TINJAUAN PUSTAKA
4
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
yang stabil selama bertahun-tahun dan dianggap permanen dan
ireversibel.(12)
Tinnitus diklasifikasikan menjadi dua yaitu, subjektif dan objektif.
Tinnitus objektif merupakan gangguan yang jarang terjadi. Dengungan yang
timbul pada tinnitus objektif berasal dari adanya aliran turbulensi arteri
carotis dan vena jugularis atau dikarenakan adanya tumor di telinga tengah.
Sedangkan, tinnitus subjektif merupakan tinnitus yang paling umum terjadi.
Dengungan yang timbul pada tinnitus subjektif berasal dari gangguan
sensorineural yang disebabkan oleh trauma akustik, infeksi, obstruksi tuba,
dan obat-obatan tertentu.(13)
5
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
2.1.3 Karakteristik Diagnosis
Untuk penegakan diagnosis tinnitus cukup dengan menggunakan
kuisioner Tinnitus Handicap Inventory dengan dasar tinnitus merupakan
suatu gejala bukan penyakit. Dengan menggunakan kuisioner THI dapat
menilai kualitas hidup pasien. Dari kuesioner THI dapat diklasifikasikan
hasil berdasarkan derajatnya, 0-16 : Sedikit atau tidak ada cacat (Grade 1),
18-36: Cacat ringan (Grade 2), 38-56: Cacat sedang (Grade 3), 58-76: Cacat
parah (Grade 4), 78-100: Kecacatan Bencana (Grade 5).(16)
6
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
inkus, dan stapes. Tulang pertama maleus, melekat ke membran timpani dan
tulang terakhir stapes melekat ke jendela oval (pintu masuk ke dalam koklea
yang berisi cairan).
Pada telinga dalam terdapat koklea yang berukuran sebesar kacang
polong dan mirip siput bagian dari pendengaran telinga dalam. Koklea dibagi
menjadi tiga kompartemen longitudinal berisi cairan. Duktus koklearis yang
buntu yang disebut skala media, membentuk terowongan di sepanjang bagian
kompartemen tengah koklea yang berisi cairan endolimfe. Kompartemen atas
skala vestibuli dan kompartemen bawah skala timpani. Skala vestibuli dan
timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe. Bagian luar dari ujung
duktus koklearis tempat cairan kompartemen atas dan bawah berhubungan
disebut helikoterma. Skala vestibuli dipisahkan dari telinga tengah oleh
jendela oval yaitu tempat lekatnya stapes. Skala timpani dipisahkan dari
telinga tengah oleh membran jendela bundar. Membran vestibularis yang tipis
membentuk atap dari duktus koklearis sehingga terpisah dari skala vestibule.
Membran basilaris membentuk lantai duktus koklearis memisahkannya dari
skala timpani. Membran basilaris ini sangat penting karna mengandung organ
corti.(17)
7
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
sebagai mekanoreseptor yang mengubah suara menjadi impuls listrik dan
dikirim ke korteks auditorius lobus temporalis kemudian diterjemahkan
menjadi suara yang kita kenali.(17)
2.1.7 Bising
Polusi suara atau bising adalah suara tidak menyenangkan yang
diciptakan oleh orang atau mesin yang dapat mengganggu, dan atau
menyakitkan secara fisik.(19)
Sumber bising dapat berasal dari tempat kerja maupun diluar tempat
kerja. Sumber bising di tempat kerja diantaranya adalah suara mesin, benturan
antara alat kerja contohnya memalu, industri yang memproses gas. Sumber
bunyi di luar tempat kerja antara lain mendengar musik dengan earphone,
menghadiri acara konser, dll.(3,20)
2.1.7.1. Jenis-jenis kebisingan
1. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi yang luas (wide
band noise),misalnya mesin, kipas angin, dan lain-lain
8
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
2. Kebisingan kontinu dengan spektrum frekuensi sempit (narrow
band noise), misalnya gergaji, katup gas, dll.
3. Kebisingan terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas dan
suara pesawat terbang di bandara.
4. Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), misalnya pukulan
tukul , tembakan meriam dan ledakan.
5. Kesibisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.(4)
5. Tinitus
Merupakan pertanda awal gangguan pendengaran dengan
gejala mendengar suara dengungan pada saat hening atau
istirahat.(14)
9
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
2.1.8. Nilai Ambang Batas
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.
PER 13/MEN/X/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisik dan faktor kimia
di tempat kerja tentang Nilai Ambang Batas yang dapat diterima tenaga kerja
tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan
sehari-hari tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu dangan Nilai
Ambang Batas (NAB) kebisingan yang ditetapkan sebesar 85 DB. Berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No.13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang
Batas Di Tempat Kerja yaitu sebagai berikut:(21)
10
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
Tabel 1.Nilai Ambang Batas Bising
11
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
Menurut Annick G et al, tinnitus sering juga terjadi pada usia produktif,
dalam hal ini karena seringnya anak pada usia produktif berkunjung ke diskotik
dan terpajan bising dengan intensitas >105dB. Pajanan bising yang terus-
terusan dari usia muda dapat berefek rentannya kerusakan telinga dalam yang
dapat berlanjut menjadi gangguan pendengaran sehingga berdampak pada
kualitas hidup(5).
Pada penelitian (Engdahl B,et al) menyatakan tinnitus berhubungan dengan
risiko pekerjaan dengan bukti dari Nord-Trondelag Hearing Loss Study
(NTHLS) banyaknya kejadian tinnitus dilaporkan sendiri disebabkan oleh
bising akibat kerja dengan pajanan bising >15 jam per minggu(7). Terdapat hasil
penelitian dari tiga puluh juta pekerja yang terpajan bising rata-rata 8-9 jam
dengan intensitas >85dB diperkirakan sembilan juta pekerja menderita
gangguan pendengaran(22).
Menurut penelitian Ralli M et al, kebisingan di tempat kerja
merupakan faktor resiko terpenting dari gangguan pendengaran, terdapat data
16% anak usia muda di seluruh dunia menderita gangguan pendengaran akibat
bising di tempat kerja. Pajanan bising dengan intensitas tinggi dan
berkelanjutan dapat memicu rusaknya sel rambut dalam dan luar pada organ
korti. Sudah banyak penelitian mendapatkan pasien tinnitus disebabkan oleh
pajanan bising di tempat kerja dengan jangka waktu yang lama(23).
WHO sendiri juga memberi patokan sepuluh tahun dimana bila seorang
pekerja terpajan bising lebih dari sepuluh tahun maka diduga pekerja itu
memiliki resiko yang besar untuk mengalami GPAB(24)
12
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
2.2 Ringkasan Tinjauan Pustaka
Tabel 2. Ringkasan Pustaka
Nama Penelitii Lokasi Desain Subjek Variabel Waktu Hasil
yang diteliti Penelitian
Boger ME, Brazil Cross- Pekerja Lama Hasil penelitian ini menunjukkan
et al sectional usia 18- pajanan gangguan pendengaran berhubungan
65 tahun bising dan dengan durasi lamanya pajanan
gangguan bising, dari tiga puluh juta pekerja
pendengaran yang terpajan bising rata-rata 8-9 jam
dengan intensitas >85dB diperkirakan
sembilan juta pekerja menderita
gangguan pendengaran.(22)
Palmer KT, Southampton Orang Pajanan National Survey of Hearing
et al General Dewasa bising dan menyatakan tinitus dua kali lebih
Hospital, usia kerja tinitus sering terjadi pada mereka yang
Southampton pernah terpajan bising selama lebih
SO16 6YD, dari enam bulan dengan 94 dBA
UK; selama 4 jam per harinya(23).
13
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
Nama Penelitii Lokasi Desain Subjek Variabel Waktu Hasil
yang diteliti Penelitian
Engdahl B, Kabupaten Prospecti Populasi Bising kerja January Penelitian dari Nord-Trondelag
et al Nord- ve cohort usia muda dan Tinitus 1996- Hearing Loss Study (NTHLS)
Trondelag di di februari kejadian tinitus dilaporkan sendiri
Norwegia kabupaten 1998 disebabkan oleh bising akibat kerja
Nord- dengan pajanan bising >15jam per
Trondelag minggu(7).
di
Norwegia
14
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia
2.3 Kerangka teori
Faktor
Resiko
Melebihi NAB
Tinnitus
Gambar 2. Kerangka Teori
: Diteliti
: Tidak diteliti
15
Hubungan lama pajanan dan intensitas bising dengan kejadian tinnitus pada pekerja konveksi
Lina Tjhia