Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN SISTEM PENDENGARAN : TINNITUS


DI RUANG POLI THT RSUD AL IHSAN BALEENDAH BANDUNG

1. DEFINISI
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi
tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu,
mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang
timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam
Indonesia).
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar   bunyi,
bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh
penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit,
sehingga harus diketahui penyebabnya. (dr. Antonius Antonius HW SpTHT dalam artikel
Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)
Anatomi Fsiologi
a. Telinga luar
Telinga luar merupakan bagian terluar dari telinga. Telinga luar meliputi daun telinga atau
pinna, Liang telinga atau meatus auditorius eksternus, dan gendang telinga atau membrane
timpani. Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Daun telinga berfungsi
untuk membantu mengarahkan suara ke dalam liang telinga dan akhirnya menuju gendang
telinga. Rancangan yang begitu kompleks pada telinga luar berfungsi untuk menangkap
suara dan bagian terpenting adalah liang telinga. Saluran ini merupakan hasil susunan
tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit tipis. Liang telinga berbentuk huruf S, dengan
rangka tulang rawan pada sepertiga luar dan tulangdi dua pertiga dalam. Liang telinga
memiliki panjang kira-kira 2,5 - 3 cm. Di dalam liang telinga terdapat banyak kelenjar
yang menghasilkan zat seperti lilin yang disebut serumen atau kotoran telinga. Hanya
bagian saluran yang memproduksi sedikit serumen yang memiliki rambut. Padaujung
saluran terdapat gendang telinga yang meneruskan suara ke telinga tengah.
b. Telinga Tengah

Telinga tengah adalah ruangan yang berbentuk kubus. Isinya meliputi gendang
telinga, 3 tulang pendengaran (malleus, incus, dan stapes). muara tuba Eustachii
juga berada di telinga tengah. Getaran suara yang diterima oleh gendang telinga
akan disampaikan ke tulang pendengaran. Masing-masing tulang pendengaran akan
menyampaikan getaran ke tulang berikutnya. Tulang stapes yang merupakan tulang
terkecil di tubuh meneruskan getaran kekoklea. Telinga tengah dan saluran
pendengaran akan terisi udara dalam keadaan normal. Tidak seperti pada bagian
luar, udara pada telinga tengah tidak berhubungan dengan udara di luar tubuh.
Saluran Eustachius menghubungkan ruangan telinga tengah ke belakang faring.
Dalam keadaan biasa, hubungan saluran Eustachii dan telinga tengah tertutup dan
terbuka pada saat mengunyah dan menguap.
c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri dari labirin osea, yaitu sebuah rangkaian rongga pada tulang
pelipis yang dilapisi periosteum yang berisi cairan perilimfe dan labirin
membranasea, yang terletak lebih dalam dan memiliki cairan endolimfe. Di depan
labirin terdapat koklea. Penampang melintang koklea terdiri atas tiga bagian yaitu
skala vestibuli, skala media, dan skala timpani. Bagian dasar dari skala vestibuli
berhubungan dengan tulang stapes melalui jendela berselaput yang disebut tingkap
oval, sedangkan skala timpani berhubungan dengan telinga tengah melalui tingkap
bulat. Bagian atas skala media dibatasi oleh membran vestibularis atau membran
Reissner dan sebelah bawah dibatasi oleh membran basilaris. Diatas membran
basilaris terdapat organ corti yang berfungsi mengubah getaran suara menjadi
impuls. Organ corti terdiri dari sel rambut dan sel penyokong. Di atas sel rambut
terdapat membran tektorial yang terdiri dari gelatin yang lentur, sedangkan sel
rambut akan dihubungkan dengan bagian otak dengan N.ves tibulokokleari.Selain
bagian pendengaran, bagian telinga dalam terdapat indera keseimbangan. Bagian ini
secara struktural terletak di belakang labirin yang membentuk struktur utrikulus dan
sakulus serta tiga saluran setengah lingkaran atau kanali semisirkularis. Kelima
bagian ini berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dan memiliki sel rambut yang
akan dihubungkan d engan bagian keseimbangan dari N. vestibulokoklearis.

Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan diteruskan ke dalam liang telinga.
Gelombang bunyi akan diteruskan ke telinga tengah dengan menggetarkan gendang
telinga. Getaran ini akan diteruskan oleh ketiga tulang dengar, malleus, incus dan stapes, ke
foramen oval. Getaran Struktur koklea pada tingkap lonjong akan diteruskan ke cairan
limfe yang ada didalam skala vestibuli. Getaran cairan ini akan menggerakkan membrana
Reissner dan menggetarkan endolimfa. Sehingga akan menimbulkan gerakan relatif antara
membran basalis dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion akan
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmitter ke
dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius. Lalu di
lanjutkan ke nukleus auditoris sampai korteks pendengaran di area 39-40 lobus temporalis.

2. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain:
a) Kotoran yang ada dilubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging akan
hilang
b) Infeksi telinga tengah
c) Gangguan darah
d) Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf pendengaran
e) Penyakit miniere’s Syndrom, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat,
menyebabkan pendengaran menurun, vertigo dan tinnitus
f) Keracunan obat
Penggunaan obat golongan aspirin, dsb.
3. PATOFISIOLOGI (PATHWAYS)

Penumpukan
serumen Meinere syndrome Keracunan Perubahan TD

Penyumbatan di Penurunan Kerusakan nervus Merangsang


telinga pendengaran VIII nervus VIII

Tuli Konduksi Tuli sensorineural

Tunnitus

Pendengaran
Suara berdenging
terganggu

Gangguan
persepsi sensori:
Pendengaran Gangguan rasa Gangguan pola
nyaman tidur

4. MANIFESTASI KLINIS
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah,
pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat
gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan
hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah
atau tinggi. Sumber  bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot
dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf
pendengaran.
5. KLASIFIKASI
1. Tinnitus subjektif yaitu bunyi berdenging yang dapat didengar hanya oleh
penderita
2. Tinnitus objektif yaitu bunyi berdenging yang dapat didengar oleh penderita
dan pendengar.

6. PENGKAJIAN
1. Keluhan utama
Biasa pasien mengeluh pendengaran berdenging
2. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan berdenging disertai pusing, mual dan lelah
3. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien pernah mengalami hal serupa di masalalu
4. riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang memiliki hal serupa di masalalu
5. Riwayat pengobatan
Apakah pasien mengonsumsi obat-obatan aspirin atau obat lainnya
6. Riwayat alergi
Apakah pasien mempunyai riwayat alergi
7. riwayat pembedahan
Apakah sebelumnya pasien pernah dilakukan tindakan pembedahan atau tidak

7. PEMERIKSAAN FISIK
Kesimetrisan telinga, adanya tulang rawan, ada keluar cairan dari telinga/serumen,
apakah ada nyeri tekan di daerah telinga, adakah suara abnormal (berdenging)
apakah ada benjolan, dll.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. THT treatment
2. Audiometri pemeriksaan yang dilakukan untuk memeriksa tingkat fungsi dari
pendengaran seseorang dengan cara mendengar suara, nada, atau frekuensi
tertentu
3. Test lab darah jika diperlukan
4. CT Scan/ MRI jika perlu

9. PENATALAKSANAAN KLINIS
a. Medis
Pengobatan tinitus merupakan masalah yang kompleks dan merupakan fenom
ena psikoakustik murni, sehingga tidak dapat diukur. Perlu diketahui penyebab
tinitus agar dapat diobati sesuai dengan penyebabnya. Misalnya serumen impaksi
cukup hanya dengan ekstraksi serumen. Tetapi masalah yang sering di hadapi
pemeriksa adalah penyebab tinitus yang terkadang sukar diketahui. Ada banyak
pengobatan tinitus objektif tetapi tidak ada pengobatan yang efektif untuk tinnitus
subjektif. Pada umumnya pengobatan gejala tinitus dapat dibagi dalam 4 cara
yaitu :
1. Elektrofisiologik yaitu dengan membuat stimulus elektro akustik dengan
intensitas suara yanglebih keras dari tinitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinitus masker.
2. Psikologik, dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidak membahayakan dan dengan mengajarkan
relaksasi setiap hari.
3. Terapi medikamentosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, tranquilizer,
antidepresan, sedatif, neurotonik, vitamin, danmineral.
4. Tindakan bedah dilakukan pada tinitus yang telah terbukti disebabkan oleh
akustik neuroma.Pada keadaan yang berat, dimana tinitus sangat keras
terdengar dapat dilakukan Cochlear nerve section. Menurut literatur,
dikatakan bahwa tindakan ini dapat menghilangkan keluhan pada pasien.

b. Keperawatan
1. Terapi edukasi yaitu :
a) Hindari suara keras
b) Kurangi makanan berlemak yang dapat menaikan tekanan darah
c) Hindari obat-obatan yang yang bersifat ototoksik
d) Tetap biasakan berolahraga
10. ANALISA DATA
Masalah
NO Data Etiologi
Keperawatan
1. Penyebab tinnitus Gangguan rasa
Ds: nyaman
- Mengeluh tidak nyaman Penurunan pendengaran
- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh lelah Tuli konduksi/sensori
- Mengeluh mual
Do: Tunnitus
- Menunjukan gejala distres
- Tampak merintih/menangis Suara berdenging
- Iritabilitas
Gangguan rasa nyaman

2. Ds: Penyebab tinnitus Gangguan pola tidur


- Mengeluh sulit tidur
- Mengeluh sering terjaga Penurunan pendengaran
- Mengeluh tidak puas tidur
- Mengeluh pola tidur Tuli konduksi/sensori
berubah
- Mengeluh istirahat tidak Tunnitus
cukup
Do: Suara berdenging

Gangguan pola tidur


3. Ds: Penyebab tinnitus Gangguan persepsi
- Mendengar suara bisikan sensori terganggu :
- Merasakan sesuatu melalui Penurunan pendengaran Pendengaran
indera pendengaran
- Menyatakan kesal Tuli konduksi/sensori
Do:
- Distorsi sensori Tunnitus
- Respon tidak sesuai
- Menyendiri Pendengaran terganggu
- Melamun
- Konsentrasi buruk Gangguan persepsi sensori
terganggu : Pendengaran

11. DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRIORITAS


1. Gangguan rsa nyaman b.d suara berdenging
2. Gangguan pola tdur b.d suara berdenging akibat tinnitus
3. Gangguan persepsi sensori : Pendengaran b.d pendengaran terganggu
12. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSIS TUJUAN DAN KRITERIA


NO INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN HASIL (SMART)
1. Gangguan rasa Setelah dilakukan intervensi Manajemen nyeri
nyaman b.d suara keperawatan selama 1x1 jam 1. Identifikasi skala nyeri 1. Untuk mengetahui
berdenging d.d DS maka status kenyamanan 2. Identifikasi skala nyeri lokasi nyeri yang
DO meningkat dengan kriteria 3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri dirasakan
hasil: 4. Berikan teknik non farmakologi 2. Untuk mengetahui
- Gejala distres 5. Jelaskan strategi meredakan nyeri tingkatan nyeri
- Keluhan tidak nyaman 3. Untuk mengetahui
menurun faktor yang memperberat
- Keluhan sulit tidur nyeri
menurun 4. Untuk mengetahui
- Merintih/menangis respon nyeri
menurun 5. Untuk memberikan
- Iritabilitas menurun pemahaman strategi
meredakan nyeri klien
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan intervensi Dukungan tidur 1. Untuk mengetahui
b.d suara berdenging keperawatan selama 1x1 jam 1. Identifikasi pola tidur pola tidur pasien
akibat tinnitus d.d maka pola tidur membaik 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur 2. Untuk mengetahui
DS DO dengan kriteria hasil: 3. Anjurkan penggunaan obat tidur faktor yang menjadi
- Keluhan sulit tidur 4. Modifikasi lingkungan pengganggu tidur
menurun 5. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit 3. Untuk membuat pasien
- Keluhan sering terjaga 5. Anjurkan relaksasi tampak nyaman buat
menurun tidur
- Keluhan tidak puas tidur 4. Untuk menurunkan
menurun gejala yang sedang
- Keluhan pola tidur dialami
menurun
3. Gangguan persepsi Setelah dilakukan intervensi Terapi relaksasi 1. Untuk mengetahui
sensori : keperawatan selama 1x1 jam 1. Identifikasi penurunan energi sampai mana tingkat
Pendengaran b.d maka persepsi sensori 2. Ciptakan lingkungan tenang penurunan energi
pendengaran membaik dengan kriteria 2. Untuk membuat pasien
terganggu d.d DS hasil: 3. Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang lebih nyaman
DO - Vebalisasi mendengar 4. Anjurkan mengambil posisi nyaman 3. Agar pasien lebih
bisikan menurun 5. Demontrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. rileks
- Distorsi sensori menurun napas dalam, imajinasi terbimbing) 4. Agar pasien
- Tidak menyendiri merasakan kenyamanan
- Tidak melamun 5. Untuk mengurangi
gejala dari penyakitnya
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn,E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi ketiga, penerbit


buku kedokteran. EGC.2010.

dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging
. (Indopos Online)

Putri Amalia.Dalam artikel kesehatan.Tinnitus.FK. Universitas Islam Indonesia


Soepardi EA, Iskandar I, Bashiruddin J, Restuti RD. Buku Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi keenam. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI. 2010

Hain TC. Tinitus Management. http://www.dizziness-an 


balance.com/disorders/hearing/pdfs/tinnitus%20management.pdf. Diakses pada: 3
Agustus 2011

Tim POKJA SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1 Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia.

Tim POKJA SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatan Perawat Indonesia.

Tim POKJA SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatan Perawat Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai