KELAS 2 A
KELOMPOK 2
1. ALDA PUSPITA SARI (142012018002)
2. ANGGI PRADITA (142012018003)
3. ELA PUTRI SETIANI (142012018011)
4. FAYI HARISTYA GANI (142012018014)
5. LAILI ZAHRO (142012018017)
6. MARLIANA AULIA SARI (142012018020)
7. NANDIKA PANGESTU (142012018025)
8. NIA ANGGRAENI (142012018026)
9. TRI YESI FRANSISKA (142012018041)
Dosen Pengampu:
Riski Nisfi Ramdhini, M, Si
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2019
1. DASAR TEORI
A. TEKNIK PEWARNAAN
Bakteri sangat sulit diamati jika menggunakan mikroskop cahaya biasa. Hal
tersebut dikarenakan sifat mikroorganisme yang tidak mampu mengabsorbsi dan
membiaskan cahaya. Oleh karena itu bakteri hanya akan tampak tembus pandang
dan hal tersebut akan mempersulit proses identifikasi. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut diperlukan teknik pewarnaan agar terdapat kontras antara sel
bakteri dan latar belakangnya.
Pewarnaan bertujuan untuk mengamati morfologi sel bakteri. Sebelum
dilakukan pewarnaan, perlu dilakukan penyiapan olesan dan fiksasi bakteri. Fiksasi
dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan
metanol. Fiksasi bertujuan untuk melekatkan bakteri pada gelas objek, mematikan
bakteri serta sel bakteri supaya terlihat jelas setelah diwarnai.
2. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mempelajari dan mengenal cara pewarnaan tahan asam.
2. Melihat bentuk bakteri tahan asam dan tidak tahan asam.
4. CARA KERJA
1) Pembuatan Sediaan
a. Alat pelindung diri (APD) digunakan dengan baik, benar, dan lengkap.
b. Alat dan bahan disiapkan.
c. Objek glass diambil, difiksasi, lalu diberi label.
d. Membuka tutup tabung yang berisi sampel.
e. Sampel sputum diambil dengan lidi pada bagian yang berlendir.
f. Dibuat apusan pada objek glass.
g. Sediaan diletakkan pada posisi miring dan dikeringkan pada suhu kamar.
h. Mulut tabung dipanaskan dan ditutup kembali.
2) Fiksasi
a. Fiksasi dilakukan dengan cara mengelilingi kaca preparat/objek glass pada api
bunsen sebanyak tiga kali.
3) Pewarnaan BTA
a. Sediaan diletakkan pada rak pewarnaan.
b. Sediaan ditetesi cat ZNA (Carbol fuchsin 0,3%), dipanaskan sampai menguap
(jangan sampai mendidih), kemudian ditunggu 5 menit, lalu dibilas dengan
aquades.
c. Sediaan ditetesi ZNB (Asam alkohol 3%), kemudian ditunggu ½ menit, lalu
dibilas dengan aquades.
d. Sediaan ditetesi ZNC (Methylene blue 0,3%), kemudian ditunggu 1 menit, lalu
dibilas dengan aquades.
e. Sediaan dikering anginkan.
4) Pembacaan Preparat BTA
a. Sediaan diamati menggunakan mikroskop lensa objektif perbesaran 10X untuk
mencari lapang pandang.
b. Preparat ditetesi 1 tetes oil imersi.
c. Preparat diamati dengan lensa objektif pembesaran 100X.
d. Bila ditemukan BTA pada sediaan, maka jumlah BTA dihitung per lapang
pandang, dan dicatat jumlahnya.
5. HASIL PENGAMATAN
1) Struktur Bakteri Tahan Asam
No Gambar Keterangan
1 Nama spesies: Mycobacterium
tuberculosis
Perbesaran: 100 x
Reagen: Carbol fuchsin 0,3%,
asam alkohol 3%, methylene blue
0,3%.
Warna: Merah
Bentuk: Basil / batang
6. PEMBAHASAN
Prinsip pewarnaan bakteri tahan asam antara lain: Dinding bakteri yang tahan
asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang ukar ditembus. Oleh karena itu,
pengaruh fenol dan pemanasan lapisan lilin dan lemak dapat ditembus cat carbol
fuchsin. Pada pencucian menggunakan asam alkohol warna fuchsin bertahan atau
tidak luntur, sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil
warna biru dari methylen blue.
Tujuan pewarnaan BTA ini adalah untuk mengamati bakteri tahan asam dengan
menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam pewarnaan (ziehl-Neelsen). Memahami
setiap langkah dan reaksi-reaksi kimia yang terjadi dalam prosedur tersebut.
Membuktikan bahwa ada atau tidaknya bakteri BTA dalam sputum.
Prosedur teknik pewarnaan BTA yaitu: Letakkan sediaan sputum pada rak
pewarnaan, tetesi cat ZNA (carbol fuchsin 0,3%) panaskan kaca sediaan dengan
melewatkan api pada bagian bawah kaca sampai menguap (jangan sampai mendidih)
ditunggu 5 menit dan bilas dengan aquades. Selanjutnya sediaan ditetesi ZNB (asam
alkohol 3%) tunggu ½ menit dan bilas dengan aquades. Selanjutnya sediaan ditetesi
ZNC (methylene blue 0,3%) tunggu selama 10-20 detik dan dibilas dengan aquades,
lalu keringkan pada suhu kamar.
Zat pewarna yang digunakan pada saat pewarnaan diantaranya: Carbol fuchsin
0,3% digunakan untuk memberikan warna merah pada sediaan sputum dan digunakan
sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke sel bakteri sewaktu proses
pemanasan, asam alkohol 3% digunakan untuk membilas atau melunturkan zat warna
(Decolorization) pada sel bakteri, methylene blue 0,3% digunakan untuk mewarnai
kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam
alkohol.
Pada praktikum ini ditemukan bakteri tahan asam yaitu spesies M. Tuberculosis,
kingdom procaryotae, filum Bacteria, ordo Actinomycetales, sub ordo
Corynebacterine, kelas schizomycetes, famili Mycobacteriaceae, genus
Mycobacterium.
Bakteri tahan asam (BTA) adalah nama lain dari M. tuberculosis yaitu suatu
bakteri berbentuk batang / basil yang tahan terhadap pencucian alkohol asam pada
saat dilakukan pewarnaan BTA tersebut menyebabkan suatu penyakit infeksi menular
dan mematikan yaitu tuberkulosis atau TB. Sebagian bakteri TBC menyerang paru-
paru, tetapi juga mengenai organ tubuh lainnya.
Sumber penularan TB adalah pasien TB BTA positif yang pada waktu bersin
atau batuk mengeluarkan percikan dahak (droplet nuclei / percik renik). Melalui udara
yang tercemar oleh Mycobacterium tuberculosis akan masuk dan menyebar di jalan
nafas menuju elveoli sampai ke paru-paru lalu berkembang biak dan menumpuk
menjadi banyak terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah. Basil
juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah, lalu akan menyerang sistem
kekebalan tubuh. Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan
melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi menelan bakteri.
Sementara limfosit spesifik tuberculosis menghancurkan (melisiskan) basil dan
jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh yang
menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam), terakumulasinya eksudat dalam alveoli
yang menyebabkan bronkopneumonia, dan produksi sputum yang menyebabkan
akumulasi jalan napas terganggu.. Infeksi akan terjadi apabila daya tahan tubuh
bereaksi, akan terjadi setelah 6-14 minggu setelah infeksi yaitu reaksi immunologi
lokal tanpa kuman Tb memasuki alveoli dan ditangkap oleh mikrofaq dan kemudian
berlangsung reaksi antigen-antibodi. Reaksi immunologi berupa delayed
lypersensitivity (ditandai dengan hasil tuberkulosis tes menjadi positif).
7. PENUTUP
a. Kesimpulan
Ball, A.S. 1997. Bacterial Cell Culture : Essential Data. New York : John Wiley &
Sons.
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi Keperawatan dan
Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat.Bandung : Citra Aditya Bakti.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : P.T Gramedia Pustaka Utama.
Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Salemba
Medika.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Pelczar, M. J. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. Jakarta : UI – Press.