SKRIPSI
Oleh :
AIDA FITRIA
NIM. 12630099
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIKIBRAHIMMALANG
2017
PENGARUH SUHU DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI
EKSOPOLISAKARIDA DARI TETES TEBU OLEH Lactobacillus
plantarum DAN IDENTIFIKASI SENYAWA GULA PENYUSUNNYA
SKRIPSI
Oleh:
AIDA FITRIA
NIM. 12630099
DiajukanKepada:
Fakultas Sains danTeknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik IbrahimMalang
UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITASISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2017
i
PENGARUH SUHU DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI
EKSOPOLISAKARIDA DARI TETES TEBU OLEH Lactobacillus
plantarum DAN IDENTIFIKASI SENYAWA GULA PENYUSUNNYA
SKRIPSI
Oleh:
AIDA FITRIA
NIM. 12630099
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kimia
ii
NIP. 19790620 200604 2 002
PENGARUH SUHU DAN LAMA FERMENTASI TERHADAP PRODUKSI
EKSOPOLISAKARIDA DARI TETES TEBU OLEH Lactobacillus
plantarum DAN IDENTIFIKASI SENYAWA GULA PENYUSUNNYA
SKRIPSI
Oleh:
AIDA FITRIA
NIM. 12630099
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Kimia
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan data,
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran
saya sendiri, kecuali dengan mencantumkan sumber cuplikan pada daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbutan tersebut.
Aida Fitria
NIM. 12630099
iv
KATA PENGANTAR
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari zaman kebodohan hingga
zaman yang sarat akan penemuan dengan cahaya islam. Semoga kita dapat
skripsi ini penulis dibantu oleh beberapa pihak. Untuk itu dengan segala ketulusan
1. Bapak Prof. Dr. H. Mudjia Raharjo, M.Si, selaku Rektor Universitas Islam
2. Ibu Dr. Hj. Bayyinatul M. drh, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan
3. Ibu Elok Kamilah Hayati, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kimia Fakultas
4. Ibu Akyunul Jannah, M.P selaku dosen pembimbing penelitian yang telah
v
5. Bapak Abtokhi, M. Pd selaku dosen pembimbing agama yang telah
6. Ibu Anik Ma‟unatin, M.P selaku konsultan penelitian dengan arahan dan
bimbingan beliau semua dengan sabar dan semua ilmu yang diberikan
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pembaca
demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi yang telah penulis susun dapat
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
3.5.2 Analisis Kadar Total Gula Metode Fenol H2SO4 .................43
3.5.2.1 Pembuatan Kurva Standar Glukosa
dengan Metode Fenol H2SO4 .................43
3.5.2.2 Perhitungan Kadar Total Gula Tetes Tebu
dengan Metode Fenol H2SO4 ..................44
3.5.3 Preparasi Bakteri Lactobacillus plantarum ..........................44
3.5.3.1 Pembuatan media MRSA ..................................... 44
3.5.3.2 Pembuatan media MRSB ..................................... 44
3.5.3.3 Peremajaan Lactobacillus plantarum ................... 45
3.5.3.4 Pembuatan stok inokulum .................................... 45
3.5.3.5 Pengukuran Optical Density ................................ 45
3.5.3.6 Pengukuran Total Plate Count (TPC) .................. 45
3.5.4 Uji Pengaruh Suhu dan Lama Fermentasi Terhadap Produksi
Eksopolisakarida ..................................................................44
3.5.5 Isolasi Eksopolisakarida ....................................................... 44
3.5.6 Identifikasi Eksopolisakarida Menggunakan FTIR ............ 44
3.5.7 Analisis Data ....................................................................... 44
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
ABSTRAK
Tetes tebu merupakan hasil samping dari proses pengolahan gula yang
mengandung sumber karbon cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan media
fermentasi alternatif bagi Lactobacillus plantarum untuk memproduksi
eksopolisakarida. Eksopolisakarida (EPS) adalah polisakarida yang disekresikan
dari mikroba ke lingkungan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh suhu dan lama fermentasi terhadap produksi EPS dari tetes tebu.
Produksi eksopolisakarida oleh Lactobacillus plantarum pada penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) yang terdiri dari dua
faktor, yaitu suhu (25, 30, dan 35 oC) dan lama fermentasi (18 dan 24 jam).
Masing-masing perlakuan dilakukan tiga kali ulangan. Data kadar EPS, kadar
total gula EPS dan kadar gula terpakai selama fermentasi dianalisis menggunakan
Two Way ANOVA dengan selang kepercayaan 5 %, dan dilanjutkan dengan uji
Beda Nyata Jujur (BNJ) 5 %. Hasil penelitian menunjukkan suhu dan Lama
fermentasi berpengaruh nyata terhadap terhadap kadar EPS dan kadar gula
terpakai selama fermentasi, lama fermentasi tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar total gula EPS. Diperoleh kadar EPS tertinggi 740 mg/L, kadar total gula
EPS tertinggi 5,97 %, dan kadar gula terpakai tertinggi 14,67 % pada perlakuan
suhu 30 oC dan lama fermentasi 18 jam. Spektra hasil analisis FTIR menunjukkan
bahwa EPS termasuk polisakarida dengan adanya vibrasi peregangan C-H pada
cincin gula mannosa atau galaktosa dan sebuah gugus fungsi vibrasi peregangan
(C-O) dari gugus eter.
xii
ABSTRACT
xiii
Beda ANOVA Two Way
BNT/Nyata Terkecil
FTIR
C–O على حلقات السكرC=C
FTIR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
terdiri dari karbohidrat yang disekresikan oleh bakteri (Freitas dkk., 2009). EPS
diteliti karena memiliki berbagai macam potensi, antara lain dalam bidang
merupakan suatu bukti bahwa segala yang Allah ciptakan baik di langit maupun di
bumi pasti mengandung manfaat. Seperti halnya firman Allah SWT. dalam QS.
Shaad: 27:
Tafsir ayat tersebut dalam tafsir al Qurthubi (2009) adalah Allah tidak
bermain-main dalam menciptakan alam semesta. Tidak ada kesia-sia an dan tanpa
arah tujuan yang benar. Seandainya penciptaan alam ini tanpa tujuan yang haq,
maka apa yang dilakukan Allah SWT. yang menyangkut kehidupan dan kematian
Tetapi karena memang bertujuan untuk permainan, maka pastilah Allah yang
1
2
Maha kuasa itu tidak dapat membedakan antara yang berbuat baik dan buruk, lalu
Kalimat baathilaa mengandung arti sia-sia atau tanpa hikmah jika kita
pahami, makna sia-sia atau tanpa hikmah yaitu tidak terdapat manfaat yang
diambil, dan hanyalah sebuah sifat yang tidak menguntungkan. Namun ciptaan
Allah tidak demikian, Allah SWT menciptakan segala makhluk di dunia, baik itu
makhluk hidup maupun benda mati selalu disertai manfaat yang melekat. Ada
kalanya manfaat itu tidak dapat dirasakan secara langsung, namun harus melalui
tekstur makanan agar tetap lembut selama penyimpanan. EPS berperan penting
dkk., 2015), dan memberikan manfaat bagi kesehatan manusia seperti aktivitas
antitumor dengan rasio hambat sebesar 88,34 ± 1,97 % terhadap sel tumor
lambung BGC-823 (Wang, dkk., 2014), dan 39,24 % terhadap sel tumor usus HT-
29 (Wang, dkk., 2015), antibakteri dengan zona hambat sebesar 15.67 ± 1.53 mm
terhadap bakteri E. coli O157:H7 (Li, dkk., 2014), antioksidan dengan EC50
sebesar 1,07 mg/mL terhadap radikal DPPH (Li, dkk., 2014), antibiofilm dengan
45,13 % (Wang, dkk., 2015). Menurut penelitian Dilna, dkk., (2015) EPS yang
3
yang diproduksi BAL berfungsi sebagai bentuk perlindungan sel bakteri terhadap
kondisi lingkungan yang ekstrim sebagai bentuk pertahanan diri dari sel lain dan
yang kecil sehingga dapat diaplikasikan pada makanan karena EPS aman
Lactobacillus plantarum adalah salah satu spesies BAL yang banyak diteliti,
karena pada umumnya beberapa strain tersebut bersifat probiotik (Zubaidah, dkk.,
karena itu, adanya berbagai dampak menguntungkan dari EPS yang diproduksi
4
makanan yang dikonsumsi setiap hari sehingga diperlukan EPS dalam jumlah
bahwa eksopolisakarida yang dihasilkan oleh BAL dapat dipengaruhi oleh kondisi
fermentasi antara lain suhu dengan EPS maksimum 354 mg/L pada suhu 38 oC
(Kimmel, dkk., 1998), lama fermentasi dengan EPS maksimum 730 mg/L selama
60 jam (Lin dan Chien, 2007), medium fermentasi seperti sumber karbon dengan
EPS maksimum 2843 mg/L menggunakan tetes tebu 5 % (Sirajunnisa, dkk., 2012)
dan sumber nitrogen dengan perolehan EPS maksimum 1781 mg/L menggunakan
(NH4)2HPO4 0,3% (Zubaidah, dkk., 2008). Selain itu juga dipengaruhi oleh pH
dengan EPS maksimum 650 mg/L pada pH 6,5 (Haroun, dkk., 2013).
dan efisien (Freitas, dkk., 2011). Menurut Haroun, dkk., (2013) produksi
mencapai nilai maksimum sebesar 650 mg/L pada suhu 30 oC. Zubaidah, dkk.,
murbei dengan penambahan laktosa dilakukan pada suhu 37 oC karena pada suhu
1955,78 mg/L.
terhadap massa molekul, isi dan komposisi gula pada EPS yang dihasilkan (Lin
dan Chien, 2005). Haroun, dkk., (2013) melaporkan bahwa hasil tertinggi
5
yang dilakukan oleh Zhang, dkk., (2013) menunjukkan hasil maksimum sebesar
(Fifendy, dkk., 2013). Salah satu substrat yang dapat digunakan adalah tetes tebu.
Tetes tebu merupakan hasil samping dari pengolahan gula tebu (Saccharum
officinarum) (Juwita, 2012). Tetes tebu banyak mengandung gula dan asam-asam
organik. Kandungan gula dalam tetes tebu yaitu sukrosa 40–50 % (Simanjutak,
2009), glukosa 4–9 %, fruktosa 5–12 % dan gula reduksi lain 1–5 % (Toharisman
dan Santosa, 1999). Tetes tebu mengandung cukup tinggi nutrisi untuk kebutuhan
bakteri sehingga dapat dijadikan alternatif sumber karbon sebagai penyedia makro
Menurut pusat data dan sistem informasi pertanian (2014), Jumlah tetes
Indonesia lebih banyak diekspor ke luar negeri dengan harga yang relatif murah
karena masih sedikit digunakan dan mengandung kalsium oksida yang dapat
mencemari lingkungan.
Salah satunya dengan melakukan pengolahan limbah dari proses produksi agar
6
tidak menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Oleh karena itu limbah tetes tebu
harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang, atau digunakan untuk suatu hal
yang lebih bermanfaat. Allah SWT sangat peduli terhadap kelestarian alam. Hal
kepada umat manusia terutama umat Islam, agar tidak melakukan kerusakan di
muka bumi dalam bentuk apapun. Allah SWT. dengan kasih sayang-Nya yang
manusia serta menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi tak lain agar
Saat ini eksplorasi EPS dari BAL semakin meningkat karena EPS dinilai
(Tallon, dkk., 2006). Liu, dkk., (2011) melaporkan bahwa EPS yang diproduksi
terdiri dari fruktosa, arabinosa, galaktosa, glukosa, mannosa dan maltosa. Wang,
plantarum KF5 menghasilkan EPS yang terdiri dari mannosa, glukosa dan
plantarum BC–25 terdiri dari mannosa, galaktosa dan glukosa dengan rasio molar
merubah kandungan gula dalam EPS. Seperti halnya dalam penelitian Wang, dkk.,
dengan rasio molar 8,2:1:4,1:4,2, sehingga diharapkan pada penelitian kali ini,
monomer gula yang terkandung di dalam EPS, serta dapat memperbanyak jenis
suhu dan lama fermentasi yang dioptimasi untuk substrat tetes tebu.
TINJAUAN PUSTAKA
limbah cair yang diperoleh dari hasil pemisahan sirup low grade dimana gula
dalam sirup tersebut tidak dapat dikristalkan lagi karena mengandung pecahan
sukrosa yaitu glukosa dan fruktosa. Limbah ini memiliki kandungan sukrosa
Sukrosa dalam tetes tebu merupakan komponen sukrosa yang sudah tidak dapat
lagi dikristalkan di dalam industri gula (Pertiwi, 2009). Selain senyawa gula,
pencemaran lingkungan. Selain itu, kandungan tetes tebu yang kaya akan gula
dapat dijadikan substrat fermentasi untuk membentuk senyawa lain yang lebih
dalam bidang pangan dan farmasi berperan penting dalam pengembangan ilmu
yang Allah ciptakan merupakan nikmat yang tidak ada sedikitpun kesia-siaan.
9
10
Artinya: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda – tanda bagi orang – orang yang
berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka” (QS. Ali Imran: 190-191).
Makna ayat tersebut dalam Tafsir Ibnu Katsir (2001) bahwa pada
ketinggian dan keluasan langit dan juga kerendahan bumi serta kepadatannya,
serta berbagai macam warna dan aneka ragam makanan dan bebauan. Semuanya
itu merupakan ketetapan Allah yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui dan
merupakan tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (Ulul Albab), yaitu mereka
yang mempunyai akal yang bersih dan mengetahui hakikat banyak hal secara jelas
dan nyata. Mereka tidak putus-putus berdzikir dalam setiap keadaan baik dengan
hati maupun lisan mereka. Mereka juga memahami apa yang terdapat pada
5,5–6,5 yang disebabkan oleh adanya asam-asam organik bebas (Harahap, 2003).
(Gusmailina, 2010).
Tetes tebu yang mengandung nutrisi cukup tinggi untuk kebutuhan bakteri,
telah dijadikan bahan alternatif untuk pengganti glukosa sebagai sumber karbon
tetes tebu dipengaruhi oleh jenis tanah, suhu, kelembaban, musim produksi,
varietas, dan proses produksi. Dari berbagai faktor tersebut berpengaruh pada
kandungan nutrisi, rasa, warna, viskositas dan kadar gula (Pertiwi, 2009).
alkohol secara komersial pada industri fermentasi alkohol karena tetes tebu mudah
didapatkan secara luas, murah, serta dianggap sebagai bahan baku yang
berkualitas. Tetes tebu yang akan digunakan sebagai bahan baku terutama pada
produksi alkohol harus memenuhi parameter % brix. Kondisi tetes tebu yang
pekat menghasilkan konsentrasi gula dalam tetes tebu cukup tinggi sehingga dapat
memberikan efek pengawetan pada tetes tebu (Prescott dan Dunn, 1990). Menurut
12
Prescott dan Dunn (1990), kualitas tetes tebu yang baik harus mempunyai % brix
Berikut ini adalah tabel komponen yang terkandung dalam tetes tebu.
Tabel 2.2 Komponen yang terkandung dalam tetes tebu (Toharisman dan
Santosa, 1999)
Kandungan Kisaran (%) Rata-rata (%)
Air 17–25 20
Senyawa organik
Sakarosa 30–40 35
Glukosa 4–9 7
Fruktosa 5–12 9
Gula reduksi lain 1–5 3
Protein kasar 2,5–4,5 4
Asam amino 0,3–0,5 0,4
Senyawa anorganik
K 2O 4,80
CuO 1,20
MgO 0,98
Na2O 0,10
Fe2O3 0,12
SO3 1,90
Cl 1,80
P2O3 0,60
SiO2 tak larut 0,60
Wax, fosfolipid dan sterol 0,40
Vitamin
Biotin (H) 2
Cholin (B4) 8,80
Asam folat (B komplek) 0,35
Niacin (B komplek) 23
Riboflavin (B2) 40
Asam panthotenat (B komplek) 2,50
Pyridoxine (B6) 4
Thiamine (B1) 0,80
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yaitu ferfere, yang berarti mendidih. Kata
tersebut digunakan karena menggambarkan aksi ragi pada ekstrak buah selama
yang bisa memabukkan. Istilah yang umum digunakan secara bahasa. Ibnu Abbas
berkata, “Ayat ini turun sebelum pengharaman khamer dan yang dimaksud
dengan sesuatu yang memabukkan adalah khamer. Ada pula yang berpendapat
“Sesuatu yang memabukkan adalah perasan buah manis yang halal” dinamakan
memabukkan karena sesuatu tersebut dapat memabukkan jika dibiarkan, jika telah
tafsir al Qurthubi (2009) yang dimaksud sakaron dalam ayat ini adalah minuman
baik dari kurma maupun anggur yang direndam dengan air jika telah lama akan
eksternal. Berikut adalah hal-hal yang mempengaruhi produksi EPS oleh BAL
antara lain:
2.4.1 Media
beragam, karena rantai utama dari polimer ini adalah glukosa. Yilmaz, dkk.,
penting (vitamin, mungkin juga asam amino) dan air (Volk dan Wheeler, 1988).
15
1. Sumber Karbon
dan Gavilá, 2005). Media kultur harus mengandung semua elemen yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba, dalam proporsi yang serupa dengan yang
ada pada sel mikroba (Hidayat dkk., 2006). Sumber karbon yang biasa digunakan
Salah satu jenis sumber karbon dari limbah yang dapat digunakan adalah tetes
macam pada setiap spesies (Halim dan Zubaidah, 2013). Zubaidah, dkk., (2008)
Medium macam ini dipakai untuk menentukan apakah jenis bakteri yang
jenis ini yang lazim dipakai adalah gula, seperti glukosa, manosa, galaktosa,
sukrosa, galaktosa, maltosa dan laktosa. Di samping itu, digunakan pula alkohol-
alkohol gula seperti manitol, gliserol dan dulsitol. Apabila gula digunakan oleh
2. Sumber Nitrogen
adalah salah satu dari beberapa unsur nutrisi yang mampu dimanfaatkan oleh
urea, KNO3, NH4Cl, dan NaNO3 (Looijesteijn, dkk., 2001; Mozzi, dkk., 2006).
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendapatkan rasio yang terbaik antara
karbon, nitrogen, fosfor dan besi yang dibutuhkan untuk mendapatkan produksi
1087,89 mg/L.
2.4.2 Suhu
mikroba. Suhu fermentasi yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap mikroba
dan enzim yang dihasilkan oleh mikroba itu sendiri. Suhu yang terlalu tinggi akan
enzim bekerja sangat lambat pada suhu di bawah titik beku dan keaktifannya akan
4496 menggunakan variasi suhu (20, 25, 30, 35 dan 40 oC) untuk mengevaluasi
bahwa eksopolisakarida mencapai nilai maksimum 650 mg/L pada suhu 30 oC.
Penggunaan variasi lama fermentasi (12, 18, 24, 36 dan 48 jam) untuk
Haroun dkk. (2013). Hasil produksi EPS sebesar 650 mg/L pada lama fermentasi
24 jam.
18
2.4.4 pH
total BAL dalam medium fermentasi, total asam laktat dan total eksopolisakarida
pada pH 4,33 (Zubaidah, dkk., 2008). Kimmel, dkk. (1998) menyebutkan bahwa
30 g/L setelah diprediksikan sebelumnya sebesar 295 mg/L. produksi EPS oleh
Streptococcus thermophilus 1275 pada variasi pH 4,5, 5,5, dan 6,5 menghasilkan
EPS tertinggi yaitu 458 mg/L pada pH 5,5 (Zisu dan Shah, 2003).
meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil hingga tercapai
suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan konsentrasi substrat hanya akan
semua molekul enzim telah membentuk ikatan kompleks dengan substrat yang
yang siap digunakan untuk fermentasi (Pelczar, dkk., 2007). Kadar inokulum pada
19
EPS dengan variasi inokulum 1,0, 2,5, 5,0, 10, 15 dan 20 mL/L menghasilkan
2.5 Eksopolisakarida
eksternalnya. Polimer ini merupakan salah satu polimer yang mampu disintesis
oleh bakteri asam laktat. EPS umumnya terdiri dari monosakarida dan beberapa
Hijum, dkk., 2002) juga biomolekul seperti protein, asam nukleat, lipid dan zat
EPS biasanya dihasilkan oleh bakteri asam laktat yang merupakan ciri
kontribusi bakteri ini sebagai probiotik yang memiliki efek positif bagi kesehatan
(Suresh dan Mody, 2009). Polimer ini memiliki daya bioaktivasi yang dapat
digunakan dalam penggunaan obat seperti fungsinya sebagai anti virus, anti
inflamasi (Llamas, dkk., 2010). EPS dalam industri makanan dapat berfungsi
sebagai pengental, pembuatan gel hingga pengemulsi. Beberapa EPS yang telah
1. Dekstran
molekul yang besar antara 10–150 kDa. Dekstran dalam bidang kesehatan
memiliki fungsi yang beragam seperti anti inflamasi, anti trombotik, anti
2. Kefiran
galaktosa yang mengalami percabangan pada dua unit rantai serta delapan
21
unit rantai. Polimer ini menunjukkan aktivitas anti bakteri, anti jamur, dan
3. Gellan
agar, juga dapat digunakan sebagai eksipien obat sebagai bagian dari drug
4. Curdlan
glikosidik dari D-glukosa. Polimer ini bersifat sangat larut dalam air.
Curdlan dapat dihasilkan dari bakteri strain Alcaligenes faecalis dan juga
5. Xanthan
yang sangat besar (Rehm, 2009). Sifat yang ditunjukkan xanthan adalah
1999).
23
6. Alginat
asilone) dan dapat membentuk gel yang stabil. Sediaan bahan obat yang
7. Pullulan
alternan dan dextran) disintesis oleh proses ekstraseluler (Vanhooren, dkk., 1998)
tapi pada bakteri gram-negatif, EPS disintesis secara intraseluler (seperti: xanthan,
biosintesis EPS:
Gambar 2.5.8 Jalur Biosintesis EPS (De Vuyst, dkk. 2007)
25
26
berupa sukrosa terdiri atas beberapa tahapan. Substrat sukrosa diubah menjadi
glukosa 6-P tersebut dapat diubah menjadi fruktosa 6-P dengan katalis enzim
mannosa 1-P menjadi GDP-mannosa dikatalisis oleh enzim Gtp (mannosa 1-fosfat
2007).
yang berkontribusi untuk tekstur pada makanan fermentasi. EPS dibagi dua
Bakteri asam laktat juga sering berkontribusi positif pada rasa, bau, atau
preservasi dari produk akhir (Van Hijum, dkk., 2002; De Vuyst, dkk., 2001).
Bakteri Asam Laktat (BAL) telah digunakan secara luas dalam industri
pangan sebagai kultur starter untuk berbagai ragam fermentasi daging, susu,
sayuran, roti, atau produk bakteri. Bakteri asam laktat dikenal pula sebagai agen
tanpa penambahan asam (Rahmadi, dkk., 2002). Peranan bakteri asam laktat
adalah untuk memperbaiki cita rasa, tetapi bakteri asam laktat ini ternyata juga
memiliki efek pengawetan pada produk fermentasi yang dihasilkan. Bakteri asam
selain asam laktat dan asam asetat, seperti hidrogen peroksida, bakteriosin,
antibiotik, dan reuterin yang kurang dikenal atau belum terungkap kemampuannya
dapat berbentuk koki, kokobasili atau batang, dan mempunyai komposisi basa
menjadi asam laktat (homofermentatif), atau karbon dioksida, etanol, atau menjadi
seperti asam laktat dan asetat, hidrogen proksida, bakteriosin, dan lain-lain.
29
bakteri tersebut dikultivasi antara 30 sampai dengan 37 oC pada media MRS (Man
Rogosa Sharp), susu atau turunannya (Badel, dkk., 2011). Turunan susu (media
berbasis laktosa) dan MRS (media berbasis glukosa) adalah media yang paling
kompleks tidak tepat jika digunakan sebagai media untuk ekstraksi polisakarida
dan analisis (Cerning, dkk., 1992). Beberapa jenis bakteri asam laktat penghasil
EPS yang telah diteliti oleh beberapa peneliti kurun waktu 10 tahun terakhir dapat
Sukrosa: 31,55
mg/L
Maltosa: 37,37
mg/L
secara alami terdapat dalam air liur manusia dan sistem pencernaan. Bakteri ini
termasuk ke dalam Bakteri Asam Laktat (BAL), dan secara umum digunakan
batang, dan mempunyai genom yang terbesar dibandingkan dengan BAL lainnya
yang telah disekuensi. BAL ini dapat hidup dengan oksigen atau tanpa oksigen
Genus bakteri ini juga bersifat mikroaerofilik, katalase negatif, gram positif dan
memfermentasi gula dengan asam laktat sebagai produk utama. Berikut adalah
Kerajaan : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Lactobacillales
Famili : Lactobacillaceae
Genus : Lactobacillus
Spesies : L. plantarum
32
Derajat brix adalah jumlah zat padat semu yang larut (satuan gram) dalam
setiap 100 g larutan (Kuswurj, 2008). Diperlukan suatu alat ukur untuk
mengetahui banyaknya zat padat yang terlarut dalam larutan (brix). Adapun
pengukuran brix dapat dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut (Kuswurj,
2008):
volume piknometer pada suhu tertentu, maka kerapatan suatu zat dapat
Alat ini terbuat dari gelas berbentuk seperti botol kecil dilengkapi dengan
tutup lubang kapiler. Alat ini mempunyai volume tertentu dan dibuat
sedemikian sehingga pada to yang sama selalu terukur volume yang sama
(Kuswurj, 2008).
dan cepat. Terbuat dari bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian
bawahnya berbentuk bola. Pada bagian atas meruncing dan terdapat skala
yang meunjukkan derajat brix. Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya ke atas
yang dialami oleh suatu benda yang dicelupkan dalam caran tergantung
dari berat jenis cairan. Jadi semakin kecil berat jenis maka hidrometer
Menurut Kuswurj (2008), indeks bias suatu larutan gula atau nira
mempunyai hubungan yang erat dengan brix. Indeks bias nira yang diukur,
dapat digunakan untuk mneghitung brix nira. Alat untuk mengukur brix
dengan indeks bias disebut refraktometer. Kelebihan alat ini adalah sampel
nira yang digunakan sedikit dan alatnya tidak mudah rusak. Metode
Kekurangan dalam metode ini adalah akan menjadi sangat tidak efektif
Metode kimia yang diterapkan pada penentuan gula total adalah metode
sulfat-fenol dan metode anthron, merupakan metode klasik dengan sejarah yang
reaksi yang mengarah pada pembentukan derifat furan seperti furanaldehid dan
yang ada. Turunan furan yang terbentuk dapat dilihat pada gambar 2.9.2
Gambar 2.9.2. (a) Pentosa, (b) Heksosa, (c) 6-dioksiheksosa, (d) Keto-heksosa
Prinsip dasar dari metode ini adalah bahwa karbohidrat, ketika didehidrasi
melalui reaksi dengan asam sulfat pekat, menghasilkan turunan furfural. Reaksi
selanjutnya antara turunan furfural dan fenol menghasilkan warna yang dapat
ultraviolet dan sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan
sebab semua senyawa organik mengandung elektron valensi yang dapat dieksitasi
gelombangnya lebih besar dari 185 nm. Pengabsorbsian sinar ultraviolet dan sinar
tampak yang panjang gelombangnya lebih besar terbatas pada sejumlah gugus
(Pertiwi, 2009).
36
yang paling sering digunakan adalah semua pelarut yag digunakan untuk
diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi nyala listrik oleh
5) Read out; merupakan suatu sistem baca yang menangkap besarnya isyarat
(FTIR)
Puncak yang muncul sekitar 3200-3600 cm-1 adalah gugus hidroksil (O-H)
(Kanmani, dkk., 2011). Puncak pada 2930 cm−1 berhubungan dengan vibrasi
peregangan C-H pada cincin gula. Puncak pada 1650 cm−1 termasuk vibrasi
peregangan dari ikatan C=O, dan puncak pada 1064 cm−1 adalah puncak absorpsi
39
dari polisakarida. Puncak yang muncul pada daerah 1398 cm-1 sampai 1420 cm-1,
pada daerah 1335 cm-1 dan 1248 cm-1 berturut-turut adalah vibrasi peregangan C-
O dan vibrasi bengkokan C-H dan vibrasi peregangan S=O. Absorpsi kuat yang
tidak lebih dari daerah 950 cm-1 to 1200 cm−1 didominasi oleh cincin piranosa
ikatan eter C-O-C dan vibrasi peregangan gugus hidroksil alkohol O-H (Ye, dkk.,
2014). Absorpsi pada 1030 cm-1 menunjukkan glukosil (Patel, dkk., 2012),
absorpsi pada 879 cm-1 dan 810 cm-1 berhubungan dengan adanya mannosa.
NTMI05 menunjukkan adanya peregangan yang luas pada daerah 3275,62 cm−1
(gugus O-H), dimana hal ini mewakili vibrasi peregangan dari gugus karboksil
karbohidrat.
cm−1 (Gambar 2.11.3. a). Pita absorpsi pada daerah 1320–1000 cm-1, biasanya
mewakili vibrasi peregangan dari gugus alkohol, asam karboksilat, ester dan eter
40
(C-O), dimana seluruhnya identik dengan puncak absorpsi dari polisakarida. Pita
absorpsi tajam pada 1026,46 cm−1 mewakili vibrasi peregangan C-O. Daerah
frekuensi dari 1200 sampai 800 cm−1 adalah daerah fingerprint dan dapat
karboksilat, ester dan eter. Spektra FTIR dari EPS yang diproduksi oleh L.
plantarum NTMI20 ditunjukkan pada gambar 2.11.3 (b). pita absorpsi sekitar
3283.87 cm−1 (gugus O-H), 1644.56 cm−1 (gugus C-C), 1216.13 cm−1 (gugus C-
O), 1409.87, (C-C) dan 1025.53 (gugus C-O) adalah puncak absorpsi dari
polisakarida.
BAB III
METODE PENELITIAN
42
43
sebanyak tiga kali. Kombinasi perlakuan suhu dan lama fermentasi digambarkan
pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Kombinasi Perlakuan antara Suhu dengan Lama Fermentasi
L L1=18 jam L2=24 jam
Tahap kedua dari penelitian ini adalah deskriptif eksploratif untuk mengetahui
komposisi senyawa gula beserta strukturnya dari hasil analisis menggunakan
FTIR.
Variabel bebas pada penelitian ini adalah suhu dan lama fermentasi,
sedangkan variabel terikatnya adalah kadar eksopolisakarida, kadar total gula
eksopolisakarida dan kadar gula terpakai selama fermentasi. Sampel tetes tebu
diukur brixnya dan dibuat konsentrasi 18 % (v/v), kemudian dilakukan
perhitungan kadar total gula menggunakan metode sulfat fenol. Setelah
mengetahui kadar total gula yang terkandung dalam sampel tetes tebu sebelum
fermentasi, dilakukan uji pengaruh suhu dan lama fermentasi terhadap produksi
eksopolisakarida. Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar gula sisa fermentasi
untuk mengetahui kadar gula terpakai oleh Lactobacillus plantarum dalam proses
fermentasi, kemudian dilakukan identifikasi komposisi senyawa gula penyusun
eksopolisakarida dengan randemen tertinggi. Proses identifikasi komposisi
senyawa gula penyusun dalam eksopolisakarida hasil produksi dengan randemen
tertinggi dilakukan menggunakan instrumen Fourier Transform Infra Red (FTIR).
sulfat pekat ditambahkan dengan cepat, divortex lalu tempatkan dalam penangas
air selama 15 menit dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 485 nm.
Selanjutnya ditentukan nilai regresi linier.
3.5.2.2 Perhitungan Kadar Total Gula Tetes Tebu dengan Metode Fenol
H2SO4 (Dubois dkk., 1956)
Dipipet tetes tebu sebanyak 2 mL, dimasukkan ke dalam tabung reaksi,
ditambahkan 1 mL larutan fenol 5 % (b/v) dan divortex. Kemudian 5 mL asam
sulfat pekat ditambahkan dengan cepat. Dibiarkan selama 10 menit, divortex lalu
ditempatkan dalam penangas air selama 15 menit. Absorbansinya diukur pada
panjang gelombang 485 nm. Dihitung kadar total gula pada tetes tebu dengan
mensubtitusikan absorbansi tetes tebu ke persamaan regresi linier dari kurva
standar larutan glukosa standar dan ditentukan nilai total gula tetes tebu dengan
rumus (Lestari, 2013):
Y = ax + b
Keterangan: Y = nilai absorbansi
a = slope
b = intersep
x = kadar gula yang dicari (ppm)
3.5.3 Preparasi Bakteri Lactobacillus plantarum
3.5.3.1Pembuatan Media MRSA
MRS Agar ditimbang Sebanyak 6,2 gram, dilarutkan ke dalam 100 mL
aquades, dihomogenkan dengan hot plate dan magnetic stirrer sampai homogen
dan mendidih. Larutan tersebut kemudian dituangkan sebanyak masing-masing 5
mL ke dalam tabung reaksi dan ditutup memakai cotton plug (sumbat kapas) dan
plastik wrap, dilanjutkan dengan sterilisasi menggunakan autoklaf 121 ºC tekanan
15 psi selama 15 menit. Kemudian disimpan pada cetakan papan miring selama 1
malam sampai memadat.
3.5.3.2 Pembuatan Media MRSB
MRS Broth ditimbang sebanyak 5,515 gram, dilarutkan ke dalam 100 mL
aquades, dihomogenkan dengan hot plate dan magnetic stirrer sampai homogen.
Larutan tersebut kemudian dituangkan masing-masing sebanyak 50 mL ke dalam
labu erlenmeyer 100 mL, ditutup memakai cotton plug (sumbat kapas) dan plastik
46
Analisis bahan baku meliputi pengukuran nilai % brix tetes tebu dan
pengukuran kadar total gula tetes tebu. Menurut Hartina (2014), kadar total gula
dan nilai % brix dari tetes tebu dipengaruhi oleh tingkat kematangan tebu, varietas
tebu, kondisi iklim maupun kondisi tanah. Sampel tetes tebu berasal dari Pabrik
Gula Krebet Malang diperoleh dari agen tetes tebu di sekitar pabrik. Tetes tebu
tersebut diukur nilai brix nya menggunakan hand brix refractometer. Hasil skala
mempengaruhi kadar total gulanya. Semakin tinggi kadar total gula yang
terkandung dalam tetes tebu maka semakin tinggi juga nilai % brix dan begitu
juga sebaliknya. Kadar total gula tetes tebu diperoleh dengan mensubtitusikan
absorbansi tetes tebu ke persamaan regresi linear dari kurva standar larutan
glukosa standar. Hasil analisis bahan baku sebagaimana tertera pada Tabel 4.1.
Warna Hitam
Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai % Brix bahan baku tetes tebu
sebesar 80,03%, dengan kadar total gula rata-rata sebesar 46,90 %. Media dengan
kadar gula yang tinggi kurang baik digunakan sebagai media fermentasi karena
48
49
fermentasi (Ishmayana, dkk., (2011). Menurut Wanto dan Soebagyo (1980) kadar
gula dalam tetes tebu untuk media fermentasi harus mengandung 12–17%
kali volume tetes tebu. Oleh karena itu, tetes tebu yang telah diukur nilai % Brix
tetes tebu sebanyak 18 gram tetes tebu 80,03% Brix kemudian dilarutkan ke
erlenmeyer 250 mL, masing-masing Erlenmeyer diisi sebanyak 100 mL. Tetes
Rata-rata kadar total gula tetes tebu sebelum fermentasi adalah 15,47 %.
Selain itu, Nofemele dkk. (2012) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa produksi
etanol secara optimal setelah ditambahkan urea dengan konsentrasi 3 g/L atau
sama dengan 0,3 g/mL ke dalam media tetes tebu, pada konsentrasi ini, hanya
2,4% (b/v) gula yang tidak terfermentasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut
dapat diasumsikan bahwa adanya sumber nitrogen dalam media fermentasi dalam
hal ini tetes tebu dapat meningkatkan nutrisi bagi bakteri sehingga bakteri dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik. Menurut Fardiaz (2003), nutrisi yang
karbon, sumber nitrogen, vitamin dan mineral. Sampel yang telah ditambahkan
urea 0,3% disterilisasi denganautoklaf pada suhu 121 oC dengan tekanan 15 psi
dan membuat inokulum adalah media dari jenis MRS, yaitu MRSA dan MRSB.
Media MRSA dalam satu liternya mengandung: pepton protease 10 gram, beef
ammonium sitrat 2 gram, sodium asetat 5 gram, magnesium sulfat 0,1 gram,
mangan sulfat 0,05 gram, dipotassium fosfat 2 gram dan agar 15 gram. Media
MRSB mempunyai komposisi yang sama, akan tetapi tidak mengandung agar.
Penggunaan media MRS Agar dan Broth dalam penelitian ini karena MRS
merupakan media selektif yang mengandung glukosa dan mineral yang lebih
disukai oleh Lactobacillus. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Haroun, dkk.,
(2013) yang menyebutkan bahwa dari lima macam media (M17 Broth, TGY
Broth, MRS Broth, Nutrient Broth dan Brain Hearth Infusion Broth), MRS Broth
adalah medium yang terbaik dan menghasilkan yield EPS tertinggi, yaitu 650
mg/L.
medium tumbuh yang baru secara berkala. Mahmud (2011) meyatakan bahwa
kembali bakteri yang inaktif karena disimpan dalam lemari pendingin sehingga
plantarum diremajakan dan diperbanyak dengan cara mengambil satu ose untuk
ditumbuhkan pada 5 mL media MRSA padat dengan posisi miring dan diinkubasi
pada suhu ruang selama 24 jam. Menurut Pelczar dan Chan (2008) waktu inkubasi
menggunakan kawat ose pada permukaan media MRSA miring akan mudah
diamati seperti goresan zig-zag berwarna putih. Proses penanaman bakteri hanya
dilakukan di permukaan media saja. Teknik ini lebih efisien dalam segi ekonomi
dengan jenis yang sama seperti medium awal bertujuan untuk mempercepat fase
adaptasi dan mempersiapkan sel pada fase eksponensial. Menurut Hartanti (2010),
bakteri yang berada dalam fase eskponensial atau tahap propagasi ini mensintesis
52
enzim dan mengatur aktivitasnya sehingga mampu tumbuh lebih efisien dalam
kondisi baru. Peremajaan juga memberikan nutrisi baru bagi bakteri sehingga sel-
media MRSB yang berbentuk cair, karena dibandingkan medium berbentuk padat,
medium cair memiliki beberapa kelebihan yaitu jenis dan konsentrasi komponen-
dalam penelitian ini termasuk ke dalam kategori fermentasi anaerob karena tidak
sebanyak dua ose dan dimasukkan ke dalam media MRSB. Kemudian dishaker
pada kecepatan 100 rpm selama 24 jam. Inokulum diambil pada jam ke-24 karena
pada jam ke-24 merupakan jam akhir dari fase logaritmik. Berakhirnya fase
dimana metabolit sekunder terbentuk karena pada fase tersebut karena kondisi
nutrisi, komponen racun, kondisi stress dan antagonis. Menurut Yuliana (2007),
bakteri asam laktat mencapai fase logaritmik pada inkubasi 18–24 jam tergantung
dengan melihat massa sel. Pertumbuhan sel bakteri dalam suatu medium cair
600 nm. Dimana panjang gelombang yang digunakan disesuaikan dengan warna
penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu ulangan I, ulangan II dan
ulangan III.
TPC menggunakan media padat MRSA dengan hasil akhir berupa koloni yang
dapat diamati secara visual dan dihitung. Inokulum kerja yang akan di uji TPC
harus diencerkan terlebih dahulu dengan tingkat pengenceran 10-1 sampai dengan
10-10 agar jumlah koloni yang muncul dapat dihitung. Perhitungan koloni
dilakukan pada cawan petri dengan jumlah koloni antara 30–300. Hasil TPC
dinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri yang dapat dihitung, dikalikan faktor
Eksopolisakarida
dilakukan dengan variasi perlakuan suhu dan lama fermentasi. Hal ini bertujuan
54
untuk mengetahui suhu dan lama fermentasi optimum bagi pertumbuhan dan
mengandung sumber karbon dan sumber nutrisi lainnya yang dibutuhkan bakteri
untuk proses fermentasi; dan harga yang relatif murah. Proses fermentasi ini
NRRL B-4496 menghasilkan yield EPS tertinggi yaitu 650 mg/L. selain itu,
bakteri dari genus Lactobacillus ini diketahui aman digunakan untuk fermentasi
makanan, dan memiliki daya tahan hidup yang baik dalam saluran pencernaan,
tergolong dalam bakteri fakultatif anaerobik yang dapat hidup dengan oksigen
disterilisasi, kemudian dishaker dengan kecepatan 120 rpm selama waktu inkubasi
(18 dan 24 jam) dan suhu (25, 30 dan 35oC). Penggunaan erlenmeyer dalam
fermentasi ini dapat memberikan aerasi yang cukup untuk proses fermentasi.
karbon utama yang terkandung dalam tetes tebu adalah sukrosa. Sukrosa tidak
yang lebih sederhana atau tingkat energinya lebih rendah yaitu ke bentuk glukosa
E.Invertase
+ H 2O +
ke luar sel bakteri dapat berupa homo EPS atau hetero EPS. Menurut Zhennai
yang khas.
menit untuk membuang atau memisahkan senyawa dengan sel bakteri. Supernatan
yang mengandung EPS dari sel bakteri selanjutnya diendapkan dengan etanol
dingin (96%) (2 kali dari volume) selama semalam untuk mengendapkan EPS dari
laju difusi, karena semakin banyak pelarut maka distribusi partikel akan semakin
besar sehingga dapat memperluas permukaan kontak. Jika rasio luas permukaan
membran dengan volume pelarut besar, maka laju difusi akan berlangsung dengan
adalah proses perpindahan molekul terlarut dari suatu campuran larutan yang
yang diperoleh dikeringkan pada suhu 105oC selama 5 menit lalu ditimbang berat
berdasarkan berat konstannya, dalam analisis ini, senyawa analit dipisahkan dari
S2L1 yaitu suhu 30oC dan lama fermentasi 18 jam, sedangkan kadar
eksopolisakarida terendah (274,7 mg/L) dihasilkan dari perlakuan S1L2 yaitu suhu
25oC dan lama fermentasi 24 jam. Hasil penelitian Haroun, dkk., (2013)
dan mencapai nilai maksimum sebesar 650 mg/L pada suhu 30oC dan lama
bahwa EPS terakumulasi dalam media tetes tebu selama fase logaritmik yaitu jam
biopolimer aktif selama fase asimilasi. Menurut Richard dan Maria (2003),
sebagian besar produksi EPS terjadi pada waktu 12–24 jam lama fermentasi ketika
menunjukkan bahwa suhu, lama fermentasi dan interaksi antara suhu dan lama
karena itu dilakukan uji lanjut dengan menggunakanuji Beda Nyata Jujur (BNJ).
Tabel 4.5.1 Uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) interaksi suhu dengan lama
fermentasi terhadap kadar eksopolisakarida
Tabel 4.5.1 menunjukkan bahwa berdasarkan uji BNJ interaksi antara suhu
berbeda nyata terhadap perlakuan S1L2, S2L1, S2L2, S3L1, dan S3L2.Perlakuan S3L1
tidak berbeda nyata dengan perlakuan S3L2, perlakuan S1L1 tidak berbeda nyata
dengan perlakuan S3L1, perlakuan S2L1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan
S2L2. Kadar eksopolisakarida tertinggi adalah 740 mg/L pada perlakuan S 2L1,
sumber karbon merupakan sumber energi utama. Menurut Tallon, dkk., (2006)
dalam Zubaidah, dkk., (2008), menyebutkan bahwa jenis gula sangat berpengaruh
Kadar total gula penting diukur untuk mengetahui kadar total gula sampel
sebelum fermentasi dan kadar total gula setelah fermentasi, sehingga dapat
diketahui kadar gula yang terpakai pada proses fermentasidengan metode fenol
H2SO4. Metode ini dipilih untuk mengetahui kadar tota gula dalam tetes tebu
Fungsi dari penambahan fenol dalam metode ini adalah sebagai pereaksi
yang akan membentuk senyawa berwarna jika direaksikan dengan furfural atau
monomer gula yang dihasilkan dari proses degradasi akan membentuk senyawa
ditambahkan asam sulfat encer dan dipanaskan, akan tetapi jika dipanaskan
dengan asam sulfat pekat maka monosakarida tersebut menghasilkan furfural atau
derivatnya melalui reaksi dehidrasi atau pelepasan molekul air. Derivat furfural
sehingga harus dilarutkan ke dalam pelarut asam maupun basa. Menurut Dian
campuran monosakarida yang terdiri dari fruktosa, glukosa dan mannosa. Setelah
melakukan analisis kadar total gula menggunakan metode fenol asam sulfat
terhadap EPS, diperoleh data kadar total gula EPS sebagaimana ditunjukkan oleh
tabel 4.6.1.
nyata terhadap kadar total gula EPS, sedangkan lama fermentasi tidak
berpengaruh nyata terhadap kadar total gula EPS. Hal ini dikarenakan tinggi
rendahnya kadar total gula EPS sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kadar
total gula dalam media fermentasi dan inversi selama proses fermentasi. Menurut
Desroisier (1997), besarnya kadar total gula dipengaruhi oleh adanya dekomposisi
tinggi suhu penguapan, laju inversi juga semakin tinggi. Nilai kadar total gula
EPS tertinggi adalah 5,97% pada variasi perlakuan suhu 30oC dengan lama
fermentasi 18 jam, sedangkan nilai kadar total gula EPS terendah adalah 2,99 %
asam sulfat terhadap tetes tebu baik sebelum dan sesudah fermentasi, diperoleh
data kadar gula terpakai. Kadar gula terpakai merupakan kadar gula yang
digunakan oleh bakteri asam laktat dalam proses fermentasi.Nilai kadar gula kadar
gula terpakai paling tinggi adalah 14,67 % pada suhu 30oC dengan lama
fermentasi 18 jam, sedangkan kadar gula terpakai paling rendah adalah 12,29 %
menggunakan Two Way ANOVA menunjukkan bahwa suhu, lama fermentasi dan
interaksi antara suhu dan lama fermentasi berpengaruh nyata (sig< 0,05) terhadap
kadar gula terpakai selama fermentasi, oleh karena itu dilakukan uji lanjut dengan
menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil analisis uji lanjut dapat dilihat
Tabel 4.7.1 Uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) interaksi suhu dengan lama
fermentasi terhadap kadar gula terpakai
perlakuan S3L1 dan S3L2, sedangkan perlakuan S1L1 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan S1L2 dan S2L1. Kadar gula terpakai tertinggi 14,67 % pada perlakuan
S1L1, sedangkan kadar gula terpakai terendah 12,29 % pada perlakuan S3L2.
tertinggi, hal ini dikarenakan kadar gula yang terpakai pada proses fermentasi
62
tidak seluruhnya digunakan untuk memproduksi EPS akan tetapi juga digunakan
Zubaidah, dkk., (2008) menyebutkan bahwa medium dengan sumber gula sukrosa
akan dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, namun dengan adanya fruktosa akan
perlakuan S2L1 ditunjukkan pada Gambar 4.8.1. Gugus fungsi yang utama EPS
Menurut Wang, dkk., (2015), Pita serapan yang lemah pada 2920 cm-1
adalah vibrasi stretching asimetris C-H dari gugus CH2 alifatik, dimana
pada panjang gelombang 1637 cm-1serupa dengan vibrasi stretching dari mannosa
atau galaktosa (Kavita, dkk., 2014). Menurut Kang, dkk., (2016), pita serapan
pada daerah 1430 cm-1 menunjukkan vibrasi stretching dari gugus C-O. Vibrasi
stretching simetris pada daerah 1380 cm-1 menunjukkan gugus -COO- (Kavita,
cincin yang tumpang tindih antara vibrasi stretching dari C-OH dan vibrasi dari
Perspektif Islam
Kebutuhan mendasar yang harus selalu terpenuhi setiap hari diantara tiga
sistem teknologi pertanian dan mendirikan industri makanan. Kegiatan ini pastilah
akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan jika manusia tidak
Fenomena kerusakan alam yang disebabkan oleh limbah dari sisa industri
notabene merupakan bahan kimia berbahaya dan tidak ramah lingkungan tentunya
harus diolah sedemikian rupa agar tidak menimbulkan pencemaran baik di darat
maupun di laut.
diturunkan oleh Allah di dunia agar manusia dapat mempelajari dan mengamalkan
di muka bumi yang tak lain karena ulah manusia sendiri. Kekayaan alam yang
berkurang. Oleh karena itu sebagai upaya menjaga keanekaragaman hayati dan
produk yang bermanfaat terutama dalam bidang pangan dan farmasi.Salah satu
Tetes tebu merupakan limbah pabrik gula yang berupa cairan kental
berwarna hitam kecoklatan dan tidak dapat membentuk kristal lagi pada saat
antara lain bahan organik, bahan anorganik dan air. Total gula dalam tetes tebu
atau abu sekitar 10 %, sedangkan 10–20% adalah air, dan selebihnya adalah bahan
organik non gula. Melihat begitu banyak kandungan gula dalam tetes tebu, maka
jenis limbah ini dapat dimanfaatkan sebagai media fermentasi untuk memproduksi
eksopolisakarida.
mikroorganisme berupa cairan yang disekresikan secara terus menerus keluar sel
dan terlarut dalam media kultur. Senyawa ini termasuk ke dalam metabolit
EPS adalah untuk melindungi sel dari kondisi lingkungannya terutama dari
66
kebesaran Allah yang harus selalu kita renungkan, kita pikirkan sehingga dapat
SWT.sebagaimana firman Allah SWT. dalam surat adz Dzariyat ayat 20–21:
Artinya: “Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-
orang yang yakin (20). Dan (juga) pada dirimu sendiri.Maka Apakah
kamu tidak memperhatikan?”(21) (QS. adz Dzariyat: 20–21).
kita harus menggunakan alat bantu berupa mikroskop. Dapat dibayangkan betapa
ternyata sungguh mengandung berbagai manfaat yang dapat kita rasakan secara
Artinya: “Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di
bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang mengambil pelajaran” (QS. an Nahl:13).
mengendalikan apa-apa yang telah Dia ciptakan di muka bumi untuk manusia.
binatang, pepohonan dan lain sebagainya agar manusia dapat mengambil nasihat
dan mengetahui bahwa dalam pengendalian semua alam ciptaan ini terdapat tanda
yang menunjukkan kepada ke Esa-an Allah SWT, dan tidak ada satupun selain
Kondisi berbeda baik dari faktor suhu maupun lama fermentasi dalam suatu
fermentasi dapat memberikan hasil yang berbeda pula, karena setiap reaksi
dihasilkan dalam penelitian ini, dipengaruhi oleh suhu dan lama fermentasi.
Artinya:”Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran (QS.
Qomar : 49)”.
Menurut Shihab (2003) kata qadar dalam segi bahasa berarti kadar tertentu
yang tidak bertambah atau berkurang. Kata qadar juga dapat diartikan sebagai
ketentuan dan sistem yang ditetapkan terhadap segala sesuatu. Ayat tersebut
Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menetapkan suatu ukuran dan
2007).
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Suhu dan lama fermentasi berpengaruh nyata terhadap kadar EPS dan kadar
gula terpakai selama fermentasi, sedangkan pada kadar total gula EPS, lama
fermentasi tidak berpengaruh nyata. Kadar EPS tertinggi 740 mg/L pada
perlakuan S2L1, sedangkan kadar EPS terendah 274,67 mg/L pada perlakuan
S1L2. Kadar total gula EPS tertinggi 5,97 % pada perlakuan S2L1, sedangkan
kadar total gula EPS terendah 2,99 % pada perlakuan S3L2. Kadar gula
perlakuan S3L2.
5.1.2 Hasil analisis FTIR menunjukkan adanya pita serapan vibrasi stretching
gugus hidroksil (O-H), vibrasi stetching dari gugus C=C, vibrasi stretching
dari cincin mannosa atau galaktosa, vibrasi stretching gugus fungsi COO-,
gugus fungsi C-O eter, dan vibrasi stretching dari gugus O-H alkohol
sekunder.
5.2 Saran
beberapa variasi lama fermentasi, selain itu hasil FTIR hanya memberikan
menambah variasi lama fermentasi dan identifikasi komposisi gula penyusun EPS
menggunakan HPLC.
69
DAFTAR PUSTAKA
70
71
Dubois, Michel, dkk. 1956. Colorimetric Method for Determination of Sugar and
Related Substance. University of Minnesota vol 28(3): 350-356.
Juwita, Ratna. 2012. Studi Produksi Alkohol dari Tetes Tebu (Saccharum
officinarum) selama Proses Fermentasi. Skripsi. Jurusan Teknologi
Pertanian Fakultas Pertanian: Universitas Hasanuddin Makassar.
Kanmani, P., Kumar, R. S., Yuvaraj, N., Paari, K. A., Pattukumar, V., Arul, V.,
Bioresour. 2011. Technology. 102 4827-4833.
Kavita, K., Singh, V. K., Mishra, A., Jha, B. 2014. Carbohydrate Polymers. 101
29-35.
Kimmel, S. A., Roberts, R. F., dan Ziegler, G. R. 1998. Optimation of
Exopolysaccharide production by Lactobacillus delbrueckii subsp.
Bulgaricus RR grown in a semidefined medium. Applied and
Enviromental Microbiology, 64, 659-664.
Kosaric, N. 1992. Biosurfactant in Industry. Pure and Application Chemistry. 64:
1731-1737.
Kultsum, U. 2009. Pengaruh Variasi Nira Tebu (Saccharum Officinarum) dari
Beberapa Varietas Tebu Dengan Penambahan Sumber Nitrogen (N) dari
Tepung Kedelai Hitam (Glycine Soja) sebagai Substrat Terhadap
Efisiensi Fermentasi Etanol. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: jurusan
Kimia Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Malang.
Li, S., Huang, R., Shah, N. P., Tao, X., Xiong, Y., dan Wei, H. 2014. Antioxidant
and antibacterial activities of exopolysaccharides from Bifidobacterium
bifidum WBIN03 and Lactobacillus plantarum R315. Journal of Dairy
Science Vol. 97 No. 12, 2014.
Li, Y., Meng, S., Wang, L., Wang, Y., Zu, X., Yang, Y. dan Zhang, Z. 2014.
Antioxidative Activity of Exopolysaccharide Extract from Fermented
Wheat Distillers‟dried Grains Using UV-Irradiation Degradation
Pretreatment by Preussia aemulans. Advance Journal of Food Science and
Technology 6(9): 1067-1075, 2014.
Lin, T.Y. M. F., Chien, C. 2007. Exopolysaccharide Production as Affected by
Lactic Acid Bacteria and Fermentation Time. Food Chemistry 100 (2007)
1419-1423.
73
Liu, C., Chu, F., Chou, C., dan Yu, R. 2011. Genetical Toxicology. Environment
Mutagenicity. 721 (2011) 157-162.
Llamas, C., Mullany, L., dan Stockwell, P. 2007. The Routledge Companion to
Exopolysaccharide. New York: Rouledge.
Looijesteijn P. J, Trapet L, De vries E, Abee, T., Hugenholtz, J. 2001.
Physiological function of exopolysaccharides produced by Lactococcus
lactis. Int J Food Microbiol 64:71–80.
Malik, Amalia, Donna M. Ariesranti, Anandayu Nurfachtiyanti, dan Arry Yanuar.
2008. Skrining Gen Glukonsiltransferase (GTF) Dari Bakteri Asam Laktat
Penghasil Eksopolisakarida. 2003. Makara Sains, Volume 12, No. 1, April
2008:1-6.
Melanti, Rizka. 2013. Preparasi Porous Carbon dari Molase dan Aplikasinya
dalam Penurunan Efek Browning Sari Buah Apel. Skripsi. Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.
Mozzi, F., Vaningelgem, F., Hebert, E. M., Van der Meulen, R., Foulquie-
Moreno, M. R., Font de Valdez, S. G., dan De Vuyst, L. 2006. Diversity of
Heteropolysaccharide Producing Lactic Acid Bacterium Strains and Their
Biopolymers. Applied and Environmenttal Microbiology, 72, 4431-4435.
Nofemele, Z., Shukla, P., Trussler, A., Permaul, K., dan Singh, S. 2012.
Improvement of Ethanol Production from Sugarcane Molasses Through
Enhanced Nutrient Supplementation Using Saccharomyces cerevisiae.
Journal of Brewing and Distilling Vol. 3(2), pp. 29-35.
Nudyanto, A., Zubaidah, E. 2015. Isolasi Bakteri Asam Laktat Penghasil
Eksopolisakarida dari Kimchi. Jurusan teknologi hasil pertanian, FTP
Universitas Brawijaya Malang.Vol.3 No 2 p.743-748.
Ozkaya, F. D., Aslim, B., Ozkaya, M. T. 2007. Effect of Exopolysaccharides
(EPSs) Produced by Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus Strains to
Bacteriophage and Nisin Sensitivity of the Bacteria. LWT 40 (2007) 564–
568.
Patel, S., Majumder, Avishek., dan Goyal, A. 2012. Potentials of
Exopolysaccharides from Lactic Acid Bacteria. Indian Journal
Microbiology (Jan–Mar 2012) 52(1):3–12.
Paturau, J, M. 1982. By Product of Cane Sugar Industry. Amsterdam: Elsevier
Scientific Publ, Co.
Salazar, N., Prieto, A., Leal, J. A., Mayo, B., Bada-Gancedo, J. C., de los Reyes-
Gavilian, C. G., dkk. 2009. Production of Exopolysaccharides by
Lactobacillus and Bifidobacterium Strains of Human Origin, and
Metabolic Activity of the Producing Bacteria in Milk. Journal of Dairy
Science, 92, 4158-4168.
Simanjuntak, R., 2009. Studi Pembuatan Etanol Dari Limbah Gula (Molase).
Skripsi, Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian: Universitas
Sumatera Utara.
Sirajunnisa, A., Vijayagopal, V., dan Viruthagiri, T. 2012. Effect of Synthetic
Carbon Substrates and Cane Molasses, an Agro Waste, on
Exopolysaccharide Production by P. fluorescens. International Journal of
Science and Engineering Applications (IJSEA) Volume 1 Issue 1.
Sunjaya, I. N., Aryantini, N. P. D., Nursini, N. W., Cakrawati, C. I. D., Juliasari,
N. L. M. E., Dwipayantil, N. M. U., Ramona, Yan. 2012. Eksopolisakarida
dari Lactobacillus sp. Isolat Susu Kuda Sumbawa dan Potensinya sebagai
Prebiotik. Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 136-144.
Sutherland, I. W. 1999. Polysaccharides for Microbial Exopolysaccharides.
Carbohydrate Polymer, 38, 319-328.
75
Vanhooren, P.; Vandamme, E.J., 1998. Biosynthesis, physiological role, use and
fermentation process characteristics of bacterial exopolysaccharides.
Recent Res. Devel. Fermen. Bioeng. 1, 253–299.
Yilmaz , M. T., Dertli, E., Toker, O. S., Tatlisu, N. B., Sagdic, O., dan Arici, M.
2015. Effect of in situ exopolysaccharide production on physicochemical,
rheological, sensory, and microstructural properties of the yogurt drink
ayran: An optimization study based on fermentation kinetics. Journal of
Dairy Science Vol. 98 No. 3, 2015.
Yuliana, Neti. 2008. Kinetika Pertumbuhan Bakteri Asam Laktat Isolat T5 yang
Berasal dari Tempoyak. Jurnal Teknologi Industri dan Hasil Pertanian,
Volume 13, No. 2, September 2008.
Zhang, L., Liub, C., Lia, D., Zhaoa, Y., Zhanga, X., Zenga, X., Yanga, Z., Lia, S.
2013. Antioxidant activity of an exopolysaccharide isolated from
Lactobacillus plantarum C88. International Journal of Biological
Macromolecules 54 (2013) 270– 275.
Zhou, S.K., K.T. Shanmugan, L.P. Yomano, T.B. Grabar and L.O. Ingram. 2006.
Fermentation of 12% glucose to 1,2M Lactate by Escherichia coli Strain
SZ194 Using Minerals Salts Medium. Biotechnol. Left., 28:663-670.
Zhou, K., Zeng, Y, Yang, M., Chen, S., He, LI., Ao X., Zou, L., dan Liu, S. 2016.
Production, Purification and Structural Study of an Exopolysaccharide
from Lactobacillus plantarum BC-25. Carbohydrate Polymers (16)
30132-1.
Zisu, B., dan Shah, N. P. 2003. Effects of pH, Temperature, Supplementation with
Whey Protein Concentrate, and Adjunct Cultures on the Production of
Exopolysaccharides by Streptococcus thermophilus 1275. Journal of
Dairy Science Vol. 86, No. 11, 2003.
Zubaidah, E., Liasari, Y., Saparianti, E. 2008. Produksi Eksopolisakarida oleh
Lactobacillus plantarum B2 pada Produk Probiotik Berbasis Buah Murbei.
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 9 No.1 (April 2008) 59 – 68.
LAMPIRAN
Analisis data
77
78
Tetes tebu
- diambil sebanyak 3 mL
- dimasukkan ke dalam alat hand brix refractometer
- diamati garis antara gelap dengan terang tepat pada titik potong
sumbunya.
Hasil
Tetes tebu
-diencerkan dengan akuades hingga konsentrasi 18% (v/v)
-ditambahkan urea sebanyak 0,3%
-disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC
dengan tekanan 15 psi selama 15 menit.
Hasil
79
Hasil
Pembuatan Media MRSB
MRS Broth
-ditimbang sebanyak 5,515 gram
-dilarutkan ke dalam 100 mL akuades
-dihomogenkan dengan hot plate dan magnetic stirrer sampai
homogen
-dituangkan masing-masing sebanyak 15 mL ke dalam Erlenmeyer
100 mL
-ditutup dengan cotton plug (sumbat kapas) dan plastik wrap
-disterilisasi dengan autoklaf 121oC tekanan 2 atm selama 15 menit
Hasil
Hasil
80
Kultur Lactobacillus
plantarum
-diambil sebanyak 2 ose
-dimasukkan dalam 100 mL MRSB
-ditutup dengan cotton plug (sumbat kapas) dan plastik wrap
-dishaker dengan kecepatan 100 rpm pada suhu 30oC selama 24
jam
Hasil
Molase
-dipipet sebanyak 2 mL
-dimasukkan ke dalam tabung reaksi
-ditambahkan 1 mL larutan fenol 5%
-dikocok
-ditambahkan 5 mL asam sulfat pekat dengan cepat
- dibiarkan selama 10 menit
-dikocok
-ditempatkan dalam penangas air selama 15 menit
-dimasukkan ke kuvet
-diukur absorbansinya pada panjang gelombang 485 nm
Hasil
Hasil
82
Eksopolisakarida
-diambil sebanyak 25 mL
-dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge
-disentrifugasi pada 5000 rpm selama 20 menit
Pellet Supernatan
Supernatan Pellet
Hasil
83
Hasil
-ditimbang sebanyak 1 mg
-digerus dengan bubuk KBr dan kemudian
-di tekan vakumkan hingga menjadi pellet
-dianalisis menggunakan FTIR pada rentang frekuensi 4000
cm-1 sampai 400 cm-1.
Hasil
84
Lampiran 3. Perhitungan
kemudian ditambahkan akuades sebanyak 100 mL, diaduk hingga homogen dan
Fenol 5% (b/v) =
dimasukkan ke dalam gelas beker 100 mL, ditambahkan akuades dan diaduk
hingga larut. Selanjutnya dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan
Normalitas = Mxv
Molaritas =
N = xV
Keterangan: M = Molaritas
V = valensi
M = massa (gram)
Mr = Massa molekul relatif (g/mol)
V = Volume pelarut (Liter)
85
0,5 N = x1
m = = 5 gram
NaOH dengan konsentrasi 0,5 N dibuat dengan cara ditimbang padatan NaOH
Normalitas = Mxv
Molaritas =
= xV
Keterangan: M= Molaritas
v= valensi
m= massa (gram)
Mr= Massa molekul relatif (g/mol)
V= Volume pelarut (Liter)
0,5 N =
m = = 5,625 gram
86
H2C2O4 sebanyak 5,625 gram kemudian dilarutkan dengan akuades sampai larut
sebanyak 0,85 gram dan dilarutkan dilarutkan dengan akuades sampai larut
6. Pembuatan Konsentrasi Glukosa Standar 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm
Pembuatan larutan glukosa 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 ppm dapat dilakukan
berikut:
a. Konsentrasi 10 ppm:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1= 10 ppm x 100 mL
V1= 1 mL
b. Konsentrasi 20 ppm:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 20 ppm x 100 mL
V1 = 2 mL
c. Konsentrasi 30 ppm:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 30 ppm x 100 mL
V1 = 3 Ml
87
d. Konsentrasi 40 ppm:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 40 ppm x 100 mL
V1 = 4 mL
e. Konsentrasi 50 ppm:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 50 ppm x 100 mL
V1 = 5 mL
f. Konsentrasi 60 ppm:
M1 x V1 = M2 x V2
1000 ppm x V1 = 60 ppm x 100 mL
V1 = 6 mL
Pembuatan larutan glukosa adalah dengan dipipet larutan glukosa baku
dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan akuades hingga tanda batas dan
dihomogenkan.
Konsentrasi Absorbansi
10 ppm 0,1349
20 ppm 0,2950
30 ppm 0,3606
40 ppm 0,5673
50 ppm 0,6741
60 ppm 0,8104
88
0.8 y = 0.0135x
R² = 0.9896
Absorbansi
0.6
Absorbansi
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80
Konsentrasi
Analisis kadar total gula bahan baku dengan metode Fenol-H2SO4 yang
panjang gelombang 485 nm. Data absorbansi bahan baku dapat dilihat pada tabel
berikut:
Nama Absorbansi
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
linear dari kurva standar glukosa yaitu y = 0,0135x + 0,0016 dengan y adalah
absorbansi bahan baku dan x merupakan variabel yang dicari yaitu konsentrasi
gula yang terkandung dalam bahan baku sebelum fermentasi memakai faktor
y = 0,0135x + 0,0016
0,6370 = 0,0135x + 0,0016
89
Analisis kadar total gula sebelum fermentasi dilakukan setelah tetes tebu
Nama Absorbansi
persamaan regresi linear dari kurva standar glukosa yaitu y = 0,0135x + 0,0016
dengan y adalah absorbansi bahan baku dan x merupakan variabel yang dicari
yaitu konsentrasi gula yang terkandung dalam bahan baku sebelum fermentasi.
90
y = 0,0135x + 0,0016
0,2127 = 0,0135x + 0,0016
0,2127– 0,0016 = 0,0135x
x = (0,2127 – 0,0016)/ 0,0135 = 15,637 ppm (konsentrasi berdasarkan kurva)
konsentrasi analisa = 0,01gram/100 mL
= 10 mg/0,1 L
= 100 ppm
Kadar total gula sampel sebelum fermentasi dapat dilihat pada Tabel 8.2.2
Analisis kadar total gula sisa fermentasi dilakukan setelah fermentasi. Data
absorbansi total gula sisa fermentasi dapat dilihat pada Tabel 8.3.1
Perlakuan Absorbansi
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
S1L1 0,1395 0,1536 0,1623
S1L2 0,2112 0,1402 0,1356
S2L1 0,1297 0,1053 0,1075
S2L2 0,3891 0,3735 0,3597
S3L1 0,4649 0,4662 0,3079
S3L2 0,4528 0,4451 0,3955
91
persamaan regresi linear dari kurva standar glukosa yaitu y = 0,0135x + 0,0016
dengan y adalah absorbansi bahan baku dan x merupakan variabel yang dicari
yaitu konsentrasi gula yang terkandung dalam bahan baku sebelum fermentasi
ulangan I :
y = 0,0135x + 0,0016
0,1395 = 0,0135x + 0,0016
0,1395– 0,0016 = 0,0135x
x = (0,1395 – 0,0016)/ 0,0135 = 10,2148 ppm
kadar gula (%) = 10,2148 x 1000 = 10214,8 ppm = 1,02148 %
Kadar total gula sampel sisa fermentasi dapat dilihat pada Tabel 8.3.2.
pengurangan antara kadar gula sebelum fermentasi dengan kadar gula sisa
Perlakuan Kadar gula sebelum Kadar gula sisa Kadar gula terpakai
fermentasi (%) fermentasi (%) (%)
S1L1 15,47 1,02 14,45
Perlakuan Kadar gula sebelum Kadar gula sisa Kadar gula terpakai
fermentasi (%) fermentasi (%) (%)
S1L1 15,47 1,13 14,34
Perlakuan Kadar gula sebelum Kadar gula sisa Kadar gula terpakai
fermentasi (%) fermentasi (%) (%)
S1L1 15,47 1,19 14,28
Analisis kadar total gula EPS menggunakan metode yang sama, akan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, ditambahkan larutan NaOH 0,5 N
Perlakuan Absorbansi
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
S1L1 0,5945 0,5431 0,5830
S1L2 0,4733 0,5392 0,5990
S2L1 0,8063 0,8002 0,8084
S2L2 0,8021 0,8026 0,8086
S3L1 0,4179 0,4188 0,4251
S3L2 0,4029 0,4115 0,4013
persamaan regresi linear dari kurva standar glukosa yaitu y = 0,0135x + 0,0016
dengan y adalah absorbansi bahan baku dan x merupakan variabel yang dicari
yaitu konsentrasi gula yang terkandung dalam bahan baku sebelum fermentasi
y = 0,0135x + 0,0016
0,5945 = 0,0135x + 0,0016
0,5945– 0,0016 = 0,0135x
x = (0,5945 – 0,0016)/ 0,0135 = 43,9185 ppm (konsentrasi berdasarkan kurva)
konsentrasi analisa = 0,01 gram/10 mL
= 10 mg/0,01 L
= 1000 ppm
berdasarkan rumus:
10.1 Ulangan I
Pengenceran Jumlah Koloni
10-3 Sprider
10-4 Sprider
10-5 Sprider
10-6 Sprider
10-7 217
10-8 81
10-9 34
10-10 7
10.2 Ulangan II
Pengenceran Jumlah Koloni
10-3 Sprider
10-4 Sprider
10-5 Sprider
10-6 Sprider
10-7 276
10-8 111
10-9 61
10-10 9
10-3 Sprider
10-4 Sprider
10-5 Sprider
10-6 >300
10-7 205
10-8 102
10-9 25
10-10 4
Lampiran 4
DOKUMENTASI
Media padat (MRSA) untuk peremajaan Media cair (MRSB) untuk pembuatan
bakteri kultur bakteri
Analisis kadar total gula setelah Analisis kadar total gula setelah
fermentasi suhu 25oC fermentasi suhu 30oC
99
Analisis kadar total gula setelah Analisis kadar total gula EPS
fermentasi suhu 35oC
Fermentasi
Lamdha Maks
Tanggal Analisa : 14 Juni 2016
Method:
Operator: Rika
Peak Table
485.0 0.427
101
Method
(23-06-2016).BCN
Operator Rika
Instrument Settings
Instrument Cary 50
Replicates 3
Min R² 0.95000
Comments:
Zero Report
Read Abs nm
102
________________________________________________
Calibration
Collection time 6/23/2016 10:55:34 AM
mg/L
______________________________________________________________________
Std 1 0.1254
0.1257
Std 2 0.2639
0.2636
Std 3 0.4524
0.4510
Std 4 0.5894
0.5884
Std 5 0.6593
0.6587
Std 6 0.7845
0.7844
Warnings
Post hoc tests are not performed for Lama_Fermentasi because there are fewer than three groups.
Between-Subjects Factors
N
Lama_Fermentasi 1 9
2 9
Suhu 1 6
2 6
3 6
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Kadar_Gula_Terpakai
Lama_F
ermenta
si Suhu Mean Std. Deviation N
1 1 14.53 .086 3
2 14.20 .101 3
3 12.68 .673 3
Total 13.80 .918 9
2 1 14.45 .312 3
2 12.27 .110 3
3 12.55 .229 3
Total 13.09 1.046 9
Total 1 14.49 .209 6
2 13.24 1.058 6
3 12.61 .456 6
Total 13.45 1.023 18
104
a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable:Kadar_Gula_Terpakai
F df1 df2 Sig.
7.377 5 12 .002
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Lama_Fermentasi + Suhu +
Lama_Fermentasi * Suhu
Profile Plots
105
Suhu
Multiple Comparisons
Kadar_Gula_Terpakai
Tukey HSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Suhu (J) Suhu (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
1 2 1.25 .187 .000 .75 1.75
*
3 1.87 .187 .000 1.37 2.37
*
2 1 -1.25 .187 .000 -1.75 -.75
*
3 .62 .187 .016 .12 1.12
*
3 1 -1.87 .187 .000 -2.37 -1.37
*
2 -.62 .187 .016 -1.12 -.12
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .105.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets
Kadar_Gula_Terpakai
Tukey HSD
Subset
Suhu N 1 2 3
3 6 12.61
2 6 13.24
1 6 14.49
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .105.
1. Lama_Fermentasi
Dependent Variable:Kadar_Gula_Terpakai
Lama_F 95% Confidence Interval
ermenta
si Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1 13.802 .108 13.566 14.038
2 13.090 .108 12.854 13.326
106
2. Suhu
Dependent Variable:Kadar_Gula_Terpakai
95% Confidence Interval
Suhu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1 14.488 .133 14.200 14.777
2 13.235 .133 12.946 13.524
3 12.615 .133 12.326 12.904
3. Lama_Fermentasi * Suhu
Dependent Variable:Kadar_Gula_Terpakai
Lama_F 95% Confidence Interval
ermenta
si Suhu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
1 1 14.527 .187 14.118 14.935
2 14.197 .187 13.788 14.605
3 12.683 .187 12.275 13.092
2 1 14.450 .187 14.042 14.858
2 12.273 .187 11.865 12.682
3 12.547 .187 12.138 12.955
Warnings
Post hoc tests are not performed for Lama_Fermentasi because there are fewer than three groups.
Between-Subjects Factors
Value Label N
Lama_Fermentasi 1 18 Jam 9
2 24 Jam 9
Suhu 1 25 C 6
2 30 C 6
3 35 C 6
107
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Kadar_Eksopolisakarida
Lama_Fer
mentasi Suhu Mean Std. Deviation N
18 Jam 25 C 601.33 54.455 3
30 C 740.00 36.000 3
35 C 489.33 87.757 3
Total 610.22 121.723 9
24 Jam 25 C 274.67 12.858 3
30 C 660.00 28.000 3
35 C 422.67 62.780 3
Total 452.44 171.935 9
Total 25 C 438.00 182.389 6
30 C 700.00 52.460 6
35 C 456.00 77.398 6
Total 531.33 165.751 18
a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable:Kadar_Eksopolisakarida
F df1 df2 Sig.
2.584 5 12 .083
Tests the null hypothesis that the error variance of the
dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Lama_Fermentasi + Suhu +
Lama_Fermentasi * Suhu
Profile Plots
Suhu
Multiple Comparisons
Kadar_Eksopolisakarida
Tukey HSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Suhu (J) Suhu (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
25 C 30 C -262.00 30.599 .000 -343.63 -180.37
35 C -18.00 30.599 .829 -99.63 63.63
*
30 C 25 C 262.00 30.599 .000 180.37 343.63
*
35 C 244.00 30.599 .000 162.37 325.63
35 C 25 C 18.00 30.599 .829 -63.63 99.63
*
30 C -244.00 30.599 .000 -325.63 -162.37
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2808.889.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
109
Homogeneous Subsets
Kadar_Eksopolisakarida
Tukey HSD
Subset
Suhu N 1 2
25 C 6 438.00
35 C 6 456.00
30 C 6 700.00
Sig. .829 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 2808.889.
1. Lama_Fermentasi
Dependent Variable:Kadar_Eksopolisakarida
95% Confidence Interval
Lama_Fer
mentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
18 Jam 610.222 17.666 571.731 648.714
24 Jam 452.444 17.666 413.953 490.936
2. Suhu
Dependent Variable:Kadar_Eksopolisakarida
95% Confidence Interval
Suhu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
25 C 438.000 21.637 390.858 485.142
30 C 700.000 21.637 652.858 747.142
35 C 456.000 21.637 408.858 503.142
3. Lama_Fermentasi * Suhu
Dependent Variable:Kadar_Eksopolisakarida
95% Confidence Interval
Lama_Fer
mentasi Suhu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
18 Jam 25 C 601.333 30.599 534.664 668.003
30 C 740.000 30.599 673.331 806.669
35 C 489.333 30.599 422.664 556.003
24 Jam 25 C 274.667 30.599 207.997 341.336
30 C 660.000 30.599 593.331 726.669
35 C 422.667 30.599 355.997 489.336
110
7.3 Analisis Pengaruh Suhu dan Lama Fermentasi Terhadap Kadar Total
Gula EPS
Warnings
Post hoc tests are not performed for Lama_Fermentasi because there are fewer than
three groups.
Between-Subjects Factors
N
Suhu 25 C 6
30 C 6
35 C 6
Lama_Fermentasi 18 jam 9
24 jam 9
Descriptive Statistics
Dependent Variable:Kadar_Total_Gula_EPS
Lama_Fe
Suhu rmentasi Mean Std. Deviation N
25 C 18 jam 4.2367 .20033 3
24 jam 3.9667 .47014 3
Total 4.1017 .35544 6
30 C 18 jam 5.9733 .01155 3
24 jam 5.9267 .00577 3
Total 5.9500 .02683 6
35 C 18 jam 3.0667 .08083 3
24 jam 2.9900 .04359 3
Total 3.0283 .07167 6
Total 18 jam 4.4256 1.27118 9
24 jam 4.2944 1.31650 9
Total 4.3600 1.25721 18
111
1. Grand Mean
Dependent Variable:Kadar_Total_Gula_EPS
95% Confidence Interval
Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
4.360 .050 4.251 4.469
2. Suhu
Dependent Variable:Kadar_Total_Gula_EPS
95% Confidence Interval
Suhu Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
25 C 4.102 .087 3.913 4.290
30 C 5.950 .087 5.761 6.139
35 C 3.028 .087 2.840 3.217
3. Lama_Fermentasi
Dependent Variable:Kadar_Total_Gula_EPS
95% Confidence Interval
Lama_Fe
rmentasi Mean Std. Error Lower Bound Upper Bound
18 jam 4.426 .071 4.272 4.580
24 jam 4.294 .071 4.140 4.448
112
Suhu
Multiple Comparisons
Dependent Variable:Kadar_Total_Gula_EPS
Homogeneous Subsets
Kadar_Total_Gula_EPS
Subset
Suhu N 1 2 3
a,,b
Tukey HSD 35 C 6 3.0283
25 C 6 4.1017
30 C 6 5.9500
Profile Plots
114
Warnings
Post hoc tests are not performed for lama_fermentasi because there are fewer than three
groups.
Between-Subjects Factors
suhu 25C 6
30C 6
35C 6
lama_fermentasi 18JAM 9
24JAM 9
interaksi 25C,18JAM 3
25C,24JAM 3
30C,18JAM 3
30C,24JAM 3
35C,18JAM 3
35C,24JAM 3
115
Descriptive Statistics
Dependent Variable: kadar_EPS
suhu lama_fermentasi interaksi Mean Std. Deviation N
25C 18JAM 25C,18JAM 601,3333 54,45487 3
Total 601,3333 54,45487 3
24JAM 25C,24JAM 274,6667 12,85820 3
Total 274,6667 12,85820 3
Total 25C,18JAM 601,3333 54,45487 3
25C,24JAM 274,6667 12,85820 3
Total 438,0000 182,38860 6
30C 18JAM 30C,18JAM 740,0000 36,00000 3
Total 740,0000 36,00000 3
24JAM 30C,24JAM 660,0000 28,00000 3
Total 660,0000 28,00000 3
Total 30C,18JAM 740,0000 36,00000 3
30C,24JAM 660,0000 28,00000 3
Total 700,0000 52,45951 6
35C 18JAM 35C,18JAM 489,3333 87,75724 3
Total 489,3333 87,75724 3
24JAM 35C,24JAM 422,6667 62,78004 3
Total 422,6667 62,78004 3
Total 35C,18JAM 489,3333 87,75724 3
35C,24JAM 422,6667 62,78004 3
Total 456,0000 77,39767 6
Total 18JAM 25C,18JAM 601,3333 54,45487 3
30C,18JAM 740,0000 36,00000 3
35C,18JAM 489,3333 87,75724 3
Total 610,2222 121,72282 9
24JAM 25C,24JAM 274,6667 12,85820 3
30C,24JAM 660,0000 28,00000 3
35C,24JAM 422,6667 62,78004 3
Total 452,4444 171,93539 9
Total 25C,18JAM 601,3333 54,45487 3
25C,24JAM 274,6667 12,85820 3
30C,18JAM 740,0000 36,00000 3
30C,24JAM 660,0000 28,00000 3
35C,18JAM 489,3333 87,75724 3
35C,24JAM 422,6667 62,78004 3
Total 531,3333 165,75105 18
a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable: kadar_EPS
F df1 df2 Sig.
2,584 5 12 ,083
Tests the null hypothesis that the error variance of
the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + suhu + lama_fermentasi +
interaksi + suhu * lama_fermentasi + suhu *
interaksi + lama_fermentasi * interaksi + suhu *
lama_fermentasi * interaksi
116
Grand Mean
Dependent Variable: kadar_EPS
suhu
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kadar_EPS
suhu suhu (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Tukey 25C 30C -262,0000 30,59896 ,000 -343,6339 -180,3661
HSD 35C -18,0000 30,59896 ,829 -99,6339 63,6339
*
30C 25C 262,0000 30,59896 ,000 180,3661 343,6339
*
35C 244,0000 30,59896 ,000 162,3661 325,6339
kadar_EPS
Subset
suhu N 1 2
a,b
Tukey HSD 25C 6 438,0000
35C 6 456,0000
30C 6 700,0000
Multiple Comparisons
Dependent Variable: kadar_EPS
Mean 95% Confidence Interval
(I) Difference
interaksi (J) interaksi (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
.Tukey 25C,18JAM 25C,24JAM 326,6667 43,27346 ,000 181,3145 472,0188
HSD 30C,18JAM -138,6667 43,27346 ,065 -284,0188 6,6855
30C,24JAM -58,6667 43,27346 ,751 -204,0188 86,6855
35C,18JAM 112,0000 43,27346 ,174 -33,3521 257,3521
*
35C,24JAM 178,6667 43,27346 ,014 33,3145 324,0188
*
25C,24JAM 25C,18JAM -326,6667 43,27346 ,000 -472,0188 -181,3145
*
30C,18JAM -465,3333 43,27346 ,000 -610,6855 -319,9812
*
30C,24JAM -385,3333 43,27346 ,000 -530,6855 -239,9812
*
35C,18JAM -214,6667 43,27346 ,003 -360,0188 -69,3145
*
35C,24JAM -148,0000 43,27346 ,045 -293,3521 -2,6479
30C,18JAM 25C,18JAM 138,6667 43,27346 ,065 -6,6855 284,0188
*
25C,24JAM 465,3333 43,27346 ,000 319,9812 610,6855
30C,24JAM 80,0000 43,27346 ,474 -65,3521 225,3521
*
35C,18JAM 250,6667 43,27346 ,001 105,3145 396,0188
*
35C,24JAM 317,3333 43,27346 ,000 171,9812 462,6855
30C,24JAM 25C,18JAM 58,6667 43,27346 ,751 -86,6855 204,0188
*
25C,24JAM 385,3333 43,27346 ,000 239,9812 530,6855
30C,18JAM -80,0000 43,27346 ,474 -225,3521 65,3521
*
35C,18JAM 170,6667 43,27346 ,019 25,3145 316,0188
*
35C,24JAM 237,3333 43,27346 ,001 91,9812 382,6855
35C,18JAM 25C,18JAM -112,0000 43,27346 ,174 -257,3521 33,3521
*
25C,24JAM 214,6667 43,27346 ,003 69,3145 360,0188
*
30C,18JAM -250,6667 43,27346 ,001 -396,0188 -105,3145
*
30C,24JAM -170,6667 43,27346 ,019 -316,0188 -25,3145
35C,24JAM 66,6667 43,27346 ,648 -78,6855 212,0188
*
35C,24JAM 25C,18JAM -178,6667 43,27346 ,014 -324,0188 -33,3145
*
25C,24JAM 148,0000 43,27346 ,045 2,6479 293,3521
*
30C,18JAM -317,3333 43,27346 ,000 -462,6855 -171,9812
*
30C,24JAM -237,3333 43,27346 ,001 -382,6855 -91,9812
35C,18JAM
-66,6667 43,27346 ,648 -212,0188 78,6855
*
LSD 25C,18JAM 25C,24JAM 326,6667 43,27346 ,000 232,3819 420,9514
*
30C,18JAM -138,6667 43,27346 ,008 -232,9514 -44,3819
30C,24JAM -58,6667 43,27346 ,200 -152,9514 35,6181
*
35C,18JAM 112,0000 43,27346 ,024 17,7152 206,2848
*
35C,24JAM 178,6667 43,27346 ,001 84,3819 272,9514
*
25C,24JAM 25C,18JAM -326,6667 43,27346 ,000 -420,9514 -232,3819
*
30C,18JAM -465,3333 43,27346 ,000 -559,6181 -371,0486
*
30C,24JAM -385,3333 43,27346 ,000 -479,6181 -291,0486
*
35C,18JAM -214,6667 43,27346 ,000 -308,9514 -120,3819
*
35C,24JAM -148,0000 43,27346 ,005 -242,2848 -53,7152
*
30C,18JAM 25C,18JAM 138,6667 43,27346 ,008 44,3819 232,9514
*
25C,24JAM 465,3333 43,27346 ,000 371,0486 559,6181
30C,24JAM 80,0000 43,27346 ,089 -14,2848 174,2848
*
35C,18JAM 250,6667 43,27346 ,000 156,3819 344,9514
*
35C,24JAM 317,3333 43,27346 ,000 223,0486 411,6181
119
kadar_EPS
Subset
interaksi N 1 2 3 4
a,b
Tukey HSD 25C,24JAM 3 274,6667
35C,24JAM 3 422,6667
30C,24JAM 3 660,0000
30C,18JAM 3 740,0000
Profile Plots
121
7.5 Analisis Interaksi Suhu dan Lama Fermentasi terhadap Kadar Gula
Terpakai Selama Fermentasi
Between-Subjects Factors
Suhu 25C 6
30C 6
35C 6
Lama_Fermentasi 18Jam 9
24Jam 9
Interaksi 25C,18Jam 3
25C,24Jam 3
30C,18Jam 3
30C,24Jam 3
35C,18Jam 3
35C,24Jam 3
122
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Kadar_Gula_Terpakai
Suhu Lama_Fermentasi Interaksi Mean Std. Deviation N
25C 18Jam 25C,18Jam 14,5267 ,08622 3
Tota
14,5267 ,08622 3
l
24Jam 25C,24Jam 14,4500 ,31241 3
Total 14,4500 ,31241 3
Total 25C,18Jam 14,5267 ,08622 3
25C,24Jam 14,4500 ,31241 3
Total 14,4883 ,20923 6
30C 18Jam 30C,18Jam 14,1967 ,10116 3
Total 14,1967 ,10116 3
24Jam 30C,24Jam 12,2733 ,11015 3
Total 12,2733 ,11015 3
Total 30C,18Jam 14,1967 ,10116 3
30C,24Jam 12,2733 ,11015 3
Total 13,2350 1,05769 6
35C 18Jam 35C,18Jam 12,6833 ,67263 3
Total 12,6833 ,67263 3
24Jam 35C,24Jam 12,5467 ,22942 3
Total 12,5467 ,22942 3
Total 35C,18Jam 12,6833 ,67263 3
35C,24Jam 12,5467 ,22942 3
Total 12,6150 ,45566 6
Total 18Jam 25C,18Jam 14,5267 ,08622 3
30C,18Jam 14,1967 ,10116 3
35C,18Jam 12,6833 ,67263 3
Total 13,8022 ,91768 9
24Jam 25C,24Jam 14,4500 ,31241 3
30C,24Jam 12,2733 ,11015 3
35C,24Jam 12,5467 ,22942 3
Total 13,0900 1,04642 9
Total 25C,18Jam 14,5267 ,08622 3
25C,24Jam 14,4500 ,31241 3
30C,18Jam 14,1967 ,10116 3
30C,24Jam 12,2733 ,11015 3
35C,18Jam 12,6833 ,67263 3
35C,24Jam 12,5467 ,22942 3
Total 13,4461 1,02268 18
a
Levene's Test of Equality of Error Variances
Dependent Variable: Kadar_Gula_Terpakai
7,377 5 12 ,002
Grand Mean
Dependent Variable: Kadar_Gula_Terpakai
Suhu
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Kadar_Gula_Terpakai
Suhu Suhu Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Tukey 25C 30C 1,2533 ,18745 ,000 ,7532 1,7534
HSD *
35C 1,8733 ,18745 ,000 1,3732 2,3734
*
30C 25C -1,2533 ,18745 ,000 -1,7534 -,7532
*
35C ,6200 ,18745 ,016 ,1199 1,1201
*
35C 25C -1,8733 ,18745 ,000 -2,3734 -1,3732
*
30C -,6200 ,18745 ,016 -1,1201 -,1199
*
LSD 25C 30C 1,2533 ,18745 ,000 ,8449 1,6617
*
35C 1,8733 ,18745 ,000 1,4649 2,2817
*
30C 25C -1,2533 ,18745 ,000 -1,6617 -,8449
*
35C ,6200 ,18745 ,006 ,2116 1,0284
*
35C 25C -1,8733 ,18745 ,000 -2,2817 -1,4649
*
30C -,6200 ,18745 ,006 -1,0284 -,2116
Homogeneous Subsets
Kadar_Gula_Terpakai
Subset
Interaksi N 1 2
a,b 30C,24Jam 3 12,2733
Tukey HSD
35C,24Jam 3 12,5467
35C,18Jam 3 12,6833
30C,18Jam 3 14,1967
25C,24Jam 3 14,4500
25C,18Jam 3 14,5267
Sig. ,644 ,808
Profile Plots
126