Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MODUL 1

“LUKA-TRAUMA”
BLOK KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 11

Nurul Muqarribah Pratiwi Ishaq 11020170104


Jihan Adjdjibiyan S. Azzubaidi 11020170105
Andi Muhammad Nasywan Akbar 11020170106
Oryza Camilia Salsabila 11020170107
Nadila Raudhani Permatasari 11020170108
Muhammad Fatur Rahman 11020170109
Afifah Syahbani Zainal 11020170110
Hafifah Suci Mas’a 11020170111
Musdalifah 11020170112
Mega Islamiaty 11020170113

Tutor:
dr. Rahmawati, Sp.Rad

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya serta
kemudahan yang telah diberikan sehingga kami dapat dapat menyelesaikan laporan ini. Tak lupa
kami kirimkan salam dan shalawat kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Mengingat bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari berbagai pihak yang
membantu dalam penyusunan laporan ini, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami.
Kami menyadari bahwa dalam menulis laporan ini mungkin masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi perbaikan laporan-laporan kami selanjutnya. Kami mohon maaf jika ada
kesalahan dalam penulisan kata karena kebenaran hanya milik-Nya semata.
Demikian harapan kami, semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

Makassar, 13 Juli 2020

Kelompok 11
Skenario 1.5
Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke UGD RS dan mengaku sebagai korban tabrak lari.
Berdasarkan hasil anamnesis, pasien mengaku diserempet oleh sepeda motor saat sedang berjalan kaki
dan sempat terguling di aspal sehingga mengalami luka di dekat siku kanan. Tidak ada riwayat penurunan
kesadaran atau muntah.

Kata sulit: -
Kata/kalimat kunci:
 Laki-laki 30 tahun
 Mengaku sebagai korban tabrak lari
 Luka lecet didekat siku kanan
 Tidak ada riwayat penurutnan kesadaran atau muntah
 Sempat terguling di aspal
Pertanyaan:
1) Anatomi dan fisiologi dari regio luka?
2) Bagaimana deskripsi luka berdasarkan skenario?
3) Bagaimana patomekanisme luka berdasarkan skenario?
4) Apakah MCOdamage berdasarkan skenario?
5) Bagaimana karakteristik agen penyebab luka/trauma?
6) Jelaskan derajat keparahan sesuai dengan hukum yang berlaku!
Pembahasan:
1. Anatomi dan fisiologi dari regio luka
Anatomi
Luka lecet pada skenario terdapat di region antebrachii dextra posterior, dimana anatomi
regio antebrachii adalah sebagai berikut.1

Organ yang terkena pada luka lecet tersebut adalah kulit. Luka lecet biasanya terjadi pada
lapisan dermis superfisial pada kulit. Kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan
tubuh, yang terdiri atas 2 lapisan :1
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel berlapisgepeng dengan
lapisan tanduk. Epidermis hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai pembuluh
darah maupun limfe. Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:

a) Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena
paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel. Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan
jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya
terdapat butir – butir pigmen.
b) Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum
germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel.
c) Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti
belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel
pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir – butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir
keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin
semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam
proses tersebut, misalnya pada kuku. Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin
bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum
granulosum sudah dalam keadaan mati.
d) Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum
corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat.
e) Stratum Corneum
Lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah
mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada
stratum spinosum sudah tidak tampak lagi. Pada permukaan, lapisan tersebut akan
mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum.
2. Dermis
Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :
a) Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla
corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar
dengan serabut kolagen halus. Sebagian besar papilamengandung pembuluh darah-
pembuluh kapiler yang memberi nutrisi padaepitel di atasnya. Papilla juga mengandung
badan akhir saraf sensoris yaitu badan meissner
b) Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen kasar
yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain
terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya
mangandung butir – butir pigmen. Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang
mengandung glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis
Fisiologi
Kulit adalah ‘selimut’ yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama
sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Sama halnya dengan
jaringan pada bagian tubuh lainnya, kulit juga melakukan respirasi (bernapas), menyerap
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Namun, respirasi kulit sangat lemah. Kulit lebih
banyak menyerap oksigen yang diambil dari aliran darah, dan hanya sebagian kecil yang
diambil langsung dari lingkungan luar (udara). Begitu pula dengan karbondioksida yang
dikeluarkan, lebih banyak melalui aliran darah dibandingkan dengan yang diembuskan
langsung ke udara.2,3
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barierinfeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.Fungsi proteksi
kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit,trauma mekanik, ultraviolet
dan sebagai barier dari invasi mikroorganismepatogen.Sensasi telah diketahui
merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba.Kulit berperan pada
pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh
hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui
keringat, insessible lossdari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol
dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperature m e n i n g k a t t e r j a d i
vasodilatasi pembuluh darah,kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun,pembuluh darah kulit
akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.2,3
Kulit yang merupakan lapisan terluar yang menutupi seluruh tubuh sangat rawan terkena
kerusakan. Kulit yang mengalami kerusakan mudah mengalami regenerasi atau perbaikan,
tetapi jika kerusakan lebih dalam dari lapisan dermis, biasanya tempat yang rusak akan diisi
oleh jaringan ikat. Kerusakan pada kulit ini umumnya disebut dengan luka.2,3

2. Deskripsi luka berdasarkan skenario


Deksripsi luka:4,5
- Sifat luka, yaitu abrasi, berbatas tegas dan berwarna kemerahan disertai bintik-bintik
perdarahan
- Dimensi luka, berbentuk lonjong dengan panjang 12 cm dan lebar 4 cm, mengarah ke
pergelangan tangan
- Posisi luka, terletak pada lengan bawah kanan 3 cm dibawah siku luar , 17 cm dari garis
tengah
- Ketinggian luka, sekitar 90 cm dari tumit (yaitu permukaan tanah)
- Daerah sekitar luka terdapat disertai kotoran

3. Patomekanisme luka berdasarkan skenario


Abrasi terjadi karena luka superfisial pada kulit yang ditandai dengan pengangkatan,
pelepasan atau penghancuran epidermis yang traumatis, sebagian besar disebabkan oleh
gesekan dan atau tekanan. Hilangnya lapisan permukaan kulit (mis. Jika tubuh meluncur
melintasi permukaan kasar) dan meninggalkan corium terekspos, yang awalnya ditutupi oleh
cairan serosanguinous. Pada luka, dampak luka sering dapat ditentukan oleh abrasi
epidermis yang terkikis, yang tetap melekat pada ujung gesekan. Sebagian besar cedera
terbatas pada epidermis yang menghasilkan perdarahan minimal. Kemudian, cairan jaringan
mengering dan membentuk kerak kering kecoklatan.6,7
Jika lesi tidak mencapai dermis, lesi akan sembuh dalam beberapa hari tanpa jaringan parut.
Namun, lesi yang meluas ke dermis dapat menyebabkan jaringan parut pada penyembuhan.
Pada sebagian kasus objek yang terluka dapat direfleksikan oleh bentuk cedera kulit,
sehingga abrasi yang berpola dapat dianggap sebagai jejak objek penyebab, karena sering
menggambarkan tepi atau bagian yang menonjol.6,7
Tipe Linear atau scratch abrasion biasanya merupakan hasil dari gesekan terhadap
permukaan yang luas dan kasar. Ini paling sering terlihat dalam kasus-kasus kecelakaan lalu
lintas jalan serta dalam kasus jatuh saat olahraga. Scratch abrasions disebabkan oleh tubuh
terseret terhadap permukaan yang kasar, mengakibatkan scrapping epidermis.6,7
4. MCOdamage berdasarkan skenario

Luka lecet pada bagian dorsal dekat siku


Current finding
kanan

Rusaknya jaringan epidermis & dermis


A-1
superficial

Trauma tumpul dengan gesekan keras pada


A-2
aspal

5. Karakteristik agen penyebab luka/trauma

Berdasarkan skenario penyebab luka kemungkinan terjadi akibat adanya benturan karena di
serempet motor, kemudian karena kehilangan keseimbangan, menyebabkan korban terjatuh
dan lengan kanan bawah bersentuhan langsung dengan aspal, dimana agen penyebab luka
tersebut adalah aspal. karakteristik dari aspal adalah permukaan rata dan kasar, konsistensi
keras, dan merupakan benda tumpul.8

6. Derajat keparahan sesuai hukum yang berlaku


Rumusan Luka Ringan
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan FGD, didapatkan bahwa luka ringan tidak
tercantum didalam undang-undang yang dipakai di Indonesia, sehingga narasumber tidak
dapat mendeskripsikan/menjelaskan luka ringan. Oleh karena itu, hal yang dapat dijelaskan
hanya sebatas penganiayaan ringan, yaitu sebagai penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan. Apabila telah ditemukan
adanya penyakit (memar/lecet) dapat digunakan pasal 351 atau pasal 360 ayat 2 yang
berbunyi luka sedemikian rupa sehingga orang itu menjadi sakit sementara atau tidak dapat
menjalankan jabatan atau pekerjaannya sementara.9
Penganiayaan ringan pada undang-undang di Indonesia berdasarkan pasal 352 yang
berbunyi:9
1. Penganiayaan yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan dalam menjalankan
jabatan atau pekerjaan, diancam karena penganiayaan ringan dengan pidana penjara paling
lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja
padanya, atau menjadi bawahannya.
2. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
DAFTAR PUSTAKA

1. Eroschenko, victor P. Atlas Histologi Difiore edisi 11. Penerbit buku kedokteran EGC.
Jakarta. 2008. Halaman 31, 124-129
2. Arindha Reni Pramest. Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosan
Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar.Universitas Airlangga
3. David S Perdanakusuma.2017. Plastic Surgery Departement Airlangga University School
of Medicine – Dr. Soetomo General Hospital. Surabaya
4. Handout Keterampilan Klinik Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fak.
kedokteran Unhas. 2019
5. Slide Deskripsi Luka. Dr. Tijang Sari Lestari. Fak. Kedokteran Unhas. 2016
6. Handbook of Forensic Medicine, First Edition. Edited by Burkhard Madea. © 2014 John
Wiley & Sons, Ltd. Published 2014 by John Wiley & Sons, Ltd
7. Lanzi GL. Facial Injuries in Sports, Soft Tissue Injuries (Abrasions, Contusions,
Lacerations). Clin Sports Med. 2017 Apr;36(2):287-298.
8. Biswas G.2012. Review of forensic and toxicology.jaypee brothers medical publisher
9. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Himpunan Peraturan Perundang-
undangan Republik Indonesia menurut sistem Engelbrecht. Jakarta: Intermasa;
2006.h.1710-43.

Anda mungkin juga menyukai