Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TMI

DISUSUN OLEH :
NAMA : NURAFIFAH
KELAS : A
PRODI :D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
Biografi Zainab Bin Muhammad
Zainab putri tertua Rasulullah saw dan Khadijah binti Khuwailid sa. Ia lahir pada saat Nabi
saw berusia 30 tahun ditahun 30 Tahun Gajah.Ia menikah dengan Abu al-'Ash bin
Rabi'.Pernikahan ini berlangsung sebelum Bi'tsah.

Ketika 'Atabah bin Abu Lahab dan saudaranya, 'Utaibah mentalak Ruqayyah binti
Muhammad saw dan Ummu Kultsum, Quraisy meminta Abu al-'Ash untuk menceraikan
Zainab, tapi ia menolaknya.

Menurut sebagain peneliti Syiah seperti Sayid Murtadha al-Amili, Zainab, Ruqayyah dan
Ummu Kultsum bukan anak-anak Rasulullah saw dan Khadijah.Namun, mayoritas penulis
sejarah muktabar di antaranya Thabari menegaskan bahwa dia putri tertua Nabi saw.

Zainab memeluk Islam ketika ayahnya diangkat sebagai Rasul dan mengemban Risalah
Islam, tetapi suaminya tetap dalam kekafiran. Zainab tidak dapat menyertai Nabi SAW
dan kaum muslimin lainnya berhijrah ke Madinah karena ia dalam penguasaan keluarga
suaminya.

Ketika terjadi perang Badar, suami Zainab, Abul Ash berperang di pihak kaum kafir
Quraisy. Dalam pertempuran ini ia tertawan. Setelah Nabi mengumumkan tawanan
perang Badar dapat ditebus oleh keluarganya, Zainab mengirimkan uang dan perhiasan
untuk menebus suaminya. Ketika perhiasan ini sampai ke tangan Nabi SAW, beliau
mengenali bahwa perhiasan ini adalah pemberian Khadijah kepada Zainab, beliau jadi
teringat dengan istri tercintanya ini dan keadaan putrinya, beliau jadi sedih.

Akhirnya Nabi SAW bermusyawarah dengan para sahabatnya, dan diputuskan untuk
membebaskan Abul Ash tanpa tebusan. Uang dan perhiasan tersebut dikembalikan
kepada Zainab, tetapi disyaratkan kepada Abul Ash untuk membawa istrinya tersebut ke
Madinah jika ia telah sampai kembali di Makkah. Abul Ash menyetujui perjanjian ini,
maka Nabi SAW mengirimkan dua orang untuk menjemput putrinya tersebut di luar kota
Makkah, di suatu perkampungan bernama Ya’juj. Mereka ini adalah Zaid bin Haritsah dan
salah seorang sahabat Anshar. Mereka diminta untuk menemani Zainab sampai ke
Madinah.
Sesuai janjinya, setelah sampai di Makkah ia mengantarkan Zainab menemui dua utusan
Nabi SAW yang menunggu di luar kotaMakkah. Adik Abul Ash, Kinanah bin Rabi
mengantarkan seekor unta, yang kemudian dinaiki Zainab. Kinanah sendiri ikut
rombongan ke Madinah. Ketika kepergian Zainab ini diketahui oleh kaum Quraisy, mereka
sangat marah, mereka mengirimkan satu pasukan untuk menggagalkannya.

Ketika pasukan Quraisy itu telah dekat, salah seorang dari mereka, Habar bin Aswad, yang
sebenarnya masih keponakan Zainab, melemparkan tombaknya dan mengenai Zainab,
sehingga ia jatuh dari untanya. Zainab yang saat itu sedang hamil, mengalami keguguran.
Melihat keadaan ini, Kinanah sesumbar akan melakukan perlawanan dengan panah-
panah dan pedangnya. Pasukan Quraisy ini jadi keder juga, mereka tahu benar keahlian
Kinanah dalam memanah dan kemampuannya memainkan pedang.

Akhirnya salah seorang anggota pasukan lainnya, Abu Sufyan membujuk Kinanah agar
kembali dahulu ke Makkah, dan setelah suasana tenang, satu dua hari kemudian
hendaknya ia membawa putri Nabi SAW secara sembunyi-sembunyi ke Madinah. Usul ini
diterima baik oleh Kinanah.

Zainab akhirnya berhasil hijrah ke Madinah dengan diantar Kinanah, tetapi dalam
keadaan sakit parah akibat terkena tombak, jatuh dari unta dan keguguran. Ia terus
menderita dengan luka-lukanya ini selama beberapa tahun sampai akhirnya wafat pada
tahun 8 Hijriah. Nabi SAW sendiri yang menurunkan dan menguburkan jenazahnya dalam
keadaan yang sangat sedih.

Setelah selesai penguburan, tampak wajah Nabi SAW berseri-seri. Parasahabat menjadi
keheranan dan menanyakan perubahan wajah beliau tersebut. Nabi SAW berkata, “Saya
sangat khawatir atas kelemahan Zainab, dan saya berdoa agar Allah meluaskan kuburnya
dan membebaskannya dari siksa kubur, dan Allah mengabulkan doaku.”

Suami Zainab, Abul Ash bin Rabi datang ke Madinah pada tahun 6 atau 7 hijriah,
kemudian memeluk Islam. Nabi SAW mengembalikan Zainab kepadanya, karena
sebelumnya mereka belum bercerai.
Dari pernikahannya ini ia mempunyai dua orang anak, yaitu Ali bin Abul Ash dan Umamah
binti Abul Ash.
Zainab meninggal pada tahun ke-8 H dan dimandikan oleh Su'dah putri Zum'ah bin Qais,
Ummu Salamah dan Ummu Aiman. Nabi saw memberikan bajunya supaya ia dibalut
dengannya. Nabi saw sendiri masuk ke kubur Zainab dan berdoa untuknya.

Mengenai sebab wafatnya, Thabari menukilkan bahwa saat Zainab hijrah ke Madinah,
Hubar bin Aswad dan lelaki lain dari kaum musyrikin melihatnya di tengah jalan. Hubar
mendorongnya hingga berbentur dengan sebongkah batu. Akibatnya, janin dalam
rahimnya mengalami keguguran. Semenjak itu ia sakit dan tidak pernah sembuh total
hingga meninggal dengan derita ini.

Anda mungkin juga menyukai