Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG

PEWARNAAN BTA

DISUSUN OLEH

NAMA : ADRIANA METUNGUN

NIM : PO714211232070

KELAS : RPL KELAS C MALUKU TENGGARA

MATA KULIAH : MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI

PROGRAM STUDI KEBIDANAN


POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah
tentang “Pewarnaan BTA”.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
tentang Pewarnaan BTA. Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh sebab itu, saya berharap ada kritik dan saran, demi
perbaikan makalah saya di masa depan.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.


Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata yang kurang
berkenan, saya memohon kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan di masa
yang akan datang. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Maluku Tenggara, Agustus 2023


DAFTAR ISI

BAB I : Pendahuluan

A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II : Tinjauan Pustaka

A. Definisi
B. Pewarnaan BTA
C. Bakteri Tahan Asam
D. Macam-Macam Pewarnaan Bakteri Tahan Asam

BAB III : Penutup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan


dengan jasad renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Itu
disebabkan karena bekteri merupakan organism yang sangat kecil (berukuran
mikroskopis). Selainitu, bakteri tidak berwarna, juga transparan dan sangat kecil.
Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat bagian-
bagiannya. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik
pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya
ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna
yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat
dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya mikrobiologi
dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Cara-cara
pengecatannya yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif,
pewarnaan BTA, pewarnaan negatif, pewarnaan neisser (granula), dan pewarnaan
spora.Beberapa mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana
ataupun Gram, misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini
disebabkan sel-sel mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat,
sehingga tubuhnya sukar ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai
dengan karbolfuchsin panas (sambil dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap
dan diikat oleh tubuh bakteri tersebut. Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat
warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan walaupun dilakukan dengan pencucian
dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam chlorida. Oleh karena kuman-
kuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka disebut kuman
tahan asam. Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam
konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat
warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap
zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat
sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri – ciri berantai
karbon ( C ) yang panjangnya 8 – 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri
dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat
dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium Tuberculosis,
Mycobacterium Bovis, Mycobacterium Leprae, Nocandia Menigitis, dan Nocandia
Gonoerrhoae. Mycobacteruim Tuberculosis adalah bakteri pathogen yang dapat
menyebabkan penyakit Tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Penularan Mycobacterium Tuberculose terjadi
melalui jalan pernapasan. (Syahrurachman,1994)
Pewarnaan Zeihl Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilah kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut
bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama ( Carbol Fuchin )
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alcohol asam) akan melakukan reaksi dengan
Carbol Fuchin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna. (Lay,1994)
Dinding sel bakteri yang tahan asam memiliki lapisan lilin dan lemak yang sukar
ditembus oleh cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan
lemak itu dapat di tembus cat basic fuchin. Pada waktu pencucian dengan asam alcohol
warna fuchin tidak lepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan
mengambil warna biru dari methylen blue. Sebagai tenaga analis kesehatan dibutuhkan
keterampilan dalam membuat specimen yang berguna dalam pemeriksaan specimen
laboratorium.

B. Tujuan
Untuk melihat sifat tahan asam dari bakteri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi bakteri

Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat


kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan
pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang
beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel
spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai
0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri
lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar
mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan
keadaan struktur internal dan butiran.Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti
bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan, 2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop memoerjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan
struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan
kimia yang khas dearipada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras
mikroorganisme dengan sekitarnya. Tekhnik pewarnaan pada bakteri dapat di bedakan
menjadi 3 macam yaitu : pengecatan sederhana, pengecatan differensial, dan
pengecatan struktural. (Pelczar, 1989)

B. Pewarnaan BTA
Pewarnaan tahan asam adalah tipe pewarnaan differensial lebih dari satu
pewarnaan untuk membedakan suatu mikroorganisme dengan kandungan dinding sel
peptidoglikan serta disusun lebih dari 60% lipid kompleks yang tahan terhadap
dekolorisasi dengan alkohol asam. Bakteri tahan asam memiliki kandungan senyawa
dari peptidoglikan dan lipid kompleks (wax-d) yang disebut asam mikolat yang
membangun struktur dinding selnya, sehingga menjadi impermeabel terhadap macam-
macam prosedur pewarnaan gram. Bakteri ini dikenal tahan asam sebab bakteri
terbentuk resisten terhadap dekolorisasi dengan alkohol asam. Bakteri yang tergolong
tahan asam yaitu , dari genus microbacterium dan beberapa spesies tertentu dari genus
nocardia.(Dewi Ayu,2013)
Pada dasarnya prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan
asam karena mempunyai lapisan lemah atau lilin sehingga sukar ditembus cat. Oleh
pengaruh phenol dan pemanasan maka lapisan lemak dapat ditembus cat basic
fuchsin. Pada pengecatan Ziehl Neelsen setelah BTA mengambil warna dari basic
fuchshin kemudian dicuci dengan air mengalir, lapisan lilin yang terbuka pada waktu
dipanasi akan merapat kembali karena terjadi pendinginan pada waktu dicuci. Sewaktu
dituangi dengan asam sulfat dan alkohol 70% atau HCI alkohol, warna merah dari
basic fuchsin pada BTA tidak akan dilepas/luntur.Bakteri yang tidak tahan asam akan
melepaskan warna merah, sehingga menjadi pucat atau tidak bewarna. Akhirnya pada
waktu dicat dengan Methylien Blue BTA tidak mengambil warna biru dan tetap merah,
sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna biru dari Methylien
Blue.

C. Bakteri Tahan Asam


Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan
tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat pewarna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat.
Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah
Mycobacterium Tuberculosis. Bakteri Mycobacterium Tuberculosis dapat diisolasikan
dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC
berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut,
dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk saluran pernapasan (Pelezar
dan Chan, 1988)
Penemuan dan penilaian bakteri tahan asam (BTA) secara mikroskopis,
dilakukan menurut standar International Union Association Lung Tuberculosis Disease
(IUALTD) sesuai dengan kesepakatan WHO (K.Toman 1971), sebelumnya belum ada
standar sebagai acuan untuk mengetahui ketepatan hasil pemeriksaan BTA di
laboratorium.Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau
sputum. Dahakyang diperiksa paling sedikit 3-5 cc. Jika jumlah kuman kurang dari 5000
dalam 1 cc dahak, maka itu tidak akan kelihatan di bawah mikroskop. Dahak yang
diambil ialah dahak yang kental kuning kehijauan sebanyak 3-5 cc, dengan waktu
pengambilan sebagai berikut : (Brook, Geo, dkk. 2010 )
1. Dahak sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik
2. Dahak pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur.
3. Dahak sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut
Ludah tidak dapat diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam
rongga mulut. Biasanya dalam ludah tidak terdapat kuman TB. Bakteri tahan asam
(BTA) disebut asidofil (inggris: acidophile), adalah bakteri yang memiliki ciri-ciri berantai
karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari
lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat
dinding sel. Bakteri ini ada 41 spesies yang telah diakui oleh ICSB (International
Committee on Systematic Bacteriology) yang sebagaian besar sudah saprofit dan
sebagaian kecil lainnya patogen untuk manusia diantaranya Mycobacterium
tuberculosis, Mycobacterium leparae, Acidobacterium, Acidithiobacillales ferrooxidans,
Acidithiobacillales thiooxidans, Thiobacillus prosperus, T. acidophilus, T. organovorus,
T. cuprinus, Acetobacter aceti, bakteri yang digunakan dalam produksi asam cuka dari
oksidasi etanol dan lain-lainnya yang dapat menyebabkan infeksi kronik. Golongan
saprofit dikenal juga dengan nama atipik. (Brook, Geo,dkk. 2010)
Bakteri ini membutuhkan bahan tambahan makanan seperti darah egg yolk,
serum dan sel yang tebal yang terdiri dari asam lemak mikolat untuk
pertumbuhannya.Mycobacterium tuberculose merupakan bakteri berbentuk batang
sedikit bengkok, panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan
sangat lambat 2 - 8 minggu, suhu optimal 37 - 38oC. Mycobacterium tahan terhadap
asam dan alkali dibanding dengan kuman lain sehingga apabila bahan spesimen
mengandung kuman lain dapat dibunuh dengan mudah sehingga spesimen menjadi
lebih murni. (Dewi Ayu,2013)
Mycobacterium tuberculose terdapat pada manusia yang mengidap penyakit
TBC dan penularannya terjadi melalui jalan pernafasan, tetapi spesies Mycobacterium
bovis biasanya terdapat pada lembu dan dapat ditemukan pula pada manusia di usus.
(Brook, Geo, dkk. 2010)
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri – ciri berantai
karbon ( C ) yang panjangnya 8 – 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri
dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat
dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium Tuberculosis,
Mycobacterium Bovis, Mycobacterium Leprae, Nocandia Menigitis, dan Nocandia
Gonoerrhoae. Mycobacteruim Tuberculosis adalah bakteri pathogen yang dapat
menyebabkan penyakit Tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan
sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Penularan Mycobacterium Tuberculose terjadi
melalui jalan pernapasan. (Syahrurachman,1994)

D. Macam-Macam Pewarnaan Bakteri Tahan Asam


Pewarnaan BTA dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu bakteri tahan
asam yang akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan tidak akan
dilepas pada pencucian alkoholm asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder
(methylen blue), sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat
warna primer pada pencucian alcohol asam dan akan mengikat zat
warna sekunder.Ada beberapa cara mewarnai bakteri tahan asam yaitu, Ziehl
Neelsen, Fluorokrom, Kinyoun Gabbet, berikut adalah cara melakukan 3 pewarnaan.
(Koes Irianto, 2006)

1. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009). Teknik pewarnaan Ziehl-
Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warna Carbol Fuchsin 0,3 %,asam alcohol 3
%, dan methylen blue 0.3 %. Pada pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA
bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuchsin basa yang dilarutkan
dalam larutan fenol 5 % yang larut dalam bahan lipod yang menyusun bagian utama
dinding sel Mycrobacterium, dapat berpenetrasi ke dalam sel – sel bakteri tersebut dan
tertahan di dalamnya. Penetrasi kemudian ditingkatkan dengan penggunaan panas
hingga menggerakkan carbol fuchsin melewati didnding lipoid dan masuk ke dalam
sitoplasma. Larutan ini (Carbol fuchsin) memberikan warna merah pada sediaan
dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna
kedalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk melebarkan
pori – pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci
dengan larutan pemucat (Alkohol Asam)
Sebelum pemucatan dengan asam alcohol, apusan didinginkan terlebih dahulu
sehingga zat lilin sel mengeras. Pada pemberian asam alcohol, sel –sel tahan asam
akan resisten terhadap pemucatan karena pewarna primer lebih larut didalam lilin
seluler dibandingkan dalam senyawa pemucat. Pada tahap ini, pewarna primer ditahan
dan mycobacterium akan tetap berwarna merah. Hal ini tdak berlaku pada organisme –
organisme tidak tahan asam yang tidak memiliki lapisan lilin selule. Pewarna primer
lebih mudah dihilangkan pada proses pemucatan sehingga sel – sel tersebut menjadi
kehilangan warna atau tidak berwarna. Kemudian dilanjutkan dengan pemberian
pewarna tandingan yaitu Methylen blue. Pewarna ini digunakan sebagai pereaksi akhir
untuk mewarnai sel – sel yang sebelumnya dihilangkan warnada dengan alcohol asam.
Karena hanya sel – sel tidak tahan asam yang mengalami pemucatan, sel – sel itu
dapat menyerap pearna tandingan atau pewarna kontras dan maka degan itu dapat
menyerap atau mengambil warna bitu dari methylene blue sedangkan sel – sel tahan
asam memertahankan warna merah dari pewarna primer.

2. Pewarnaan Fluorokrom
Pewarnaan Fluorokrom (Auramine O). Sediaan direndam didalam larutan
Auramine (Merck), dibiarkan selama 15 menit kemudian dicuci dengan air bebas klorin
atau H2O destilata dan dikeringkan. Sediaan lalu direndam didalam asam alkohol,
dibiarkan selama 2 menit, dicuci dengan H2O destilata dan dikeringkan. Setelah itu
sediaan direndam didalam potasium permanganat 0,5%, dibiarkan selama 2 menit,
dicuci dengan H2O destilata dan dikeringkan di udara. (Karuniawati, 2005)

3. Pewarnaan Kinyoun Gabbet


Pewarnaan Kinyoun Gabbet. Larutan Kinyoun (fuchsin basis 4g, fenol 8ml,
alkohol 95% 20ml, H2O destilata (100ml) dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan
selama 3 menit, kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang
mengalir perlahan. Selanjutnya larutan Gabbet (metilen biru 1g, H2O4 96% 20ml,
alkohol absolut 30ml, H2O destilata 50ml) dituang pada permukaan sediaan, dibiarkan 1
menit kemudian kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir
perlahan, kemudian sediaan dikeringkan di udara (Karuniawati, 2005).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum ini menggunakan prosedur
pewarnaan dengan menggunakan metode pewarnaan diferensial, prosedur pewarnaan
ini yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel
mikroba. Dengan teknik ini biasanya digunakan lebih dari satu larutan zat pewarna atau
reagen pewarna. Salah satunya dengan menggunakan cara teknik pewarnaan BTA
dengan persiapan meliputi ulasan warna dengan karbol fuchsin, dipusatkan dan diberi
warna tandingan metilen blue. (Pelczar, 1986)
Hal tersebut dilakukan guna memisahkan bakteri tahan asam yang tetap
mempertahankan warna aslinya apabila dikenai larutan asam (Mycobacterium) dari
bakteri tak tahan asam yang pudar warnanya dikarenakan oleh larutan asam (Pelczar,
1986).
Dalam pewarnaan Ziehl Nelson digunakan beberapa jenis reagen diantaranya
ialah:
a. Karbol Fuchsin berfungsi untuk mewarnai dinding selnya.
b. Alkohol asam 3% berfungsi untuk melunturkan dinding sel yang tebal.
c. Metilen Bliru berfungsi untuk mewarnai bagian background
d. Sedangkan fiksasi dalam percobaan ini dilakukan untuk membuka pori-pori sel.

Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai


sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi
sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan
warna yang kontras dengan lingkungannya yang tidak membutuhkan perbesaran
sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi alat yang digunakan
tidak ada yaitu mikriskop flourescens ( Martin,2013).
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya mikrobiologi
dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Cara-cara
pengecatannya yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif,
pewarnaan BTA, pewarnaan negatif, pewarnaan neisser (granula), dan pewarnaan
spora.Beberapa mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana
ataupun Gram, misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini
disebabkan sel-sel mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat,
sehingga tubuhnya sukar ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai
dengan karbolfuchsin panas (sambil dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap
dan diikat oleh tubuh bakteri tersebut. Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat
warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan walaupun dilakukan dengan pencucian
dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam chlorida. Oleh karena kuman-
kuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral, maka disebut kuman
tahan asam ( Martin,2013).
Hal yang perlu diperhatkan pada peggecatan bakteri tahan asam adalah alat
penates minyak imersi jangan sampai menyentuh film preparat untuk menghindarkan
terbawanya bakteri kedalam botol minyak imersi terutama pada pengecatan bakteri
yang bersifat pathogen seperti Mycobacterium Tuberculosis. Pengmata harus dilakukan
secara teliti dan menggunakan waktu yang cukup lama mengingat hal jumlah bakteri
tahan asam sedikit. Hasil negative bukan berarti bahwa bakteri tersebut tidak ada (hal
ini penting dalam pemeriksaan bakteri penyebab penyakit TBC), karna untuk
mendapatkan hasil mikriskopis positif diperlukan paling sedikit 5000 bakteri TBC dalam
0.1 ml sputum. Sputum adalah bahan lender yang dikeluarkan dari saluran nafas bawah
dengan kekuatan atau batuk ( Martin,2013).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum pewarnaan bakteri tahan asam yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode yang digunakan dalam praktikum BTA ini menggunakan metode Zeihl
Neelsen, selain metode ini ada motode lain yang bisa digunakan seperti metode
Fluorokrom dan Kinyoun Gabbet, dalam praktikum kali ini kami menggunakan metode
Zeihl Neelsen.
2. Bentuk bakteri tahan asam ini berbentuk basil, BTA jika berwarna merah dan BTTA
jika berwarna biru.
DAFTAR PUSTAKA

Adelberg, Melnick, & Jawetz. 2002. Mikrobiologi Kedokteran Edisi 25. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC.
Irianto, Koes. 2014. Bakteriologi Medis, Mikologi Medis, dan Virologi Medis (Medical
Bacteriology, Medical Micology, and Medical Virologi). Bandung. Alfabeta, cv. IKAPI.
Arrachman, Khairunnisa. 2016. Jurnal Mikrobiologi Pewarnaan. Semarang. Fakultas Ilmu
Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Ramdan, Imam. 2011. Jurnal Pewarnaan Bakteri. Bandung. Politeknik Tedc Bandung. Teknik
Kimia.

Anda mungkin juga menyukai