Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum Mikrobiologi

PEWARNAAN BTA (Basil Tahan Asam)

DISUSUN OLEH :
1. HEPPY SIAMSASI
2. SUSANTI
3. DWI WINARNI
4. NURHASANAH
5. SRI LUSMIYATI
6. ROS KOMALA DEWI

POLTEKKES KEMENKES TANJUNG KARANG


JURUSAN PRODI KEPERWATAN GIGI
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari tanpa disadari manusia selalu berhubungan dengan jasad
renik dari alam dunia yang tidak tampak dengan mata biasa. Itu disebabkan karena bekteri
merupakan organism yang sangat kecil (berukuran mikroskopis). Selainitu, bakteri tidak
berwarna, juga transparan dan sangat kecil. Akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan
sukar untuk melihat bagian-bagiannya. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut maka
dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah
diamati. Teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion
antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut
kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam
dan pewarna basa.
Pengecatan bakteri sudah dilakukan sejak awal berkembangnya mikrobiologi dipertengahan
abad ke-19 oleh Louis Pasteur dan Robert Koch. Cara-cara pengecatannya yaitu pewarnaan
sederhana, pewarnaan gram, pewarnaan negatif, pewarnaan BTA, pewarnaan negatif,
pewarnaan neisser (granula), dan pewarnaan spora.
Beberapa mikroba tertentu tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana ataupun
Gram, misalnya golongan Mycobacterium, Retinomycites, dll. Hal ini disebabkan sel-sel
mikroba diliputi oleh semacam lilin (lipid) dan asam mycolat, sehingga tubuhnya sukar
ditembus oleh zat-zat warna. Tetapi dia dapat diwarnai dengan karbolfuchsin panas (sambil
dipanasi), ternyata zat warna ini dapat meresap dan diikat oleh tubuh bakteri tersebut.
Keistimewaan dari kuman tahan asam ini, zat warna yang telah diikat itu sukar dilepaskan
walaupun dilakukan dengan pencucian dengan alkohol-asam, misalnya asam sulfat dan asam
chlorida. Oleh karena kuman-kuman seperti itu tahan terhadap pencucian asam-asam mineral,
maka disebut kuman tahan asam. Pewarnaan ini ditujukan terhadap bakteri yang mengandung
lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi
zat warna khusus misalnya karbolfukhsin melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat
warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun
seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).

Maksud dan Tujuan


1. Maksud dari praktikum, adalah:
a. Mengetahui prosedur pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam).
b. Mengidentifikasi bentuk/morfologi BTA pada sampel.
c. Mengetahui sifat bakteri BTA dengan bakteri lainnya.

2. Tujuan dilakukannya praktikum,adalah:


a. Membuat sediaan untuk pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam)
b. Melakukan proses pewarnaan BTA.
c. Melihat bentuk dan warna bakteri pada sediaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri sangat kecil, bentuk
tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X
atau lebih(Waluyo, 2004). Sel bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies
dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri merupakan
makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 µm. Bentuk bakteri bermacam – macam
yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan
suatu zat pewarna kimia agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran,
bentuk, susunan dan keadaan struktur internal dan butiran.Sel sel individu bakteri dapat
berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks) (Pelczar & Chan,2007).
Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri dengan mikroskop,
memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat struktur luar dan struktur dalam
bakteri seperti dinding sel dan vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas
daripada bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan
sekitarnya. Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna
pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna
pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana.
Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-
bagian sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).
Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu ionnya
berwarna.Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif.Senyawa-
senyawa kimia ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel
bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar
pewarnaan bakteri.Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa.Jika
warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna basa.Jika warna
terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam.Contoh zat warna basa adalah
methylen blue, safranin, netral red, dan lain-lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah
Cl-, SO4-, CH3COO-, COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat
bersenyawa lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah
bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna
penutup (Sutedjo, 1991).
Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi
karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga
macam metode pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan pewarnaan
gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal, pewarnaan diferensial memakai
serangkaian larutan pewarna atau reagen. Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang
paling umum digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsil, 2008).
Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, salah satu di
antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna terdapat pada ion positif (zat
pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna akan terdapat pada ion negatif (zat
pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan
terutama oleh adanya asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika
bakteri itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi dengan ion
positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue adalah beberapa zat pewarna
basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri
menyeluruh. Jadi, mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya
pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna di atas latar
belakang yang berwarna (Volk & Wheeler, 1993).
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan sebagai berikut:
pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam),
pewarnaan khusus untuk melihat struktur tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora,
pewarnaan kapsul, pewarnaan khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri (pewarnaan
Neisser (granula volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen) dan pewarnaan negatif
(Gozali, 2009).

Pewarnaan BTA dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yaitubakteri tahan asam yang
akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan tidak akan dilepas pada
pencucian alkoholm asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder (methylen blue),
sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada pencucian
alcohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder.Ada beberapa cara mewarnai bakteri
tahan asam yaitu, menurut Ziehl-Neelseen, menurut Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga
pewarnaan Kinyoun-Gabbet, serta pewarnaan dengan AURAMEN-PHENOL
FLUORCHROME.
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri
penyebab tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis . Ada beberapa cara pewarnaan
tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut Ziehl-Neelsen.(anonymous,2009).
BAB III

METODE KERJA

Pelaksanaan :
Praktikum dilaksanakan pada Hari Kamis 11 Oktober 2018 di Laboratorium Puskesmas Rejo
Sari pada jam 11.00 WIB

Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum pewarnaan BTA (Basil Tahan Asam), yaitu:
Ø Mikroskop
Ø Objek glass steril
Ø Bunsen
Ø Jembatan pewarnaan
Ø Korek api
Ø Lidi

Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pewarnaan BTA (Basil Tahan
Asam), yaitu:
Ø Sampel(Sputum Suspect penderita TBC)
Ø Karbol fuchsin
Ø Methylen Blue
Ø Asam Alkohol 3 %
Ø Kertas saring
Ø Gabbet
Ø Oil imersi

Metode Kerja

a.) Metode Ziehl – Neelsen:


1. Alat, dan bahan yang akan digunakan disiapkan secara lengkap.
2. Selanjutnya sampel sputum diambil dengan batang lidi, lalu dibuat sediaan di atas objek glass
dengan putaran satu arah hingga didapatkan sediaan yang tipis dan rata.
3. Sediaan kemudian dikeringkan di udara, dilakukan fiksasi dengan melewatkan di atas api
sebanyak 3X.
4. Pewarnaan pertama dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Carbol Fuchsin selama 5
menit sambil dipanaskan hingga menguap sebanyak 3X pemanasan.
5. Membuang zat warna kemudian, sediaan dibilas dengan air mengalir.
6. Kemudiaan dilakukan pelunturan dengan asam alkohol selama 30 detik, lalu sediaan dibilas
dengan air mengalir.
7. Selanjutnya pewarnaan kedua dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Methylen Blue
selama 1-2 menit.
8. Membuang zat warna, kemudian sediaan dibilas dengan air mengalir.
9. Sediaan dikeringkan di udara.
10. Kemudiaan preparat ditetesi dengan oil imersi dan siap untuk diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran objetif 100 X.

b.) Metode Kinyoun – Gabbet ( Tidak dilakukan )

1. Alat, dan bahan yang akan digunakan disiapkan secara lengkap.


2. Selanjutnya sampel sputum diambil dengan batang lidi, lalu dibuat sediaan di atas objek glass
dengan putaran satu arah hingga didapatkan sediaan yang tipis dan rata.
3. Sediaan dikeringkan di udara kemudian, dilakukan fiksasi dengan melewatkan di atas api
sebanyak 3X.
4. Pewarnaan pertama dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Kinyoun selama 2-
3 menit.
5. Membuang zat warna, kemudian sediaan dibilas dengan air mengalir.
6. Selanjutnya pewarnaan kedua dilakukan dengan menggenangi sediaan dengan Gabbet selama
30 detik.
7. Membuang zat warna, kemudian sediaan dibilas dengan air mengalir.
8. Sediaan dikeringkan di udara.
9. Kemudiaan preparat ditetesi dengan oil imersi dan siap untuk diamati di bawah mikroskop
dengan pembesaran objetif 100 X.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Hasil Pengamatan
Metode Ziehl – Neelsen

Keterangan :
1. Bakteri BTA berbentuk basil, merupakan bakteri gram negatif karena menyerap warna
merah dan berbentuk batang / basil, pada sediaan diatas didapatkan hasil BTA ( + ) atau
pasien positif menderita penyakit TBC

Pembahasan
Pewarnaan BTA merupakan pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang
mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika
bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbol fukhsin melalui proses pemanasan, maka akan
menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat
sekalipun seperti asam-alkohol. Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA).
Teknik pewarnaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab
tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis .
.Dari pewarnaan BTA dapat dibedakan 2, yaitu golongan bakteri tahan asam yang
akan tetap mengikat zat pewarnaan primer (karbol fuksin) dan tidak akan dilepas pada
pencucian alkohol asam, serta tidak akan mengikat zat warna sekunder (methylen blue),
sedangkan bakteri tidak tahan asam akan melepaskan zat warna primer pada pencucian
alcohol asam dan akan mengikat zat warna sekunder. Ada beberapa cara mewarnai bakteri
tahan asam yaitu, menurut Ziehl-Neelseen, menurut Tan Thiam Hok (1957) yang disebut juga
pewarnaan Kinyoun Gabelt, serta pewarnaan dengan AURAMEN-PHENOL
FLUORCHROME. Pewarnaan ini adalah segolongan bakteri yang sulit diwarnai, tetapi
sekali diwarnai sulit dihapus. Dinding sel bakteri tahan asam terdiri dari peptidogikan,
arabinogalaktan, dan lipid, dimana 50% dari lipid ini terdiri dari asam nikolat. Bakteri ini
dimasukkan kedalam golongan mikrobacterium yang sebagian besar bersifat satprofit, dikenal
juga golongan atipik , sebagian kecil pathogen bagi manusia yaitu Mycrobaterrium tuberculosis
dan Mycrobacterium leprae.
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok
Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci
dengan larutan pemucat (alkohol asam).Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada
bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali ini menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl
Neelson yaitu dengan memberi larutan pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen
blue. Hasil yang diperoleh saat praktikum yaitu positif 1 dan positif 2 yang
dilaporkan secara kuantitatif menurut IUAT, yaitu:
Negatif: apabila tidak ditemukan BTA.
Positif: apabila terdapat 1–9 BTA/100 lapang pandang.
Positi1: apabila terdapat 10–90 BT/100 lapang pandang.
Positif2:apabila terdapat 1–9 BTA/1 lapang pandang.
Positif3:apabila terdapat > 10 BTA / 1 lapang pandang.
Dari hasil praktikum yang dilakukan, pada metode Ziehl-Neelsen ditemukan bakteri
yang berbentuk basil dan berwarna merah karena menyerap zat warna pertama yaitu Carbol
Fuchsin.
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang diamati ditemukan bakteri BTA (+) yang berbentuk basil.

Saran
Adapun saran yang ingin penulis (praktikan) sampaikan melalui laporan ini adalah sebagai
berikut :
a. Membaca dan mempelajari protab terlebih dahulu sebelum melakukan praktikum.
b. Menggunakan APD pada saat praktikum.
c. Mengikuti protab pada saat praktikum
d. Tidak menukar-nukar pipet untuk menghindari kontaminasi antar larutan.

Proses pembuatan sediaan dan pewarnaan dilakukan dan didokumentasikan dalam bentuk
video yang disimpan dalam disket.
DAFTAR PUSTAKA

Krisno. Agus, 2011, ,http://aguskrisnoblog.wordpress.com/2011/01/12/macam-macam-teknik-


pewarnaan-bakteri/.html.. Diakses pada tanggal 6 Juni 2012
Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Pt Gramedia.
Pelezar,chan. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI Press: Jakarta
Jawetz, Melnick, Adelberg, 2008, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 23, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Iud W, 2008, Teknik dan Metode Dasar Dalam Mikrobiologi, UMM Pres, Malang.

Anda mungkin juga menyukai