sindroma kompartemen
akut.
– Perubahan sensory dan paralysis masih belum
tampak hingga terjadi iskemia pada jaringan saraf
yang terkena, ± 1 jam.

• Gejala yang paling penting pada impending compartment syndrome adalah Nyeri
yang tak sebanding dengan cedera yang tampak.
DIAGNOSIS BANDING
 Cellulitis
 Coelenterate and jellyfish envenomation
 DVT dan thrombophlebitis
 Gas gangrene
 Necrotizing fasciitis
 Cedera vascular perifer
 Rhabdomyolisis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Laboratorium
Hasilnya ≠ mendiagnosis sindrom kompartemen, tapi berguna
untuk menyingkirkan DD:
– Kreatinin fosfokinase dan urin myoglobin
– Serum myoglobin
– Toksikologi urin: dapat membantu menentukan penyebab,
tetapi tidak membantu dalam menentukan terapi pasiennya.
– Urin awal: bila ditemukan myoglobin pada urin, hal ini dapat
mengarah ke diagnosis rhabdomyolisis.
– Protrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin (
aPTTT).
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Imaging
– Rontgen: pada ektremitas yang terkena.
– USG, membantu untuk mengevaluasi aliran arteri dalam
memvisualisasi Deep Vein Thromosis (DVT).(9)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan lainnya
– Pengukuran tekanan intrakompartemen.

– Pulse oxymetry
TATALAKSANA
• Tujuan dari tatalaksana sindrom kompartemen adalah mengurangi atau mencegah deficit
neurologis lebih jauh dengan lebih dulu mengembalikan aliran darah local melalui bedah
dekompresi.
• Kerusakan nervus irreversible akan terjadi 6 jam pasca terjadinya peningkatan tekanan
kompartemen. Jika dicurigai terdapatnya hipertensi kompartemen, maka pengukuran tekanan
dan dekompresi harus segera dilakukan
TATALAKSANA
• Tempatkan kaki setinggi jantung mempertahankan ketinggian kompartemen yang
minimal
• kasus penurunan ukuran kompartemen, lepas gips dan pembalut kontriksi
• Koreksi hipoperfusi dengan cairan kristaloid dan produk darah bila diperlukan
MEDIKAMENTOSA
• manitol atau diuretic lain nya untuk mengurangi tekanan kompartemen

• Indikasi untuk dilakukan terapi operatif pada sindrom kompartemen yaitu apabila
tekanan intrakompartemen >30 mmHg dan memerlukan tindakan yang cepat dan
segera untuk dilakukan fasciotomi.
• Tujuan dari tindakan tersebut adalah memperbaiki perfusi otot dan menurunkan
OPERATIF
tekanan intrakompartemen.
TATALAKSANA
• Operatif:
– Fasciotomy
KOMPLIKASI
• Kegagalan dalam mengurangi tekanan intrakompartemen  nekrosis jaringan, selama perfusi
kapiler masih kurang dan menyebabkan hipoksia pada jaringan tersebut.
• Kontraktur volkmann adalah deformitas pada tungkai dan lengan yang merupakan kelanjutan
dari sindroma kompartemen akut yang tidak mendapat terapi selama lebih dari beberapa minggu
atau bulan.
• Infeksi.
• Hipestesia dan nyeri.
• Komplikasi sistemik yang dapat timbul dari sindroma kompartemen meliputi gagal ginjal akut,
sepsis, dan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) yang fatal jika terjadi sepsis kegagalan
organ secara multisistem
PROGNOSIS
• Sindroma kompartemen akut cenderung memiliki hasil akhir yang jelek.
Toleransi otot untuk terjadinya iskemia adalah 4 jam.
• Kerusakan irreversibel terjadi bila lebih dari 8 jam.
• Jika diagnosa terlambat, dapat menyebabkan trauma saraf dan hilangnya
fungsi otot.
• Walaupun fasciotomi dilakukan dengan cepat dan awal, hampir 20% pasien
mengalami defisit motorik dan sensorik yang persisten
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai