Pewarnaan Bakteri
Created by :
Identifikasi bakteri pada umumnya bakteri bersifat tembus cahaya, hal ini
disebabkan karena banyak bakteri yang tidak mempunyai zat warna (Waluyo,
2007) . Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Pewarnaan atau pengecatan terhadap
mikroba banyak dilakukan baik secara langsung (bersama bahan yang ada)
ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni).
Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat
warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena
muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam
antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base Fuchsin, Malachite Green,
dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll ( Irawan, 2008).
1. Pewarnaan Sederhana :
2. Pewarnaan Negatif :
3. Pewarnaan Diferensial :
4. Pewarnaan Struktural. :
1. Pewarnaan Sederhana
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara
komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang
disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya
muatan ini maka dapat dibedakan asam dan pewarna basa.
Alat :
Biakan Bakteri
Kaca objek bersih
Ose
Bunsen atau lampu spiritus
Mikroskop, minyak emersi, kertas lensa dan xylol
Bahan :
Prosedur Kerja
2. Pewarnaan Negatif
Alat :
Biakan Bakteri
Kaca objek bersih
Ose
Bunsen atau lampu spiritus
Mikroskop, minyak emersi, kertas lensa dan xylol
Bahan :
Prosedur Kerja :
2. Pewarnaan Diferensial
A. Perwarnaan Gram
Alat :
Biakan Bakteri
Kaca objek bersih
Ose
Bunsen atau lampu spiritus
Mikroskop, minyak emersi, kertas lensa dan xylol
Bahan :
Gram A (cat Kristal violet)
Gram B (Lugol iodine)
Gram C (etanol : aseton = 1:1)
Gram D (cat safranin).
Iodium : 1 gram
Kalium iodida : 2 gram
Aquadest : 300ml
Prosedur Kerja
Hasil :
Biakan Bakteri
Kaca objek bersih
Ose
Bunsen atau lampu spiritus
Mikroskop, minyak emersi, kertas lensa dan xylol
Metode Pewarnaan :
1. Pewarnaan Ziehl-Neelsen
Reagensia :
Karbol fukhsin :
Fukhsin Basa 0.3 gram
Alkohol 95% 10 ml
Feno; kristal 5 gram
Aquadest 95 ml
Camprkan larutan A dan B
Asam Alkohol :
HCL 3 ml
Alkohol 95% 97 ml
Methylen blue :
Biru Metilen 0.3 gram
Aquadest 100 ml
Prosedur Kerja
1. Buat apusan/ sediaan pad kaca objek dengan ukuran 2x3cm ,fiksasi
2. Warnai dengan karbol fuksin selama 5 menit sambil dipanasi
dengan api kecil dibawah sediaan. Panasnya dipertahankan sampai
keluar uap tetapi jangan sampai mendidih
3. Cuci dengan air
4. Cuci dengan asam alkohol selama 20 detik
5. Cuci dengan air mengalir
6. Warnai dengan biru metilen 1% selama 1 menit
7. Cuci dengan air dan keringkan
8. Periksa dengan mikroskop
Hasil
2. Pewarnaan Kinyoouin-Gabbet:
Reagensia :
Larutan Kinyoun :
Fukhsin Basa 4 gram
Alkohol 95% 20 ml
Fenol kristal 8 gram
Aquadest 100 ml
Larutan Gabbet:
Methylen blue 0.3 gram
Aquadest 100 ml
Prosedur Kerja :
Hasil
C. Pewarnaan Khusus
1. Pewarnaan Spora
Metode Kerja
1. Metoda Schaeffer-fulton
Reagensia :
Malachite-green :
Safranin :
Prosedur Kerja :
Hasil Pewarnaan :
2. Metode Klein
Reagensia :
Karbol Fuchsin:
Larutan jenuh fuksin dalam alkohol 10 ml
Fenol 5% 90 ml
H2SO4
Metilen Biru
Methylen Blue 1,48 gram
Alkohol 95% 100 ml
Prosedur Kerja :
Hasil Pewarnaan :
D. Pewarnaan Kapsul
Kapsul dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tetapi dapat
berfungsi sebagai makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik
dalam tubuh inang maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap
dehidrasi. Kemampuan menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi
produksinya sangat dipengaruhi oleh komposisi medium tempat
ditumbuhkannya sel-sel yang bersangkutan. Komposisi medium juga dapat
mempengaruhi ukuran kapsul.
Bahan :
Alat :
Prosedur Kerja :
Hasil :
E. Pewarnaan Granulla
Alat :
Metode Kerja :
Pewarnaan Neisser
Reagensia :
Neisser A
Biru Metilen 0,1 gram
Alkohol 96% 2 ml
Asam Asetat Glasial 5 ml
Aquades 95 ml
Neisser B
Kristal Violet 1 gram
Alkohol 96% 10 ml
Aquades 300 ml
Neisser C
Crysoidine 2 gram
Aquades 100 ml
Hasil :
Granula bakteri berwarna biru gelap atau biru hitam (warna darineisser A
ditambah neisser B), sedangkan sitoplasma bakteri berwarna kuning kecoklatan
(warna dari neisser C)
Pewarnaan Albert
Reagensia :
Albert I
Toluidin Blue 0,15 gram
Malachiet Green 0,2 gram
Alkohol 95% 2 ml
Asam Asetat Glacial 1 ml
Aquadest 300 ml
Albert II
KI 3 gram
Iodium Kristal 2 gram
Aquadest 300 ml
1. Tuangkan larutan Albert I pada sediaan yang telah difiksasi dan diamkan
selama 5 menit
5. Keringkan di udara.
Hasil :
1. Pewarnaan Flagella
Metode Gray digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan
mengena walaupun dalam metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus.
Pada pewarnaan flagella larutan kristal violet bertindak sebagai pewarna utama,
sedangkan asam tannic dan alumunium kalium sulfat bertindak sebagai mordant.
Kristal violet akan membentuk endapan disekitar flagel, sehingga meningkatkan
ukuran nyata flagel.
Alat :
Metode Kerja
Pewarnaan Gray
Reagensia :
Larutan Mordant
Larutan KAl (Potassium Aluminium)
Asam Tonat 20%
HgCl2 20%
Larutan Jenuh Fuchsin dalam Alkohol
Carbol Fuchsin
Kultur Bakteri yang berflagel
Prosedur Kerja :
Hasil :
Pewarnaan Leifson
Reagensia :
Leifson A
Fuchsin 0,5 g
Alcohol 95% 50 ml
Leifson B
Tannic Acid 1,5 g
NaCl 0,75 g
Aquadest 100 ml
Oil Emersi
Prosedur Kerja
Hasil