Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan
dengan jasad renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Itu
disebabkan karena bekteri merupakan organism yang sangat kecil (berukuran
mikroskopis). Selainitu, bakteri tidak berwarna, juga transparan dan sangat
kecil. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat
bagian-bagiannya. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat
jelas dan mudah diamati. Teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah
satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya
mikrobiologi dipertengahan abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch.
Cara-cara pengecatannya yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan gram,
pewarnaan negatif, pewarnaan BTA, pewarnaan negatif, pewarnaan neisser
(granula), dan pewarnaan spora.
Beberapa mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
sederhana ataupun Gram, misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites,
dan lain - lain.
Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang menyerang paru dan memberikan efek terhadap susunan saraf pusat,
sistem limfatik, sistem sirkulasi, sistem urogenital, tulang, tulang sendi, dan
kulit. Penyakit ini diketahui dapat menyerang semua bangsa burung,
mamalia, primata, termasuk manusia. Selain Mycobacterium tuberculosis
(tipe human), dikenal juga spesies Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium
avium. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium jarang terjadi pada
orangutan. Hanya terdapat sekitar 10% laporan kasus TBC pada primata yang
disebabkan oleh Mycobacterium bovis. TBC tipe Human yang paling banyak
ditemukan pada primata dan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu bakteri tahan asam ?

17
2. Bagaimana prinsip pewarnaan bakteri
1.3 Tujuan Praktikum
1. Untuk memahami dasar kimia pada pewarnaan tahan asam.
2. Untuk memahami prosedur untuk membedakan bakteri ke dalam
kelompok tahan asam.
1.4 Manfaat Praktikum
1. Agar mahasiswa dapat memahami dasar kimia pada pewarnaan tahan
asam.
2. Agar mahasiswa dapat memahami prosedur untuk membedakan bakteri
ke dalam kelompok tahan asam.

17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Bakteri
Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri
sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan
mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih. Sel bakteri memiliki
panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih
panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan makhluk hidup
dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam
yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan
terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat
dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk, susunan dan keadaan struktur internal
dan butiran.Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang
(silindris), atau spiral (heliks) (Dwidjoseputro. 1989).
2.2 Pewarnaan Bakteri
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan
mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur
luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan
sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan zat warna, serta
meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya. Teknik pewarnaan
warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu pengecatan
sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian
warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan
tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi,
dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan
perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut
teknik pewarnaan diferensial (Dwidjoseputro. 1989).
2.3 Zat Pewarnaan Bakteri
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu
ionnya berwarna.Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan
negatif.Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-
bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna berbeda.

17
Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.Sel-sel
warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa.Jika warna
terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa.Jika
warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam.Contoh zat
warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain.
Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-,
COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa
lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah
bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh
faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi
pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Dwidjoseputro. 1989).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif,
salah satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna
terdapat pada ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna
akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri
dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya
asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri itu
diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan
ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah
beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna
asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri
dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya pewarnaan pada daerah
latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar belakang
yang berwarna.
2.4 Prinsip Dasar Pewarnaan Bakteri
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik pada
komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga macam metode
pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan
gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan
diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan

17
gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum digunakan untuk
mewarnai sel bakteri (Pelczar. 1998).
2.5 Teknik Pewarnaan Bakteri
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai
berikut: pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan
pewarnaan tahan asam), pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu :
pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan kapsul, pewarnaan khusus
untuk melihat komponen lain dan bakteri (pewarnaan Neisser (granula
volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen) dan pewarnaan negatif
(Pelczar. 1998).
2.6 Pewarnaan Bakteri Tahan Asam
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-
alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Sediaan sel
bakteri pada gelas alas disiram dengan cairan karbol fuchsin kemudian
dipanaskan sampai keluar uap. Setelah itu, zat warna dicuci dengan asam
alkohol dan akhirnya diberi warna kontras (biru atau hijau). Bakteri-bakteri
tahan asam (spesies Mycobakterium dan beberapa Actinomycetes yang
serumpun) berwarna merah dan yang lain-lain akan berwarna sesuai warna
kontras (Entjang. 2003).
Mycrobakteria adalah bakteri aerob berbentuk batang, yang tidak
membentuk spora. Walaupun tidak mudah diwarnai bakteri ini tahan terhadap
penghilangan warna (deklorisasi) oleh asam atau alkohol dan karena itu
dinamakan basil tahan asam. Ciri –ciri khas Mycobakterium tuberculosis
dalam jaringan, basil tuberkel merupakan batang ramping lurus berukuran
kira-kira 0,4 x 3 µm. Pada perbenihan buatan terlihat bentuk coccus dan
filamen. Mycobakteria tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau
gram negatif. Sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan alkohol, meski dibubuhi dengan iodium. Basil
tuberkel yang sebenarnya ditandai oleh sifat tahan asam misalnya 95 % etil
alkohol yang mengandung 3 % asam hidroklorida (asam alkohol) dengan
cepat akan menghilangkan warna semua bakteri kecuali Mycobakteria. Sifat

17
tahan asam ini bergantung pada integritas struktur selubung berlilin. Pada
dahak atau irisan jaringan, Mycobakteria dapat diperlihatkan karena memberi
fluoresensi kuning jingga setelah diwarnai dengan zat warna fluorokrom
(misalnya auramin, rodamin).
2.7 Bakteri Mycobacterium tuberculosis

Gambar. 1 Bakteri Mycobacterium tuberculosis


Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau
berbentuk filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non
motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali
mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak
dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut
sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang
juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesies Nocardia, Rhodococcus,
Legionella micdadei, dan protozoa Isospora dan Cryptosporidium. Pada
dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding
sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan
adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam
interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosis dapat
bertahan hidup di dalam makrofaga (Jawetz. 2001).
Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH
optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Bakteri ini mempunyai
susunan dinding yang melindungi bakteri jika hidup di luar inangnya.
Dinding sel mikobakteria menyebabkan penundaan hipersensitivitas dan

17
beberapa diantaranya resisten terhadap infeksi. Sel mikrobakteria dapat
menunda reaksi hipersensitifitas pada hewan yang sebelumnya sensitif. Sel
mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan
polisakarida (Jawetz. 2001).
2.8 Penyakit Tuberculosis (TBC)

Gambar. 2 Penderita Tuberculosis (TBC)


TBC (tuberculosis) adalah penyakit yang ditandai dengan timbulnya
bintik-bintik tuberkel pada alveolus akibat infeksi bakteri Mycobacterium
tuberculosis yang menyebabkan terganggunya difusi oksigen. Penyebab
penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam
ordo Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M.
tuberculosis, M. bovis, M. africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari
beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis merupakan jenis yang terpenting
dan paling sering dijumpai (Jutono,dkk. 1980).
Tubercolosis merupakan salah satu penyakit yang mematikan didunia
selain AIDS bahkan merupakan penyebab utama kematian di negara
berkembang. Oleh sebab itulah diperlukan suatu metode yang efektif untuk
mencegah penularan yang lebih luas lagi dan penanganan yang tepat terhadap
pasien yang positif terkena tuberculosis. Jumlah penderita TBC menurut
WHO, Treatment of Tuberculosis, Guidelines for National Programes (1997),
mencapai kira-kira 9 jt/tahun dengan kematian 3 juta orang. Penderita TBC

17
sangat banyak di negara berkembang mencapai 95 % dengan 75% adalah
penderita usia produktif (15-50 tahun) (Jutono,dkk. 1980).
Sumber penularan adalah penderita TBC yang dahaknya mengandung
Mycobacterium tuberculosis. Infeksi bakteri ini paling sering disebarkan
melalui udara (air borne, droplets infection). Penyebaran melalui udara
berupa partikel-partikel percikan dahak yang mengandung bakteri berasal dari
penderita saat batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel
mengandung bakteri ini akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan
infeksi di saluran napas. Bakteri Mycobacterium tuberculosis mencemari
udara yang ditinggali atau ditempati banyak manusia, karena sumber dari
bakteri ini adalah manusia. Bakteri ini dapat hidup selama beberapa jam pada
udara terbuka, dan selama itulah akan beterbangan di udara hingga akhirnya
menemukan manusia sebagai tempat hidup (Jutono,dkk. 1980).
Berikut gejala klinis TBC pada manusia yang dapat diamati diantaranya:
1. Batuk-batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk berdarah atau pernah
mengeluarkan darah, dada terasa sakit atau nyeri, terasa sesak pada waktu
bernafas.
2. Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang
baik.
3. Nafsu makan tidak ada (anorexia) dengan gagal tumbuh dan berat badan
tidak naik (failure to thrive).
4. Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas, setelah disingkirkan
kemungkinan penyebab lainnya (bukan tifus, malaria atau infeksi saluran
nafas akut), dapat juga disertai keringat malam.
5. Gejala - gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lama lebih dari 30 hari
(setelah disingkirkan sebab lain dari batuk), nyeri dada ketika bernafas
atau batuk.
6. Apabila bakteri TB menyebar ke organ-organ tubuh yang lain, gejala yang
ditimbulkan akan berbeda-beda. Misalnya, kaku kuduk, muntah-muntah,
dan kehilangan kesadaran pada TBC otak & saraf (meningitis TB).

17
7. Pembengkakan tulang pinggul, lutut, kaki dan tangan, pada TBC tulang &
sendi.
Semua gejala yang ditimbulkan diatas sering berkaitan dengan
patogenitas organisme, pejalanan penyakit, tingkat infeksi, dan beberapa
faktor dari induk semang. Masa inkubasi tuberkulosis sangat lama,
kejadiannya berlarut-larut, dan gejala klinis yang nyata jarang terlihat dengan
jelas hingga penyakit ini berkembang lebih lanjut.
2.9 Pengertian Sputum
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea
melalui mulut. Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland,
1992).Sputum, dahak, atau riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal
dari tenggorokan, hidung atau mulut. Perbedaan ini hendaknya dijelaskan
kepada pasien yang dahaknya akan diperiksa. Sputum yang dikeluarkan oleh
seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan
konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara
spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru.
Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur.
Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya.
Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum
yang bercampur air liur diambil dari tenggorokan.
2.10 Klasifikasi Sputum
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat
dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi
sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik
pada pembentukan sputum itu sendiri. klasifikasi bentukan sputum dan
kemungkinan penyebabnya :

17
1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan,
kemungkinan berasal dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari
saluran napas bagian bawah.
2. sputum banyak sekali&purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
3. Sputum yg terbentuk perlahan&terus meningkat → taanda bronkhitis/
bronkhiektasis.
4. Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
5. Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan
adanya verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum
hijau ini sering ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena
penimbunan sputum dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
6. sputum merah muda&berbusa → tanda edema paru akut.
7. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
8. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.
2.11 Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum biasanya diperlukan jika diduga adanya penyakit
paru. Membran mukosa saluran pernapasan berespons terhadap inflamasi
dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung organisme
penyebab. Perhatikan dan catat volume, konsistensi, warna dan bau sputum.
Pemeriksaan sputum mencakup pemeriksaan :
1. Pewarnaan Gram,biasanya pemeriksaan ini memberikan cukup informasi
tentang organism yang cukup untuk menegakkan diagnose presumtif.
2. Kultur Sputum mengidentifikasi organisme spesifik untuk menegakkan
diagnose definitif. Untuk keperluan pemeriksaan ini, sputum harus
dikumpulkan sebelum dilakukan terapi antibiotic dan setelahnya untuk
menentukan kemanjuran terapi.
3. Basil Tahan Asam (BTA) menentukan adanya mikobacterium tuberculosis,
yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan
warna oleh alcohol asam.

17
2.12 Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pemeriksaan Sputum
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Waktu yang
diperlukan untuk pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum
dalam 2 kali kunjungan, yaitu Sputum sewaktu (S), yaitu ketika penderita
pertama kali datang; Sputum pagi (P), keesokan harinya ketika penderita
datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum pertama setelah bangun
tidur), Sputum sewaktu (S), yaitu saat penderita tiba di laboratorium,
penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi. Pengambilan sputum pada
pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah dikeluarkan,
dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk
berkumur-kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada).
Sputum diambil dari batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan
sputum dengan Tarik nafas dalam dan kuat (dengan pernafasan dada)
batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut wadah penampung. Wadah
penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup (Screw Cap
Medium).
Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air
liur/saliva, maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya,
pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-
unsur lain. Bila sputum susah keluarkan lakukan perawatan mulut Perawatan
mulut dilakukan dengan obat glyseril guayakolat (expectorant) 200 mg atau
dengan mengonsumsi air teh manis saat malam sebelum pengambilan
sputum.
Teknik lain untuk mengeluarkan sputum bila sputum juga tidak bisa
didahakkan, sputum dapat diambil secara:
A. Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal).
Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk
pemeriksaan histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan
melalui kulit di atasnya trakea dan melalui ligamentum krikotiroid.

17
Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan diteruskan ke tingkat
bifurkasi trakea. Indikasi :
Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang
untuk laringoskopi terjaga, serat optik dan atau intubasi retrograd.
Penghapusan tanggapan gag refleks atau hemodinamik untuk laringoskopi
atau bronkoskopi. Digunakan untuk membantu menghindari Valsava
seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain "terjaga" intubasi (pasien
dibius dan ventilasi spontan).
B. Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)
Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana
bronkoskop dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan
yang disemprotkan ke bagian kecil dari paru-paru. Biasanya dilakukan
untuk mendiagnosa penyakit paru- paru. Secara khusus, umumnya
digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang dengan masalah sistem
kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada ventilator, beberapa jenis
kanker paru-paru, dan jaringan parut pada paru-paru (penyakit
paru interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen cairan lapisan
epitel (ELF) dan untuk menentukan komposisi protein saluran udara paru,
dan sering digunakan dalam penelitian imunologi sebagai sarana sel
sampling atau tingkat patogen di paru-paru. Contoh ini termasuk sel T dan
tingkat populasi virus influenza.
C. Lung biopsy
Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan
paru-paru untuk pemeriksaan. Jaringan biasanya diperiksa di bawah
mikroskop, dan dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk kultur.
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan oleh ahli patologi. Biopsi adalah
pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi adanya
penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum
melakukan transplantasi organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh
kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan pendarahan. Jaringan yang

17
akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh manapun, di
antaranya kulit, perut, ginjal, hati , dan paru- paru.
2.13 Metode Ziehl – Neelsen
Pewarnaan Ziehl-Neelsen merupakan prosedur pewarnaan tahan asam
yang paling tua, pewarnaan Ziehl-Neelsen mensyaratkan bahwa pewarna
primer fuksin-karbol dipanasi sampai beruap selama proses pewarnaan. Hal
ini bertujuan untuk menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel kuman basil
tahan asam, sehingga zat warna utama fuksin-karbol dapat mewarnai dinding
sel bakteri basil tahan asam. Apabila sekali diwarnai dengan fuksin-karbol,
warna ini akan tetap tahan terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut
dengan larutan asam – alkohol. Walaupun, ditambah methylen blue, warna
merah pada dinding sel basil tahan asam akan tetap bertahan. Penambahan
methylen blue berfungsi sebagai background biru pada preparat (Lay. 1994)
2.14 Metode Kinyoun – Gabbet
Pewarnaan Kinyoun & Gabbet berbeda dari Ziehl-Neelsen yaitu bahwa
tidak diperlukan pemanasan terhadap warna primer (Larutan Kinyoun).
Digunakan reagen fuksin-karbol yang lebih pekat sehingga zat warna dapat
menembus mikroba sehingga tidak diperlukan pemanasan (Lay. 1994)

17
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Bakteriologi tentang pewarnaan tahan asam dilaksanakan pada
hari Selasa 15 Mei 2018 pukul 10.00 s/d selesai di Laboratorium Kimia,
Stikes Bina Mandiri Gorontalo.
3.2 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum bakteriologi kali ini ialah,
pembakar bunsen, ose inokulasi, kaca objek, baki pewarnaan, kertas lensa,
lempeng panas, dan mikroskop.
3.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum bakteriologi kali ini ialah,
sputum/dahak, metilen blue, asam alkohol, karbol fuksin, larutan kinyoun,
larutan gabbet, dan oil emersi.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Metode Ziehl – Neelsen
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dengan teknik steril, siapkan apusan bakteri.
3. Fiksasi apusan dengan cara seperti biasa kemudian biarkan apusan
mengering di udara.
4. Setelah mengering, genangi apusan dengan karbol fuksin selama 5
menit dan panaskan di atas lampu bunsen. Catatan: jangan sampai
pewarna menguap/mendidih.
5. Bilas dengan air keran. Kaca objek yang dipanaskan harus
didinginkan terlebih dahulu sebelum dibilas.
6. Pucatkan dengan asam alkohol, dengan menambahkan pereaksi
tetes demi tetes sampai aliran alkohol jernih dengan warna merah
yang agak tipis.
7. Bilas dengan air keran.
8. Berikan pewarna tandingan metilen blue selama 2 menit.
9. Bilas apusan dengan air keran.

17
10. Keringkan dan amati di bawah mikroskop. Sebelumnya apusan
ditambahkan oil emersi secukupnya.
3.4.2 Metode Kinyoun – Gabbet
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil kaca sediaan bersih, bebas lemak dan tidak ada goresan.
3. Disiapkan sebuah kaca sediaan yang diberi tanda ukuran 2x3 cm
sebagai pola.
4. Diletakkan kaca pola di bawah kaca sediaan.
5. Lampu spiritus dinyalakan dan ose dipanaskan sampai membara
mulai ujung sampai ke pangkal.
6. Dengan menggunakan ose steril lalu diambil bagian sputum yang
kental berwarna putih kekuningan atau putih kehijauan, lalu
diletakkan pada kaca sediaan.
7. Dibuat pulasan yang tipis pada permukaan yang telah dibersihkan.
8. Dilakukan fikasi tiga kali berturut- turut pada ujung api Bunsen,
kemudian pulasan dikeringkan.
9. Sediaan kuman diwarnai dengan larutan kinyoun selama 3 menit,
cuci dengan air.
10. Sediaan diwarnai dengan larutan gabbet selama 1 menit, cuci
dengan air, keringkan.
11. Setelah kering, sediaan diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran objektif 100x menggunakan oil emersi.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil praktikum bakteriologi mengenai pewarnaan bakteri tahan
asam ialah:
Percobaan : Metode Ziehl-Neelsen dan Metode Kinyoun-Gabbet
Hasil : Negatif (-)
Keterangan : Tidak ditemukan bakteri tahan asam
4.2 Pembahasan
Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri
yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap
zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbol
fukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan
tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun
seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam
(BTA). Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa
keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis.
Dari pewarnaan BTA dapat dibedakan 2, yaitu golongan bakteri tahan
asam yang akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan
tidak akan dilepas pada pencucian alkohol asam, serta tidak akan mengikat
zat warna sekunder (methylen blue), sedangkan bakteri tidak tahan asam
akan melepaskan zat warna primer pada pencucian alcohol asam dan akan
mengikat zat warna sekunder. Ada beberapa cara mewarnai bakteri tahan
asam yaitu, metode Ziehl-Neelsen dan metode Kinyoun-Gabbet.
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan
metode pewarnaan Ziehl Neelsen dan Kinyoun- Gabbet.
Pewarnaan Ziehl Neelsen atau pewarnaan tahan asam memilahkan
kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat
warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat
(alkohol asam).Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada
bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan

17
melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri
tidak.berwarna.
Adapun kelemahan dan kelebihan Ziehl Neelsen yakni: latar belakang
berwarna biru terang, basil merah jelas, reagen terjangkau dan mudah
didapat, fenol diencerkan 5% dan tidak dipanaskan karena pemanasan
dilakukan pada proses pewarnaan sedian zat warna utama maka dari itu agak
lama waktu yang dibutuhkan.
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak
yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan kadar cat yang
tinggi maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada
waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali.
Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan
pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.
Kelemahan dan Kelebihan Pewarnaan Kinyoun-Gabbet antara lain
adalah: latar belakang berwarna ungu dan buram, basil kurang merah, lekosit
ungu, reagen jarang dijumpai karena itu mahal harganya, komposisi dari fenol
kristal/bubuk murni dan pada saat pembuatan reagen sebelum proses
homogenisasi zat warna primer denagn carbol fuchsin dipanaskan/dilelehkan
pada penangas atau autoclaf, dan terakhir pada proses pewarnaan lebih
mudah, cepat dan praktis.
Larutan kimia yang digunakan pada praktikum kali ini adalah alkohol
asam, carbol fuchsin, dan methylen blue yang masing-masing mempunyai
fungsi antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur, carbol fuchsin
mempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat
dapat menembus masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Methylen blue
berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri
akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau.

17
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna
karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-
alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alcohol dan prinsip
dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan yaitu sebaiknya saat pembuatan
preparat praktikan melakukannya didepan nyala lampu bunsen agar tidak
terkontaminasi denga mikrobakteri dan juga saat pemberian warna sebaiknya
praktikan saling bergantian agar praktikum tetap berjalan secara kondusif.

17
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Malang.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika.
Jakarta.
Jutono, Soedono, S., S. Hartanti, Suhandi, D. S., K. Soesanto. 1980. Analisis
Praktikum Mikrobiologi Umum untuk Perguruan Tinggi. UGM Press.
Yogyakarta.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Pelczar, M. J., E. C. S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI Press.
Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai