Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT

Oleh:

Nama : Ni Putu Dewi Savitri

NIM : 19J10131

PPROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Teori Kerusakan Integritas Kulit


1. Definisi
Kerusakan integritas kulit adalah perubahan atau gangguan epidermis dan/atau
dermis. (NANDA NICNOC 2016)
2. Anatomi Fisiologi
ANATOMI KULIT
Kulit merupakan pembatas tubuh dengan lingkungan sekitar karena posisinya
yang terletak di bagian paling luar. Luas kulit dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-
kira 15% berat badan.
a. Lapisan Epidermis (kutikel)

1) Stratum Korneum (lapisan tanduk)


Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak
berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk)
2) Stratum Lusidum
Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti,
protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan
ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki.
3) Stratum Granulosum (lapisan keratohialin)
Merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar
dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin.
Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini.
4) Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan
akanta )
Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin
dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan
antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan
tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk
penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel
spinosum juga terdapat pula sel Langerhans.
5) Stratum Basalis
Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan
dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis
dan berfungsi reproduktif.
1) Sel kolumnar => protoplasma basofilik inti lonjong besar, di
hubungkan oleh jembatan antar sel.
2) Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell => sel berwarna
muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen
(melanosomes)
b. Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin) terdiri dari lapisan elastik dan
fibrosa pada dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut.

a. Pars Papilare => bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung


serabut saraf dan pembuluh darah.
b. Pars Retikulare => bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri
dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar
(matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan
kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen
dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang
mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat
elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin
stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya
bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih
elastis.
c. Lapisan Subkutis (hipodermis) => lapisan paling dalam, terdiri dari jaringan
ikat longgar berisi sel lemak yang bulat, besar, dengan inti mendesak ke
pinggir sitoplasma lemak yang bertambah. Sel ini berkelompok dan
dipisahkan oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel lemak disebut dengan
panikulus adiposa, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di lapisan ini
terdapat saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening. Lapisan lemak
berfungsi juga sebagai bantalan, ketebalannya berbeda pada beberapa kulit.
Di kelopak mata dan penis lebih tipis, di perut lebih tebal (sampai 3 cm).

Vaskularisasi di kuli diatur pleksus superfisialis (terletak di bagian atas dermis)


dan pleksus profunda (terletak di subkutis)

FISIOLOGI KULIT
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut:
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan-
jaringan tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-
pengaruh luar seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit
ari diselubungi dengan lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air.
Kulit dapat menahan suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat
kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh serta menghalau rangsang-
rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.

2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf
sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh
kapiler serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf
otonom. Tubuh yang sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat
Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika terjadi perubahan pada suhu luar,
darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan penyesuaian seperlunya
dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah salah satu fungsi
kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan hilang
dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa
garam, yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit
tidak saja disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air
transepidermis sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan.
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim
muka dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadi melalui muara kandung
rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit, merembes melalui
dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke berbagai
organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang
tampak halus, putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain
dari kulit yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit
memerah, pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi
a. Faktor Predisposisi
Gangguan jaringan kulit epidermis dan dermis
b. Faktor Presipitasi
1) Lesi
2) Edema
3) Eritema
4) Kekeringan membran mukosa
5) Leukoplakia
6) Lidah kotor
4. Gangguan Terkait Kerusakan Integritas kulit
a. Etiologi
Kerusakan integritas kulit adalah keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko terhadap kerusakan jaringan epidermis dan dermis.
Batasan karakteristik mayor harus terdapat gangguan jaringan epidermis dan
dermis. Batasan minor mungkin terdapat pemasukan kulit, eritema, lesi
(Primer, skunder) pruritus.
Etiologi atau penyebab masalah kerusakan integritas kulit yaitu adanya
warna kemerahan pada daerah luka, terjadi nekrosis sekitar ulkus. Diagnosa
keperawatan kerusakan integritas kulit ini penulis prioritaskan sebagai
prioritas ketiga karena menurut Maslow, integritas kulit masuk dalam
kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang terdapat pada piramida kedua.
Kerusakan integritas kulit juga diprioritaskan sebagai diagnosa ketiga
setelah nutrisi karena dengan meningkatnya kebutuhan nutrisi dapat
mempercepat penyembuhan luka. Kerusakan integritas kulit terjadi karena
kerusakan sel β yang menyebabkan produksi insulin berkurang dan
mengakibatkan terjadinya peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gula darah meningkat, darah menjadi pekat dan mengakibatkan kerusakan
sistem vaskuler, terjadi gangguan fungsi imun, penurunan aliran darah
menjadikan gangguan penyembuhan luka pada ulkus.
b. Patofiologi
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci
yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk kemudian
di dalam sel glukosa itu dimetabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin tidak
ada atau bila insulin itu kerjanya tidak baik seperti dalam keadaan resistensi
insulin maka glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat kadarnya di dalam
darah meningkat. Dalam keadaan seperti ini badan akan jadi lemah karena
tidak ada sumber energi di dalam sel. Sehingga terjadi hiperglikemia adalah
keadaan dimana kadar gula dalam darah lebih tinggi dari normal dan
glycosuria adalah air senin mengandung kadar gula tinggi menimbulkan efek
osmotic yang menarik air bersamanya, menimbulkan osmotic dieresis yang
ditandai oleh poliuria (sering berkemih) cairan yang berlebihan keluar dari
tubuh menyebabkan dehidrasi sehingga dapat menyebabkan hemokonsentrasi
adalah pengentalan darah akibat perembesan plasma (komponen darah cair
non seluler) ditandai dengan nilai hematokrit yang meningkat 20% dari nilai
normal. Sehingga mempengaruhi trombosis adalah salah satu komponen darah
yang mempunyai fungsi utama dalam pembekuan darah. Trombosit akan
bekerja dengan menutupi pembuluh darah yang rusak dan membentuk benang-
benang fibrin seperti jaringan-jaringan yang akan menutup kerusakan tersebut,
sehingga terjadi aterosklerosis adalah proses pengerasan pada pembuluh darah
yang ditandai oleh penimbunan sejumlah substansi berupa trombosit, sehingga
menyebabkan makrovaskuler adalah komplikasi yang mengenai pembuluh
darah arteri yang lebih besar yang dan timbul gangren pada ekstremitas.
c. Manifestasi klinis
1) Kerusakan integritas kulit (dermis)
2) Gangguan permukaan kulit (epidermis)
3) Invasi struktur tubuh
d. Komplikasi
1) Infeksi
Resiko infeksi akan menjadi lebih besar jika luka banyak terdapat
jaringan mati atau adanya benda asing di sekitar luka sehingga sirkulai
darah ke luka berkurang.
2) Sepsis
Bila ada kuman dan luka sampai mengenai Pembuluh darah maka kuman
akan ikut masuk ke aliran darah didalam pembuluh darah dan menyebar
keseluruh tubuh.
3) Kematian
Sepsis dapat mengakibatkan kematian bila tidak ditangani dengan baik.
5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Jenis Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Gula Darah Sewaktu
b) Gula Darah Puasa
c) Gula Darah 2 jam PP (Post Prandial)
2) Nilai normal :
 Puasa : 70 – 110 mg/dl
 ½ jam : 110 – 170 mg/dl
 jam : 120 – 170 mg/dl
 1½ jam : 100 – 140 mg/dl
 2 jam : 70 – 120 mg/dl

B. Tinjauan Teori Askep Kerusakan Integritas Kulit


a. Pengkajian
1) Data Subjektif
a) Mengungkapkan adanya gangguan kulit/luka/gatal/kemerahan/bengkak
2) Data Objektif
a) Kerusakan lapisan kulit
b) Gangguan permukaan kulit
c) Invasi struktur tubuh
d) Bedrest
e) Usia >40 tahun
f) Kulit ikterik
b. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
Eksternal :
1) Zat kimia
2) Usia yang extrim
3) Kelembapan
4) Hipertermia
5) Hipotermia
6) Faktor mekanik (seperti pencukuran kulit, tekanan, pengekangan)
7) Medikasi
8) Lembab
9) Mobilitasi fisik
10) Radiasi

Internal :

1) Perubahan dalam status cairan


2) Perubahan dalam pigmentasi
3) Perubahan turgor
4) Faktor perkembangan
5) Kondisi ketidak seimbangan nutrisi (seperti obesitas, kurus)
6) Penurunan imunologis
7) Penurunan sirkulasi
8) Kondisi gangguan metabolik
9) Gangguan sensasi
10) Tonjolan tulang
c. Perencanaan
1) Prioritas Diagnosa keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan
metabolik
2) Rencana Asuhan Keperawatan
a) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan
metabolik
1) Rencana Tujuan
Kerusakan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan
penyembuhan.
2) Kriteria Hasil
a) Integritas kulit yang baik bias dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
b) Tidak ada luka/lesi pada kulit
c) Perfusi jaringan baik
d) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
e) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
3) Rencana Tindakan
a) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
Rasional: Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan
(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi)
b) Kaji tanda-tanda vital
Rasional: Dengan melakukan pengukuran tanda-tanda vital
bisa mengetahui keadaan umum pasien
c) Kaji skala nyeri
Rasional: Membantu pasien mengidentifikasi skala nyeri
d) Lakukan perawatan luka
Rasional: Mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih lanjut
e) Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi
Rasional: Pemberian insulin dapat berfungsi mengatur kadar
glukosa darah
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan/implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)
yang telah direncanakan. Dalam tahap ini perawat harus mengetahui berbagai
hal, diantaranya bahaya fisik dan perlindungan kepada pasien, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien, tingkat perkembangan pasien.
e. Evaluasi
1) Kerusakan integritas kulit berkurang atau menunjukan penyembuhan
Daftar Pustaka

Djuanda, Adhi, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Nanda 2016.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda NIC NOC Edisi Revisi Jilid
1.Jakarta:EGC
C. WOC

Defisiensi Insulin

Penurunan pemakaian glukosa oleh sel

Hiperglikemia

Glycosuria

Osmotic Diuresis

Dehidrasi

Hemokonsentrasi

Trombosis

Aterosklerosis

Makrovaskuler

Ekstremitas

Gangren

Kerusakan Integritas Kulit

Anda mungkin juga menyukai