Anda di halaman 1dari 33

TUTORIAL SKENARIO 4

KELOMPOK 4
BLOK REPRODUKSI

Tutor : dr. Samuel Sigit P., Apt.

Disusun oleh :

Herlina Permata Sari 1713010027


Fadhilah Ramadhanti 1713010029
Faqih Faris Naqi 1713010032
Muhammad Farhan 1713010033
Depasha Navaulia 1713010035
Hifni Farkhan Nuradifa 1713010036
Insan Tajdid Akbar 1713010037
Jatmiko Catur Pamungkas 1713010038
Fitri Adhitia Rosalin 1713010040
Neneng Khairunisah 1713010041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020
DAFTAR ISI

SKENARIO ................................................................................................... 3

BAB I KLARIFIKASI ISTILAH................................................................... 4

BAB II IDENTIFIKASI MASALAH. .......................................................... 5

BAB III CURAH PENDAPAT ..................................................................... 6

BAB IV ANALISIS MASALAH ................................................................ 9

BAB V LEARNING OBJECTIVE............................................................... 10

BAB VI BELAJAR MANDIRI ................................................................... 11

BAB VII REPORTING................................................................................ 12

PENUTUP..................................................................................................... 31

DAFTAR PUSTAKA.... ............................................................................... 32

2
SKENARIO 4

Seorang wanita, P4A0, 40 tahun mengeluh haid lama dan banyak. Siklus
haid teratur, setiap bulan pasti haid dan biasanya maju 7 hari dari haid bulan yang
lalu. Menarche terjadi usia 12 tahun, semula lamanya haid 7-8 hari tanpa disertai
nyeri. Sejak 6 bulan terakhir lamanya haid menjadi 15-20 hari, darah banyak
bergumpal-gumpal dan disertai nyeri. Perutnya terasa tidak nyaman, seperti ada
yang mengganjal dan tampak membesar. Kadang disertai mual, muntah dan akhir-
akhir ini sering sulit biang air kecil dan buang air besar. Sudah menikah sejak 8
tahun yang lalu, sudah dikaruniai anak. Selama 8 tahun pernikahannya,
menggunakan KB suntik 3 bulanan.

Pemeriksaan fisik :

TD 120/80; N: 88x/menit; RR 20x/menit

Conjungtiva anemis, skela tidak ikterik

Abdomen : teraba massa dengan kosnsistensi padat, kenyal, batas atas 2 jari diatas
simpisis pubis, masuk panggul dan mudah digerakkan, tidak nyeri tekan

Pemeriksaan bimanual : dinding vagina licin, chadwick sign (-), hegar sign (-), OUE
tertutup, teraba massa padat, kenyal, ukuran 9x9x8 cm, jika cervik digerakkan
massa ikut bergerak, parametrium kanan kiri lemas dan tidak nyeri tekan.

Pemeriksaan laboratorium: HB 9gr/dl, AL 8000; AE: 5000, AT 180.000, CT dan


BT normal, pp test (-)

3
BAB I

KLARIFIKASI ISTILAH

1. Sklera
Lapisan terluar dari bola mata. (Eroschenko, 2010)
2. Menarche
Menarche adalah haid pertama. Haid ini biasa dipengaruhi oleh indra yang
di tangkap oleh sistem indra. Sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus,
hipofisis yang akan mengeluarkan hormon hormon menstruasi. (Manuaba,
2008)
3. Hegar sign
Konsistensi rahim yang menjadi lunak, terutama daerah isthmus uteri.
(Prawirohardjo, 2014)
4. Chadwick sign
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks. (Prawirohardjo, 2014)
5. KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan
jarak kelahiran anak yang diinginkan. Program pemerintah untuk mencegah
dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).

4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Mengapa pasien mengeluhkan haid lama dan banyak?


2. Mengapa pasien merasa nyeri saat haid?
3. Mengapa sejak 6 bulan terakhir darah haid menggumpal?
4. Apa hubungan riwayat penggunaan KB dengan keluhan?

5
BAB III

CURAH PENDAPAT

1. Mengapa pasien mengeluhkan haid lama dan banyak?

Menurut Prawirohardjo (2014), perdarahan haid dipengaruhi oleh hipofise,


ovarium dan uterus serta faktor dari luar lainnya. Maka gangguan haid dapat
berasal dari berbagai sebab. Beberapa klasifikasi gangguan haid pada masa
reproduksi:

1) Gangguan haid berdasarkan lama dan jumlah darah haid


a) Hipermenorea (menoragia), adalah perdarahan haid dengan jumlah
darah yang lebih banyak dan atau lamanya lebih lama dari normal
dari siklus yang teratur.
b) Hipomenorea, adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih
sedikit dan atau lamanya lebih pendek dari normal.
2) Gangguan haid berdasarkan siklus
a) Polimenorea, adalah siklus haid yang lebih pendek yaitu kurang dari
21 hari.
b) Oligomenorea, adalah haid dengan siklus yang lebih panjang yaitu
lebih dari 35 hari.
c) Amenorea, tidak terjadinya haid pada wanita pada kurun waktu
tertentu.
3) Gangguan perdarahan diluar siklus haid
a) Menometroragia, adalah perdarahan dalam jumlah banyak yang
berlangsung panjang atau terus menerus (Manuaba, 2008).

2. Mengapa pasien merasa nyeri saat haid?

Penyebab dismenore dibedakan, menurut klasifikasinya, wanita lebih


sering mengalami dismenore primer, sedangkan wanita dengan nyeri hebat
kemungkinan sekitar 50%. Nyeri pada dismenore primer diduga karena adanya
rangsangan oleh prostaglandin yang berasal dari kontrasksi rahim. Saat bekuan
darah atau potongan jaringan lapisan uterus melewati serviks terjadi nyeri yang

6
sangat hebat, terutama jika saluran serviknya sempit. Pertambahan usia dan
kehamilan mempengaruhi hilangnya dismenore, hal ini di duga adanya
kehilangan sebagian saraf pada akhir kehamilan yang diakibatkan oleh
kemunduran saraf uterus. Penyebab dismenore sekunder yaitu karena adanya
masalah penyakit fisik seperti endometritis, polip uteri, leiomioma, stenosis
serviks, atau Pelvis Inflamatory Disease (PID) (Nugroho, 2010).

3. Mengapa sejak 6 bulan terakhir darah haid menggumpal?

Saat kondisi haid, tubuh biasanya melepas zat anti koagulan untuk
mencegah darah menggumpal ketika dikeluarkan. Namun, saat aliran darah haid
sedang deras-derasnya, zat antikoagulan tidak dapat memproses semua darah
untuk dibekukan, maka masih ada beberapa darah yang keluar menggumpal.
(Prawirohardjo, 2014)

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi darah haid menggumpal :

a) Keguguran
b) Tanda menjelang menoupouse
c) Perubahan hormon dalam tubuh
d) Infeksi dalam rahim
e) Mioma
(Prawirohardjo, 2014)

4. Apa hubungan riwayat penggunaan KB dengan keluhan?

Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi jenis suntikan yang berisi


hormon progresteron saja. Dosis yang diberikan adalah 150 mg/ml
intramuskule setiap 12 minggu. (Baziad, Ali. 2002)

Mekanisme kerja suntik KB 3 bulan adalah mencegah ovulasi, membuat


lendir servik menjadi kental, membuat endometrium kurang baik untuk
implantasi dan mempengaruhi kecepatan transportasi ovum di dalam tuba
falopi. (Baziad, Ali. 2002)

7
Efek samping penggunaan suntik KB 3 bulan adalah :

a) Mengalami gangguan haid (amenore, spoting, menoragia)


b) BB bertambah
c) Mual
d) Sakit kepala
e) Penurunan libido
f) Vagina kering

(Baziad, Ali. 2002)

8
BAB IV

ANALISIS MASALAH

Wanita
P4A0

Pengguna KB 3
bulanan

Berisi hormone
progesteron

Hormon progesterone
terlalu banyak

Endometrium
terlalu tebal

Haid berubah Timbulnya benjolan.


Mengganjal dan tampak
membesar
Darah banyak dan
menggumpal

Metroragia

Mioma uteri Adenomiosis Kista ovarium

9
BAB V

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Jelaskan fase-fase menstruasi !


2. Jelaskan mengenai Mioma uteri mulai dari definisi hingga prognosis !
3. Jelaskan mengenai Adenomiosis !
4. Jelaskan mengenai Kista ovarium !
5. Apa saja jenis jenis KB !

10
BAB VI

BELAJAR MANDIRI

11
BAB VII

REPORTING

1. Jelaskan fase-fase menstruasi !

A. Fase Proliferasi

Fase proliferatif memiiki durasi yang cukup panjang yaitu sekitar 14


hari pada siklus 28 hari, dibagi menjadi 3 fase :

a) Fase proliferatif dini (hari ke 4 – hari ke 7)


b) Fase midproliferatif ( kira-kira hari ke 10)
c) Fase proliferatif lanjut (kira-kira hari ke 14)
(Wiknjosastro, 2011)

12
B. Fase Sekresi

Pengaruh dari hormon esrogen dan progesteron mengakibatkan


endometrium terus mengalami pertumbuhan, namun ketebalan dan struktur
relatif tetap. Aktifitas sekresi berlangsung sejak hari ke-7 pasca ovulasi.
Panjang fase sekresi kurang lebih berkisar antara 12-14 hari.
(Wiknjosastro, 2011)

C. Fase Ovulasi

Fase ovulasi berlangsung pada hari ke-14 yang disertai ovulasi.


Karena tidak ada perubahan yang cukup besar dalam 24-36 jam setelah
ovulasi, maka ovulasi dapat baru dapat diamati dengan jelas pada hari ke
16. (Wiknjosastro, 2011)

D. Fase Sekretoris

Pada hari ke-17-18 tampak jelas sekresi cairan dalam kelenjar. Pada
hari ke-22 merupakan puncak dari akifitas persiapan dinding rahim untuk
implantasi. Dan pada hari ke-24 sampai dengan hari ke- 27, sekresi pada
kelenjar mulai berkurang sehingga terjadi nekrosis dan peluruhan.
(Wiknjosastro, 2011)

E. Fase Menstruasi

Nefrosis mengakibatkan pembuluh darah pada endometrium robek


dan menghasilkan perdarahan. Perdarahan berlangsung selama 4-7 hari dan
akan terhenti karena adanya konstriksi dan trombosis sisa pembuluh yang
tidak rusak. Apabila terjadi 8 pelebaran pada pembuluh yang berada pada
dinding endometirum, darah yang keluar relatif banyak dan lebih lama.
(Wiknjosastro, 2011)

13
2. Jelaskan mengenai Mioma uteri !
A. Definisi mioma uteri

Leiomyoma adalah neoplasma otot polos yang jinak yang berasal dari
myometrium. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, leiomioma atau
pun fibroid. (Cunningham et al, 2012)

B. Etiologi mioma uteri

Penyebab myoma ini masih belum diketahui dengan pasti. Studi


glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD) mencadangkan setiap
leiomyoma bersifat uniseluler atau monoclonal. Tiada bukti menyatakan
estrogen menyebabkan myoma tetapi estrogen tetap mempunyai peran yang
mempengaruhi pertumbuhan myoma. Myoma mempunyai reseptor
estrogen yang lebih banyak dibanding pada miometrium tetapi lebih rendah
konsentrasinya dibanding di endometrium. Progesterone meningkatkan
aktivitas mitotic myoma pada wanita usia muda. Progesterone mungkin
menyebabkan pembesaran tumor dengan menurunkan apoptosis pada
tumor. Estrogen mungkin menyebabkan pembesaran tumor dengan
mempengaruhi produksi matriks ekstraseluler. Ada spekulasi bahwa
leiomyoma dengan kehamilan berhubung sinergis dengan estradiol dan
human placental lactogen (hPL). Umumnya setelah menopause, ukuran
myoma akan mengecil. (Goodwin,2007)

A. Faktor resiko mioma uteri

Hubungan antara faktor risiko pasien, risiko leiomyoma dan pengaruh


hormone (Cunningham,2012)

B. Klasifikasi mioma uteri

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :

1) Mioma Uteri Submukosa :


a. Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus,
dapat menjadi scaroma

14
b. Jenis ini di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma.
c. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan.
d. Jika punya rangka yang menonjol multicervix disebut mioma geburt.

2) Mioma Uteri Intramural


a. Diantara miometrium
b. Permukaan uterus berbenjol-benjol
c. Asimtoms (rasa tidak enak pada perut bawah)
d. Jenis ini di jumpai 54%

3) Mioma Uteri Subserosum


a. Dibawah lapisan serosa (ke lateral dinding, M. Intraepitelia)
b. Mioma bertangkai dan lepas menjadi jenis parasitic cwondering
c. Akut abdomen
d. Jenis ini di jumpai 48,2%
(Douglas et all, 2010)

Gambar 1 : Tipe-tipe myoma

C. Manifestasi klinis mioma uteri

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada


pemeriksaan ginekologik karena tumor ini besifat silent dan tidak
mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat sarang
mioma ini berada sama ada di serviks, intramural, submukosa, subserosa,

15
ukuran tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat
digolongkan sebagai berikut :

a) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,


menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang
menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

1) Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasia endometrium sampai


adeno karsinoma endometrium.
2) Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
3) Atrofi endometrium di atas mioma submukosa.
4) Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang
mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit
pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
5) Hematometra mungkin berlaku dengan adanya obstruksi pada
serviks. (DeCherney et al, 2013)

b) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena
gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis
setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang
akan dilahirkan, pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis
dapat menyebabkan juga dismenore. (DeCherney et al, 2013)

c) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri.


Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri dan masalah
frekuensi dan urgensi, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine,
pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada
rektum dapat menyebabkan konstipasi, pada pembuluh darah dan
pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri
panggul. (DeCherney et al, 2013)

16
d) Infertilitas dan abortus

Insidensi wanita dengan leiomyoma ganda dilaporkan hampir 27-


40% wanita adalah infertil. Insidensi untuk terjadinya abortus spontan
disebabkan miomektomi adalah setinggi 40%. (DeCherney et al, 2013)

D. Penegakan diagnosis mioma uteri


1) Anamnesis
a) Rasa berat di perut bagian bawah
b) Ada benjolan di perut bagian bawah
c) Gangguan siklus dan jumlah darah haid
d) Disminore
2) Pemeriksaan fisik
a) Terdapat massa padat dan kenyal
b) Permukaan massa tidak teratur (berbenjol-benjol)
c) Massa mobile
d) Tidak nyeri tekan
e) Uterus cenderung membesar
3) Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
b) USG (Ultrasonografi), didapatkan gambaran massa padat dan
homogen
c) MRI
(DeCherney et al, 2013)

E. Tatalaksana mioma uteri


1) Penatalaksanaan koservatif sebagai berikut :

a) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6

bulan

b) Anemia, Hb < 89 % tranfusi PRC

c) Pemberian zat besi

17
d) Penggunaan agonis GnRH lenprotid asetat 3,75 mg 1M pada hari 1-
3 menstruasi setiap minggu sebanyak 3 kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan
sekresi genedropin dan menciptakan keadaan hipohistrogonik yang
serupa yang ditekankan pada periode postmenopause efek
maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi dalam 12
minggu. Terapi GnRH . Ini dapat pula diberikan sebelum
pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan ,
mengurangi kehilangan darah selama pembedahan, dan dapat
mengurangi kebutuhan akan transfuse darah, namun obat ini
menimbulkan kehilangan masa tulang meningkat dan osteoporosis
pada waktu tersebut. (Prawirohardjo, 2014)

2) Penatalaksanaan operasi bila

a) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu

b) Pertumbuhan tumor ceppat

c) Mioma subserosa, bertangkai, dan torsi

d) Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya

e) Hipermenoria pada mioma submukosa

f) Penekanan pada organ sekitarnya

Operasi yang dapat dilakukan :

a) Miomektomi

b) Histerektomi

(Prawirohardjo, 2014)

18
F. Komplikasi mioma uteri
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Obstruksi saluran kemih
4) Cedera ureter
5) Kelahiran prematur
6) Kelahiran dengan operasi caecaria (DeCherney et al, 2013)

G. Prognosis mioma uteri

Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.


Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan
miometrium atau menembus endometrium, maka diharuskan SC pada
persalinan berikutnya. Mioma yang kambuh kembali setelah
miomektomi terjadi pada 15-40% pasien dan 2/3-nya memerlukan
tindakan lebih lanjut. (DeCherney et al, 2013)

19
3. Jelaskan mengenai Adenomiosis !
A. Definisi adenomyosis
Adenomiosis adalah penyakit jinak uterus yang dicirikan dengan
adanya kelenjar dan stroma endometrium ektopik dalam myometrium. Hal
ini terjadi akibat rusaknya batas antara stratum basalis endometrium dengan
miometrium sehingga kelenjar endometrium dapat menembus miometrium.
Selanjutnya, terbentuklah kelenjar intramiometrium ektopik yang dapat
menyebabkan hipertrofi & hiperplasia miometrium (difus atau local).
(Prawirohardjo, 2014)
B. Etiologi adenomiosis
1) Teori retrograde menstruasi
Disebut teori implantasi jaringan endometrium yang viable (hidup).
2) Teori transplantasi langsung
Timbul akibat invasi langsung sel endometrium dari permukaan rahim
ke dalam otot yang membentuk dinding rahim, pada saat melakukan
tindakan seperti operasi caesar (C-section) dapatn memicu invasi
langsung sel-sel endometrium ke dalam dinding rahim.
3) Kelainan perkembangan
Adenomyosis berasal dari jaringan endometrium yang terdapat di otot
rahim ketika rahim pertama kali berkembang pada saat janin.
4) Faktor Endokrin
Perkembangan dan pertumbuhan endometriosis tergantung kepada
estrogen (estrogen-dependent disorder).
(Leyendecker et al, 2006)

C. Faktor Resiko adenomyosis


Insiden adenomyosis meningkat pada wanita dengan:
1) Usia produktif
2) Menarke dini (< 10 th)
3) Riwayat keluarga
4) Siklus haid pendek
5) Menoragia

20
6) Multiparitas
7) Riwayat pembedahan uterus
8) Merokok
(Leyendecker et al, 2006)

D. Klasifikasi adenomyosis
Siegler & Camilien mengelompokkan adenomiosis berdasarkan
kedalaman penetrasi ke dalam miometrium, yaitu:
1. Derajat 1, mengenai 1/3 miometrium (Adenomiosis superfisial)
2. Derajat 2, mengenai 2/3 miometrium
3. Derajat 3, mengenai seluruh miometrium (Deep adenomyosis)
Selanjutnya adenomiosis juga dibagi berdasarkan jumlah pulau-
pulau endometrium pada pemeriksaan histologi menjadi ringan (1-3),
sedang (4-9) & berat (>10). (Leyendecker et al, 2006)

E. Gambaran klinis adenomiosis


1) Gambaran makroskopik & histologis
Adenomiosis menyebabkan pembesaran miometrium yang globuler
& kistik dengan beberapa kista yang berisi dengan extravasasi atau
hemolisis dari sel-sel darah merah & siderofag. Gambaran mikroskopis
adenomiosis dikelilingi secara melingkar oleh sel-sel otot polos yang
hipertrofi (collar) sehingga adenomiosis fokal terlihat > 2 mm lebih
dalam dari miometrium atau lebih dari 1 lapangan pandang dengan
pembesaran 10X dari endomyometrial junction. Adenomiosis (difus)
berbeda dengan adenomioma. Adenomioma biasanya melingkar,
agregasi noduler otot polos, jaringan endometrium dan biasanya dengan
stroma endometrium. Lokasi adenomioma bisa di dalam miometrium
atau tumbuh sebagai polip, 2% polip endometrium merupakan
adenomioma. (Peric, 2006)

21
2) Manifestasi klinis
Tidak ada gejala yang patognomonis untuk adenomiosis sehingga
menyebabkan rendahnya tingkat akurasi diagnosisi preoperatif. Dalam
sebuah studi dimana telah ditegakkan diagnosis patologis adenomiosis
yang dibuat dari specimen histerektomi, 35% penderitanya tidak
memiliki gejala yang khas. Gejala adenomiosis yang umum yaitu
menorragia, dismenorea dan pembesaran uterus. Gejala seperti ini juga
umum terjadi pada kelainan ginekologis yang lain. Gejala lain yang
jarang terjadi yaitu dispareunia & nyeri pelvis yang kronis atau terus-
menerus. (Peric, 2006)

F. Tatalaksana adenomyosis
Penanganan kasus dengan dilakukan reseksi adenomiosis melalui
laparotomi, prabedah pasien disuntik goserelin asetat (Zoladex) 3,6 mg
subkutan 4 minggu sebelumnya. Tindakan reseksi adenomiosis dikerjakan
pada minggu ke-5. Pascabedah, suntikan goserelin asetat dilanjutkan lagi
sebanyak 2 kali setiap 4 minggu. (Leyendecker et al, 2006)

22
4. Jelaskan mengenai Kista ovarium !
A. Definisi kista ovarium

Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (kista indung
telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak
di indung telur (ovarium). Kista indung telur dapat terbentuk kapan saja.
(Setyorini, 2014)

B. Etiologi

Penyebab terjadinya kista ovarium yaitu terjadinya gangguan


pembentukan hormon pada hipotalamus, hipofise, atau ovarium itu sendiri.
Kista ovarium timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus
menstruasi. (Wiknjosastro, 2011)

C. Faktor resiko kista ovarium


Ada beberapa faktor risiko yang diduga berperan dalam
pembentukan kista ovarium :
1) Pengobatan infertilitas
Pasien yang sedang diobati untuk infertilitas dengan induksi ovulasi
dengan gonadotropin atau bahan lainnya, seperti clomiphene citrate atau
letrozole, dapat membentuk kista ovary sebagai bagian dari ovarian
hyperstimulation syndrome.
2) Tamoxifen
Tamoxifen dapat mengakibatkan kista ovari benigna fungsional
yang biasanya timbul setelah penghentian terapi.
3) Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester
kedua saat kadar hCG tertinggi.
4) Hypothyroidism
Karena kemiripan antara subunit alpha thyroid-stimulating hormone
(TSH) dan hCG, hipotirodisme dapat menstimulasi pertumbuhan kista
ovarii.

23
5) Gonadotropin maternal
Efek transplasental dari gonadotropin maternal dapat menyebabkan
pembentukan dari kista ovarii neonatal dan fetal.
6) Merokok
Risiko kista ovarii fungsional meningkat dengan merokok; resiko
dari merokok mungkin meningkat lebih jauh dengan penurunan indeks
massa tubuh (IMT)
7) Ligasi tuba
Kista fungsional telah dihubungkan dengan sterilisasi ligasi tuba
(Cunningham et al, 2012)
D. Klasifikasi kista ovarium
Tumor-tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan non neoplastik.
1) Tumor neoplastik : tumor jinak dan ganas , Kista ovarium Neoplasti
Jinak, Kistoma Ovari Simpleks, Kistadenoma Ovarii Serosum,
Kistadenoma Ovarii Musinosum, Kista Endometroid, Kista Dermoid
2) Tumor non neoplastik /jinak: tumor kistik dan solid
a. Tumor Akibat Radang
b. Kista Folikel
c. Kista Korpus Lutein
d. Kista Teka Lutein
e. Kista Inklusi Germinal
f. Kista Endometrium

(Douglas et al, 2010)

E. Manifestasi klinis kista ovarium


1) Kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki
gejala. Namun kadang – kadang kista dapat menyebabkan beberapa
masalah seperti :
a) Bermasalah dalam pengeluaran urin secara komplit
b) Nyeri selama hubungan seksual

24
c) Masa di perut bagian bawah dan biasanya bagian – bagian
organ tubuh lainnya sudah terkena.
d) Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
e) Wanita post monopouse : nyeri pada daerah pelvik, disuria,
konstipasi atau diare, obstruksi usus dan asietas.
(Wiknjosastro, 2011)

F. Penegakan diagnosis kista ovarium

Diagnosis kista ovarium dapat ditegakkan melalui pemeriksaan


fisik.Namun biasanya sangat sulit untuk menemukan kista melalui
pemeriksaan fisik.Maka kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang untuk
mendiagnosis kista ovarium. Pemeriksaan yang umum digunakan adalah :

1) Ultrasonografi (USG)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a) Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval)
dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan
di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari
dinding depannya.
b) Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler
(bersepta-septa).
c) Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal
echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.
(Wiknjosastro, 2011)

25
2) Pemeriksaan Lab

Pemeriksaan lab dapat berguna sebagai screening maupun diagnosis


apakah tumor tersebut bersifat jinak atau ganas.Berikut pemeriksaan
yang umum dilakukan untuk mendiagnosis kista ovarium.

a) Pemeriksaan Beta-HCG → Pemeriksaan ini digunakan untuk


screening awal apakah wanita tersebut hamil atau tidak.
Pemeriksaan ini dapat menyingkirkan kemungkinan kehamilan
ektopik.
b) Pemeriksaan Darah Lengkap → Untuk sebuah penyakit keganasan,
dapat diperkirakan melalui LED. Parameter lain seperti leukosit,
HB, HT juga dapat membantu pemeriksa menilai keadaan pasien.
c) Urinalisis → Urinalisis penting untuk mencari apakah ada
kemungkinan lain, baik batu saluran kemih, atau infeksi dan untuk
menyingkirkan diagnosis banding.
d) Pemeriksaan Tumor Marker → Tumor marker spesifik pada
keganasan ovarium adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa,
namun CEA kurang spesifik karena marker ini juga mewakili
keganasan kolorektal, uterus dan ovarium.
(Wiknjosastro, 2011)

3) Pemeriksaan Patologi Anatomi

Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan


dari tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama
dengan proses operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa
dibawah mikroskop. (Wiknjosastro, 2011)

26
G. Tatalaksana kista ovarium

Prinsip dari penatalaksanaan kista ovarium yaitu , pada tumor


ovarium yang bersifat neoplastik memerlukan terapi operasi (surgical
therapy) , sedangkan pada tumor ovarium non neoplastik tidak. (Rose et al,
2004)

Jika tumor ovarium tidak memberikan keluhan/gejala pada pasien


dan besarnya tidak melebihi 5 cm (diameter) , besar kemungkinan tumor
tersebut merupakan kista folikel atau kista korpus luteum yang dapat
mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang dalam kurun waktu
2-3 bulan, jika selama waktu observasi terdapat peningkatan dalam
pertumbuhan tumor tersebut , maka tumor tersebut dapat dikategorikan
sebagai tumor neoplastik dan dapat segera untuk dilakukan tindakan
operatif. (Rose et al, 2004)

Tindakan operatif pada tumor ovarium neoplastik tanpa keganasan


dilakukan dengan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor ,
akan tetapi jika tumor ganas/semakin besar ataupun terdapat komplikasi
maka dilakukan pengangkatan ovarium. Jika keganasan tumor mencapai
uterus tindakan operasi untuk keganasan ini yaitu dengan dilakukan
pengangkatan atau histerektomi dan salphyngooforektomi bilateral.

(Rose et al, 2004)

H. Komplikasi kista ovarium


Komplikasi kista ovarium adalah :
1) Perdarahan kedalam kista, biasanya terjadi secara terus-menerus dan
sedikit-sedikit yang dapat menyebabkan pembesaran kista dan
menimbulkan kondisi kurang darah (anemia).
2) Putaran tangkai, dapat terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5
cm atau lebih. Putaran tangkai menyebabkan gangguan sirkulasi akut
sehingga mengalami nekrosis.

27
3) Robek dinding kista, terjadi pada torsi tangkai akan tetapi dapat pula
sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut, dan lebih
sering pada waktu persetubuhan.
4) Perubahan keganasan atau infeksi (merah, panas, bengkak, dan nyeri).
5) Gejala penekanan tumor fibroid bisa menimbulkan keluhan buang air
besar (konstipasi).
(Yatim, 2015)
J. Prognosis kista ovarium

Prognosis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak tersebut dapat
tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral. Apabila
sujdah dilakukan operasi, angka kejadian kista berulang cukup kecil yaitu
13%. (DeCherney et al, 2013)

Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan


dengan stadium saat terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan
ini sering ditemukan sudah dalam stadium akhir. (DeCherney et al, 2013)

Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%. Tumor sel


granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangkan karsinoma sel
skuamosa yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang
buruk. (DeCherney et al, 2013)

5. Apa saja jenis jenis KB !


a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2
yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi
dengan alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir
Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan
antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi
sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan spermisida
(Handayani, 2010).

28
b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada
dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon
progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan suntikan/injeksi.
Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron terdapat pada pil,
suntik dan implant (Handayani, 2010).
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR yang mengandung
hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert (Alza-T
dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.
d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2
macam yaitu Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria
(MOP). MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering
dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi (Handayani, 2010).

29
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam skenario seorang wanita 40 tahun telah 4 kali melahirkan dan tidak ada
riwayat abortus, mengeluh haid lama dan banyak. Sebelumnya siklus haid teratur,
Lama perdarahan pada menstruasi bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tapi 2-9 hari
masih dianggap fisiologis. Menstruasi dijadikan penanda bahwa seorang
perempuan telah mengalami masa pubertas atau mulainya masa seksual dewasa.
Menstruasi disebabkan oleh berkurangnya estrogen dan progesterone secara tiba -
tiba, terutama progesterone pada akhir siklus ovarium bulanan. Dengan mekanisme
yang ditimbulkan oleh kedua hormon diatas terhadap sel endometrium, maka
lapisan endometrium yang nekrotik dapat dikeluarkan disertai dengan perdarahan
yang normal. Pasien mengeluh menoragia yaitu perdarahan lebih banyak dari
normal lebih dari 8 hari. Kelainan lain dalam jumlah menstruasi yaitu
hipermenorea dan hipomenorea, sedangkan gangguan pada siklus mencakup
polimenorea, oligomenorea dan amenorea. Etiologinya gangguan siklus menstruasi
juga dapat karena adanya gangguan anatomi misal, mioma uteri, polip, hyperplasia
endometrium.

Menarche terjadi usia 12 tahun berhubungan untuk mengetahui adanya faktor


risiko terjadinya tumor atau tidak karena semakin cepat menarche menunjukan
bahwa uterus terpapar estrogen cukup dini dan lama sehingga meningkatkan factor
risiko terjadinya tumor. Sejak 6 bulan terakhir lamanya haid menjadi 15-20 karena
adanya perubahan hormon estrogen yang tinggi dan merangsang uterus untuk terus
berproliferasi sehingga terjadi perkembangan berlebih dari endometrium dan siklus
haid akan semakin panjang dengan jumlah yang banyak, darah banyak bergumpal
- gumpal dan disertai nyeri. Keluhan pasien lainnya juga mengarah terhadap mioma
karena ada keluhan pembesaran perut dan adanya keluhan buang air besar dan kecil.
Tetapi harus di tegakkan dengan tepat menggunakan pemeriksaan penunjang lain
seperti USG dan MRI.

30
Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang berada di lapisan myometrium
uterus. Dikenal juga dengan sebutan fibromioma, leiomioma atau pun fibroid.
Diagnosis lain yang mungkin ada sesuai dengan keluhan pasien adalah adenomiosis
dan kista. Penegakan diagnosis harus melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
penunjang. Pada mioma kehamilan seharusnya akan terjadi perbaikan sendiri akibat
menurunnya hormone estrogen dan hormone lainnya dalam tubuh, akan tetapi di
skenario sudah berlangsung kronik yaitu selama 5 bulan maka mioma uteri dapat
ditegakkan. Dan tentunya menggunakan pemeriksaan penunjang. Penggunaan
suntik KB pada skenario yang di jelaskan tidak berpengaruh pada mioma uteri,
karena kerja suntik KB seharusnya menekan aktivitas estrogen menggunakan
progesterone yang harusnya menurunkan kejadian mioma uteri.

Saran

a. Mahasiswa berusaha lebih kritis lagi dalam kegiatan tutorial.


b. Mahasiswa dapat lebih menguasai materi dan dapat menyampaikan materi
dengan lancar.
c. Mengetahui dan memahami semua Learning Objectif yang diberikan dan akan
dipresentasikan.

31
DAFTAR PUSTAKA

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono,
Prawirohardjo.

Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD.
2012. Obstetri Williams Edisi ke-21 Vol. 2. Jakarta: ECG.

DeCherney A, Nathan L, Laufer N, Roman A. 2013. Leiomyomas of the cervix in


Current Diagnosis and Treatment Obstetrics & Gynecology, 11th edition,
Mc Graw Hill.

Douglas L Laube, et al. 2010. Uterine Leiomyoma and Neoplasia in Obstetrics and
Gynecology. 6th ed, Wolters Kluwer Health, The American College of
Obstetricians and Gynecologist. Philadephia

Eroschenko VP. 2010. Atlas Histologi diFiore dengan Korelasi Fungsional Edisi
11. Jakarta: EGC.
Goodwin T.M., Laufer, N. 2007. Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and
Gynecology. United States of America : McGraw-Hill.

Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Leyendecker G, Kunz G, et al. Adenomiosis and reproduction. Best Practice &


Research Clinical Obstetrics and Gynaecology. 2006; 20: 523-546.

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita.


Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Peric H, Fraser IS. 2006. The symptomatology of adenomyosis. Best Practice &
Research Clinical Obstetrics and Gynaecology.; 20: 547-555.

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: BPSP.

32
Rose PG, Nerenstone S, Brady MF, Clarke-Pearson D, Olt G , Rubin SC. 2004.
Secondary Surgical Cytoreduction for Advanced Ovarian Carcinoma.
New England Journal Med. 351(24):2489-97.

Setyorini, Aniek. 2014. Kesehatan Reproduksi & Pelayanan Keluarga Berencana.


Bogor: IN MEDIA.

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba.


Medika

Wiknjosastro, H. 2011. Ilmu Kebidanan. Edisi Pertama. Jakarta: Penerbit Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Yatim, Faisal. 2015. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim Serta Gangguan Lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

33

Anda mungkin juga menyukai