A. TUJUAN
B. LANDASAN TEORI
D. CARA KERJA
E. HASIL PENGAMATAN
F.PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
• DAFTAR PUSTAKA •
PEWARNAAN TAHAN ASAM
A. Tujuan
B. Landasan teori
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang
dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam
alkohol. Sediaan sel bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian dipanaskan
sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam alkohol dan akhirnya diberi warna kontras
(biru atau hijau). Bakteri-bakteri tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang
serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna kontras.
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak membentuk spora. Walaupun tidak
mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan
karena itu dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas Mycobakterium tuberculosis dalam jaringan, basil
tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran kira-kira 0,4 x 3 µm.
Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan filamen. Mycobakteria tidak dapat
diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram negatif.
Alat :
• Mikroskop
• Lampu spirtus
• Kaca objek
• Kaca sediaan
• Kertas hisap
• Jarum inokulasi/ose
Bahan :
1. Biakan murni dari B. Substilis dan E. Coli
2. Zat warna :
✓Safranin
✓Metilen blue
3. H2SO4 25%
D. Cara Kerja
2. Membuat film.
3. Fiksasi.
5. Fikasasi.
7. Mencuci dengan H2S04 sampai larutan pencucinya tidak berwarna lagi dan biarkan sampai kering.
11. Mengamati di bawah mikroskop dengan perbesaran 10 X 100. Bakteri “acid fast” berwarna merah
dan “ non acid fast” berwarna biru.
E. Hasil Pengamatan
Pembesaran 40x
Pembesaran 10x
Pembesaran 40x
F. Pembahasan
Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam
encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi ada juga preparat yang tahan asam encer, misalnya
bakteri-bakteri TBC dan basil-basil berspora. Maka dapat dikatakan bahwa itu adalah bakteri tahan
asam. Ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies.
Untuk menetukan sifat bakteri yang termasuk bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam harus
diwarnai dengan pewarnaan khusus. Pada umumnya, bakteri tahan asam merupakan bakteri yang
lapisan paling luar selnya terdiri dari lapisan lilin, sehingga menyebabkan zat warna sukar masuk ke
dalam sel bakteri.
Untuk mewarnainya maka lapisan lilin pada sel itu harus dihilangkan, yaitu dengan cara pemanasan yang
dimaksudkan supaya lilinnya meleleh, sehingga sel tersebut bias dengan mudah menerima zat warna.
Selain sukar menerima zat warna, bakteri than asam juga sukar menyerap bahan penghilang zat warna
(pencuci), sehingga walaupun dicuci dengan larutan asam encer, sel bakteri ini akan tetap mengikat zat
warna yang telah masuk. Sedangkan hasil bakteri yang telah didapat menyerap biru saja, ini berarti
bakteri merupakan bakteri tidak tahan asam.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang
dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam
alkohol. Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C)
yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain
Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan
Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan
penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA).
Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan
Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat
mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol
asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena
larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga
sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl Neelson
yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen blue. Bakteri genus
mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung banyak zat lipoid
(lemak) sehingga bersifat permiable dengan pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+)
terhadapa pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu
menegakkan diagnosa tuberkulosis. Pewarnaan tahan asam menggunakan larutan ziehl-Neelsen A (cat
karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B (alkohol asam :HCL 3% dalam metanol 95%) dan ziehl –neelsen C (cat
biru metilen). Hasil pewarnaan maka bakteri tahan asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan
asam akan berwarna biru.
G. Kesimpulan
Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam
encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi ada juga preparat yang tahan asam encer, misalnya
bakteri-bakteri TBC dan basil-basil berspora. Maka dapat dikatakan bahwa itu adalah bakteri tahan
asam. Ini merupakan cirri khas bagi suatu spesies. Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam
memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini
disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu
dicuci dengan larutan alkohol asam. Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri
yang tidak tahan asam karena larutan pemucat akan melakukan fuksin karbol dengan cepat, sehingga sel
bakteri tidak berwarna.
DAFTAR PUSTAKA
Jutono, dkk. (1980). Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Departemen Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM. [25 Oktober 2012]
Lay, B. W. (1994). Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada. [25 Oktober
2012]