Disusun oleh:
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II ISI...............................................................................................................3
2.1 Pengertian Roti..........................................................................................3
2.2 Bahan Baku Pembuatan Roti.....................................................................3
2.2.1 Tepung terigu.....................................................................................3
2.2.2 Ragi atau yeast...................................................................................4
2.2.3 Gula....................................................................................................4
2.2.4 Telur...................................................................................................5
2.2.5 Garam (NaCl).....................................................................................6
2.2.6 Air......................................................................................................6
2.2.7 Susu....................................................................................................6
2.2.8 Mentega..............................................................................................7
2.2.9 Bread improver..................................................................................7
2.3 Mikroorganisme Fermentasi Roti..............................................................7
2.4 Peranan Saccharomyces cereviceae dalam Pembuatan Roti.....................9
BAB III PENUTUP..............................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui mikrooganisme yang berperan dalam pembuatan roti.
2. Untuk mengetahui peranan Saccharomyces cereviseae dalam pembuatan
roti.
3. Untuk mengetahui berbagai jenis enzim yang terdapat pada
Mikroorganisme tersebut.
4. Untuk mengetahui proses fermentasi dalam pengolahan roti.
5. Untuk mengetahui reaksi apa saja yang terjadi didalam proses fermentasi
roti.
6. Untuk mengetahui manfaat kandungan gizi roti untuk kesehatan setelah
terjadi proses fermentasi.
3
BAB II
ISI
difermentasikan, daya serap airnya tinggi, elastis dan mudah digiling. Tepung
terigu hasil penggilingan harus bersifat mudah tercurah, kering, tidak mudah
menggumpal jika ditekan, berwarna putih, bebas dari kulit, tidak berbau asing
seperti busuk, tidak berjamur atau tengik, juga bebas dari serangga tikus, kotoran,
dan kontaminasi benda-benda asing lainnya. Kadar protein tepung terigu dan
kadar abu merupakan hal utama yang harus dipertimbangkan. Kadar protein
mempunyai korelasi yang erat dengan kadar glutein, sedangkan kadar abu erat
hubungannya dengan tingkat dan kualitas adonan. Bahan dasar tepung yang biasa
digunakan adalah gandum dan jagung.
Dalam pembuatan roti disarankan menggunakan tepung gandum guna
menghasilkan pengembangan roti yang lebih baik karena beberapa jenis protein
dalam gandum akan menghasilkan glutein jika dicampur dengan air. Senyawa ini
berguna dalam proses pengembangan roti. Jaringan sel-sel ini juga cukup kuat
untuk menahan gas yang dibuat oleh ragi sehingga adonan tidak mengempis
kembali.
Berdasarkan kandungan glutein (protein), tepung terigu yang terdapat
dipasaran yaitu tepung terigu protein tinggi, tepung terigu protein sedang, dan
tepung terigu protei rendah. Pati merupakan komponen terbanyak dalam tepung
terigu yaitu sekitar 70% yang terdiri dari amilosa dan amilopektin. Kandungan
amilosa dalam pati sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 oC-62 oC (Astawan,
2008). Nilai kalori tepung terigu per 100 gram bahan yaitu 340 kal (Kent, 1983).
2.2.3 Gula
Gula yang digunakan dalam proses pembuatan roti umumnya adalah gula
sukrosa (gula pasir) yang berasal dari tebu atau beet (Wahyudi, 2003). Menurut
Wahyudi (2003) gula sukrosa (gula pasir) yang biasa digunakan dalam pembuatan
roti dapat berbentuk kristal maupun berbentuk tepung,
Penggunaan gula pada roti manis memiliki tujuan seperti:
a. Menyediakan makananan untuk ragi (yeast) dalam fermentasi,
5
2.2.4 Telur
Telur dalam pembuatan roti berfungsi membentuk suatu kerangka yang
bertugas sebagai pembentuk struktur. Telur dapat memberikan pengaruh pada
warna, rasa, dan melembutkan tekstur roti dengan daya emulsi dari lesitin yang
terdapat pada kuning telur. Telur juga berfungsi sebagai pelembut dan pengikat.
Fungsi lainnya adalah untuk aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara pada saat
adonan dikocok sehingga udara menyebar rata pada adonan (Astawan, 2008).
Telur berfungsi untuk meningkatkan nilai gizi, memberikan rasa yang lebih enak
dan membantu untuk memperlemas jaringan zat glutein karena adanya lesitin
dalam telur yang menghasilkan roti menjadi lebih empuk dan lemas (Koswara,
6
2009). Telur merupakan sumber zat protein hewani yang bergizi tinggi. Fungsi
telur sebagai pengental, perekat atau pengikat dalam pengolahan pangan
(Tarwotjo, 1998). Penggunaan kuning telur dapat memberikan tekstur yang
lembut pada roti dimana kuning telur mengandung lesitin (emulsifier). Kuning
telur memiliki bentuk yang padat dan kadar airnya sekitar 50% sedangkan putih
telur kadar airnya 86%. Nilai kalori pada kuning telur yang digunakan dalam
pembuatan roti yaitu 361 kkal (Bennion, 1980).
2.2.6 Air
Air yang digunakan dalam pembuatan roti biasanya adalah air es. Air
berperan penting dalam pembentukan adonan karena dapat mengontrol kepadatan
dan suhu adonan. Air memiliki fungsi sebagai pelarut garam, penyebar dan
pelarut bahan-bahan bukan tepung secara seragam dan memungkinkan adanya
aktivitas enzim (Mudjajanto dan Yulianti, 2004). Air dapat mempengaruhi
penampilan bahan pangan, seperti tekstur, warna, dan cita rasa. Kandungan air
dalam bahan makanan juga menentukan acceptability, kesegaran, dan daya tahan
makanan (Ningrum, 2006).
2.2.7 Susu
Penggunaan susu untuk produk bakery berfungsi membentuk flavor,
mengikat air, sebagai bahan pengisi, membentuk struktur yang kuat karena adanya
protein berupa kasein, membentuk warna karena terjadi reaksi pencoklatan dan
menambah keempukan karena adanya laktosa (Koswara, 2009). Keutamaan susu
yaitu meningkatkan nilai gizi. Susu mengandung protein (kasein), gula laktosa
dan mineral kalsium. Susu juga memberikan efek terhadap kulit roti dan
memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya (U.S. Wheat Associates, 1983).
Susu bentuk bubuk adalah susu yang biasa digunakan sebagai bahan pembuat roti
(Eko dan Eirry, 2007). Hal ini dikarenakan susu bubuk memiliki masa simpan
yang lebih panjang. Susu cair UHT juga dapat digunakan dalam pembuatan roti.
7
Kandungan gizi susu bubuk per 100 gram adalah 509 kkal (Mahmud, 2005),
sedangkan kandungan kalori susu cair UHT yaitu 150 kkal (Prastiwi, 2015).
2.2.8 Mentega
Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis atau yang asam. Mentega
dari lemak yang asam memiliki citarasa yang kuat. Lemak susu dapat dibiarkan
menjadi asam secara spontan atau dapat dimasamkan dengan penambahan
pupukan murni bakteri asam laktat pada lemak susu yang manis yang telah
dipasteurisasikan, sehingga memungkinkan terjadinya fermentasi (Winarno,
2004). Mentega berfungsi sebagai pelumas untuk memperbaiki remah roti,
memperbaiki daya iris roti, melunakkan kulit roti, dan dapat menahan air sehingga
umur simpan lebih lama. Selain itu lemak juga bergizi, memberikan rasa lezat,
mengempukkan, dan membantu pengembangan susunan fisik roti (Mudjajanto
dan Yulianti, 2004). Menurut Ardiman (2014) mentega merupakan sumber
biokalori yang cukup tinggi nilai kilokalorinya yaitu sekitar 9 kilokalori setiap
gramnya.
Saccharomyces adalah genus dalam kerajaan jamur yang mencakup banyak jenis
ragi. Saccharomyces berasal dari bahasa latin yang berarti gula jamur. Banyak
anggota dari genus ini dianggap sangat penting dalam produksi makanan. Salah
satu contoh adalah Saccharomyces cerevisiae, yang digunakan dalam pembuatan
anggur, roti, dan bir. Anggota lain dari genus ini termasuk Saccharomyces
bayarnus yang digunakan dalam pembuatan anggur, dan Saccharomyces
boulardii digunakan dalam obat-obatan.
Koloni dari Saccharomyces tumbuh pesat dan jatuh tempo dalam 3 hari.
Mereka rata, mulus basah, glistening atau kuyu, dan cream untuk cream tannish
dalam warna. Ketidakmampuan untuk memanfaatkan nitrat dan kemampuan
untuk memfermentasi karbohidrat adalah karakteristik khas dari Saccharomyces.
Saccharomyces memprodksi ascopores, khususnya bila tumbuh di V-8 media,
asetat ascopore agar, atau Gorodkowa media. Ascopores ini adalah bundar dan
terletak dalam asci. Setiap ascus berisi 1-4 ascopores. Bila diberi pewarnaan gram,
ascopore adalah gram negative sedangkan sel vegetative adalah gram positif.
Jamur Saccharomyces cerevisiae, atau di Indonesia lebih dikenal dengan jamur
ragi.
Saccharomyces cerevisiae termasuk khamir uniseluler yang tersebar luas di
alam dan merupakan galur potensial penghasil β-glukan, karena sebagian besar
dinding selnya tersusun atas β-glukan. Mikrobia ini bersifat nonpatogenik dan
nontoksik, sehingga sejak dahulu banyak digunakan dalam berbagai proses
fermentasi seperti pada pembuatan roti, asam laktat, dan alkohol (Thontowi,
2007).
Jamur ragi telah memiliki sejarah yang luar biasa di industri fermentasi
karena kemampuannya dalam menghasilan alcohol. Saccharomyces cerevisiae
disebut sebagai mikroorganisme aman ( Generally Regarded as Safe) yang paling
komersial saat ini. Dengan menghasilkan berbagai minuman beralkohol,
mikroorganisme tertua yang dikembangbiakkan oleh manusia ni memungkinkan
terjadinya proses bioteknologi yang pertama di dunia. Seiring dengan
berkembangnya genetikamolekuler, Saccharomyces cerevisiae sering mendapat
julukan sebagai super jamur telah menjadi mikroorganisme frontier di berbagai
bioteknologi modern.
Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme bersel satu/ tuggal yang
memahat milestones dalam kehidupan dunia. Jamur ini merupakan
9
2. Maltase
Enzim maltase mengubah malt sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup
menjadi dekstrosa. Dekstrosa difermentasi secara langsung oleh ragi.
3. Zimase
Enzim zimase mengubah invert sugar dan dekstrosa menjadi gas
karbondioksida yang akan menyebabkan adonan menjadi mengembang dan
terbentuk alkohol. Enzim zimase merupakan biokatalis yang digunakan dalam
proses pembuatan roti. Kompleks enzim zimase ini dapat mengubah glukosa dan
fruktosa menjadi CO2 dan alkohol. Penambahan enzim zimase dilakukan pada
proses peragian pengembangan adonan roti (dough fermentation/rounding).
Ragi/baker’s yeast di tambahkan ke dalam adonan roti sehingga glukosa dalam
adonan roti akan terurai menjadi etil alkohol dan karbon dioksida. Proses
penguraian ini berlangsung dengan bantuan enzim zimase yang dihasilkan oleh
ragi/baker’s yeast. Berikut ini reaksi penguraian yang terjadi akibat adanya
penambahan enzim zimase dalam adonan roti :
Pada proses ini, gas karbon dioksida berfungsi sebagai gas yang
mengembangkan adonan roti.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari isi makalah adalah sebagai berikut :
1. Roti merupakan makanan yang sangat populer saat ini karena dapat
disajikan secara instan.
2. Diproduksi melalui fermentasi ragi/yeast untuk proses pengembangan dan
agar roti memiliki tekstur yang lembut.
3. Salah satu mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi roti adalah
Saccharomyces cerevisiae.
12
DAFTAR PUSTAKA
https://alexschemistry.blogspot.com/2012/09/makalah-fermenrasi-roti.html
diakses pada tanggal 2 Oktober 2019.
https://www.academia.edu/25806619/makalah_fermentasi_pada_roti?
auto=download diakses pada tanggal 3 Oktober 2019.
http://tekpan.unimus.ac.id/wp-content/uploads/2013/07/Teknologi-Roti-Teori-
dan-Praktek.pdf diakses pada tanggal 3 Oktober 2019.
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/DIANA_ROCHIN
TANIAWATI/BIOLOGY_TERAPAN/PEMBUATAN_ROTI_TAWAR.p
df diakses pada tanggal 3 Oktober 2019.
http://digilib.unila.ac.id/1307/7/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 3 Oktober
2019.
http://e-journal.uajy.ac.id/1279/2/1BL00689.pdf diakses pada tanggal 3 Oktober
2019.