Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“ PEWARNAAN BAKTERI TAHAN ASAM”

MODUL RESPIRASI

DISUSUN OLEH:

Nama : Muhammad Ibnu Nazari

Nim : I1011161009

Kelompok :A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUGPURA

PONTIANAK

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk
mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode
pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecatan.1 Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana. Istilah ”pewarna
sederhana” dapat diartikan dalam mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam
zat warna saja.2
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu
berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang
terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari
berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculosis,
Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia
gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen yang dapat
menyebabkan penyakit tuberculosis (TBC/TB), dan bersifat tahan asam sehingga
digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose
terjadi melalui jalan pernafasan.3
Salah satu metode pewarnaan BTA yang umum dilakukan ialah metode Ziehl-
Neelsen. Pewarnaan Ziehl Neelson memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia
dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat
mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri
yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi
dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna.4 Dinding
bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat.
Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat
ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka
akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas.
Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.5
1.2 Tujuan
Memahami prinsip dan cara melakukan pewarnaan Zieh- Neelsen dan dapat
melihat bentuk (morfologi) serta sifat tahan asam dari bakteri.
BAB II
METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan


2.1.1 Alat
a. Masker
b. Handscoon
c. Penjepit kayu
d. Baskom
e. Spiritus
f. Timer
g. Slide dryer
h. Mikroskop
2.1.2 Bahan
a. Sediaan Apus Seputum
b. Carbol Fuchsin 0,3%
c. Aquadest
d. Methyelen Blue 0,3%
e. Alkohol asam 3%
f. Minyak emersi
g. Tissue
2.2 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari praktikum kali ini adalah:
1. Dicucilah kedua tangan kemudian pakai handscoen dan masker
2. Disiapkan sputum yang telah didekontaminasi
3. Diambil dan pilih bagian dari dahak yang purulen yang telah didekontaminasi dengan
menggunakan ose atau lidi
4. Diletakkan sputum yang terdapat pada ose ke kaca sediaan. Sediaan dibuat tersebar
merata, ukuran 2 x 3 cm, dan tidak terlalu tipis untuk menghindari apusan menjadi
kering sebelum diratakan.
5. Diratakan sediaan dengan membuat spiral-spiral kecil sewaktu apusan setengah kering
dengan menggunakan lidi lancip sehingga didapat sebaran leukosit lebih rata dan area
baca lebih homogen. Jangan membuat spiral-spiral kecil pada apusan yang sudah kering,
karena dapat terkelupas dan menjadi aerosol yang berbahaya.
6. Dikeringkan apusan di udara bebas
7. Dilakukan fiksasi apusan dengan pemanasan
8. Dikeringkan apusan di atas rak sediaan, hindari sinar matahari langsung.
9. Dicelupkan ose yang telah digunakan pada botol pasir disinfektan, kemudian
membakarnya sampai ose membara. Bila menggunakan lidi, langsung dibuang ke dalam
botol berisi disinfektan.
10. Dilepaskan handschoen dan masker dan dibuang pada tempat yang telah disediakan
11. Cuci tangan.rutin
12. Setelah kering sediaan apusan pakai handscoen dan masker yang baru
13. Diambil sediaan apus seputum, Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap
ke atas pada rak yang ditempatkan di atas bak cuci atau baskom
14. Digenangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin 0.3%
15. Dipanasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar
uap (sekitar 5 menit), usahakan jangan sampai api langsung mengenai agar tidak
mendidih.
16. Dibilas sediaan dengan hati-hati
17. Dimiringkan sediaan menggunakan penjepit kayu atau pinset untuk membuang air
18. Digenangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin
19. Dibilas sediaan dengan hati-hati
20. Digenangi permukaan sediaan dengan methylene blue 2 menit
21. Dibilas sediaan dengan air mengalir
22. Dimiringkan sediaan untuk mengalirkan air
23. Dikeringkan sediaan menggunakan Slide Dryer
24. Dilepas handshoen dan membuang ditempat yang telah ditentukan
25. Dilakukan cuci tangan rutin
26. Disiapkan mikroskop dan letakkannya di meja dengan permukaan datar dan tidak
licin
27. Dibersihkan lensa objektif 100x dengan menggunakan kertas lensa
28. Diletakkan sediaan yang telah diwarnai ke atas meja sediaan.
29. Ditetesin minyak emersi kemudian diamati menggunakan perbesaran 100x
30. Dilakukan pembacaan sediaan apus secara sistematis untuk memastikan hasil yang
dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan.
31. Dimulai pembacaan dari ujung kiri ke ujung kanan dan dilakukan pada sediaan yang
sel-selnya terlihat, bila sediaan tampak kosong, geser pada lapang pandang lainnya
32. Dilakukan interpretasi sediaan secara kuantitatif
33. Setelah selsai menggunakan mikroskop, dibersihkan dengan hati-hati minyak emersi
dari lensa objektif 100x dengan menggunakan kertas lensa/kain halus,
34. Cuci tangan rutin
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Didapatkan jumlah bakteri disetiap lapang pandang sebagai berikut :
13 21 12 20 11 16 12 12 17 30
23 36 20 25 38 33 11 17 26 15

Didapatkan jumlah BTA >10 di setiap lapang pandang (LP) pada 20 lapang
pandang yang diamati, dengan demikian spesimen yang diperiksa tergolong positif 3
(+++).

3.2 Pembahasan
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mempertahankan zat warna karbol-
fuchsin (fuchsin basa yang dilarutkan dalam suatu campuran phenol-alkohol-air)
meskipun dicuci dengan asam klorida dalam alkohol. Bakteri ini memilki dinding sel
berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini
hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik
dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan
encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan
asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam.6
Diagnosis TB dapat ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis
BTA pada sputum penderita. Apabila TB dapat dideteksi secara dini dan diobati dengan
tuntas maka pengidap dapat cepat menjadi non-infeksius, sembuh, serta tidak terjadi
resistensi obat. Pemeriksaan BTA diharap-kan dapat membantu mengendalikan infeksi
TB di komunitas.7
Saat melakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen, digunakan zat warna carbol fuchsin
0,3 %, asam alkohol 3 %, dan methylen blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama,
yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan
fuchsin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Larutan ini memberikan warna
merah pada sediaan sputum. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu
pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan
untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu.
BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak
mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-
pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri
yang tidak tahan asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri
tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak
tahan asam akan berwarna biru.4
Adapun Sediaan dahak yang telah diwarnai dapat dinilai baik atau jelek dengan
memperhatikan beberapa hal secara makroskopis dan mikroskopis, di antaranya 8 :
• Kualitas dahak : ditemukan adanya makrofag atau leukosit > 25 LP dengan pembesaran
100x
• Ukuran sediaan : 2 x 3 cm
• Kerataan : Sediaan tampak rata atau tidak terkelupas
• Ketebalan sediaan : seluruh bagian sediaan dapat dilihat dengan jelas pada setiap lapang
pandang
• Kualitas pewarnaan : BTA dan latar belakang dapat dibedakan dengan jelas
• Kebersihan sediaan : adanya sisa zat warna, kotoran harus dihindarkan agar tidak
mengganggu pembacaan
Dari hasil praktikum, didapatkan hasil interpretasi positif 3, hal ini sesuai dengan
ketentuan interpretasi dari pemeriksaan BTA yaitu hasil dilihat dibawah lensa objektif
100x (+ minyak emersi), serta intepretasi BTA (quantitative report) menurut Kemenkes /
Union Against Tuberculosis and Lung Diseases ( IUATLD ) : 8

1. Tidak ada BTA : 0 / 100 LP

2. Meragukan : 1-9/100 LP

3. Positif 1: terdapat 10-99 BTA per 100 Lapang Pandang

4. Positif 2: terdapat 1-10 BTA per Lapang Pandang

5. Positif 3: >10 BTA dalam 1 LP, periksa minimal 20 LP

Kualitassputum dan pewarnaan yang telah dilakukan tergolong cukup, Hasil


tampakan mikroskopis jelas tidak terlalu tebal ataupun tipis, Nampak juga sel leukosit
(ditemukan lebih dari 25 per LPB) dan beberapa sel epitel, serta terlihat pula adanya
bakteri lain dalam specimen dan terwarnai biru namun tidak dominan.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil, dapat disimpulkan bahwa specimen sputum yang diperiksa positif 3
BTA dan terdiagnosis klinis TB Paru. Bakteri tersebut dapat mempertahankan asam karena
warna fuchsin tidak lepas pada pencucian dengan asam alkohol. Sedangkan pada bakteri tidak
tahan asam, Warna fuchsin akan luntur dan mengambil warna biru dari pewarna tanding
methylene blue.
DAFTAR PUSTAKA

1. Waluyo. Buku Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. UMM :Malang. 2010.


2. Gupte, S. Mikrobiologi Dasar. Binarupa Aksara: Jakarta. 1990.
3. Syahrurachman, Agus. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa
Aksara: Jakarta. 1994.
4. Lay, W. B. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada: Jakarta. 1994.
5. Dwidjoseputro,D. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan; 2005.
6. Ball, A.S. Bacterial Cell Culture : Essential Data. New York : John Wiley & Sons. 1997.
7. Willar SO, Porotu’o J, dan Waworuntu O. Hasil diagnostik Mycobacterium tuberculosis
pada penderita batuk ≥2 minggu dengan pewarnaan Ziehl Neelsen di Puskesmas Bailang
dan Puskesmas Bengkol Manado. J e-Biomedik. 2016; 4(2).
8. Bagian Mikrobiologi. Buku panduan pemeriksaan sputum. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin; 2017.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai