PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
2. Margarin
Margarin pada umumnya dibuat dari minyak nabati. Margarin merupakan emulsi yang terdiri atas
lemak nabati, air dan garam denganperbandingan (80:18:2). Margarin dapat dikonsumsi tanpa dimasak.
Sifat fisik margarin pada suhu kamar adalah berbentuk padat, berwarna kuning,dan bersifat
plastis.Komposisi gizi margarin adalah sekitar 80 %.Merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan
manusia.Selain itu,lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan
karbohidrat dan protein.Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4,
dan 4 kkal.
Margarin merupakan salah satu sumber energi dengan vitamin A,D, E dan K serta memiliki jumlah
kalori yang lebih sedikit dari pada mentega biasa. Margarin memberi cita rasa gurih, mengurangi remah
roti,mempermudah pemotongan, serta dapat memperlunak kulit roti, berfungsi untuk memperpanjang
daya simpan, memperkeras tekstur agar tidakmeleleh pada suhu kamar, dan mempertinggi titik didih
untuk memenuhitujuan pengovenan.Ciri-ciri margarin yang menonjol adalah bersifat plastis, padat pada
suhu ruang, agak keras pada suhu rendah, teksturnya mudah dioleskan, serta segera dapat mencair di
dalam mulut.
3. Air
Air merupakan komponen penting dalam bahan baku pembuatan rotibakery, karena air dapat
mempengaruhi penampilan, tekstur, serta cita rasamakanan, kandungan air dalam bahan makanan roti ikut
menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan bahan, kandungan air pada produk roti di tentukan
pada saat penggolahan dimulai penggadonan, airsangat menentukan pada pengolahan makanan roti, tanpa
air pengolahanmakanan tidak dapat berlangsung, air juga di gunakan sebagai ingredient makanan olahan.
Air pada proses penggolahan juga dapat berfungsi sebagaipenghantar panas dan pelarut dan sebagai
media reaksi antara gluten dengan karbohidrat, air yang digunakan sebaiknya memiliki pH antara 6-
9,makin tinggi pH maka roti yang dihasilkan tidak mudah hancur karena absorbsi air meningkat dengan
meningkatnya pH, selain pH air yang digunakan harus air yang memenuhi persyaratan air minum,
diantaranya tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Jumlah air yang ditambahkan pada umumnya sekitar 26-38% daricampuran bahan yang akan
digunakan, jika lebih dari 38% adonan akanmenjadi sangat lengket dan jika kurang dari 28% adonan akan
menjadi rapuh sehingga sulit dicetak.
Kadar air merupakan salah satu karakteristik yang sangat pentingpada bahan pangan, karena air
dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan
pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi
perubahan pada bahan pangan.
2. Gula
Gula adalah karbohidrat murni yang tidak tersusun atas nutrient lainnya seperti, lemak,
protein, vitamin, dan mineral karena gula itu karbohidrat yang murni maka gula disebut sebagai kalori
kosong. Gulapasir merupakan hasil dari batang tebu yang digiling dan diperas kemudian cairannya yang
manis diolah menjadi gula, gula pasir atau sukrosa adalah disakarida yang tersusun dari satu gugus
glukosa dan satu gugus fruktosa.
Fungsi gula sebagai makanan ragi, memberi rasa, mengatur fermentasi, memperpanjang
umur roti (shelf life), menambah kandungangizi, membuat tekstur roti menjadi lebih empuk, memberi
daya pembasahan pada roti dan memberi warna cokelat yang menarik pada kulit karena proses maillard
atau karamelisasi.
Gula ditambahkan pada jenis roti tertentu untuk melengkapi karbohidrat yang ada untuk
fermentasi dan untuk memberikan rasa yang lebih manis. Tapi gula lebih banyak dipakai untuk
pembuatan kue dan biskuit dimana selain rasa manis gula juga mempengaruhi tekstur. Jumlah gula yang
tinngi membuat remah kue lebih lunak dan lebih basah, dan pada biskuit juga melunakkan.
Mutu kualitas dari sisi kebersihan produk yaitu warna kuning lebihdisukai, karena rasa lebih
manis, terlihat lebih asli, tidak banyak terpaparbahan kimia, lebih hemat, sebagian tidak terlalu
membedakan warna, yangmenyukai gula berwarna putih, alasan hanya estetika, terlihat lebih bersih lebih
pantas disajikan. Ukuran kristal lebih besar, kualitas lebih bagus, penyuka gula putih, kristal lebih halus.
E. Fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki.Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan kapang.
Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter xylinum pada pembuatan nata
decoco, Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam fermentasi
adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang adalah Rhizopus sp
pada pembuatan tempe, Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan sebagainya. Fermentasi dapat
dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan kultur tunggal ataupun kultur
campuran.
Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya dilakukan pada proses fermentasi tradisional
yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang
dihasilkan dengan fermentasi alami adalah gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan
produk fermentasi tradisional yang diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah dan jenis yang
tidak diketahui sehingga hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape yang bagus harus dikembangkan dari
kultur murni.
Kultur murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi dengan sifat dan
karaktersitik yang diketahui dengan pasti sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas kualitas
yang jelas. Dalam proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal ataupun secara
campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal pada fermentasi kecap, yang
menggunakan Aspergillus oryzae pada saat fermentasi kapang dan saat fermentasi garam digunakan
bakteri Pediococcus sp dan khamir Saccharomyces rouxii.
Fermentasi pada pengolahan roti
Dalam industri roti menggunakan enzim amilase dan protease untuk mempercepat proses
fermentasi, meningkatkan volume adonan, memperbaiki kelunakan dan tekstur. Enzim bersumber dari
jamur dan bakteri.
Proses fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Tahapan ini dilakukan untuk
menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagian yang porus dan tekstur roti yang lebih lembut.
Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses fermentasi yang menghasilkan konsistensi
adonan yang frothy (porus seperti busa). Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting karena
gas yang dihasilkan akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat
berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan menyebabkan gas dan uap
air terdesak ke luar dari adonan, sementara terjadi proses gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur
frothy.
Fermentasi adonan didasarkan pada aktivitas-aktivitas metobolis dari khamir dan bakteri asam
laktat. Aktivitas mikroorganisme ini pada kondisi anaerob akan menghasilkan metabolit fungsional yang
penting pada pembentukkan adonan. Dengan mengendalikan parameter proses fermentasi dan metode
preparasi adonan dapat dimungkinkan mempengaruhi aktivitas mikroorganisme dan enzim untuk
menghasilkan adonan roti yang dikehendaki seperti volume, konsistensi, dan pembentukkan.
Fermentasi Adonan
Berbagai metode fermentasi adonan berkembang untuk memperoleh hasil sesuai dengan
karakteristik berbagai jenis produk roti. Walaupun berbagai metode dikembangkan, namun secara umum
terjadi kecenderungan untuk menyederhanakan, memperpendek dan automatisasi proses fermentasi.
Proses biologis yang kompleks selama fermentasi perlu dikendalikan untuk menghasilkan adonan sesuai
dengan yang diinginkan. Untuk itu, pengendalian haruslah dilakukan selama periode fermentasi. Semua
faktor seperti suhu, mutu dan jumlah sel, serta lajupertumbuhan harus terkendali, sehingga terbentuk gas
di dalam adonan.
Adonan yang frothy dapat dihasilkan dengan terbentuknya atau terdispersinya gelembung-
gelembung gas di dalam adonan. Gas yang dibutuhkan untuk terbentuknya adonandapat dihasilkan
melalui proses biologis, kimia, maupun fisik. Gas yang dihasilkan terdispersi kedalam adonan dalam
bentuk gelembung untuk menghasilkan pori yang halus seperti gabus. Gas yang terbentuk merupakan gas
CO2.
Kehalusan pori yang terbentuk selama proses pengadonantergantung pada karakteristik tepung
yang digunakan seperti viskoelastisitas dari gluten dan daya ikat air (water-binding capacity) pentosan.
Pori yang halus bisa juga terbentuk oleh karena udara masuk kedalam adonan dan terdispersi dalam
bentuk gelembung yang halus ketika tepung dan air dicampur dan diulen. Gelembung udara yang
terperangkap berperan sebagai inti yang menyerapgas CO 2yang terbentuk akan membuat adonan
mengembang membentuk struktur spon.Pengembangan adonan dapat melebihi 1:6 karena gas
CO2terbentuk selama fermentasi.Pembentukan gas selama fermentasi diikuti oleh reaksi-reaksi
fermentatif lainnya sepertiterbentuknya metabolit-metabolit intermediet yang berpengaruh pada
konsistensi adonan danterbentuknya senyawa-senyawa volatil yang merupakan prekursor aroma.
Gas yang terdispersi dan terperangkap di dalam adonan dalam bentuk gelembungdibutuhkan
untuk pembentukan pori. Terbentuknya dinding pori yang elastis (extensible)tergantung pada kandungan
protein yang spesifik yang dapat membentuk film yang elastis.Karakteristik semacam ini diperlihatkan
oleh gluten (gliadin dan glutenin) yang merupakan jenisprotein yang terkandung di dalam tepung
gandum. Ketika tepung gandum dicampur dengan air,gluten akan membentuk massa viskoelastis yang
mengikat semua bahan adonan terutama patimenjadi suatu jaringan. Lapisan film yang terbentuk bersifat
impermiabel terhadap gas, sehinggadapat memerangkap gas dan membentuk pori. Selanjutnya pada saat
proses pemanggangan(baking) terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten yang dapat membentuk crumb
dan tekstur yang lembut.
Lama penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat dikendalikan dengan
baik. Penggunaan proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan pembentukan gasyang cepat. Hal ini
dapat menyulitkan dalam pengaturan waktu fermentasi dan penyiapan adonan.Untuk itu, penjadwalan
yang ketat dibutuhkan saat penyiapan adonan karenapengembangan volume adonan terjadi dengan cepat.
Pengakhiran proses fermentasi sangat mempengaruhi volume dan bentuk akhir produk bakery.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2.Setalah adonan diaduk secara merata diamkan selama 45 menit sampai terlihat mengembang
3.Setelah adonan mengembang tipiskan adonan tersebut agar bisa dibentuk seperti pizza lalu masukkan
ke dalam toflen
4.Setelah terbentuk berikan toping yang diinginkan dan tunggu sampai toflen berbunyi lalu buka
tutupnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa roti adalah produk makanan
yang terbuat dari fermentasi tepung terigu dengan ragi atau bahan pengembang lain. Fermentasi
merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang dikehendaki dan
mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir serta kapang, sedangkan
khamir jenis Saccharomyces cereviceae merupakan jenis khamir yang paling umum digunakan pada
pembuatan roti.
B. Saran
Untuk percobaan selanjutnya perlu diperhatikan dalam pembuatan adonan, fermentasi, dan suhu
oven agar tidak terjadi roti yang kurang mengembang.
BIOLOGI
FERMENTASI ROTI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
INTAN FITRIA RAMADHANY
NURAFIFAH
OKTAVIA MARAPPAN
MUH FARHAN
ALFIAN AKBAR