PEMICU 4
MODUL PENGINDERAAN
KELOMPOK 6
1. Rosa I1011161001
2. Muhammad Ibnu Nazari I1011161009
3. Raditia Tri Prasetyo I1011161012
4. Rachel Dhea Aprila I1011161020
5. Erica Sugandi I1011161029
6. Hesti Ratna Pratiwi I1011161023
7. Willy Sanjaya I1011161031
8. Florentina Vina I1011161043
9. Indah Ayu Putri I1011161046
10. Dede Apreli I1011161062
11. Solideo Gloria Tering I1011161068
12. Novta Rouli Sihombing I1011161071
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pemicu
Seorang perempuan 22 tahun mengeluhkan bersin-bersin yang tak kunjung
sembuh. Keluhan dirasakan sejak 2 tahun lalu, hampir tiap malam dan pagi selalu
bersin-bersin (terutama beberapa bulan terakhir bisa 4-5 kali seminggu). Bersin
seringkali beruntun lebih dari 5 kali, dan disertai hidung terasa gatal dan pilek encer
jernih, kadang juga tersumbat. Keluhan berkurang menjelang siang, namun
beberapa kali bahkan menetap sepanjang hari dan hal ini dirasakan sangat
mengganggu aktivitasnnya sehari-hari hingga oasien berobat dan umumnya
keluhan berkurang, tetapi kemudian dapat kambuh kembali. Keluhan juga disertai
gangguan penghidu seminggu serta pilek, hidung tersumbat dan gangguan
penghidu.
Perempuan, 22 tahun
Terpapar alergen
Debu -> Stimulus tinggi di pagi hari
Suhu -> Suhu lebhi rendah pada pagi dan malam hari
Reaksi hipersensitivitas
Gangguan penghidu
DD
Rhinitis Alergi
Rhinitis Vasomotor
1.6 Hipotesis
Perempuan 22 tahun mengalami rhinitis alergi persisten
1.7 Pertanyaan Diskusi
1. Hidung
a. Anatomi
b. Fisiologi
c. Histologi
d. Jaras-jaras
2. Rhinitis Alergi
a. Definisi
b. Epidemiologi
c. Etiologi
d. Patofisiologi
e. Klasifikasi
f. Faktor Risiko
g. Manifestasi Klinis
h. Diagnosis
i. Tatalaksana
j. Komplikasi
k. Prognosis
l. Edukasi
3. Rhinitis Vasomotor
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Pmanifestasi Klinis
e. Diagnosis
f. Tatalaksana
4. Fisiologi Bersin
5. Patofisiologi
a. Hidung terasa gatal
b. Pilek encer jernih
c. Hidung tersumbat
d. Gangguan penghidu
6. Mengapa pasien bisa bersin beruntun > 5x?
7. Mengapa keluhan muncul setelah pasien berusia 20 tahun?
8. Mengapa keluhan muncul terutama pada pagi hari dan malam hari?
9. Pemeriksaan fisik pada hidung
10. Mengapa keluhan pasien kambuh lagi setelah berobat?
11. Perbedaan suhu dan konsentrasi debu berapakah yang memicu keluhan?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hidung
a. Anatomi
Berdasarkan struktur anatominya, hidung dibagi menjadi hidung
luar dan hidung dalam. Hidung luar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1)
Kubah tulang, merupakan bagian yang paling atas yang tak dapat
digerakkan, 2) Kubah kartilago, merupakan bagian dibawah kubah tulang
yang dapat digerakkan, 3) Lobulus hidung, bagian yang paling bawah dan
mudah digerakkan. Kubah kartilago dibentuk oleh kartilago lateralis
supperior yang saling berfusi di garis tengah serta berfusi pula dengan tepi
atas kartilago septum kuadrangularis. Bentuk dari sepertiga lobulus hidung
dipertahankan oleh kartilago lateralis inferior. Lobulus menutupi
vestibulum nasi dan dibatasi di sebelah medial oleh kolumela, di lateral ala
nasi, dan anterosuperior oleh ujung hidung. Mobilitas lobulus hidung
penting untuk ekspresi wajah, gerakan mengendus, dan bersin.
KESIMPULAN
1.1 Kesimpulan
Perempuan 22 tahun mengalami rhinitis alergi persisten
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams GL, Boies LR, Higler PA, editors. Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2014.
2. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. 6th ed. Jakarta: EGC;. 2012.
3. Mescher, A. L. Junqueira's Basic Histology: Text and Atlas. Mcgraw-hill,
2013.
4. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology. Ed ke-12.
USA: John Wiley & Sons. 2009.
5. Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Ed ke-11. Philadelphia:
Saunders Elsevier. 2006
6. Rafi, M., Adnan, A., dan Masdar, H. Gambaran Rinitis Alergi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2013-2014. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Kedokteran, 2015; 2(1):1-11.
7. Adams GL, Boies LR, Higler PA(2012). Boies : Buku ajar penyakit
THT. Jakarta :EGC
8. Sumarman I. Patofisiologi dan prosedrn diagnostik rinitis alergi. disampaikan
pada simposium current &. Future Approach in The Treatmer.t of Allergic R-
initjs, Jakarta 2001: l-24.
9. Irawati N. Panduan Penatalaksanaan Terkini Rinitis Alergi, Dalam :
Kumpulan Makalah Simposium “Current Opinion In Allergy andClinical
Immunology”, Divisi Alergi- Imunologi Klinik FK UI/RSUPN-CM,
Jakarta. 2002: 55-65.
10. ARIA -World Healt h organisation init iative, allergic rhinitis and its impact on
asthma. J allergy clinical immunology : S147-S276.
11. Becker W, Naumann HH, Pfaltz CR. Clinical Aspects of Diseases of the
Nose, Sinuses, and Faces, In : Buckingham RA, ed, Ear, Nose, and Throat
Diseases, A pocket Reference, Second revised edition , Thieme Medical
Publishers Inc, New York, 1994, pp.208-10
12. Carren, J. Allergic Rhinitis : Treating The Adult J. Allergyclin. 2000;105
13. Bousquet J. cauwenberge P. Khaltaev N, Bachert c, Durham sR, Lund v,
Mygind N dkk. Who initiative allergic rhinitis and its impact on asthma (
ARLA) 2000: t-132
14. Fireman P. H:erapeutis arproach to allergic rhinitis: treating the child. J. allergy
clin.immuno. 2000 :1 05;S Gt6-21.
15. Akib MP. Perjalanan alamiah penyakit alergi dan upaya pencegahannya.
Dalam : Akib MP, Tumbelaka AR, Matondang cs. ( Editor ). pendekatan
imunologis berbagai penyakit alergi - infeksi. Naskah Lengkap pKB IKA
XLIV Jakarta. Balai Penerbit FKUI 2001 :t t7 - 29.
16. Ghanie, A. Penatalaksaan Rhinitis Alergi Terkini. 2010. [Ciitized 28 February
2019 http://eprints.unsri.ac.id/id/eprint/876]
17. Sibuea, SM. Suprihati, S. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Rinosinusitis Pada Penderita Rinitis Alergi . Doctoral dissertation, Faculty of
Medicine University Diponegoro. 2013.
18. Brozek JL. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) guidelines-2016
revision. 2017.
19. Greiner AN, Hellings PW, Rotiroti G, Scadding GK. Allergic rhinitis. Lancet.
2011;378(9809):2112-22. DOI: 10.1016/S0140-6736(11)60130-X.
20. Elise K. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar, Ed. Buku
Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI. 1997. h.
107 – 8.
21. Amin, H; Sief, EI; Badee, S; Mohammed, T and Kadah, S. A Deeper View in
the Pathogenesis of Vasomotor Rhinitis. J Am Sci, 2013; 9(10): 115-9.
22. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Telinga, Hidung,
Tenggorok Kepala dan Leher. Edisi Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI;
2014.
23. Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,
Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
1997. h. 107 – 8.
24. Cody DTR, Kern EB, Pearson BW. Penyakit Telinga, Hidung dan
Tenggorokan, EGC, Jakarta, 1986, h. 183 – 8.
25. Bernstein JM. Peran Hipersensitivitas Dengan Perantaraan Ig E Pada Otitis
Media dan Rinitis. Dalam : Ballenger JJ, Ed.Penyakit THT Kepala & Leher,
Jilid 1, Edisi ke –13. Jakarta : Binarupa Aksara, 1994 . h. 176 – 9.
26. Becker W, Naumann H H, Pfaltz C R. Ear, Nose, and Throat Diseases A
Pocket Reference. 2nd ed. New York : Thieme Medical Publishers Inc, 1994.
p. 210-3.
27. Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,
Ed. Buku ajar ilmu penyakit THT. Edisi ke-3. Balai Penerbit FK UI, Jakarta;
1997. h. 107 – 8.
28. Elise Kasakeyan. Rinitis Vasomotor. Dalam : Soepardi EA, Nurbaiti Iskandar,
Ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FK UI,
1997.
29. Kopke RD, Jackson RL. Rhinitis. Dalam : Byron J, Bailey JB,Ed.
Otolaryngology Head and Neck Surgery. Philadelphia: Lippincott Comp,
1993.p. 269 – 87.
30. Jones AS. Intrinsic rhinitis. Dalam : Mackay IS, Bull TR, Ed. Rhinology. Scott-
Brown’s Otolaryngology. 6th ed. London : Butterworth-Heinemann, 1997.
31. Groves J, Gray RF. A Synopsis of Otolaryngology. 4th ed. Great Britain : John
Wright & Sons Ltd, 1985
32. Muluk, Abdul. Pertahanan saluran nafas. Majalah Kesehatan Nusantara. 2009
; 42(1) : 55-58.
33. Sumarman I. Patofisiologi dan Prosedur Diagnostik Rinitis Alergi. Current &
Future Approach in The Treatmennt of Allergic Rhinitis. Jakarta. 2001: 1-24.
34. Fireman P. H:erapeutis Arproach to Allergic Rhinitis: Treating The child. J.
Allergy Clin.Immuno. 2000
35. Wigiyatmi, Ratna Setyo. Efek Terapi Vaksinasi BCG Terhadap Perubahan
Kadar IgG Total Dan Perbaikan Gejala Klinik Pada Rinitis Alergi. PhD Thesis.
Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. 206.
36. Mantu, Billy G.; Wahongan, Greta J.; Bernadus, Janno B. Hubungan
Kepadatan Tungau Debu Rumah Dengan Derajat Rinitis Alergi. Jurnal E-
Biomedik, 2016, 4.1.
37. Wicaksana, Dhaniel Abdi; Suheryanto, Rus; Maharani, Iriana. Peran β-glucan
dalam diagnosis rinosinusitis kronik jamur. Oto Rhino Laryngologica
Indonesiana, 2018, 48.1: 34-45.
38. Raviv JR, Kern RC. Chronic Rhinosinusitis and olfactory dysfunction. Dalam:
Hummel T, Lussen AW. Taste and smell. Vol 63. Switzerland: Karger; 2006
39. Wrobel BB, Leopold DA. Olfactory and sensory attributes of the nose.
Otolaryngol Clin N Am 2005;38(6):1163-70.
40. Rafi, M., Adnan, A., dan Masdar, H. Gambaran Rinitis Alergi pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan 2013-2014. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Kedokteran, 2015; 2(1):1-11.
41. Fitria, N. Description of Particulate Matter2, 5 with Library Worker’s Health
Complaint in Campus B Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, 2016; 8(2), 206-18.
42. Selvianti and Pawarti, DR. Anti Imunoglobulin E (Omalizumab) Pada Terapi
Rinitis Alergi. Jurnal THT-KL, 2009; 2(2):95-105.
43. Sheikh J. Allergic Rhinitis [Internet]. [updated on 26 December 2018; cited on
1 March 2019]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/134825-overview#a1.
44. Informed Health Online [Internet]. Dust mite allergies: Overview. Cologne,
Germany: Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006.
[updated on 2017 Jul 13]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK447098/
45. American College of Allergy, Asthma & Immunology [Internet]. Why do my
allergies only seem to bother me in the morning? 2014. [Cited on 28/2/2019].
Available from https://acaai.org/resources/connect/ask-allergist/why-do-my-
allergies-only-seem-bother-me-morning
46. Irwan AG, Sugianto. Atlas Berwarna Teknik Pemeriksaan Kelainan Telinga
Hidung Tenggorok. Jakarta: EGC; 2007.
47. Cauwenberge PV, Bachert C, Passalaqua GJ, Durham SR, Mygind N, scadding
GK. consensus statement en The Treatment of Allergic Rhinitis. Allergy
2000:55;1t6
48. Arjani, I.A.M.S. Kualitas Udara dalam Ruang Kerja. Jurnal Skala Husada.
2011.:8(2).
49. Mukono, J. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan Saluran
Pernapasan. Surabaya: Airlangga University Press. 1997.