Anda di halaman 1dari 16

PEWARNAAN TAHAN-ASAM

(Metode Ziehl Neelsen)


Kelomok : B-6

 Ernita Dwi S. (110115291)


 Siti Syauqiyah (110116382)
 Rosiyadah Mardhotillah (110116387)
 Suci Indah Pratiwi (110116414)
 Bakteri Bacillus subtilus

 Bentuk sel Vegetatif : Basil


 Warna sel : Merah
 Warna Spora : Hijau
 Letak spora : Sub Terminal
 Bakteri Escherichia coli

 Bentuk sel Vegetatif : Cocobasil


 Warna sel : Merah
 Warna Spora : -
 Letak spora :-
Hasil Pengamatan

 Bakteri Staphylococcus aureus 1000x

Warna sel : Ungu


Termasuk ZN : (-)
Bentuk : Coccus (bulat)
 Bakteri Mycobacterium tuberculosis

Tidak diamati
Hasil berdasarkan pustaka:Merah
Bentuk : Bacillus (batang)
ZN : (+)
(Murwani,sri 2015,Dasar-Dasar Mikrobiologi Veteriner, p:68)
PEMBAHASAN
 Pewarnaan Tahan-Asam (Metode Ziehl Neelsen)
Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah
meresap suatu zat warna , kemudian dicuci dengan asam
encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi ada juga
preparat yang tahan asam encer, misalnya bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Maka dapat dikatakan bahwa
bakteri tersebut merupakan bakteri tahan asam.
Untuk menentukan sifat suatu bakteri yang termasuk
bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam harus diwarnai
dengan pewarnaan khusus. Pada umumnya, bakteri tahan asam
merupakan bakteri yang lapisan paling luarnya selnya terdiri dari
lapisan lilin, sehingga menyebabkan zat warna sukar masuk ke
dalam sel bakteri. Untuk mewarnainya maka lapisan lilin pada sel
itu harus dihilangkan, yaitu dengan cara pemanasan yang
dimaksudkan supaya lilinnya meleleh, sehingga sel tersebut bisa
dengan mudah menerima zat warna. Selain sukar menerima zat
warna, bakteri tahan asam juga sukar menyerap bahan penghilang
zat warna (pencuci) sehingga walaupun dicuci dengan larutan
asam encer, sel bakteri ini akan tetap mengikat zat warna yang
telah masuk. Sedangkan hasil bakteri yang telah didapat meyerap
biru saja, bakteri merupakan bakteri tidak tahan asam.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat
warna karbol-fuchsin (fuchsin basa yang dilarutkan dalam suatu
campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida
dalam alcohol. Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang memiliki
ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8-95 dan memiliki
dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri
yang termasuk bakteri tahan asam antara lain Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia
meningitides, dan Nocandia gonorrhoeaae. Mycobacterium tuberculosis
adalah bakteri patogen yang dapat menyababkan penyakit tuberculose,
dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan
asam. Penularan Mycobacterium tuberculosis terjadi melalui jalan
pernapasan.
Pewarnaan Ziehl Neelsen atau pewarnaan tahan
asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia
dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna
pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna
merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena
larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri
tidak berwarna.
Uji bakteri tahan asam pada praktikum kali ini menggunakan prosedur
pewarnaan Ziehl Neelsen yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol
fuchsin merupakan zat warna fenolik yang larut dalam bahan lipid yang akan
memungkinkan zat warna ini meresap ke dinding sel. Peresapan lebih diperkuat
dengan perlakuan panas yang memicu carbol fuchsin merembes ke dalam
dinding sel dan masuk ke sitoplasma, dengan pewarnaan proses ini seluruh sel
tampak merah. Pemanasan berfungsi untuk melebarkan pori-pori lemak
bakteri tahan asam. Larutan zat pemucat yaitu asam alkohol (3% HCl+etanol
95%) film bakteri didinginkan sehingga bahan sel yang mengandung lilin menjadi
lebih keras. Ketika diberikan larutan asam alkohol, sel bakteri tahan asam akan
resisten terhadap pelunturan warna. Karena zat warna primer bersifat lebih
larut dalam lilin sel daripada dalam zat peluntur, maka zat primer akan
bertahan di dalam sel dan tetap berwarna merah, lain halnya pada yang tidak
tahan asam, zat warna primer mudah tercuci oleh zat peluntur warna yang
menyebabkan sel bakteri menjadi tidak berwarna. Contrestein yaitu methylen
blue adalah warna terakhir untuk mewarnai sel yang telah kehilangan zat
warna primernya karena hanya sel bakteri tidak tahan asam yang mengalami
pelunturan warna, maka bakteri tersebut akan menyerap warna biru
sedangkan bakteri tahan asam akan tetap berwarna merah.
Pada praktikum yang kami lakukan, didapatkan hasil
bahwa bakteri Staphylococus aureus tidak tahan asam hal ini
ditandai dengan adanya warna ungu pada sel. Sedangkan
untuk Mycobacterium tuberculosis menurut pustaka yang kami
dapatkan termasuk tahan asam hal ini ditandai dengan
adanya warna merah pada sel.
 PEWARNAAN SPORA
Pada hasil pengamatan praktikum Pewarnaan Spora,
digunakan preparat bakteri Bacillus subtilis dan Escherichia
coli. Dari kedua bakteri tersebut hanya Bacillus subtilis yang
memiliki spora yang berwarna hijau dan letak sporanya
adalah terminal (diujung) dan warna selnya adalah merah.
Sedangkan bakteri Escherichia coli tidak memiliki spora. Hal
itu sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa Spora pada
bakteri merupakan struktur yang tahan panas dan tahan
bahan kimia beberapa bakteri anaerobik dari genus
Clostridium dan bakteri anaerobik genus Bacillus adalah
contoh dari bakteri yang memiliki kemampuan untuk
membentuk spora, Bacillus juga termasuk dalam bakteri
Gram positif yang memiliki sel berbentuk batang.
Pada saat bakteri Bacillus subtilis diberi zat pewarna primer (Malachite
green) dan zat warna lawan (Counterstain), yaitu safranin / fuschin zat warna
merah ini digunakan untuk mewarnai sel bakteri yang tidak berwarna setelah
pelunturan dengan air. Sel bakteri vegetatif akan menyerap warna ini sehingga
akan berwarna merah. Adapun spora bakteri akan tetap berwarna hijau warna
dari zat warna primer . Spora tersebut dapat tahan terhadap pengaruh yang
merusak dari pemanasan, pendinginan,radiasi, pengeringan dan bahan – bahan
kimia dan juga tahan terhadap zat warna biologi yang umum digunakan dalam
pengecatan. Sedangkan Eschericia coli setelah pengecatan akan berwarna merah
muda dari fuschin / safranin . Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri gram
negatif berbentuk batang yang tidak membentuk spora, hanya memiliki sel
vegetatif. Karena E.coli hanya memiliki sel vegetatif, sel vegetatif tidak tahan
terhadap pewarnaan. Saat diwarnai denga malachite green , sel vegetatif tidak
dapat mengikat malachite sehingga saat dilunturkan, warna malachite dapat
hilang. Kemudian saat diberi safranin atau larutan fuschin , sel vegetatif dapat
mengikat warna kembali sehingga warna sel menjadi merah muda.

Kesimpulan
 Untuk mengetahui perbedaan antara bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan
asam menggunakan metode pewarnaan Ziehl Neelsen. Bakteri tahan asam akan
berwarna merah, sedangkan bakteri tidak tahan asam tidak berwarna.
 Perbedaan hasil dari pewarnaan pewarnaan tahan-asam (metode Ziehl Neelsen)
pada bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam disebabkan perbedaan
kandungan lipid pada dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut serta adanya
kandungan asam teichoat yang tinggi pada membran bakteri tahan asam.
 Bakteri Staphylococus aureus tidak tahan asam hal ini ditandai dengan adanya warna
ungu pada sel. Sedangkan untuk Mycobacterium tuberculosis menurut pustaka yang
kami dapatkan termasuk tahan asam hal ini ditandai dengan adanya warna merah
pada sel.
 Bacillus subtilis memiliki bentuk sel vegatatif basil, warna sel merah, memiliki spora
berwarna hijau dan letak sporanya pada posisi sub terminal (antara tengah dan
ujung).
 Escherichia coli memiliki bentuk sel vegetative coccobasil, warna sel merah dan tidak
memiliki spora .
 Pewarnaan spora dapat digunakan untuk mengetahui golongan bakteri yang memiliki
spora dan tidak.
DAFTAR PUSTAKA
 Betsy, Tom dan Keogh, Jim. 2005. Microbiology
Demystifed. McGraw-Hill Publisher. USA.
 Harley dan Presscot. 2002. Laboratory Exercise in
Microbiology. McGraw-Hill Publisher. USA.
 Pratiwi, S. 2008. Mikrobiologi Farmasi.
Jakarta : Erlangga.
 Brookks, Geo.F, DKK.2005. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai