Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Bioteknologi ini sebagai
sebuah makalah tentang “Pembuatan Roti”. Makalah ini disusun berdasarkan sumber-
sumber yang berkaitan dengan Pembuatan Roti.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini agar kami
lebih mencapai kemajuan dari sebelumya dalam hal yang sama.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.
Kelompok 5
Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
Bab I : Pendahuluan 3
A) Latar Belakang 3
B) Permasalahan 3
C) Tujuan 3
Referensi 16
A) Latar Belakang
Pada dasarnya bioteknologi adalah kegiatan yang melibatkan teknologi
dan organisme hidup sedemikian rupa sehingga akan meningkatkan efesiensi
produksi. Tujuan utama bioteknologi adalah untuk meningkatkan hasil produk
dari organisme hidup baik dengan menggunakan prinsip – prinsip
bioengineering/teknologi biproses atau dengan memodifikasi genetik suatu
organisme. Misalnya, produksi roti dari tepung terigu dengan menambahkan ragi
(yeast) sebagai organisme pelaku fermentasi. (Wardani, dkk. 2017)
Ragi dalam hal ini, akan memanfaatkan gula yang ada dalam adonan
untuk menghasilkan CO₂ selama fermentasi sehingga roti jadi berpori. (Wardani,
dkk. 2017)
B) Permasalahan
1) Apa pengertian dari roti dan sejarahnya?
2) Mikroorganisme apa yang berperan dalam proses pembuatan roti?
3) Bagaimana peranan Khamir Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan
roti?
4) Apa saja enzim yang di hasilkan pada Mikroorganisme tersebut?
5) Bagaimana proses fermentasi dalam pengolahan roti?
6) Reaksi apa saja yang terjadi didalam proses fermentasi tersebut?
7) Bagaimana kandungan gizi roti yang di fermentasi?
C) Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian roti dan sejarahnya
2) Untuk mengetahui mikrooganisme yang berperan dalam pembuatan roti.
3) Untuk mengetahui peranan Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan roti.
4) Untuk mengetahui berbagai jenis enzim yang terdapat pada Mikroorganisme
tersebut.
5) Untuk mengetahui proses fermentasi dalam pengolahan roti.
6) Untuk mengetahui reaksi apa saja yang terjadi didalam proses fermentasi
roti.
7) Untuk mengetahui manfaat kandungan gizi roti untuk kesehatan setelah
terjadi proses fermentasi.
Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang
pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan proses
pemanggangan dalam oven. Bahan dan proses yang dilaluinya membuat roti bertekstur
khas. (Yahyono, S. S. 1999)
Sejarah Roti
Roti berasal dari negara Mesir kuno ribuan tahun lampau. Orang mesir kuno
mengolah tepung gandum menjadi roti gepeng yang dipanggang di atas batu yang
dipanaskan. Orang – orang Yunani dan Romawi kemudian membuat roti dengan cara
dan bahan khas daerah setempat.
Roti adalah produk makanan yang terbuat dari tepung terigu yang
difermentasikan dengan ragi roti ( Saccharomyces cerevisiae ), air dan atau tanpa
penambahan makanan lain dan dipanggang. Kedalam adonan dapat ditambahkan gula,
garam, susu skim atau susu bubuk, lemak, pengemulsi dan bahan-bahan pelezat seperti
cokelat, keju, kismis dan lain-lain.
Koloni dari Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari. Mereka
rata, mulus basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish dalam warna.
Ketidakmampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan untuk memfermentasi
karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces.
Jamur ragi telah memiliki sejarah yang luar biasa di industry fermentasi karena
kemampuannya dalam menghasilan alcohol. Saccharomyces cerevisiae disebut sebagai
mikroorganisme aman ( Generally Regarded as Safe) yang paling komersial saat ini.
Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol, mikroorganisme tertua yang
dikembangbiakkan oleh manusia ni memungkinkan terjadinya proses bioteknologi yang
pertama di dunia. Seiring dengan berkembangnya genetikamolekuler, Saccharomyces
cerevisiae sering mendapat julukan sebagai super jamur telah menjadi mikroorganisme
frontier di berbagai bioteknologi modern.
a) Pengembangan adonan
b) Asidifikasi
Selama proses fermentasi selain di hasilkan gas CO2 juga dihasilkan asam – asam
organik yang menyebabkan penurunan pH adonan. Karena tingginya kapasitas
penyangga ( buffer capacity) protein di dalam adonan, maka tingkat keasaman dapat
ditentukan dengan menentukan total asam adonan. Proses asidifikasi ini dapat
dijadikan sebagai indikator bahwa fermentasi adonan berjalan dengan baik. Dengan
demikian pengukuran pH mutlak diperlukan dalam pengendalian proses.
c) Produksi flavour
Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktivitas enzim yang
terdapat pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan
zymase. Gula pasir atau sukrosa tidak difermentasi secara langsung oleh ragi.
Enzim intervase mengubah sukrosa menjadi invert sugar (glukosa dan fruktosa)
yang difermentasi secara langsung oleh ragi. Sukrosa dalam adonan akan diubah
menjadi glukosa pada tahap akhir mixing. Reaksi yang terjadi adalah:
b) Maltase
Enzim maltase mengubah malt sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup
menjadi dekstrosa. Dekstrosa difermentasi secara langsung oleh ragi.
c) Zimase
Enzim zimase mengubah invert sugar dan dekstrosa menjadi gas karbondioksida
yang akan menyebabkan adonan menjadi mengembang dan terbentuk alkohol. Enzim
zimase merupakan biokatalis yang digunakan dalam proses pembuatan roti. Kompleks
enzim zimase ini dapat mengubah glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan alkohol.
Penambahan enzim zimase dilakukan pada proses peragian pengembangan adonan roti
(dough fermentation/rounding). Ragi/baker’s yeast di tambahkan ke dalam adonan roti
sehingga glukosa dalam adonan roti akan terurai menjadi etil alkohol dan karbon
dioksida. Proses penguraian ini berlangsung dengan bantuan enzim zimase yang
dihasilkan oleh ragi/baker’s yeast. Berikut ini reaksi penguraian yang terjadi akibat
adanya penambahan enzim zimase dalam adonan roti :
Pada proses ini, gas karbon dioksida berfungsi sebagai gas yang
mengembangkan adonan roti.
a) Fermentasi
Proses fermentasi pada pengolahan roti sudah dilakukan sejak lama. Tahapan ini
dilakukan untuk menghasilkan potongan roti (loaves) dengan bagin porus dan tekstur
roti yang lebih lembut. Metode ini didasarkan pada terbentuknya gas akibat proses
fermentasi yang menghasilkan konsistensi adonan yang frothy (porus seperti busa).
Pembentukan gas pada proses fermentasi sangat penting karena gas yang dihasilkan
akan membentuk struktur seperti busa, sehingga aliran panas ke dalam adonan dapat
berlangsung cepat pada saat baking. Panas yang masuk ke dalam adonan akan
menyebabkan gas dan uap air terdesak ke luar dari adonan, semntara terjadi proses
gelatinisasi pati sehingga terbentuk struktur frothy.
Mutu roti ditentukan dari sifat bahan penyusun utamanya yaitu tepung
gandum. Sifat-sifat kimia dan fisik tepung gandum sangat mempengaruhi sifat-sifat
roti yang dihasilkan. Sifat-sifat sensoris roti lebih mempengaruhi mutu roti. Sifat-sifat
inilah yang dilihat terlebih dahulu oleh konsumen untuk memperoleh gambaran mutu
roti tersebut. Mutu sensoris roti yang baik dapat dilihat dari sifat bagian luar
(eksternal) dan bagian dalam (internal). Sifat-sifat eksternal roti yang bermutu baik
adalah : Bentuk roti simetris, tidak bersudut tajam. Warna kulit permukaan (crust)
berwarna coklat kemerahan dan mengkilat, sedangkan bagian bawah serta samping
putih kecoklatan. Kulit atas mengembang dengan baik dan tidak retak. Ukuran volume
roti makin besar makin disukai, sejauh tidak merusak kenampakan dalamnya.
(Widodo, 2014)
Pada prinsipnya roti dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan
penyusun lainnya menjadi adonan kemudian difermentasikan dan dipanggang.
Pembuatan roti dapat dibagi menjadi dua bagian yang utama yaitu proses pembuatan
adonan dan proses pembakaran. Kedua proses utama ini akan menentukan mutu hasil
akhir.
Lama penyiapan dan fermentasi adonan sangat bervariasi yang harus dapat
dikendalikan dengan baik. Penggunaan proporsi khamir yang tinggi akan menyebabkan
pembentukan gas yang cepat. Hal ini dapat menyulitkn dalam pengaturan waktu
fermentasi dan penyiapan adonan. Untuk itu, penjadwalan yang ketat dibutuhkan saat
penyiapan adonan karena pengembangan volume adonan terjadi dengan cepat.
Pengakhiran proses fermentasi sangat mempengaruhi volume dan bentuk akhir produk
bakery.
Dan, yang terakhir pembuatan adonan utama atau dough-nya yang terdiri dari
gula pasir halus, garam, mentega, bread improver, telur, serpihan es, terigu protein
protein tinggi, susu bubuk full cream, madu, dan air es. Cara pembuatan: Masukkan
pre-dough ke dalam sponge dough, kemudian ditambahkan bahan-bahan utama dan
diuleni hingga adonan menjadi kalis, lalu diistirahatkan sekitar 5 menit, selanjutnya
proofing (pembentukan adonan), istirahatkan kembali untuk penyempurnaan
pengembangan adonan (30-45 menit). Dan terakhir, siap dipanggang. Karakteristik:
Roti lebih lembut, ringan, dan tahan lama.
Sistem sponge and dough terdiri dari 2 langkah pengadukan yaitu pembuatan
sponge dan pembuatan dough. Cara pembuatan: Pertama pembuatan adonan biang
(komposisi seperti pada boiled dough), kemudian istirahatkan (resting) sekitar 2 jam
atau semalaman (untuk over night sponge dough), kemudian biang dicampurkan ke
dalam adonan utama (dough) dan uleni hingga kalis, selanjutnya timbang, proofing dan
panggang. Karakteristik: Hasil akhir volume roti besar, lembut dan tahan
lama. Sedangkan sistem straight dough (cara langsung) adalah proses dimana bahan-
bahan diaduk bersama-sama dalam satu langkah. Straight Dough, cara pembuatan:
Semua bahan utama diuleni, resting selama sekitar 15 menit, tekan adonan untuk
membuang gas, kemudian timbang, resting kembali sekitar 10 menit, kemudian
proofing, dan panggang. Sistem no time dough adalah proses langsung juga dengan
waktu fermentasi yang sesingkat mungkin atau ditiadakan sama sekali. Proses
pengembangan adonan merupakan suatu proses yang terjadi secara sinkron antara
peningkatan volume sebagai akibat bertambahnya gas-gas yang terbentuk sebagai hasil
fermentasi dan protein larut, lemak dan karbohidrat yang juga mengembang dan
membentuk film tipis. Dalam proses ini terlihat dua kelompok daya yaitu daya poduksi
gas dan daya penahan gas. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya produksi
gas adalah konsentrasi ragi roti, gula, malt, makanan ragi dan susu selama
berlangsungnya fermentasi.
Fungsi ragi (yeast) dalam pembuatan roti adalah untuk proses aerasi adonan
dengan mengubah gula menjadi gas karbondioksida, sehingga mematangkan dan
mengempukan gluten dalam adonan. Pengkondisian dari gluten ini akan
memungkinkan untuk mengembangkan gas secara merata dan menahannya,
membentuk cita rasa akibat terjadinya proses fermentasi.
2) Proses pembakaran
Pada saat awal proses pemanggangan adonan roti (baking) terjadi penurunan
tingkat viskositas suatu adonan roti disamping itu juga akan terjadi peningkatan
aktivitas enzim yang berperanan aktif dalam pengembangan adoanan roti. Ketika suhu
pemanggangan mencapai suhu 56⁰C maka akan terjadi proses gelatinisasi pati dan
memudahkan terjadinya reaksi hidrolisis amilosa dalam molekul pati atau amilolisis.
Hidrolisis molekul pati yang mulai tergelatinisasi akan membentuk senyawa dextrin
dan senyawa gula sederhana lainnya, dan pada saat yang bersamaan akan terjadi proses
pelepasan air (dehidrasi). Hal ini akan berkontribusi secara lanjut terhadap kelengketan
adonan roti (crumb stickiness) yang dihasilkan dan meningkatnya intensitas warna kulit
roti (crust color). Pada saat pemangangan terjadi perubagan warna kulit roti menjadi
coklat yang merupakan hasil reaksi Maillard. Peningkatan konsentrasi senyawa gula
sederhana akan mempengaruhi intensitas warna kulit roti. retrogradasi. Pengerasan
dapat pula terjadi karena adanya ikatan silang pati-protein.
Ada 2 jenis enzim amilase yang bekerja pada proses pembuatan roti, yaitu a-
amilase (alpha-amilase) dan b-amilase (beta-amilase). Alpha-amilase memotong ikatan
glikosidik a-1,4 pada molekul pati secara acak menghasilkan dekstrin, maltosa,
maltotriosa atau glukosa. Beta-amilase juga memotong ikatan glikosidik a-1,4 namun
hanya 2 unit glukosa setiap pemotongan menghasilkan maltosa.
Setelah itu ada proses yang bisa dikatakan paling penting, yang hanya dapat
dilakukan oleh yeast, yaitu fermentasi gula sederhana. Selama proses ini, terbentuk gas
karbondioksida (CO2) dan etanol dari hasil fermentasi glukosa melalui jalur glikolisis
yang cukup kompleks. Sederhananya yaitu sebagai berikut:
Roti diperkaya dengan berbagai macam zat gizi, sebut saja beta karoten, thiamin
(vit B1), riboflavin (vit B2), niasin, serta sejumlah mineral berupa zat besi, iodium,
kalsium dan sebagainya.Roti juga diperkayadengan asam amino tertentu untuk
meningkatkan mutu protein bagi tubuh.Menurut Dr. Clara, M. Kusharto MS, dari
Departemen Gizi Institut PertanianBogor, kandungan protein yang terdapat dalam roti
mencapai 9,7%, lebihtinggi ketimbang nasi yang hanya 7,8%. Selain itu tidak seperti
nasi yanghanya memiliki kadar pati 4-8%, dalam roti terdapat 13% pati.Empat iris roti,
roti tawar akan menghasilkan kalori yang setara dengan sepiring nasi. (Jenie, 1993)
Berbeda dengan gula, serat yang juga termasuk jenis karbohidrat termasuk
dalam jenis karbohidrat kompleks. Di dalam tubuh, serat tidak dapat dihancurkan oleh
enzim-enzim pencernaan manusia. Tetapi keberadaanya membantu kerja sistem
pencernaan untuk mengeluarkan sisa-sisa makanan di dalam usus besar. Selain itu,
karena serat tidak dapat dicerna, maka makanan yang mengandung serat tidak
mempengaruhi kenaikan gula darah berkebalikan dengan gula. Bagi yang sedang
berdiet, mengkonsumsi makanan yang mengandung serat akan mengurangi rasa lapar
yang sering timbul. Manfaat serat dalam tubuh sangat banyak diantaranya: mencegah
konstipasi, menurunkan risiko penyakit infeksi pada saluran pencernaan, mengatur
kadar gula darah, menurunkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah, membantu
menurunkan berat badan.
Untuk menambah nilai gizi pada roti, terutama roti tawar putih, bisa dikonsumsi
dengan menambahkan bahan makanan sumber protein dan sayuran, sehingga menjadi
satu menu dengan nilai gizi yang lengkap seperti sandwich telur atau sandwich daging.
Menambahkan selai buah (tanpa tambahan pemanis buatan) atau selai kacang juga bisa
menjadi alternatif lainnya.
1) Roti adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu, air, dan ragi yang
pembuatannya melalui tahap pengulenan, fermentasi (pengembangan), dan proses
pemanggangan dalam oven.
Roti berasal dari negara Mesir kuno ribuan tahun lampau. Orang mesir kuno
mengolah tepung gandum menjadi roti gepeng yang dipanggang di atas batu yang
dipanaskan.
4) Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktivitas enzim yang terdapat
pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan zymase.
5) Tahapan pembuatan roti ada dua tahap yaitu pembuatan adonan dan proses
pembakaran.
6) Reaksi yang terjadi dalam proses fermentasi roti yaitu tepung ditambahkan dengan
air dengan bantuan enzim amilase akan diubah menjadi maltosa. Kemudian maltosa
berubah menjadi sukrosa dengan bantuan enzim maltase. Sukrosa akan diubah
menjadi glukosan dengan enzim invertase saat proses mixing. Setelah itu, terjadi
proses fementasi yang menghasilkan karbondioksida yang menyebabkan roti
mengembang dan ethanol yang membuat rasa pada roti.
7) Roti diperkaya dengan berbagai macam zat gizi yaitu beta karoten, thiamin (vit B1),
riboflavin (vit B2), niasin, serta sejumlah mineral berupa zat besi, iodium, kalsium
dan sebagainya. Roti juga diperkaya dengan asam amino tertentu untuk
meningkatkan mutu protein bagi tubuh.
Widodo. 2014. Aspek Mutu Produk Roti Tawar Untuk Diabetes Berbahan Baku Tepung
Porang dan Tepung Suweg. Jurnal Agroknow. Vol 2 No 1 .
https://books.google.co.id/books?id=c_1UDwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=bioteknologi+baha
n+pangan&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjw_svovZTlAhVUbn0KHQeRB-
oQ6AEISDAE#v=onepage&q=roti&f=false
https://books.google.co.id/books?id=QnyHnWxRtIIC&pg=PA7&dq=pembuatan+roti&hl=en&sa=X&v
ed=0ahUKEwjuxtKfv5TlAhWA6XMBHS_RC70Q6AEITzAF#v=onepage&q=pembuatan%20roti&f=false