Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

MELANOGENESIS

Disusun oleh :
Syahril Maulana Rasahan

1261050143
PEMBIMBING
dr. Emil R Fadly,SpKK

KEPANITERAAN KLINIK
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
PERIODE 26 JUNI 23 JULI 2016
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan


rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penulisan referat dengan judul
Melanogenesis. Referat ini ditulis untuk menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai proses melanisasi kulit dan merupakan salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing, dr. Emil R Fadly SpKK,
yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan pengarahan
dalam penyusunan referat ini dari awal hingga selesai.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritikan yang
membangun dan saran demi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga referat
ini dapat berguna bagi kita semua.

Cibinong, Juli 2016


Penulis

DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar belakang....................................................................................1
1.2. Tujuan penulisan................................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka....................................................................................3
BAB III Kesimpulan..........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempunyai kulit putih masih menjadi dambaan wanita Asia. Kulit yang
putih dan bersinar menjadi barometer kecantikkan di daerah Asia terutama
Indonesia. Padahal, di Luar Negeri, banyak wanita justru ingin mendapatkan kulit
kecoklatan nan eksotis. Kulit merupakan sebuah daya tarik, tak hanya bagi wanita
tapi juga bagi kaum adam. Untuk mewujudkannya kebanyakan orang melakukan
perawatan kecantikan.
Warna kulit dapat menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam
suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit putih dari eropa dan lainlain yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu, ketebalan kulit, vaskularisasi di
kulit, kadar oksihemoglobin, kadar hemoglobin reduksi, karoten yang terdapat di
dalam tubuh, dan pigmen melanin kulit baik eumelanin (coklat-kehitaman)
ataupun feomelanin (kuning-merah). Namun melanin yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin.
Pigmen melanin dibuat oleh sel pembentuk pigmen (melanosit) yang
terletak di bagian basal epidermis melalui proses fotokimiawi (melanogenesis)
dalam suatu unsur intraselular melanosit yang disebut melanosom. Selain
membuat, melanosom juga membawa melanin dari badan sel ke ujung lengan sel
(dendrit) untuk dipindahkan ke dalam sel sel epidermis diatasnya atau ke dalam
sel melanofag yang berada di dalam dermis. Proses pembentukan melanin
(melanogenesis) terjadi secara bertahap dan dibantu oleh sejumlah enzim,
hormon, oksigen, mineral serta sinar ultraviolet.
Di antara ras ras kulit bangsa di dunia, tidak ada perbedaan jumlah
melanosit. Perbedaan jumlah melanosit terdapat pada daerah daerah tertentu
pada tubuh. Di kulit kepala dan lengan (bagian yang tidak tertutup pakaian) dalam
2
1 mm terdapat lebih kurang 2000 melanosit epidermal. Sedangkan pada bagian
2
badan lain dalam 1 mm terdapat kurang lebih 1000 melanosit epidermal.
Kulit hitam cenderung memiliki melanosom besar, tunggal, padat dengan
melanin, sedangkan melanosom pada orang kulit putih tersusun dari partikel kecil
yang bergabung dan tidak padat dengan melanin.
Keinginan orang banyak untuk merubah warna kulit kini jadi semakin
mudah dengan adanya perkembangan teknologi yg semakin canggih dan
penelitian yang terus berkembang, hal tersebut didahului dengan pemahaman ilmu
dasar proses melanogenesis yang mempengaruhi warna kulit.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui proses melanisasi
pada kulit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak,
umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium
minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada
telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Struktur kulit secara mikroskopis dibagi menjadi 3 bagian:
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel.
Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari
seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam):
a. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
b. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan
telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
c. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula
keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel
Langerhans.
d. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filament filament tersebut memegang peranan penting untuk
mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis
pada tempat yang terus mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum

spinosum dengan lebih banyak tonofibril. Stratum basale dan stratum


spinosum disebut sebagai lapisan Malphigi. Terdapat sel Langerhans.
e. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam
pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28
hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor
lain. Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
allergen (sel Langerhans).
2. Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai
dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam jumlah besar dan
serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi kehilangan kelemasannya
dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
3. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbedabeda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi
menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber(1,2).

Gambar 1. Anatomi kulit secara histopatologik kulit tebal dan tipis


B. Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan
kimia, cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit
merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan
melihat perubahan yang terjadi pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning
kuningan, kemerahmerahan atau suhu kulit meningkat, memperlihatkan adanya
kelainan yang terjadi pada tubuh gangguan kulit karena penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit.
Misalnya karena stress, ketakutan atau dalam keadaaan marah, akan terjadi
perubahan pada kulit wajah. Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah

seseorang telah lanjut usia atau masih muda. Wanita atau pria juga dapat
membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat menentukan ras atau suku
bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning bangsa mongol, kulit
putih dari eropa dan lain-lain.
Perasaan pada kulit adalah perasaan reseptornya yang berada pada kulit. Pada
organ sensorik kulit terdapat 4 perasaan yaitu rasa raba/tekan, dingin, panas, dan
sakit. Kulit mengandung berbagai jenis ujung sensorik termasuk ujung saraf
telanjang atau tidak bermielin. Pelebaran ujung saraf sensorik terminal dan ujung
yang berselubung ditemukan pada jaringan ikat fibrosa dalam. Saraf sensorik
berakhir sekitar folikel rambut, tetapi tidak ada ujung yang melebaratau
berselubung untuk persarafan kulit.
Penyebaran kulit pada berbagai bagian tubuh berbeda-beda dan dapat dilihat
dari keempat jenis perasaan yang dapat ditimbulkan dari daerah-daerah tersebut.
Pada pemeriksaan histologi, kulit hanya mengandung saraf telanjang yang
berfungsi sebagai mekanoreseptor yang memberikan respon terhadap rangsangan
raba. Ujung saraf sekitar folikel rambut menerima rasa raba dan gerakan rambut
menimbulkan perasaan (raba taktil). Walaupun reseptor sensorik kulit kurang
menunjukkan ciri khas, tetapi secara fisiologis fungsinya spesifik. Satu jenis
rangsangan dilayani oleh ujung saraf tertentu dan hanya satu jenis perasaan kulit
yang disadari.
C. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin
kelangsungan hidup secara umum yaitu :
1. Proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya
radiasi, sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur.
Karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabutserabut
jaringan penunjang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
Melanosit turut berperan dalam melindungi kulit terhadap sinar matahari
dengan mengadakan tanning (pengobatan dengan asam asetil).
2. Proteksi rangsangan kimia
Dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermeable terhadap
berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan keasaman kulit yang
melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman kulit terbentuk
dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman kulit

antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel
sel kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
3. Absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga yang larut dalam
lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit
ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan absorbsi kulit
dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus selsel
epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui selsel
epidermis.
4. Pengatur panas
Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini
karena adanya penyesuaian antara panas yang dihasilkan oleh pusat pengatur
panas, medulla oblongata. Suhu normal dalam tubuh yaitu suhu visceral 3637,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian persarafan dan
vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler melebar,
kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat
sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi
(pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat
dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan).
5. Ekskresi
Kelenjarkelenjar kulit mengeluarkan zatzat yang tidak berguna lagi atau
zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena
lapisan sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang
berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan
keringat menyebabkan keasaman pada kulit.
6. Persepsi
Kulit mengandung ujungujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis,
terhadap dingin diperankan oleh dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis
dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf
sensorik lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.

7. Pembentukan Pigmen
Sel pembentukan pigmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini
berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim melanosum
dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan O2 terhadap
sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis melalui
tangantangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh melanofag.
Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga
oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
8. Keratinisasi
Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan. Sel basal
yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum.
Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum.
Semakin lama intinya menghilang dan keratinosit ini menjadi sel tanduk yang
amorf. Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui
proses sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira
kira 14-21 hari dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara
mekanis fisiologik.
9. Pembentukan vitamin D
Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari.
Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya dari proses tersebut.
Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan(3).
D. Fungsi Kulit sebagai pembentukan pigmen
Dari semua bahan pembangun warna kulit yang paling menentukan warna
kulit adalah pigmen melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin merupakan produk
dari melanosit. Jumlah, tipe, ukuran, dan distribusi pigmen melanin ini akan
menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras/bangsa di dunia (4). Melanin
merupakan suatu metabolit sekunder. Metabolit sekunder merupakan senyawa
metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam
bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Begitu
juga dengan fungsinya, melanin atau pigmen tergantung pada makhluk hidup yang
memproduksinya. Misalnya pada manusia melanin berfungsi sebagai pemberi
warna pada kulit, rambut dan mata, melanin juga berfungsi melindungi kulit dari
paparan sinar ultra violet. Semakin sering kulit tubuh terkena paparan sinar ultra
violet maka produksi melanin dalam tubuh bertambah banyak sehingga kulit akan
terlihat lebih gelap. Untuk hewan melanin berfungsi sebagai pemberi warna untuk
kulit, mata dan bulu. Tetapi pada beberapa serangga pigmennya berubah menjadi
senyawa beracun dan digunakan sebagi signal apabila ada bahaya disekitarnya.

Jadi pada serangga tersebut pigmen berfungsi ganda. Pada tanaman pigmen
berfungsi sebagai pemberi warna pada daun dan bunga bagi tanaman yang
memiliki bunga. Warna daun dan bunga setiap tanaman berbeda-beda, hal tersebut
dikarenakan molekul pigmen yang ada pada tanaman tersebut berbeda.
Selain melanin yang berwarna coklat, warna kulit juga ditentukan oleh
oxyhemoglobin yang berwarna merah, hemoglobin tereduksi yang berwarna
merah kebiruan, keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit,
serta lapisan stratum korneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabuabuan. Terdapat pewarna lain seperti carotene, suatu pigmen warna kuning namun
kurang berperan dalam warna kulit karena jumlah dan efeknya yang sedikit sekali,
serta eleidin dalam stratum lucidum yang hanya terlihat pada kulit yang menebal
dari telapak kaki bagian tumit.
Type
Type I
Type II
Type III
Type IV
Type V
Type VI

Description
Always burns, never tans (pale white
skin)
Usually burns, tans minimally, very sun
sensitive (white skin)
Sometimes mild burns, tans gradually to
light brown skins
Burns minimally, always tans well,
moderate brown skin
Rarely burns, tans profusely, dark brown
skin, sun intensive skin
Never burns (deeply pigmented dark
brown to black skin), sun intensive skin

Examples
Red haired with
freckles
Faik skinned, fair haired
Caucasians
Darker Caucasians
Mediterranian type
Caucasians
Some blacks
Darker blacks

Tabel 1. Tipe kulit menurut Fitzpatrick(5)

1. Histologi Melanosit
Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di
(6,7)
bawah atau di antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut
. Asal
embriologi dari melanosit berasal dari sel krista neural. Melanosit memiliki
bentuk badan sel bulat tempat bermulanya cabang-cabang panjang yang ireguler
dalam epidermis. Cabang-cabang ini berada di antara sel-sel stratum basalis dan
stratum spinosum (7,8).

Gambar 2. Diagram Melanosit. Juluran melanosit meluas hingga ke antara keratonosit. Granul
melanin disintesis di dalam melanosit, kemudian bermigrasi ke dalam keratinosit.

Dengan mikroskop elektron terlihat sel yang berwarna pucat, berisikan


banyak mitokondria kecil, kompleks golgi sangat berkembang, sisterna pendek
(7)
pada retikulum endoplasma yang kasar .
Meskipun melanosit tidak dilekatkan dengan keratinosit yang berdekatan
dengannya oleh desmosom, melanosit ini diletakkan ke lamina basalis dengan
hemidesmosom.

2. Melanogenesis
Melanin dibentuk oleh melanosit dengan enzim tirosinase memainkan
peranan penting dalam proses pembentukannya. Sebagai akibat dari kerja
enzim tironase, tiroksin diubah menjadi 3,4 dihidroksiferil alanin (DOPA) dan
kemudian menjadi dopaquinone, yang kemudian dikonversi, setelah melalui
beberapa tahap transformasi menjadi melanin. Enzim tirosinase dibentuk dalam
ribosom, ditransfer dalam lumer retikulum endoplasma kasar, melanosit
diakumulasi dalam vesikel yang dibentuk oleh kompleks golgi(6).
Proses pembentukan pigmen melanin terjadi pada butir butir melanosom
yang dihasilkan oleh sel sel melanosit yang terdapat di antara sel sel basal
keratinositdi dalam lapisan basal (stratum germinativum). Melalui juluran
lengan lengannya yang dinamakan dendrit, melanosit memberikan

melanosom kepada sejumlah sel sel keratinosit di sekelilingnya. Satu sel


melanosit melayani sekitar 36 sel keratinosit. Kesatuan ini dinamakan unit
melanin epidermal. Melanosom yang terdapat di dalam keratinosit berbentuk
partikel partikel padat atau merupakan gabungan dari 3-4 buah partikel lebih
kecil yang mempunyai membrane, dinamakan melanosom kompleks(4).
4 tahapan yang dapat dibedakan pada pembentukan granul melanin yang
matang(4,6).
Tahap 1: Sebuah vesikel dikelilingi oleh membran dan menunjukkan awal
proses dari aktivitas enzim tirosinase dan pembentukan substansi
granul halus; pada bagian perifernya. Untaian-untaian padat elektron
memiliki suatu susunan molekul tirosinase yang rapi pada sebuah
matrik protein.
Tahap 2: Vesikel (melanosom) berbentuk oval dan memperlihatkan pada bagian
dalam filamen-filamen dengan jarak sekitar 10 nm atau garis lintang
dengan jarak sama. Melanin disimpan dalam matriks protein.
Tahap 3: Peningkatan pembentukan melanin membuat struktur halus agak sulit
terlihat. Mulai nampak adanya deposit melanin di dalam membrane
vesikula. Mulai terjadi melanisasi melanosom
Tahap 4: Deposit melanin memenuhi melanosom yang merupakan partikel
padat berbentuk sama. Granul melanin matang dapat terlihat dengan
mikroskop cahaya dan melanin secara sempurna mengisi vesikel.
Utrastruktur tidak ada yang terlihat. Granul yang matang berbentuk
elips, dengan panjang 1 m dan diameter 0,4 m..

Gambar 4. Diagram Melanosit, ilustrasi gambaran utama melanogenesis. Tirosinase di sintesis


dalam retikulum endoplasma yang kasar dan diakumulasikan dalam vesikel kompleks Golgi.
Vesikel yang bebas sekarang dinamakan melanosom. Sintesis melanin dimulai pada melanosom
tahap II, di mana melanin diakumulasikan dan membentuk melanosom tahap III. Terakhir struktur
ini hilang dengan aktivitas tirosinase dan membentuk granul melanin. Granul melanin bermigrasi
ke arah juluran melanosit dan masuk ke dalam keratinosit.

Ketika dibentuk granul melanin migrasi di dalam perluasan sitoplasma


melanosit dan ditransfer ke sel-sel dalam stratum germinativum dan spinosum
dari epidermis. Proses transfer ini telah diobservasi secara langsung pada kultur
jaringan kulit.
Granul melanin pada dasarnya diinjeksikan ke dalam keratinosit. Ketika di
dalam keratinosit, granul melanin berakumulasi di dalam sitoplasma di daerah
atas inti (supranuklear), jadi melindungi nukleus dari efek merusak radiasi
matahari.
Meskipun melanosit yang membentuk melanin, namun sel-sel epitel
keratinositlah yang menjadi gudang dan berisi lebih banyak melanin,
dibandingkan melanosit sendiri. Di dalam keratinosit, granul melanin
bergabung dengan lisosom alasan mengapa melanin menghilang pada sel
epitel bagian atas.
Di antara ras ras kulit bangsa di dunia, tidak ada perbedaan jumlah
melanosit. Perbedaan jumlah melanosit terdapat pada daerah daerah tertentu
pada tubuh. Di kulit kepala dan lengan (bagian yang tidak tertutup pakaian)
2
dalam 1 mm terdapat lebih kurang 2000 melanosit epidermal. Sedangkan pada

2
bagian badan lain dalam 1 mm terdapat kurang lebih 1000 melanosit
epidermal.
Melanosom di dalam keratinosit akhirnya mengalami degradasi. Melanosom
yang terbentuk dari gabungan beberapa partikel dan besarnya kurang dari 1
mikron akan mengalami degradasi. Ini terdapat pada ras Eropa (Kaukasoid),
Mongoloid, dan Indian Amerika. Melanosom yang besarnya lebih dari 1
mikron dan tunggal, tidak mengalami degradasi, misalnya terdapat pada ras
Negro dan Aborigin. Ukuran melanosom di pengaruhi oleh faktor genetik dan
non genetik, misalnya penyinaran oleh sinar matahari (ultraviolet).
Telah dibuktikan korelasi antara warna kulit dan besarnya melanosom. Kulit
hitam memiliki melanosom besar, tunggal, padat dengan melanin, sedangkan
melanosom pada orang kulit putih tersusun dari partikel kecil yang bergabung
dan tidak padat dengan melanin.
Pembentukan melanin dalam melanosit sangat kompleks. Ada 2 macam
pigmen melanin dengan variasi warna yang terjadi
1. Eumelanin : memberikan warna gelap, terutama hitam, coklat, dan
variasinya. Pigmen ini tidak larut hampir di semua
macam pelarut, mempunyai berat molekul tinggi,
mengandung
nitrogen,
terjadi
karena
oksidasi
polimerisasi dari bentuk intermediate yang berasal dari
DOPA.
2. Feomelanin :
memberikan warna cerah, kuning sampai merah, larut
dalam alkali, mengandung nitrogen dan sulfur. Terutama
terdiri dari Benzotiazin dan Benzotiazol, berasal dari
sisteinildopa, misalnya terdapat pada rambut manusia dan
pada melanoma.

Gambar 5. Proses pembentukan eumelanin dan feomelanin


Pada biosintesa melanin tersebut, bila ada penambahan sistein dan
glutathione pada Dopaquinon akan menyebabkan reaksi non-enzim yang cepat
pada metabolisme melanosit. Pembentukan eumelanin dan feomelanin berada
di bawah pengawasan genetik dan sangat tergantung pada kandungan Sulfhidril
dalam sel melanosit tersebut.
Hal ini menerangkan kemungkinan terjadinya pencampuran kedua warna
eumelanin dan feomelanin bila kandungan sulfhidril tidak terlalu rendah untuk
menghasilkan eumelanin atau terlalu tinggi untuk mengubah semua
dopaquinon menjadi sisteinildopa. Setiap perbedaan kandungan sulfhidril dapat
diharapkan menghasilkan kedua macam indol dan sisteinildopa dan terjadilah
ko-polimerisasi yang menghasilkan warna campuran.
Makin gelapnya kulit (tanning) setelah terpapar radiasi matahari ( panjang
gel: 290-320mm) adalah akibat proses tahap 2. Pertama, reaksi fisis dan
kimiawi menggelapkan warna melanin yang belum muncul ke luar melanosit,
dan merangsangnya secara cepat untuk masuk ke keratinosit. Kedua, kecepatan
sintesis melanin dalam melanosit mengalami akselerasi, sehingga semakin
meningkatkan jumlah pigmen melanin(4).

3. Intensitas Warna Kulit


Intensitas warna kulit secara fundamental ditentukan oleh:
1. Jumlah melanosom yang terdapat di dalam keratinosit dan melanosit.
2. Kecepatan melanogenesis di dalam melanosit.
3. Kecepatan transfer di dalam populasi keratinosit
Oleh karena itu dikenal 2 macam warna kulit:
1. Warna kulit konstitutif, yaitu yang secara genetik diturunkan tanpa
dipengaruhi faktor sinar ultraviolet dan hormon, dan
2. Warna kulit fakultatif, yaitu warna kulit akibat pengaruh sinar ultraviolet
dan hormon. Warna ini jelas tampak pada bagian badan yang tidak
tertutup pakaian(4).

BAB III
KESIMPULAN

Perbedaan warna kulit terjadi akibat adanya perbedaan ukuran dan penyebaran
melanin dalam kulit. Perbedaan pigmentasi dapat muncul karena adanya variasi
jumlah, ukuran, komposisi dan distribusi dari melanosom. Warna kulit terutama
ditentukan oleh oxyhemoglobin yang berwarna merah, hemoglobin tereduksi yang
berwarna merah kebiruan, melanin yang berwarna coklat, keratohyalin yang
memberikan penampakan opaque pada kulit, serta lapisan stratum korneum yang
memiliki warna putih kekuningan atau keabu-abuan, carotene yang berwarna
kuning yang jumlah dan efeknya sedikit sekali, serta eleidin dalam stratum
lucidum yang hanya terlihat pada kulit yang menebal dari telapak kaki bagian
tumit. Dari semua bahan pembangun warna kulit tersebut,yang paling menentukan
warna kulit adalah pigmen melanin yang dihasilkan di kulit. Melanin merupakan
produk dari melanosit. Jumlah, tipe, ukuran, dan distribusi pigmen melanin ini
akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras/bangsa di dunia.
Melanosit merupakan sel khusus yang terdapat pada epidermis, dijumpai di
bawah atau di antara sel-sel stratum basalis dan pada folikel rambut. Proses
pembentukan pigmen melanin terjadi pada butir butir melanosom yang
dihasilkan oleh sel sel melanosit yang terdapat di antara sel sel basal
keratinositdi dalam lapisan basal (stratum germinativum). Melalui juluran lengan
lengannya yang dinamakan dendrit, melanosit memberikan melanosom kepada
sejumlah sel sel keratinosit di sekelilingnya. Satu sel melanosit melayani sekitar
36 sel keratinosit. Kesatuan ini dinamakan unit melanin epidermal. Melanosom
yang terdapat di dalam keratinosit berbentuk partikel partikel padat atau
merupakan gabungan dari 3-4 buah partikel lebih kecil yang mempunyai
membrane, dinamakan melanosom kompleks.
Pembentukan melanin dalam melanosit sangat kompleks. Ada 2 macam
pigmen melanin dengan variasi warna yang terjadi
1. Eumelanin : memberikan warna gelap, terutama hitam, coklat, dan
variasinya.
2. Feomelanin : memberikan warna cerah, kuning sampai merah.
Intensitas warna kulit secara fundamental ditentukan oleh:
1. Jumlah melanosom yang terdapat di dalam keratinosit dan melanosit.
2. Kecepatan melanogenesis di dalam melanosit.
3. Kecepatan transfer di dalam populasi keratinosit

DAFTAR PUSTAKA

1. Rihatmadja Rahadi. Anatomi dan faal kulit. Dalam:Sri Linuwih Menaldi,


Kusmarinah Bramono, Wresti Indriatmi, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi ketujuh. Jakarta Balai Penerbit FKUI;2015.
2. Perdanakusuma S David. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan luka.
Universitas Airlangga. 2007.
3. Wasitaatmadja Syarif M. Fisiologi kulit. Dalam: Adhi Djuanda, Mochtar
Hamzah, Siti Aisah, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi keenam.
Jakarta Balai Penerbit FKUI;2011
4. Tranggono Retno Iswari, Fatma Latifah. Buku pegangan ilmu pengetahuan
kosmetik. Jakarta, Gramedia pustaka utama. 2007.
5. Sachdeva S. Fitzpatrick skin typing: Aplications on dermatology. Indian J
Dermatol Venereol Leprol 2009;75:94.
6. Junquiera L.C, Carneiro J, Kelley R.O. Basic Histology. 10th edition, Washington,
Lange, 2003: 316-23.
7. Ross M.H. Histology, A Text And Atlas, New York, Harper & Row 1985:416-23.
8. Bloom & Fawcett. Buku Ajar Histologi. Edisi ke-12, Jakarta, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 11994 : 536-46.

Anda mungkin juga menyukai