Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel
bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam
keadaan hidup sangat sulit, sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan
sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal tersebut juga berfungsi untuk
mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.

Pewarnaan sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satumacam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan susunan selnya . pewarnaan
ini dapat menggunakan pewarnaan basa pada umumnya antara lain kristal violet , metylen blue , karbol ,
fuchsin, dan safranin (lay ,1994).

Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut
sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organism tersebut.
Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasamanya
bersifat basofilik (suka dengan basa). Zat-zat warna yang digunakanuntuk pewarnaan sederhana
umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel
bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah metilen biru, kristal violet,
dan karbol fuehsin yang mana pewarnaan sederhana ini dibagi lagi menjadi dua jenis pewarnaan.

B. TUJUAN PERCOBAAN

1. Mengetahui pembuatan sediaan untuk pengamatan mikroskop

2. Untuk meningkatkan kontras antara sel keliling mikroorganisme dan mengamati ciri-ciri tertentu

C. TINJAUAN PUSTAKA

Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak
berwarna juga transparan dan sangat kecil. Unutk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu
teknik pewarnaan sel bakteri sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Dwidjoseputro, 2005). Bakteri atau mikroba lainya dapat di lihat dengan mikroskop biasa
tanpa yaitu dengan cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung, menggunakan kondensor
medan gelap dan lain-lain.Tetapi pengamatan dari pewarnaan ini lebih sukar dan tidak di pakai untuk
melihat bagian-bagian sel dengan teliti, karena sel bakteri dan mikroba lainya transparan. Melihat dan
mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga
transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut maka di kembangkan suatu teknik pewarnaan
bakteri ,sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah di amati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri
ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi
(Dwidjoseputro, 2005)

Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan
dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai
sel- sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan
pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat
warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif) ( Pelczar, 2007 )

Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop, memperjelas
ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas dari pada bakteri dengan zat warna, serta
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya ( Pelczar, 2007 )

Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macamyaitu pengecatan
sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-
jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang
sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di
antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial ( Pelczar,
2007 )

Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya
muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode
pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan gram. Pewarnaan
sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna
atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk
mewarnai sel bakteri ( Volk & Wheeler, 1984 )

Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di antaranya
berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapatpada ion positif (zat pewarna+Cl- ) dan pada
pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna-Na+). Hubungan antara bakteri dengan
zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar
dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan
bereaksi dengan ion positif zat pewarna basa, Kristalviolet, safranin dan metilinblue adalah beberapa zat
pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri
menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada
daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang yang berwarna ( Volk
& Wheeler, 1984 )

Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan pewarnaan terlebih
dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini disebabkan
karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk
mempermudah pengamatan bentuk sel bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan
luar sel bakteri, dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau kimia
jazad dapat diketahui (Waluyo, 2004).

Berhasil tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur
biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna yang digunakan
adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan positif dan negatif dimana salah satu
ion tersebut berwarna. Zat warna dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan
basa. Jika ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut pewarna basa.
Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat warna tersebut disebut pewarna
negatif ( Hadiutomo, 1990 )

Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk meningkatkan kontras
antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna basa
seperti seperti crystal violet, biru metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala
digunakan zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana : zat warna asam yang sering digunakan adalah
nigrosin dan merah kongo (Lay.1994). Prosedur Pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga
pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri
pada bakteri dikenal bentuk yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana
dapat juga terlihat penataan bakteri. Pada coccus dapat terlihat pewarnaan seperti rantai (streptococcus),
buah anggur ( stafilococcus), pasangan (diplococcus), bentuk kubus yang terdiri dari 4 atau 8 (saranae)
(Lay.1994)
BAB II

METODE PERCOBAAN

A. WAKTU DAN TEMPAT PERCOBAAN

Praktikum dilaksanakan hari Selasa,02 April 2021 pukul 08.00-11.00 WITA. Bertempat
diLaboraturium parasitologi Jurusan Analis Kesehatan POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR.

B. ALAT DAN BAHAN

I. ALAT :

§ Mikroskop

§ Ose

§ Kaca Objek

§ Bak Pewarna

§ Spiritus

II. BAHAN :

§ Biakan Bakteri Staphylococcus aureus/Kotoran gigi

§ Larutan (Methylen blue, karbol fuksin)

§ Minyak emersi

§ Aquadest

C. PROSEDUR KERJA

1. Disiapkan object glass yang bebas dari lemak

2. Ose disterilkan dengan cara memijarkan menggunakan lampu spiritus

3. Dengan ose yang sudah dingin diambil sampel atau cultur bakteri, kemudian diletakkan ditengah-
tengah object glass

4. Ose dipijarkan kembali. Kemudian disimpan pada tempatnya

5. Sampel difiksasi, kemudian ditambahkan 1 tetes carbol fuchsin


6. Setelah didiamkanhingga 1 menit, dicuci sampel dengan air mengalir kemudian dikeringkan dengan
tissue

7. Diberikan minyak emersi pada sampel

8. Sampel dilihat dibawah mikroskop


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN

Bahan : Biakan Bakteri Staphylococcus aureus

Morfologi : Staphylococcus (bulat menyerupai bentuk anggur)

Warna : Merah

Perbesaran : 40x dan 100x

B. PEMBAHASAN

Bakteri umumnya tidak memiliki pigmen, sehingga tidak berwarna dan hampir tidak terlihat
karena tidak kontras dengan media dimana mereka hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan
agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan mikroskop.

Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa pewarnaan sederhana. Pewarnaan
sederhana merupakan pewarnaan yang paling umum digunakan. Berbagai macan tipe morfologi bakteri
seperti coccus, bacillus, dan sebagainya dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya menggunakan satu macam zat warna saja.

Hal pertama yang dilakukan adalah sterilisasi kaca objek dengan cara di celupkan kedalam
larutan desinfektan kemudian dicelupkan kedalam alkohol 70%. Sterilisasi bertujuan untuk memusnahkan
atau mengeliminasi semua mikroorganisme termasuk spora bakteri yang resisten dalam alat yang akan
digunakan. Setelah melakukan sterilisasi, kemudian melakukan olesan bakteri pada kaca objek, tetapi
sebelumnya ose di fiksasi di api pada pembakar spiritus yang bertujuan untuk mematikan bakteri dengan
cepat pada ose, supaya tidak tercampur dengan bakteri yang akan di uji. Pada percobaan kali ini
pengolesan dilakukan dengan sampel biakan bakteri Staphylococcus aureus menggunakan pewarna carbol
fuchsin.

Kemudian melakukan pengolesan pada kaca objek dengan sampel bakteri, setelah itu di fiksasi di
atas api dengan cara di lewat – lewatkan tidak terlalu dekat api supaya bakteri tidak mati. Fiksasi dalam
tahap ini bertujuan melekatkan sel bakteri pada objek glass tanpa merusak struktur selnya, mempermudah
pengecetan,dan sediaan tahan untuk disimpan jika belum sempat dicat.

Kaca objek yang sudah dioleskan bakteri kemudian di simpan di atas bak warna lalu di teteskan
pewarna karbol fuksin dan diamkan selama 5 menit supaya warna menyerap masuk ke sel bakteri. Karbol
fuchsin merupakan pewarna dasar, yang mengandung fenol untuk membantu melarutkan dinding sel.
Setelah 5 menit olesan bakteri yang telah terwarnai di bilas dengan aquades. Setiap akhir pemberian
reagen atau pewarna, selalu dilakukan pembilasan terhadap kaca objek dengan menggunakan aquades.
Pembilasan ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang diberikan.

Kemudian olesan di tetesi emersi oil sebanyak satu tetes. Minyak emersi adalah minyak yang di
pakai untuk olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk memperjelas objek, dan melindungi
mikroskop. Minyak emersi memiliki indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air, sehingga objek
yang kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak emersi. Lalu diamati dengan
mikroskop pada pembesaran 40X dan 100X.

Dari hasil pengamatan mikroskop sampel bakteri yang menggunakan pewarna karbol fuksin didapatkan
morfologi bakteri berbentuk Staphylococcus (bulat menyerupai anggur).
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dapat mengamati ukuran, bentuk dan struktur-struktur tertentu dari bakteri, yang menggunakan
satu macam zat warna dengan hasil morfologi bakteri berbentuk Staphylococcus berwarna merah yang
menggunakan zat warna karbol fuksin.

B. SARAN

Setelah melakukan praktikum. Diharapkan kepada praktikan agar melakukan praktikum dengan
sungguh-sungguh dan berhati-hati dalam melakukan percobaan serta menggunakan alat pelindung diri
(APD).

Anda mungkin juga menyukai