Anda di halaman 1dari 49

PENGECAPAN

`
Fisiologi pengecapan.
diperankan oleh taste bud terletak pada papil-papil
lidah.
Papil lidah: papila sircumvalata btk V pada pangkal
lidah, papila fungiformis pada ujung anterior lidah.
Taste bud tdpt pada palatum, tonsila, epiglotis, dan
esofagus proksimal.
Taste bud mengandung sel kecap dan sel
sustentakular.
Taste bud beregenerasi dlm hitngan hari.
Usia > 45 tahun, degenerasi Taste bud terjadi
penurunan kemampuan mengecap.
MANI ASA
S M

ASI
PAHIT
N
Rangsangan (tastan)

Sel kecap

Depolarisasi

Eksositosis vesikel sinaps

Pelepasan neurotransmiter.

Potensial aksi
Rasa asin (reseptor EnaC)
Rasa asam (reseptor EnaC)
Rasa manis (reseptor gustducin).
Rasa pahit (reseptor gustducin).
Ambang batas pengecapan.
Ambang batas untuk dapat menimbulkan
potensial aksi dan mengenali rasa (berbeda-
beda setiap rasa). Urutan terendah ke tinggi:
1. Rasa pahit
2. Rasa asam.
3. Rasa manis
4. Rasa asin
Jaras Pengecapan
1. Dua pertiga anterior lidah n.lingualis n. korda
timpani saraf fasialis.
2. Satu pertiga posterior lidah saraf
glosofaringeus.
3. Epiglotis, tonsila, proksimal esofagus saraf
vagus.

Ke-tiganya bersinaps di nukleus traktus solitarius


nukleus talamus korteks serebri (area insular
opercular ).
Jaras untuk refleks terhadap pengecapan, seperti
sekresi saliva selama ingesti makanan, diperankan
oleh jaras saraf yang menuju nukleus salivatorius
superior dan inferior setelah melewati nukleus
Gangguan sistem pengecapan
Penyebab :
Infeksi : virus , bakteri, jamur atau parasit pd
mulut.
Neoplasma kepala dan leher, pada terapi
keganasan.
Kel.Endokrin (diabetes melitus)
Kel. Nutrisi
Kel. Genetik
Renal desease, depression.
Kerusakan sistem saraf pusat : multiple sklerosis,
paralisis wajah, dan lesi talamus
Bentuk kelainan:
Ageusia : Kehilangan kemampuan untuk
mengecap.
Hipogeusia : Penurunan kemampuan untuk
mengecap.
EVALUASI KELAINAN PENGECAPAN
1. Gustometri.
Memeriksa kualitas rasa: manis, asin, asam dan pahit.
Konsentrasi larutan Boernstein : glukosa (4%, 10%, 40%),
NaCl (2.5%, 7.5%, 15%), asam sitrat (1%, 5%, 10%),
quinine (0.075%, 0.5%, 1%). Cara melakukan dengan
pipet diteteskan pada kedua sisi lidah, diamati selama
0.5-4 detik. Hasil berupa thereshold of recognition.
Tes Uji Pengecapan lain menggunakan bubuk gula, kina,
asam sitrat, dan garam. Cara melakukan letakan bahan2
tersebut dengan lidah menjulur, kemudian menyatakan
isyarat (jari) 1 rasa manis, 2 rasa pahit, 3 rasa asin, 4 rasa
asam.
2. Electrogustometri.
Lidah dirangsang secara elektrik untuk memproduksi rasa
metalik pada ke-2 sisi lidah kemudian dibandingkan.
NERVUS VII
N Fasialis sering mengalami
gangguan (perjalanan yg panjang,
saluran tulang yang sempit)
N VII (N fasialis , Nervus
Intermediofasialis)
Terdiri dari 3 komponen :

1. Motorik :
Otot mimik, M. stapedius, Mm. aurikule ,
M. digastrikus, M. stilohioid

2. Sensorik :
- AVK : Pengecap : - 2/3 lidah bag. depan
- AVU : - Mukosa (palatum, hidung, faring)
- Aferen Somatik Umum : Kulit (mastoid, CAE)

3. Otonom (PS) sekretomotor (EVU) :


- Gangl. Sfenopalatinum : Kel. lakrimalis
- Gangl. Submandibularis : kel. Submaksilaris, submaksilaris
Kanalis Fasialis ( AQUEDUCTUS FALLOPII )

33 mm :
Pars/segmen labirintin : 5 mm ( 0,68)
Pars/segmen timpanikum : 12 mm
Pars/segmen mastoidea : 13 mm
Ganglion geniculatum + 3 mm.

Ke lateral lewat kranial vestibulum antara koklea & KSS,


membelok menyusuri dinding medial kavum timpani
kranial fenestra ovalis.
Menonjol ke lateral dinding medial kavum timpani
(Promensia kanalis fasialis).
Di aditus ad antrum laterokaudal foramen stilo-
mastoideum.
Ganglion Genikuli (Genikulatum)

Pada genikulatum ganglion sensorik N. VII


(dari unsur N. intermedius)
khusus (kecap)
Visceral
umum (mukosa)
- Unsur-unsur : Aferen

Somatik umum
CABANG-CABANG N. VII :

1. Pada genikulum (dari ganglion genikuli)


N. Petrosus mayor (N. Petrosus superficiallis mayor) :
Sensorik : Palatum mole
Otonom-PS : (Afferen visceral Umum)
- Serabut preganglioner ganglion pterigopalatinum
(sekretomotor) : Gld.lacrimalis & kelenjar kecil
mukosa (hidung, faring, palatum).

- Bersatu dengan N. Petrosus profundus (Otonom -S)


membentuk N. kanalis pterigoidei (Vidii) / N.Vidianus.

- Berhubungan dg N. Timpanikus (Jacobson N. IX)


melalui ganglion otikum Glandula parotis.
2. Pada pars / segm. mastoid (pars desenden)
a. N. Stapedius

AVK 2/3 lidah depan


b. N.Korda timpani
Sekretomotor
Gangl. submaksilaris/submandibularis

3. Ekstra- kranial motorik (eferen viseral khusus)


a. N. aurikularis posterior e. Rr. zygomatisi
b. R. digastrikus f. Rr. bukales
c. R. stilohioideus g.R.marginalis
mandibulae
d. Rr. temporales h. R. koli (servikalis)
KELUMPUHAN N. VII ( PARESIS, PARALISIS )

Paling sering, merupakan gejala / tanda berupa perot


dengan / tanpa gejala lain.

Menilai parese N VII berdasarkan 4 hal : tipe, lokasi,


penyebab, derajat

Pembagian :
a. - Tipe sentral ( Upper Motor Neuron ) supranuklear
- Tipe perifer ( Lower Motor Neuron )
Batas truncus serebri.

b. - Paresis (paralisis parsial)


- Paralisis (paralisis total)
Pembagian Tinggi Lesi :

Supranuklearis
a. Nuklearis
Infranuklearis

Intrakranialis
b. Endotemporalis
Ekstrakranialis
Parese N VII berdasar Lokasi:

1. Intra kranial :
Supranuklear : otak/ kortex(tidak mengganggu
otot muka bagian atas
Nuklear : pons
Infranuklear : serebelopontin angle

2. Endotemporal :
Ganglion genikulatum gangguan lakrimal
area temporomastoideus mengganggu n.
stapeideus
foramen stilomastoideus gangguan korda
timpani ( pengecapan dan sekretomotor >
submaxilaris)

3. Extratemporal
ramus zygomaticotemporalis (otot muka bag.
atas)
ramus mandibulocervicalis ( otot muka bag.
Pembagian praktis Tempat Lesi

1. Supranuklearis
2. Nuklearis
3. Infranuklearis :
a. Segmen angulus serebelopontin
b. Segmen MAI
c. Segmen labirintin
d. Segmen timpanika
e. Segmen mastoidea
f. Segmen ekstrakranialis
Arteri Pemasok N. VII

1. A. stilomastoidea cabang A. aurikularis


posterior
2. R. petrosus superfisialis cabang A.
meningea media
3. Arteri-arteri kecil lain.
Bungkus N. VII dalam Kanalis Fasialis
1. Periosteum (tipis)
2. Jaringan ikat (banyak pembuluh darah)
3. Sarung fibrous (Epineurium)

Struktur N. VII :
1. Akson : Penghantar impuls saraf
2. Selubung mielin bagian terputus nodus Ranvieri
3. - Neurilema (Bungkus Schwann)
- Endoneurium
- Perineurium
Tipe / Derajad Kerusakan Saraf Perifer :
1. Neurapraxia
2. Axonotmesis
3. Neurotmesis

Pembagian Kerusakan Saraf : Sunderland


1. Blokade fisiologik (Neurapraxia)
2. Axonotmesis (Akson saja yang rusak)
3. Axon & Endoneurium rusak
4. Axon, Endoneurium dan Perineurium rusak
5. Rusak semuanya (Neurotmesis)
Derajat kerusakan N Fasialis perifer :

Neuripraxia : fungsi saraf hilang namun


axon masih utuh. Reversibel
Axonotmesis : terjadi putus axon namun
jaringan penunjang saraf masih utuh.
Kesembuhan parsial
Neurotmesis : kerusakan terjadi pada
axon dan jaringan penunjang.
Kelumpuhan ireversibel, kecuali
dilakukan operasi penyambungan saraf

MODUL
Penyebab Kelumpuhan N. VII :

1. Kesulitan kelahiran 6. Metabolik


2. Trauma / Ruda paksa 7. Toksik
3. Kelainan neurologik 8. Iatrogenik
4. Infeksi 9. Idiopatik
5. Neoplasma
Gejala & Tanda

1. Lesi supranuklearis
- Tonus otot baik (spastik)
- Wajah bagian atas intak
- Masih dapat senyum spontan
- Tanda-tanda lesi saraf lain biasanya (+)

2. Lesi nuklearis
- Tonus otot hilang (flasid)
- N. VI terlibat M. Rektus lateralis lumpuh
3. Lesi pada angulus Serebelopontis
Gangguan N. VII : - Fungsi motorik (flasid)
- Fungsi sensorik :
- 2/3 lidah depan
- Hipolakrimasi / salivasi
- Refleks stapedius (-)

Gangguan N. VIII :- Gangguan fungsi koklear


- Gangguan fungsi vestibuler

4. Lesi pada ganglion Genikuli


- Paralisis fasialis flasid
- Hiperakusis
- Gangguan rasa kecap, lakrimasi, salivasi
Lesi pada Segmen Timpanomastoidea
- Paralisis fasialis flasid
- Refleks stapedius (-)
- Gangguan rasa kecap dan salivasi
- Lakrimasi tetap baik

Lesi Ekstakranial
- Paralisis fasialis flasid
- Rasa kecap, Lakrimasi, salivasi NORMAL
DIAGNOSIS KELUMPUHAN N. VII

A. ANAMNESIS :
Sasaran : Diagnosis : Klinik, Topik, Etiologik

Anamnesis : - N. VII, N. VIII & yang lain


- penyakit lokal/sistemik

B. PEMERIKSAAN :
1. Pemeriksaan otot-otot wajah
2. Pemeriksaan Elektrodiagnostik : TSM, ENoG,
EMG
3. Tes Salivasi
4. Pemeriksaan Topografik
Level of Impairment Sign Diagnosis
Supranuclear Good tone, intact upper face, presence Cerebrovascular accident, trauma
of spontaneous smile, neurologic
deficits

Nuclear Involvement of the VI and VII ranial Vascular or neoplastic,


nerve, corticospinal tract sign poliomyelitis, multiple
sclerosis, enchepalitis
Angle Involvement of vestibular and cochlear Neurinoma, meningioma, fracture,
of the N VIII cranial nerve (facial cholesteatoma, arachnoid cyst
nerve, particularly taste, lacrimation
and salivation may be altered); the
V and later IX, X and XI cranial
nerve may become impaired

Geniculate ganglion Faial paralysis, hyperacusis alternation Herpes zoster oticus, fracture,
of lacrimal, salivation and taste Bells palsy, cholesteatoma,
neurinoma, arteriouvenous
malformation, meningioma

Tympanomastoid Facial paralysis, alternation in salivation Bells palsy, cholesteatoma,


and taste, lacrimation intact fracture, infection
Extracranial Facial paralysis (ussualy a branch is Trauma, tumor, parotid carcinoma,
spared), salivation and taste intact, pharyngeal carcinoma
deviation of jaw to normal side
Pemeriksaan fungsi motorik
Hause Brackmann Facial Nerve
Grading System
Essential Otolaryngology, K.J.Lee
TINGKAT DEFINISI
1 Normal Fungsi fasial normal pada seluruh tempat
2 Disfungsi ringan Kelemahan ringan yang tampak jelas pada pengamatan
secara dekat. Tidak ada sinkenesis, kontraktur, atau
spasme hemifasial.
Istirahat : simetri dan tonus normal
Gerakan :
Dahi : gerakan normal
Mata : mampu menutup mata dg usaha minimal
Mulut : asimetri ringan

3 Disfungsi sedang Tampak jelas, tetapi kelainan tidak berbeda antara dua sisi,
tidak ada kelemahan fungsional : sinkenesis tampak
jelas tetapi tidak berat, kontraktur, dan/atau spasme
hemifasial.
Istirahat : simetri dan tonus normal.
Gerakan :
Dahi : gerakan ringan sampai sedang
Mata : mampu menutup mata sempurna dengan
usaha maksimal, asimetri nyata.
Mulut : mampu menggerakkan sudut mulut dg usaha
maksimal, asimetri nyata.
TINGKAT DEFINISI
4 Disfungsi sedang berat Kelemahan nyata dan/atau kelainan asimetri.
Istirahat : simetri dan tonus normal.
Gerakan :
Dahi : tidak ada gerakan
Mata : tidak mampu menutup mata sempurna dengan
usaha maksimal.
Mulut : asimetri dengan usaha maksimal.
5 Disfungsi berat Hanya sedikit gerakan yang tampak.
Istirahat : asimetri dengan jatuhnya sudut mulut dan
penurunan / tidak adanya lipatan nasolabial.
Gerakan :
Dahi : tidak ada gerakan
Mata : sedikit gerakan kelopak mata dengan usaha
maksimal, penutupan mata tidak sempurna.
Mulut : sedikit gerakan sudut mulut.

6 Paralisis total Tidak ada gerakan ; tonus hilang ; asimetri ; tidak ada
sinkenesis, kontraktur, atau spasme hemifasial.
MODUL
Pemeriksaan Penunjang
Tes Schirmer

Menilai fungsi saraf petrosal superfisialis


mayor
Cara :
Kertas strip ditempatkan pada forniks
konjungtiva kedua mata BAG BAWAH
5 menit kertas strip dibandingkan
Hasil :
Abnormal : reduksi unilateral > 30% jumlah
total lakrimasi, atau
Reduksi lakrimasi total minimal 25 mm
setelah 5 menit
Tes Schirmer II : modifikasi, penambahan
stimulasi mukosa hidung dg menghirup
amonia evaluasi mekanisme protektif mata
Tes Stapedius

Refleks kontraksi m stapedius terjadi


ketika telinga kontralateral
dirangsang dg bunyi yg keras
perubahan compliiance telinga
tengah
Diukur dg audiometri impedance
Lesi otot tidak kontraksi, tidak ada
perubahan impedance
Tes Uji Pengecapan

Mendeteksi gangguan korda timpani


Lesi pada 2/3 anterior lidah
Cara :
Pasien menjulurkan lidah
Meletakkan pd lidah : bubuk gula, kina,
sitrat atau garam secara bergiliran dan
diselingi istirahat
Menyatakan pengecapan yg dirasakan
Elektrogustatometri

Lidah dirangsang secra elektrik untuk


memproduksi rasa metalik dan kedua
sisi lidah dibandingkan
Penatalaksanaan Gangguan N Fasialis
Perifer

Bells Palsy
Parsial : acyclovir, steroid
Komplit : tentukan letak lesi
Lakukan tes elektrik tiap hari sampai :
Ambang respon dari sisi paralisis meningkat
hingga 4 mA lebih besar dari sisi normal
Ada perbaikan sebagian fungsi N Fasialis
Bila (1) ditemukan, dekompresi N fasialis mulai
dr foramen stilomastoid sampai level kerusakan
harus dipertimbangkan
Dekompresi fossa media harus dilakukan bila
kerusakan melibatkan N petrosus superfisialis
mayor
MODUL
Otitis media kronik (parsial/koplit)
Mastoidektomi dan dekompresi N Fasialis

Otitis media akut


Mastoidektomi simpleks
Myringotomi

Mastoiditis akut dg gangguan N Fasialis


Mastoidektomi simpleks, dekompresi N
Fasialis dan miringotomi, atau
Mastoidektomi simpleks dan miringotomi
Herpes Zooster Otikus
Acyclovir
Steroid

Pasca operasi telinga


Onset lambat (parsial/komplit) : penanganan Bells
Palsy
Onset cepat (parsial/komplit) : eksplorasi N Fasialis

Traumatik
Onset lambat (parsial/komplit) : penanganan Bells
Palsy
Onset cepat (parsial/komplit) : eksplorasi N Fasialis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai